Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561

E-ISSN: 2615-1553

KAJIAN METODE PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI


Marianus Talomau1
1Program Studi Manajemen Proyek Konstruksi Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan
Jl. MerdekaNo. 30 Bandung 40117
marianustalo@gmail.com

ABSTRAK
Sebagai salah satu batasan dari ketiga batasan proses mencapai tujuan proyek (Triple Constrain) yang
merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek,
penjadwalan perlu direncanakan secara efektif dan efisien. Saat ini telah dikenal berbagai jenis metode
penjadwalan proyek konstruksi yang umum digunakan. Seiring dengan perkembangan jaman, metode-metode
penjadwalan yang ada terus dikembangkan sehingga semakin banyak metode penjadwalan yang dapat
digunakan, tinggal bagaimana penggunaannya sehingga menjadi efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan kajian tujuan penjadwalan proyek konstruksi secara umum dan kajian penggunaan metode
penjadwalan proyek konstruksi agar penjadwalan yang dilakukan menjadi efektif dan efisien. Kajian
dilakukan melalui sumber-sumber kajian pustaka, meliputi jurnal-jurnal (penelitian terdahulu) dan buku-
buku yang relevan. Hasil penelitian ini adalah memberikan rumusan tujuan penjadwalan proyek konstruksi
secara umum, setiap metode penjadwalan proyek konstruksi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing dalam penjadwalan proyek konstruksi, dan penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakukan dengan
kombinasi beberapa metode penjadwalan proyek konstruksi berdasarkan kebutuhan sesuai dengan tipe
proyek konstruksi.
Kata Kunci: Penjadwalan, metode penjadwalan, proyek konstruksi

I. PENDAHULUAN
Jadwal merupakan salah satu parameter yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu proyek konstruksi,
disamping anggaran dan mutu. Penjadwalan perlu diperhatikan dalam manajemen proyek untuk menentukan
durasi maupun urutan kegiatan proyek, sehingga terbentuklah penjadwalan yang logis dan realistis. Pada
umumnya, penjadwalan proyek menggunakan estimasi durasi yang pasti. Namun, banyak faktor
ketidakpastian (uncertainty) sehingga durasi masing-masing kegiatan tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Penjadwalan yang direncanakan perlu disesuikan dengan tipe proyek konstruksi. Pada umumnya tipe
proyek konstruksi berupa proyek dengan tipe sederhana, berulang (repetitive) dan proyek dengan kegiatan
kompleks. Untuk itu penjadwalan perlu direncanakan menggunakan multi metode penjadwalan sesuai fungsi
masing-masing metode dengan kelebihan dan kekurangannya agar memenuhi kebutuhan perencanaan jadwal
yang efektif dan efisien.
Untuk menjawab kebutuhan penjadwalan yang efektif dan efisien maka penelitian ini
menyajikanpemahaman tujuan penjadwalan proyek konstruksi yang dielaborasi dari beberapa penelitian
terdahulu. Selain itu, penelitian ini juga menyajikan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
penjadwalan proyek konstruksi sehingga dapat dikombinasikan dalam penggunaanya sesuai kebutuhan
perencanaan penjadwalan proyek konstruksi.

II. LANDASAN TEORI


A. Gambaran Umum Proyek Konstruksi
Erivianto, W. I. (2002) menjelaskan proyek konstruksi sebagai suatu upaya untuk mencapai suatu hasil
dalam bentuk bangunan/infrastruktur. Lebih lanjut, Erivianto memberikan kriteria proyek konstruksi antara
lain: (a) Dimulai dari awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan diakhiri dengan akhir proyek (akhir
kegiatan), serta mempunyai waktu yang terbatas. (b) Rangkaian kegiatan proyek itu hanya satu kali sehingga
menghasilkan produk yang bersifat unik.
Dalam proses mencapai tujuan proyek, telah ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang
dialokasikan dan jadwal serta mutu yang harus di penuhi. Ketiga batasan tersebut disebut tiga kendala (Triple
Constrain) yang merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai
sasaran proyek. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran dan dikerjakan dengan
kurun waktu dan tanggal yang ditentukan serta hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria
yang dipersyaratkan (Soeharto, I., 1997).

B. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek adalah pembuatan rencana pelaksanaan setiap kegiatan di dalam suatu proyek
dengan mengoptimalkan efisiensi pemakaian waktu dan sumber daya yang tersedia, tetapi kesesuaian
presedensi diantara kegiatan tetap dipenuhi (Taha, H.A.,1997).
Beberapa metode yang umum digunakan untuk mengatasi masalah penjadwalan proyek di
antaranyaCritical Path Method (CPM), Precedence Diagram Method (PDM), teknik Bar Chart-kurva S, Line

38
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

of Balance (LoB), dan Project Evaluation and Review Technique(PERT). Ada juga metode penjadwalan lain
seperti Linear Scheduling Method (LSM), Vertical Production Method (VPM), Repetitive Scheduling Method
(RSM), Time Chainage Diagram, Ranked Position Weight Method (RPWM), Fuzzy Logic Application For
Scheduling (FLASH), Probabilistic Network Evaluation Technique (PNET) dan masih banyak lagi metode
penjadwalan yang terus dikembangkan saat ini. Untuk metode penjadwalan yang sudah umum digunakan
tentu tidak asing lagi bagi kita. Berikut disampaikan beberapa metode penjadwalan yang merupakan metode-
metode pengembangan.

LinearScheduling Method (LSM)


Chrzanowski & Johnston (1986) mempresentasikan sebuah aplikasi LSM untuk sebuah proyek jalan.
Studi tersebut menyatakan bahwa penggunaan LSM harus digunakan sebagai pelengkap CPM dan dapat
digunakan sendiri pada proyek yang sederhana dan berulang. Persyaratan sumber daya dapat ditentukan dari
diagram LSM dan dimasukkan ke dalam tabel dimana jumlah kumulatif dapat ditemukan dengan mudah;
Intinya adalah pendekatan histogram. Segmen vital dari infrastruktur negara industri adalah area dimana
penjadwalan linier memiliki kemungkinan yang luar biasa. Perencanaan dan penjadwalan yang tepat untuk
pembangunan jalan raya diperlukan untuk mengurangi biaya konstruksi dan interupsi akibat konstruksi. LSM,
bersama dengan teknik penyamarataan dan pengendalian proyek, diharapkan bisa memberikan pendekatan
yang lebih tepat (Mattila, K. G.,et al, 1998).

Repetitive Scheduling Method (RSM)


RSM bukanlah teknik yang rumit, RSM adalah metode penjadwalan sederhana dan mudah diterapkan
yang mengikuti cara alami dari konsep dan hubungan yang ditemukan di jaringan pendahuluan CPM. Namun
demikian, RSM memiliki keterbatasan dan ada situasi proyek yang mungkin diinginkan untuk memodelkan
bagian proyek oleh CPM dan bagian lainnya oleh RSM.Ada dua jenis kendala yang dikendalikan logika unit-
ke-unit dalam diagram RSM; Pertama adalah kendala teknis didahulukan dan yang lainnya adalah kendala
ketersediaan sumber daya. Pada awalnya, aktivitas tertentu dalam jaringan satu unit harus diikuti oleh
aktivitas serupa di jaringan unit berikutnya untuk memastikan bahwa jaringan teknis antar unit tetap terjaga.
Kedua, sumber daya yang ditugaskan untuk suatu aktivitas dalam satu unit juga harus ditugaskan ke kegiatan
serupa di unit berikutnya untuk memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan di unit pertama tersedia
bila dibutuhkan oleh unit kedua (Robert B.,et al, 1998).

Vertical Production Method (VPM)


O'Brien (1975) menjelaskan VPM digunakan untuk menjadwalkan lantai yang berulang dari suatu
bangunan bertingkat tinggi sehubungan dengan CPM untuk non lantai standar. VPM dasarnya teknik LoB
yang disesuaikan dengan bangunan bertingkat tinggi. Setiap Lantai yang berulang dimodelkan sebagai
jaringan unit dan kemudian Jadwal dibuat dengan menggunakan VPM. Jumlah tim pada aktivitas tertentu
disesuaikan untuk diberikan tingkat produksi yang seimbang dengan kegiatan lainnya. Karena sifat alami
sebuah proyek bertingkat tinggi, maka dapat mempertahankan dua format jadwal terpisah, dan dapat
menggabungkannya. Ini menyiratkan bahwa CPM harus digunakan untuk lantai-lantai bukan typikal dan
VPM harus digunakan untuk yang berulang (Robert B.,et al, 1998).

Rangked Positional Weight Method (RPWM)


Sebuah solusi penjadwalan aktivitas melalui metode lain yaitu RPWM. RPWMdiperkenalkan
olehHelgeson andBirniepadatahun1961. Metode ini telah diakui sebagai salah satu teknik
dasardariproseslinebalancing dalam industri manufakturyang berarti“proses penjadwalan
aktivitasperakitandalamjalurproduksiyang bertujuanuntukmemaksimalkan kecepatandanefisiensidi
setiapstasiunkerjaserta menyeimbangkan lintasansehingga seluruhstasiunkerja bekerjadalamlintasandengan
kecepatan yang sedapatmungkin sama”.RPWM terbuktirelatifmudahdiaplikasikan dan telahdigunakan
untukpenjadwalan jalur-jalurperakitan(assembly line)dalam industrimanufaktur(Tan, et al,1998).Selanjutnya
Tan, et al (1998) menjelaskan bahwa secara umum RPWM mempunyai kemampuan untuk identifikasi jalur
kritis, penjadwalan untuk sumber daya yang bersifat terbatas dan tidak terbatas, alokasi dan perataan sumber
daya, dan estimasi biaya konstruksi(Suputra, I.G.N.O., 2011).

Fuzzy Logic Application for Scheduling (FLASH)


Metode FLASH menggunakan posibilitas dalam menganalisis hasil akhirnya, yaitu untuk mengetahui
kemungkinan terselesaikannya proyek dalam jangka waktu yang ditentukan. FLASH merupakan alternatif
metode penjadwalan dengan mengakomodasikan ketidakpastian durasi menggunakan teori Fuzzyset. FLASH
pada dasarnya sama dengan CPM dalam hal diagram activity on arrow (AOA) dan perhitungannya kecuali
karakteristik durasinya. Durasi aktivitas i-j dinyatakan dalam tiga nilai berbeda: batas bawah, paling mungkin,
dan batas atas. Karena FLASH mengasumsikan durasi aktivitas dinyatakan dalam bilangan Fuzzy segitiga,

39
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

ketiga nilai tersebut merupakan nilai l, m, dan u atau Di-j (l, m, u). Untuk node i, Early start (Ei), dan Latest
start (Li) merupakan bilangan Fuzzy juga tetapi tidak harus selalu bilangan Fuzzy segitiga(Wibowo, A.,
2001).

Probabilistic Network Evaluation TechniquePNET)


Sebagaimana metode PERT, metoda PNET yang dikemukakan oleh Ang dan Tang (1982) digunakan
untuk menentukan risiko keterlambatan proyek. Dalam memperhitungkan risiko durasi proyek, PNET hanya
mempertimbangkan jalur-jalur yang representatif. Jalur yang representatif adalah jalur paling dominan yang
diseleksi dari satu set jalur yang memiliki satu atau lebih aktivitas sebagai anggota bersama. Sebuah jalur
dapat diwakili bila jalur tersebut berkorelasi tinggi dengan jalur yang mewakilinya. Dominasi suatu jalur
ditentukan berdasarkan kriteria yang diambil. Ang dan Tang mengambil purata durasi jalur sebagai kriteria,
semakin besar semakin tinggi dominasi dan peringkatnya. Jalur yang memiliki purata tertinggi tidak dijamin
menjadi jalur yang paling kritis. Sebuah jalur dapat mewakili jalur lainnya bila korelasi antara dua jalur lebih
tinggi dari demarcating correlation ρ, bila tidak, kedua jalur dianggap saling bebas/independen. Perhitungan
PNET dilakukan secara manual, maka akan menjadi kompleks jika terdapat jalur aktivitas yang banyak
(Setiawan, D.,et al, 2010).

III. METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur yang berhubungan dengan kajian
metode perjadwalan dalam proyek konstruksi. Data yang dianalisis diperoleh melalui berbagai sumber kajian
pustaka, meliputi jurnal-jurnal dan buku, serta pengumpulan data sekunder yang terkait dengan topik
penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan kajian penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka, telah dikenal berbagai metode
penjadwalan sesuai kebutuhan menurut fungsi masing-masing metode penjadwalan.
A. Identifikasi Sifat dan Fungsi Masing-masing Metode Penjadwalan Proyek Konstruksi
Pada penelitian ini, kajian studi dilakukan terhadap 12 (dua belas) metode penjadwalan dengan
fungsinya masing-masing. Metode-metode penjadwalan dengan fungsi-fungsinya tersebut dihimpun dari 8
(delapan) penelitian terdahulu (Jurnal) yang dinilai relevan seperti ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi sifat dan fungsi metode penjadwalan proyek konstruksi
No Peneliti Metode Sifat dan Fungsi Metode Penjadwalan
A. Hamzah, S., CPM 1. Sederhana dan mudah digunakan
2004 2. Lebih fleksibel dalamhubungannyadenganwaktudanlogika ketergantungan.
LoB 1. Cocokuntukproyek berulang
2. Memberikangambaranluasdannyatamengenaistatusproyek secara keseluruhan
3. Menampilkan penyelesaian kumulatifmenurutbanyaknyakumpulan kegiatandan
jumlahrencanayang ada
B. Sutanto,2014 LoB 1. Sebagai variasidari metodapenjadwalanlinieryang memungkinkan keseimbangan
operasi sehingga setiap kegiatan dapatterus berlangsung.
2. Menyediakan informasi tentang tingkat produksi dandurasidalambentuk
formatgrafissehingga mudahditafsirkan.
3. Dapat menunjukkan sekilas apayang salahdengankemajuansuatu kegiatan,
dandapat mendeteksi kemacetan potensikemacetan.
4. Memungkinkan pemahamanyang lebihbaikdariproyekdengan aktivitas yang
berulangdaripada teknik penjadwalanlain,karena memungkinkanuntuk
menyesuaikantingkatkegiatan produksi.
5. Memungkinkanefisiensi dankelancarandalam
pengelolaansumberdaya,danmembutuhkanusaha
danwaktuyanglebihsingkatuntukmenghasilkan jadwalnetwork.
CPM 1. Digunakan untuk mengendalikan sejumlah kegiatan yang memiliki hubungan
ketergantungan yangkompleks.
2. Menunjukkan secara spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan,
3. Dapat menentukan lintasan kritis kegiatan pekerjaan sehingga kegiatan yang
menjadi prioritas apabila terjadi keterlambatan dapat diketahui.
C. Arianto, A., Bar 1. Sederhanadanmudahuntukdimengerti
2010 Chart 2. Dapat digunakan untuk penjadwalan semuajenis proyek, baikgedung, jalan
raya,danbangunanair
CPM 1. Memperlihatkan hubungan ketergantungan antara kegiatan satu dengan
kegiatan lain secara spesifik.
2. Menunjukkanlintasankritiskegiatanproyeksehingga apabilaterjadi keterlambatan
proyek, prioritaspekerjaan yang akan dikoreksi menjadi mudah dilakukan.
3. Cocok untuk proyek yang bersifat kompleks.

40
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

No Peneliti Metode Sifat dan Fungsi Metode Penjadwalan


PDM 1. Menunjukkan keseluruhan kegiatan dari penjadwalan dengan Bar Chart.
2. Untukpenjadwalankegiatanyangtumpangtindih atau berulang karena
mempunyaiempathubunganketergantungan.
3. Cocok untuk proyek yang bersifat kompleks.
PERT Untukmemperkirakankemungkinan ketepatan waktupenyelesaianproyeksecara
keseluruhan.
LoB 1. Memperlihatkan tingkatproduktifitasdarimasing-masing kegiatan.
2. Mendeteksi secara langsung kegiatanyang
mengalamigangguandalampenjadwalanproyek.
TCD 1. Memperlihatkan tingkatproduktifitasdarimasing-masing kegiatan.
2. Mendeteksisecara langsung kegiatanyang
mengalamigangguandalampenjadwalanproyek.
D. FatmaAbdEl - LSM 1. Cocok untuk penjadwalan proyek linier
MohyeAgrama, 2. Menjamin kendala logika sambil memuaskan kontinuitas sumber daya.
2011 VPM Digunakan untuk menjadwalkan proyek repetitif vertikal
LoB Digunakan untuk semua jenis proyek berulang
E. Laksito, RSM 1. Dapat diaplikasikan untuk proyek berulang vertikal maupun horisontal.
B.,2005 2. Mampu mempertahankan kontinyuitas pekerjaan bagi masing-masing regu
sehingga bisa menghemat upah total tenaga kerja.
3. Penampakan diagramnya lebih sederhana dan lebih mudah dibaca karena
merupakan diagram berskala waktu (time scale network)
4. Hubungan ketergantungan antar kegiatan pada Metode RSM adalah FS.
PDM Memiliki beberapa hubungan antar kegiatan,yaitu: FS (Finish to Start), SS (Start to
Start), FF (Finish to Finish), dan SF (Start to Finish)
F. Suputra, I. G. PDM 1. Mengutamakan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek
N. O., 2011 2. Dapat menentukan total waktu proyek konstuksi
3. Dapat menganalisis jalur kritis (critica path analysis)
RPWM 1. Dapat mengidentifikasi jalur kritis
2. Penjadwalan untuk sumber daya yang bersifat terbatas dan tidak terbatas
3. Dapat mengidentifikasi alokasi dan perataan sumber daya
G. Wibowo, A., FLASH Untuk mengetahui kemungkinan terselesaikannya proyek dalam jangka waktu
2001 yang ditentukan
H. Setiawan, D., et PNET Digunakan untuk menentukan risiko keterlambatan proyek.
al.,2010

B. Kajian Tujuan Penjadwalan Proyek Konstruksi


Berdasarkan rangkuman hasil identifikasi fungsi dan sifat metode-metode penjadwalan pada tabel 1.,
dapat melakukan pemetaan tujuan penjadwalan proyek konstruksi berdasarkan pengelompokan fungsi-fungsi
yang sama dari setiap penelitian terdahulu dengan rumusan tujuan penjadwalan proyek konstruksi yaitu:
1) Menentukan waktu mulai dan selesainya proyek; dimana Peneliti A menyatakan metode LoB dapat
menampilkan penyelesaian komulatif menurut banyaknya kumpulan kegiatan, selanjutnya Peneliti F
menyatakan metode PDM dapat menentukan total waktu proyek konnstruksi.
2) Menunjukan hubungan ketergantungan antar kegiatan, dimana ada 3 (tiga) peneliti yaitu Peneliti A, B dan
C yang menyinggung metode CPM dapat menunjukan hubungan ketergantungan antar kegiatan,
kemudian Penelitian E juga menyinggung hubungan ketergantungan antar kegiatan melalui metode RSM
dan PDM.
3) Menentukan jalur kritis; dimana Peneliti A dan B sama-sama menyatakan metode CPM dapat menentukan
lintasan kritis, sedangkan Peneliti F menyatakan PDM dan RPWM dapat mengidentifikasi dan
menganalisis jalur kritis.
4) Memperkirakan probabilitas waktu penyelesaian proyek; dimana Peneliti C dan Peneliti H menyatakan
metode PERT untukmemperkirakankemungkinan ketepatan waktupenyelesaianproyeksecara keseluruhan
atau risiko keterlambatan proyek, kemudian Penelitian G menyatakan metode FLASH untuk mengetahui
kemungkinan terselesaikannya proyek dalam jangka waktu yang ditentukan.
5) Menginvestigasi keterlambatan suatu kegiatan yang mempengaruhi waktu penyelesaian proyek; dimana
Peneliti B menyatakan metode LoB dapat menunjukkan sekilas apayang salahdengankemajuansuatu
kegiatandan dapat mendeteksi kemacetan potensialdi masadepan, sedangkan Peneliti C menyatakan
metode LoB dan Time Chainage Diagram dapat mendeteksi secara langsung kegiatanyang
mengalamigangguandalampenjadwalanproyek.
6) Memungkinkan keseimbanganoperasisehinggasetiapkegiatan dapatterus berlangsung; sebagaimana
dinyatakan dalam Peneliti B.

41
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

7) Mengatur penggunaan sumber daya, dimana Peneliti B, C, D, E dan F menyampaikan pengaturan penggunaan
sumber daya yang dapat dilakukan melalui metode LoB, Time Chainage Diagram, LSM, RSM dan RPWM.
8) Memberikangambaranluasdannyatauntukstatusproyek secara keseluruhan; sebagaimana dinyatakan dalam
Peneliti A yaitu dengan metode LoB dan kemudian Peneliti C juga mentakan metode PDM menunjukkan
keseluruhan kegiatan dari penjadwalan dengan metode Bar Chart.
C. Pemetaan Metode Penjadwalan Proyek Konstruksi
Pemetaan metode penjadwalan dilakukan berdasarkan tujuan penjadwalan yang telah teridentifikasi
yang dilakukan untuk memberi gambaran kesamaan fungsi masing-masing metode penjadwalan pada tahapan
penjadwalan tertentu sebagai acuan perbandingan/comparasi antar metode penjadwalan yang sepadan.
Pemetaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pemetaan metode penjadwalan terhadap tujuan penjadwalan proyek konstruksi
Metode Penjadwalan Proyek Konstruksi

Bar chart

FLASH
RPWM
Fungsi Metode Penjadwalan

PERT

PNET
CPM

PDM

VPM
RSM
TCD
LSM
LoB
No Proyek Konstruksi

1. Menentukan waktu mulai dan selesainya proyek            


2. Menunjukan hubungan ketergantungan antar kegiatan            
3. Menentukan jalur kritis       
4. Memperkirakan probabilitas waktu penyelesaian proyek   
5. Menginvestigasi keterlambatan suatu kegiatan yang           
mempengaruhi waktu penyelesaian proyek
6. Memungkinkan keseimbangan operasi sehingga setiap      
kegiatan dapatterus berlangsung
7. Mengatur penggunaan sumber daya           
8. Memberikangambaranluasdannyatauntukstatusproyek            
Tabel 3. Pemetaan metode penjadwalan terhadap sifat metode penjadwalan proyek konstruksi
Metode Penjadwalan Proyek Konstruksi
Bar chart

FLASH
RPWM
Sifat Metode Penjadwalan PERT

PNET
CPM

PDM

VPM
RSM
TCD
LSM
LoB

No Proyek Konstruksi

1. Sederhanadanmudahuntukdimengerti        
2. Dapat digunakan untuk penjadwalan semuajenis proyek, 
baikgedung, jalan raya,danbangunanair
3. Digunakan untuk semua jenis proyek berulang    
4. Cocok untuk proyek yang bersifat kompleks      
5. Cocok untuk penjadwalan proyek linier     
6. Digunakan untuk menjadwalkan proyek repetitif vertikal      
Memperhatikan hasil pemetaan metode penjadwalan pada tabel 2, terlihat bahwa tidak ada satu metode
penjadwalan pun yang dapat menjawab semua tujuan penjadwalan proyek konstruksi. Hal ini menunjukan
bahwa untuk menjawab semua tujuan penjadwalan proyek konstruksi agar penjadwalan yang dilakukan
benar-benar efektif dan efisien, maka perlu adanya kombinasi penggunaan beberapa metode penjadwalann
proyek konstruksi.
Metode-metode penjadwalan untuk proyek dengan unit berulang (repetitive) seperti LoB, LSM, RSM
dan VPM, walaupun pada tabel 2 terlihat bahwa dapat menentukan jalur kritis namun hal itu dikarenakan
metode-metode penjadwalan tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan pada umumnya selalu dikombinasikan
dengan CPM atau PDM. Sebaliknya metode CPM dan PDM tidak dapat digunakan sendiri pada proyek
dengan unit berulang (repetitive). Dengan demikian selain untuk menjawab tujuan penjadwalan, kombinasi
penggunaan metode penjadwalan juga harus memperhatikan sifat dari masing-masing metode penjawalan
seperti pada table 3 sehingga kombinasi penggunaan metode penjadwalan dapat dilakukan berdasarkan
kebutuhan sesuai dengan tipe proyek konstruksi seperti tipe proyek konstruksi sederhana, berulang (berulang
horisontal/linier, berulang vertikal) dan proyek yang bersifat kompleks.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil studi literatur dan kajian berbagai metode penjadwalan proyek konstruksi yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Tujuan penjadwalan proyek konstruksi secara umum adalah untuk menentukan waktu mulai dan
selesainya proyek, menunjukan hubungan ketergantungan antar kegiatan, menentukan jalur kritis,

42
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

memperkirakan probabilitas waktu penyelesaian proyek, menginvestigasi keterlambatan suatu kegiatan


yang mempengaruhi waktu penyelesaian proyek, memungkinkan
keseimbanganoperasisehinggasetiapkegiatan dapatterus berlangsung, mengatur penggunaan sumber daya,
memberikangambaranluasdannyatauntukstatusproyek secara keseluruhan.
2) Setiap metode penjadwalan proyek konstruksi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam
penjadwalan proyek konstruksi, antara lain: (1) Metode Bar Chart lebih sederhana, lebih mudah
dimengerti dan dapat digunakan untuk semua jenis proyek konstruksi, tetapi tidak dapat menginvestigasi
keterlambatan suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi waktu penyelesaian proyek, tidak memungkinkan
keseimbangan operasi dan tidak dapat memperkirakan probabiitas waktu penyelesaian proyek; (2) Metode
CPM dan PDM memiliki keandalan dalam menunjukan secara spesifik hubungan ketergantungan antar
kegiatan dan menentukan lintasan kritis kegiatan proyek, tetapi tidak memungkinkan keseimbangan
operasi dan tidak dapat memperkirakan probabilitas waktu penyelesaian proyek; (3) Metode LoB, Time
Chainage Diagram, LSM, RSM dan VPM lebih memungkinkan keseimbangan operasi sehingga setiap
kegiatan dapat terus berlangsung, tetapi tidak dapat menunjukan secara spesifik hubungan ketergantungan
antar kegiatan dan menentukan lintasan kritis kegiatan proyek, serta tidak dapat memperkirakan
probabilitas waktu penyelesaian proyek; (4) Metode PERT, PNET dan FLASH memiliki keunggulan
dalam memperkirakan probabilitas waktu penyelesaian proyek, namun tidak dapat berdiri sendiri dalam
menentukan hubungan ketergantungan antar kegiatan maupun dalam menentukan jalur kritis sehingga
dalam operasionalnya selalu membutuhkan metode CPM atau PDM.
3) Untuk menjawab semua tujuan penjadwalan proyek konstruksi agar penjadwalan yang dilakukan benar-
benar efektif dan efisien, maka perlu adanya kombinasi penggunaan beberapa metode penjadwalann
proyek konstruksiberdasarkan kebutuhan sesuai dengan tipe proyek konstruksi seperti tipe proyek
konstruksi sederhana, berulang (berulang horisontal/linier, berulang vertikal) dan proyek yang bersifat
kompleks.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto, A.(2010). Eksplorasi metode Bar Chart, CPM, PDM, PERT, Line of Balance (LOB) dan Time
Chainage Diagram dalam Penjadwalan Proyek Konstruksi. Tesis Program Pascasarjana ProgramStudi
Magister TeknikSipil
Erivianto, W. I. (2002). Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi Offset. Yogyakarta
Fatma AbdEl - MohyeAgrama(2011). LinearProjectsScheduling UsingSpreadsheetsFeatures.
AlexandriaEngineeringJournal50,179–185
Fitria H. Rachmat, Lingguang Song, and Sang-Hoon Lee. Applying A Stochastic Linear Scheduling Method to
Pipeline Construction
Hamzah, S. (2004).IntegrasiCriticalPathMethod(CPM) danLineofBalanceMethod(LoB)
dalamPerencanaanProyekJalan. JurnalTransportasiVol.4No.2Desember: 141-148
Husen, Abrar (2008). Manajemen Proyek. Penerbit Andi, Yogyakarta
Iman Soeharto (1997). Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Penerbit Erlangga,
Jakarta
Laksito,B.(2005).Penjadwalan Proyek Konstruksi Repetitif Menggunakan Metode Penjadwalan Berulang
(RSM) dan Metode Diagram Preseden (PDM). Media Teknik Sipil/Juli 2005/85
Mattila, K. G., et al (1998). Linear scheduling: past research efforts and future directions. Engineering,
Construction and Architectural Management, Vol. 5 Iss 3 pp. 294 – 303
Robert B., et al (1998). Repetitive Scheduling Method. UMCEE Report No. 98-35, Civil and Environmental
EngineeringDepartment, University of Michigan, Ann Arbor, Michigan
Setiawan, D., et al (2010). Pengembangan Model SimulasiIntegrasi Biaya Dan JadwalProyek Konstruksi Di
Bawah Ketidakpastian. Jurnal Teknik Sipil Volume 6 Nomor 2, 79-192
Suputra, I. G. N. O. (2011). Penjadwalan Proyek Dengan Precedence Diagram Method (PDM) dan Ranked
Position Weight Method (RPWM). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol.15, No. 1
Sutanto (2014).Aplikasi MetodaLine of Balance (LoB)danMetodeCriticalPath
Method(CPM)dalamPenjadwalanKegiatanPembangunan Perumahan. GemaTeknologiVol.17No. 4.
Taha, H.A. (1997). Operations Research. Bina Rupa Aksara, Jakarta
Wibowo, A. (2001). Alternatif Metoda Penjadwalan Proyek Konstruksi Menggunakan Teori Set Samar.
Dimensi Teknik Sipil Vol. 3 No. 1.

43

Anda mungkin juga menyukai