TB PARU
DI RUANG PERAWATAN ALAMANDA
RSUD POLEWALI MANDAR
OLEH:
CI LAHAN CI INSTITUSI
ASUHAN KEPERAWATAN
TB PARU
DI RUANG PERAWATAN ALAMANDA
RSUD POLEWALI MANDAR
OLEH:
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth,
2002).Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-
paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat
menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes
RI, 2007). Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh
manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di
Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat
penderita batuk. Selain manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan
menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya
(Wiwid, 2005). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke
bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
(Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
a) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c) Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
d) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
e) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f) Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-
0,6/Um. Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex
adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari
es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama
bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif
lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni
dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril
Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006)
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis
bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas
seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat
infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif
padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah
yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi
primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan
terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa
sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila
peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-
macam atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama
sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering
dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
demam influenza ini.
2) Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus
pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru
ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
3) Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu
makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu, pagi, Sewaktu (SPS).Diagnosis TB Paru pada orang
dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada
program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti
foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
b. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis.
c. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan
aktifitas penyakit.
d. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek
TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku
kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan
deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja
dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat
(presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
3. Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):
a. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang
praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis
umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau
segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor
paru.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya
kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga
tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap
darah mulai turun ke arah normal lagi.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat
dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan.
3) Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu
sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M.
Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteria patogen lainnya.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses
keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan
data, analisa data dan diagnosa keperawatan. (H. Lismidar, 1990. Hal 1)
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang
dilakukan yaitu :
1) Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)
2) Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA
efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
4) Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.
5) Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk
dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru
yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang
berdesak – desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi
udara dan tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan Nodesul,
1996)
b) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
c) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas. (Marilyn. E. Doegoes, 1999)
e) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)
f) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
g) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi
dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges,
1999)
i) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
j) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
7) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.
b) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah. (Purnawan
Junadi DKK, th 1982, hal 213)
Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal
80)
Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal
718)
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring. (Purnawan. J. dkk, 1982, DR. Dr.
Soeparman, 1998. Hal 718)
c) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
(DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
e) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
(DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
f) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan. (Hood Al Sagaff,
1995. Hal 87)
g) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
8) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
b. Analisa data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk
menentukan masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas,
batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial,
penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret kental atau sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN
NYAMAN
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI NYERI
Menurut Smeltzer & Bare (2008) nyeri adalah apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang
ada kapan pun individu mengatakannya.Asosiasi Internasional untuk
Penelitian Nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadiankejadian dimana terjadi kerusakan” Nyeri dapat merupakan
faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu
untuk pulih dari suatu penyakit (Potter & Perry, 2007).Nyeri merupakan
keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyamanan dalam
merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lydall
Juall,2012).
4. Berdasarkan lokasi/letak
a. Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya
(contoh: cardiac pain).
b. Reffered pain
Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang
diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.
c. Intracable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker
maligna).
d. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang
(contoh: bagian tubuh yang di amputasi) atau bagian tubuh yang
lumpuh karena injury medulla spinalis.
I. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor
nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nosiseptor) ada yang bermialin dan ada yang tidak bermialin dari saraf
eferen.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut
saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah
satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna
abu-abu di medula spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks
serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri. Semua kerusakan selular,
yang disebabkan oleh stimulus internal, mekanik, kimiawi, atau stimulus
listrik yang menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri.
Nosiseptor kutanius berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan
didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua
komponen, yaitu:
1. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30
m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat
hilang apalagi penyebab nyeri dihilangkan.
2. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi
0,5-2m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri
biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi (Tamsuri, 2010).
Trauma jaringan,
infeksi
Kerusakan sel
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Dihantarkan
serabut tipe A,
dan serabut tipe C
Medulla spinalis
Sistem aktivasi
retikular Sistem aktivasi Area grisea
retikular peraikueduktus
Talamus
Hipotalamus dan
sistem limbik Talamus
Otak
(korteks somatosensoarik)
Persepsi nyeri
Nyeri
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajiannyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk mendapatkan
data dasar, untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, untuk
menyeleksi terapi yang cocok, dan untukmengevaluasi respon klien terhadap
terapi. Walaupun pengkajian nyeri merupakan aktifitas yang paling umum
dilakukan perawat, namun pengkajian nyeri merupakan salah satu yang sulit
untuk dilakukan. Perawat harus mengkaji pengalaman nyeri dari sudut
pandang klien.
a. Identitas Pasien
Berisi identiatas pasien dan penanggungjawab berupa nama pasien,
umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,tanggal masik, diagnosa medis, dan
nomor registrasi. Sedangkan biodata penanggung jawab berisi nama,
umur alamat, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.
b. Catatan Masuk
Catatan yang berisi keluhan utama klien pada saat dibawa ke rumah sakit
c. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien baik sekarang, dahulu dan
riwayat kesehatan keluarga. Riwayat kesehatan sekarang berisi
keadaan sakit sekarang, keluhan pertama yang dirasakan, cara
mengatasi masalah tersebut, dan efek dari usaha yang dilakukan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu adalah status penyakit klien
terdahulu, apakah pernah mengalami penyakit yang sama seperti
sekarang ini dan jika iya tindakan apa yang dilakukannya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berisi status kesehatan keluarga, apakah ada anggota keluarga yang
pernak mengalahi sakit yang sama. Adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit kronis seperti TBC, DM, dan penyakit jantung
untuk panduan membuat genogram.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah
1. Inspeksi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti :
Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan
(sianosis), dll
2. PalpasiAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan
terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya
adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
3. AuskultasiAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui
pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara
nafas, dan bising usus.
4. PerkusiAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk
bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek
hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus).
Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan
fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-
paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
2. ANATOMI
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan
organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ
ini membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi.
(AAA.Hidayat.2006;52).
a. Saluran Pencernaan
1. Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir, pipi dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut,
makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan
membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim
amilase yang akan memecah amilum yang terkandung dalam makanan
menajdi maltosa. (AAA.Hidayat.2006;52).
2. Faring & Esofagus. Faring merupakan bagian saluran pencernaan
yang terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk
kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal
keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah
tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20 – 25
sentimeter dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung,
kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan
lambung.Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan
makanan dari faring menuju ke lambung. Esofagus berbentuk seperti
silinder yang berongga dengan panjang kurang lebih dua sentimeter
dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan
normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan
dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di
depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan
berkontraksi. (AAA.Hidayat.2006;52).
3. Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas
bagian atas disebut fundus bagian utama, dan bagian bawah berbentuk
horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan
esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui
orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan
pankreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri
fundus.Lambung mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sekresi dan
pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk
menampung makanan samapi dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai
pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel – partikel kecil
yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan
pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah
protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi maltosa,
lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk
sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsik yang memungkinkan
absorbsi vitamin B12 yaitu di ileum, dan mensekresi mukus yang
bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2 – 6 jam,
kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak
berwarna) yang mengandung 0,4% HCl untuk mengasamkan semua
makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan. Dalam
getah lambung terdapat beberapa enzim, diantaranya pepsin,
dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan
menjadi bahan yang lebih mudah larut dan renin, berfungsi mengubah
makanan menjadi bahan yang lebih dari karsinogen yang dapat larut.
(AAA.Hidayat.2006;53).
4. Usus Halusmerupakan tabung berlipat – lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup.Usus halus terdiri atas tiga
bagian, yaiut duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum
dengan panjang kurang lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang
lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus
menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan
yang menyerupai jari – jari, yang disebut mikrovili.Fungsi usus halus
pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari
lambung. Zat – zat makanan yang telah halus akan diabsorbsi di
dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorbsi
besi, kalsium dengan bantuan vitamin D. Vitamin A, D, E, dan K
dengan bantuan empedu dan asam folat. (AAA.Hidayat.2006;53).
5. Usus besar atau juga disebut sebagi kolon merupakan sambungan dari
usus halus yang dimulai dari aktup ileokolik yang merupakan tempat
lewatnya makanan. Usus besar memilki panjang kurang lebih 1,5
meter. Kolon terbagi atas desenden, sigmoid, dan berakhir di rektum
yang panjangnya kira – kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon
sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden
membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut
fleksura hepatis, sedang tempat kolon transversum membentuk
belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura
lienalis.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorbsi air (kurang
lebih 90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi
air kurang lebih 5000 cc/hari. Flora yang terdapat pada usus besar
berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan
pembusukan sisa – sisa makanan. (AAA.Hidayat.2006;54).
6. Anus bertugas mengeluarkan feses yang sebelumnya telah
dikumpulkan di rektum. Proses ini sering disebut proses defikasi.
Anus bekerja ditopang oleh otot polos yang berada di dalam anus dan
otot lurik yang terletak di luar anus. Otot lurik akan terpicu ketika
feses menyentuh dinding rektum. Pada kondisi ini otot polos
mengendur hingga feses akan keluar tubuh. (Sarwadi & Erwanto.
2014; 37). Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia
Cerdas.
b. Organ Asesoris
1. Hati merupakan kelenjar tersbesar di dalam tubuh yang terletak di
bagian paling atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah
diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira – kira
2,5% orang dewasa).Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan dan
kiri yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Pada lobus kanan
bagian belakang kantong empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis
terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah
menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing
lainnya, memproduksi sel darah merah dan menyimpan glikogen.
(AAA.Hidayat.2006;56).
2. Kantung emepedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong
yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati
sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8 – 12 cm dan
berkapasitas 40 – 60 cm2. Kantong empedu memilki bagian fundus,
leher, dan tiga pembungkus, yaitu sebelah luar pembungkus
peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah
dalam membran mukosa.Fungsi kantong empedu adalah tempat
menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu yang
berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim – enzim
pada usus halus, mengemulsi garam – garam empedu, mengemulasi
lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh, dan
memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau – hijauan (dihasilkan
oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam,
empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.
(AAA.Hidayat.2006;55).
3. Pankreas meupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar
ludah dan memilki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas
tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan
pankreas yang letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra
lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian
runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.Pankreas memilki dua
fugsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang
membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi
endokrin yang tersebar di antara alveoli pankreas.
(AAA.Hidayat.2006;56).
3. FISIOLOGI
Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk menyediakan
nutrisi tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti, absorbsi,
metabolisme, dan eksresi. (Asmadi.2008; 74).
a. Ingesti
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari
lingkungan ke dalam tubuh melalui proses menealn baik melalui
koordinasi gerakan volunter dan involunter. Tahap pertama pada proses
ingesti ini adalah koordinasi otot lengan dan tangan membawa makanan
ke mulut. Makanan di mulut terjadi proses mengunyah yaitu proses
penyederhanaan ukuran makanan yang melibatkan gigi, kontrol volunter
otot mulut, gusi, dan lidah. Proses mengunyah ini dilakukan secara sadar
dan diatur oleh sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukan untuk
memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak
mengiritasinya. Dalamproses mengunyah ini, terjadi pencampuran
makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut, melainkan
juga terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan terdapatnya kandungan
enzim ptialin dalam saliva, yang dapat mengubah amilum menjadi
maltosa. Saliva juga membuat proses menelan lebih mudah sebab
mengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas.Tahap
selanjutnya makanan dikunyah adalah proses menelan. Menelan
merupakan bergeraknya makanan dari mulut ke esofagus menuju ke
lambung. Proses menaln ini terjadi secara refleks akibat penekanan pada
bagian faring. (Asmadi.2008; 75).
b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada
makanan yang dibaea ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses
digesti ini terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat
diabsorbsi oleh intestinal. Organ pencernaan yang berperan pada proses
ini diantaranya adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan
kolon. (Asmadi.2008; 75).
c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui saluran
darah dan getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata
di tiap bagian saluran pencernaan. Misalnya, di lambung hanya terjadi
proses absorbsi alkohol, pada usus halus terjadi proses absorbsi yang
paling utama yaitu 90% dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit
absorbsi air. Secara spesifik, absorbsi yang dilakukan pada usus halus
adalah sebagai berikut: pada usus halus bagian atas mengabsorbsi
vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium,
Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah mengabsorbsi monosakarida,
asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus halus bagian bawah
mengabsorbsi garam empedu dan vitamin B12. Absorbsi air paling
banyak dilakukan di kolon. (Asmadi.2008; 77).
d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan dalam
tubuh yang meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan
sejak diserap oleh tubuh hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah.
Proses metabolisme terjadi berbeda – beda berdasarkan jenis nutrien.
(Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama, yaitu:
a) Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air
(glikogenolisis).
b) Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan disimpan
(glikogenesis).
c) Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk
energi (glukoneogenesis). (Potter & Perry.2010; 281).
4. BATASAN KARAKTERISTIK
a. Mayor (harus terdapat)
1. Pasien yang tidak puasa mengeluhkan atau mendapat : asupan
makanan yang tidak adekuat, kurang dari angka kecukupan gizi
(recommended daily allowance,RDA), dengan atau tanpa disertai
penurunan berat badan atau
2. Kebutuhan metabolic aktual atau potensial dalam asupan yang
berlebihan.
b. Minor (mungkin terdapat)
1. Berat badan 10% sampai 20% atau lebih di bawah berat badan
ideal berdasarkan tinggi dan kerangka tubuh
2. Lipasan kulit triseps, lingkar lengan dan lingkar otot lengan kurang
dari 60% ukuran standar
3. Kelemahan otot dan nyeri tekan
4. Konfusi atau iritabilitas mental
5. Penurunan albumin serum
6. Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan-besi
7. Fontanel bayi cekung (Lynda Juall,Carpenito,2002,345)
5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurang variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
(AAA.Hidayat.2006;69).
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. (AAA.Hidayat.2006;70).
f. Peningkatan basal metabolism rate.
g. Aktivitas tubuh
h. Faktor usia
i. Suhu lingkungan
j. Penyakit atau status kesehatan. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).
6. KLASIFIKASI NUTRISI
a. Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko
mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk
kebutuhan metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat
badan. (Carpenito, LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik. (Wilkinson Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme.
(AAA.Hidayat. 2006; 67).
Tanda klinis :
a) Berat badan 10-20% dibawah normal
b) Tinggi badan dibawah ideal
c) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
d) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
e) Adanya penurunan albumin serum
f) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
b) Disfagia karena adanya kelainan
c) Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa.
d) Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
b. Lebih dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
kenaikan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi
kebutuhan metabolik. (Carpenito, LJ.2012; 360).
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson
Judith M, 2011; 512).Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan
yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat
badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
a) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
b) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
c) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
d) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
e) Aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
a) Perubahan pola makan
b) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
(AAA.Hidayat.2006; 67).
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006;
68).
Perubahan pola makan normal yang mengakibatkan perubahan berat
badan. (Taylor, M, 2010; 235).
Munculnya resiko perubahan pola makan normal yang
mengakibatkan peningkatan berat badan (Taylor, M, 2010; 237).
d. Malnutrisi
Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane
mukosa , konjungtiva, dan lain – lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).
e. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
(AAA.Hidayat.2006; 68).
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
g. Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.
Saat ini, penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya
perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
(AAA.Hidayat.2006; 68).
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan
pengkonsumsian lemak secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
i. Anoreksia Nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
(AAA.Hidayat.2006; 69).
7. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian Nutrisi melalui oral
b. Pemberian Nutrisi melalui pipa penduga/Lambung
c. Pemberian Nutrisi melalui Parenteral.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi
dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik
secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi:
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin,
umur, status perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir,
tanggal masuk, nomer register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola
makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan
yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu
merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan
untuk masa selanjutnya.
c) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan
pengkajian
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah
ke rumah sakit
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai
penyakit di masa lalu maupun sekarang
f) Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah
keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun
menular.
g) Tingkat Aktifitas sehari-hari
Pola Istirahat /Tidur
1) Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan
dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien
untuk dapat tidur selama di rumah sakit
2) waktu bangun
waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM
ke posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien
sebelum sakit dan pada saat pasien sudah di rumah sakit
3) masalah tidur
apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada
saat sebelum sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit
4) hal-hal yang mempermudah tidur
hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur
secara nyenyak
5) hal-hal yang mempermudah pasien terbangun
hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan
pasien secara mudah terbangun. (Stuart dan Sunden, 1995)
Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak,
dibantu atau secara mandiri
2) Buang Air Besar
Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah
bentuk dari BAB pasien (encer, keras, atau lunak)
3) Kesulitan BAK / BAB
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang
kebutuhan nutrisinya kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
4) Upaya mengatasi BAK / BAB
Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola
eliminasi
Pola Makan dan Minum
1) Jumlah dan jenis makanan
Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja
makanan yang di konsumsi
2) Waktu pemberian makanan
Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat
mengkonsumsi makanan yang di berikan
3) jumlah dan jenis cairan
berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi
oleh pasien yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
4) waktu pemberian cairan
waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan
5) masalah makan dan minum
masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah
mengkonsumsi makanan maupun minuman
Kebersihan Diri / Personal Hygiene
1) pemeliharaan badan
kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai
dari mandi, keramas, membersihkan kuku dan lain-lain
2) pemeliharaan gigi dan mulut
rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi
dalam sehari
3) pola kegiatan lain
kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan
badan
Data Psikososial
1) pola komunikasi
pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang
yang paling dekat dengan pasien
2) dampak di rawat di Rumah Sakit
dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit
Data Spiritual
1) ketaatan dalam beribadah
2) keyakinan terhadap sehat dan sakit
3) keyakinan terhadap penyembuhan
a. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Composmentis, somnolen, koma, delirum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi,
respirasi, dan suhu
4. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala,
kesimetrisan, penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
5. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
6. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan
kesimetrisan
7. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping
hidung, keadaan membrane mukosa dari hidung
8. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi
yang akut atau kronis
9. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau
bengkok), adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah
pembendungan vena jugularis
10. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada
kulit, tekstur, warna kulit
11. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
12. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi : mendeteksi letak jantung, apakah ada
pembesaran jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
13. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka,
apakah ada pembesaran abdomen)
Auskultasi: mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1
menit
Perkusi: apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak),
lambung (timpani)
Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan
palpasi.
14. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi: keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis,
warna dari kulit disekitar genetalia
Palpasi: adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
15. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
16. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan
pada anus
17. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi
motorik, fungsi sensorik
18. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan
bahasa, dan motivasi
19. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
20. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum,
Hemoglobin, glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
(AAA.Hidayat.2006; 70 – 71).
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual dan muntah
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan gangguan absorbs
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo,
2012).Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel tubuh. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk
ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh
agar berfungsi secara optimal.Terapi oksigen merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium( Potter & Perry, 2006).
2. Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang
hidung eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah
bawah dan tulang hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya
dengan kulit dan pada bagian dalamnya dengan membran
mukosa.Rongga hidung memanjang memanjang dari nostril pada
bagian depan ke apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring
bagian belakang.Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung.
Septum nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang
kartigo, biasanya membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang
lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa. Dinding Lateral
dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os
sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi hidung)
merupakan tiga buah tulang yang melengkung lembut melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang
tersebut tertutup oleh membran mukosa. Sinus paranasal merupakan
ruang pada tulang kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam
rongga hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh membran mukosa yang
berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke dalam rongga hidung.
Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau
tonsil faring terletk dalam langit-langit nasofaring . Fungsi faring
adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiration dan
digestif(Brunner & Suddarth. 2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang
rawan yamg dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan
ligamentum . Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi
epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid dan piat intararitenoid, dan
sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring sebagai vokalalisasi
yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat khusus
pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang
otak, artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk
oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di
antara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea
vertebra torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm
dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam
dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur
sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan
trakea dan berjalan ke bawah kearah tumpuk paru. Bagian bawah
trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis
pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang
berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan
pleura viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastic, dan berada dalam
rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air. Paru berwarna
biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-partikel debu
yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah
untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam
menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang
berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru
(inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh
(ekspirasi). ( Syafudin, 2011)
3. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi
dan difusi( Potter & Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
throak yang elastic dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang
utama adalah diagfragma(Potter & Perry, 2006). Ventilasi adalah
proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg)
daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke
alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja
pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan
nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot
bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar,
interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau
congenital seperti kifosis atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat
obstruksi jalan nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma),
dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah
udara yang melalui jalan nafas anatomis menurun. Ekspirasi
merupakan proses pasif normal yang bergantung pada property
recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama
sekaliVolume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary. Spirometer mengukur volume paru yang memasuki
atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat
dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan
fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif. Jumlah
surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada
perubahan tekanan. Tekanan intrapleura bersifat negative atau
kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada permukaan
laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara
atmosfer dan alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dri ventrikel
kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut
serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler
dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.
Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume
darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu
terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih
rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar
dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas
pernapasan kejaringan dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter &
Perry, 2006)
Pathway :
Pelepasan
tetanuspasmik Fail Chest
dan tetanolisin
Px mengalami pernapasan
Rigiditas paradoksal
otot
pernafasan
Gangguan Oksigenasi
Penurunan ekspansi
dada
Penurunan kadar oksigen
yang diinspirasi, penurunan
kadar hemoglobin dan
RR meningkat, ,
ketidakmampuan jaringan
penggunaan otot bantu
untuk mengambil oksigen
pernafasan
Hipoksia
Alamat : Campurjo
Utama : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16/11/20, Pukul 12.45 wita di
Keluhan saat Ruang Perawatan Alamanda klien mengatakan batuk berdahak, sesak nafas,
ini nyeri dada jika saat batuk,nyeri dan edema pada ekstremitas bawah nyeri terasa
tertusuk-tusuk dengan durasi tidak menentu, klien mengatakan susah tidur dan
klien tidak pernah mandi selama dirawat dirumah sakit, keluarga klien
Mandar
BB Sebelum Sakit : 56Kg Pernah Operasi : (√) Tidak () Pasca Operasi Hari Ke :
C. KEADAAN UMUM
menentu
Kesadaran :CM (√) mengantuk ( ) letargi Perubahan system imun sebelumnya: Menurun
ya Gambaran reaksi :
tidak ( ) ya
postur :
ka/ki :baik
- Babinsky : ( √ ) tidak ( ) ya
- Chaddock : ( √ ) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (√ ) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada
( ) Gangguan perfusi jaringan cerebral ( )Resiko injury b/d penurunan absorpsi VitK
oportunistik baru).
SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan seksual : (√) Pria
- Penggunaan kondom : tidak dikaji - Sirkumsisi : (√) tidak () ya Vasektomi : (√) Tidak
dikaji - Payudara/testis :
Wanita payudara/Penis/Testis :
- Durasi :
Disfungsi seksualitas
Masalah keperawatan : Tidak ada ( )kecemasan( )ketakutan ( ) koping individu tidak efektif
( ) isolasi diri
( ) hambatan komunikasi verbal ( ) spiritual distress ( ) resiko merusak diri ()
harga diri rendah
E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
1. Bahasa dominan (khusus) : Bahasa Mandar dan Indonesia
( ) Buta huruf : ÔKetidakmampuan belajar khusus :
( ) Keterbatasan kognitif :
2. Informasi yang telah disampaikan :
(√ ) pengaturan jam besuk () hak dan kewajiban klien ( ) tim / petugas yang merawat
Ô lain-lain : informasi tentang sakit yang di derita
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit (√) obat-obatan yang diberikan Ô lain-lain :
Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) :
Riwayat pengobatan, obat tanpa resep / obat-obatan bebas :
Obat-obatan jalanan / jamu : Tidak Ada
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : Baik, Ku sedang
4. Factor resiko keluarga (tandai hubungan) :
Ô diabetes mellitus √ tuberculosis Ô penyakit jantung Ô stroke Ô TD
tinggi
Ô epilepsy Ô penyakit ginjal Ô kanker Ô penyakit jiwa Ô
lain-lain
F. DATA GENOGRAM
G1
G2
G3
71
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
= Perempuan meninggal
= Laki-laki meninggal
Keterangan:
1. Generasi I : Meninggal dunia akibat suatu sebab yang tidak diketahui
2. Generasi II : Orang tua pasien meninggal akibat suatu sebab yang tidak
diketahui
3. Generasi III : Pasien anak ke enam dari 6 bersaudara,saudara pasien
yang masih hidup 4 orang, dan yang sudah meninggal 1 orang, istri
klien sudah meninggal, pasien berusia 71 tahun tinggal bersama 3 orang
anaknya.
Methylpredni
5 mg 24 jam Intravena
solon
ANALISA DATA
2. DS : Nyeri Akut
a. Klien mengatakan nyeri pada
ekstremitas bawah
b. Klien mengatakan nyeri terasa
tertusuk-tusuk dengan durasi
tidak menentu
DO :
c. Klien tampak meringis
d. Skala nyeri 4 ( sedang)
e. TTV
a. TD : 150/80 mmHg
b. N : 85x/m
c. RR : 26x/m
d. S : 36ᵒC
3. DS : Pola nafas tidak efektif
a. Klien mengatakan sesak nafas
DO :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tanggal Teratasi
. Ditemukan
1 Ketidakefektifan bersihan jalan 16 November -
nafas b.d penumpukan sekret. 2020
DS :
a. Klien mengatakan batuk
berdahak
b. Klien mengatakan sesak
nafas
DO :
c. Klien tampak sesak
d. Klien terdengar batuk
berdahak
e. Klien terpasang O2
nasal kanul 4 liter/menit
f. TTV
a) TD : 150/80
mmHg
b) N : 85x/m
c) RR : 26x/m
d) S : 36ᵒC
DO :
c. Klien terpasang O2
nasal kanul 4 liter/menit
d. TTV
a) TD : 150/80
mmHg
b) N : 85x/m
c) RR : 26x/m
d) S : 36ᵒC
4. Defisit perawatan diri b.d 16 November -
kurangnya kemampuan merawat 2020
diri
DS :
a. klien mengatakan
belum pernah mandi
sejak dirawat dirumah
sakit.
DO :
Perencanaan keperawatan
N Diagnosa
Intervensi
o keperawatan Tujuan & kriteria hasil
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management
bersihan jalan keperawatan selama 3x24 Action:
nafas jam di harapkan bersihan 1. Posisikan pasien
jalan nafas efektif (sudah untuk
tidak ada penumpukan memaksimalkan
sekret) ventilasi
Kriteria hasil : 2. Keluarkan sekret
1. Mendemonstrasikan dengan batuk
batuk efektif dan efektif.
suara nafas yang 3. Auskultasi suara
bersih, tidak ada nafas, catat adanya
sianosis dan dyspneu suara tambahan
(mampu 4. Atur intake untuk
mengeluarkan cairan
sputum, mampu mengoptimalkan
bernafas dengan keseimbangan.
mudah, tidak ada 5. Monitor respirasi
pursed lips) dan status O2
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management
keperawatan selama 3x24 Action :
jam diharapkan nyeri dapat 1. Kaji nyeri secara
teratasi dengan komprehensif
kriteria hasil : termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol karakteristik, durasi
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas
nyeri,ia mampu nyeri.
menggunakan tehnik 2. Gunakan teknik
nonfarmakologi untuk komunikasi
mengurangi nyeri, terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui
2. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan menggunakan 3. Pilih dan lakukan
manajemen nyeri penanganan nyeri
3. Mampu mengenali (farmakologi, non
nyeri (skala, farmakologi dan
intensitas, frekuensi inter personal)
dan tanda nyeri) 4. Ajarkan tentang
4. Menyatakan rasa teknik non
nyaman setelah nyeri farmakologi
berkurang 5. Tingkatkan
5. Tanda vital dalam istirahat
rentang normal 6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
analgetik
P: Lanjutkan Intervensi:
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Keluarkan sekret dengan
batuk efektif.
P: Lanjutkan Intervensi:
2. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
P: Lanjutkan Intervensi:
3. Monitor respirasi dan
status O2
4. Pertahankan jalan nafas
yg paten
IV 13.21 Pertimbangkan budaya dan usia Tanggal 16 November 2020
pasien ketika mempromosikan pukul 13.25 wita
aktivitas perawatan diri.
S: klien mengatakan belum
Hasil : klien mengatakan tidak ingin memotong kuku karena
sakit.
ingin memotong kuku karena
masih sakit. O: kuku klien terlihat panjang
dan kotor
P: Lanjutkan Intervensi:
5. Memantau integritas
kulit pasien
P: pertahankan intervensi.
4.Anjurkan teknik non
farmakologi
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi.
7.Anjurkan kepada kelurga
untuk membersihkan badan
klien setiap hari.