Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PELANGGARAN HAM YANG BERKAITAN


DENGAN KASUS-KASUS KEBIDANAN
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :
Hj. Jujun Triwahyuni, S.Pd. Mm

Nama: Naila Salimatu Sadiah


Nim: 4004200014

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpah Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah dalam bentuk yang sangat sederhana. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata pelajaran Kewarganegaraan juga karena ingin
berbagi kepada teman-teman semua tentang “Pelanggaran Ham Yang
Berkaitan Dengan Kasus-kasus Kebidanan”.

Saya mohon maaf apabila ketika dibaca pekerjaan saya ini banyak
kesalahan baik pemakaian kata, penyusunan kalimat, menjelaskan,
menguraikan isi atau data yang kurang lengkap karena saya baru belajar.
Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan pekerjaan saya
dimasa yang akan datang. Semoga tugas sederhana ini bisa bermanfaat
khususnya bagi saya, umumnya bagi pembaca dan khalayak semoga Allah
memberkahi pekerjaan kita semua.

Bandung, 2 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ham……………………………………………………………………………5
2.2 Dasar hukum Ham dalam Kebidanan…………..………………………………………….7
2.3 Pelanggaran Ham dalam profesi Bidan…………………………………………………….8

BAB III PENUTUP


2.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………….10
2.1 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………….11

ii
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

HAM atau Hak Asasi Manusia adalah konsep hukum dan


normatif yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki hak yang
melekat pada dirinya. Setiap manusia yang ada di dunia ini memiliki
hak dan kewajiban yang harus di jalankan. Hak adalah kepunyaan
atau kepemilikan, asasi merupakan hal mendasar. Oleh karena itu,
hak asasi manusia adalah hal yang mendasar dan utama dan harus
dimiliki oleh manusia sebagai bentuk pembelaan keberadaan hak
manusia itu sendiri.

B. Negara hukum adalah


negara yang dalam
menjalankan sitemnya
berdasarkan
C. atas hukum yang berlaku
berdasarkan kepentingan
umum serta bebas dari
D. kesewenag-wenangan
penguasa. Dalam
penyelenggaraannya negara
haruslah
E. bertumpu pada demokrasi.
Karena jika negara hukum
tanpa demokrasi sama
F. dengan hilangnya maksud
atau makna dari negara
hukum tersebut.
G. J.B.J.M ten Berge
menyebutkan prinsip-prinsip
negara hukum dan demokras
H. Negara hukum adalah
negara yang dalam
menjalankan sitemnya
berdasarkan
I. atas hukum yang berlaku
berdasarkan kepentingan
umum serta bebas dari
J. kesewenag-wenangan
penguasa. Dalam
penyelenggaraannya negara
haruslah
K. bertumpu pada demokrasi.
Karena jika negara hukum
tanpa demokrasi sama
L. dengan hilangnya maksud
atau makna dari negara
hukum tersebut.
M.J.B.J.M ten Berge
menyebutkan prinsip-prinsip
negara hukum dan demokras
N. Negara hukum adalah
negara yang dalam
menjalankan sitemnya
berdasarkan
O. atas hukum yang berlaku
berdasarkan kepentingan
umum serta bebas dari
P. kesewenag-wenangan
penguasa. Dalam
penyelenggaraannya negara
haruslah
Q. bertumpu pada demokrasi.
Karena jika negara hukum
tanpa demokrasi sama
R. dengan hilangnya maksud
atau makna dari negara
hukum tersebut.
S. J.B.J.M ten Berge
menyebutkan prinsip-prinsip
negara hukum dan
demokrasi
Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan
dan di bahas. Masing-masing manusia memiliki haknya, namun si
pemilik HAM juga tidak diperbolehkan menggunakan haknya secara
semena-mena karena akan mengakibatkan pelanggaran hak orang
lain.
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan
dimanapun ia berada. Untuk menjaga kualitas tersebut diperlukan
suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan
dan sesuatu yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian
profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat. Baik dari
aspek input, proses dan output. Sebagai seorang tenaga kesehatan
yang langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
seorang bidan harus melakukan tindakan dalam praktik kebidanan
secara etis, serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan
nilai-nilai keyakinan filosofi profesi dan masyarakat. Selain itu bidan
juga berperan dalam memberikan persalinan yang aman, memastikan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan
bersih.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian HAM
B. Dasar Hukum HAM dalam Kebidanan
C. Apa saja contoh-contoh pelanggaran HAM dalam Kebidanan
C. Tujuan
A. Mengetahui pengertian HAM
B. Mengetahui Hukum HAM dalam Kebidanan
C. Mengetahui contoh pelanggaran HAM dalam Kebidanan

Pembahasan
A. Pengertian HAM
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksud dengan hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh setiap manusia.
Pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia adalah konsep hukum
dan normatif yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki hak
yang melekat pada dirinya. Setiap manusia yang ada di dunia ini
memiliki hak dan kewajiban yang harus di jalankan. Semakin
berkembangnya zaman, muncullah istilah hak asasi manusia (HAM).
Hak adalah kepunyaan atau kepemilikan, asasi merupakan hal
mendasar.
Oleh karena itu, hak asasi manusia adalah hal yang mendasar dan
utama dan harus dimiliki oleh manusia sebagai bentuk pembelaan
keberadaan hak manusia itu sendiri. Adapun kesimpulan bahwa Hak
Asasi Manusia itu:

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi, HAM adalah


bagian dari manusia secara otomatis.

2. HAM berlaku untuk semua orang, tidak memandang jenis kelamin,


ras, agama, etnis, atau asal usul seseorang.

3. Tidak seorangpun bisa membatasi hak orang lain

B. Dasar Hukum HAM dalam Kebidanan


Kebidanan dalam UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum
hamil, masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan, masa nifas,
bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak pra sekolah, termasuk
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Bidan adalah seorang perempuan
yang telah menyelesaikan program pendidikan Kebidanan baik di
dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan
praktik Kebidanan.
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang
yang dijamin secara konstitusional dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini merupakan tujuan
nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, serta keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah


upaya pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu
rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu,
termasuk pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan pada
dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

C. Pelanggaran HAM dalam Profesi Bidan

 Bidan yang Membantu Aborsi akan terjerat hukuman berat


Pada dasarnya menurut Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (“UU Kesehatan”), setiap orang
dilarang melakukan aborsi. Larangan dalam Pasal 75 ayat (1) UU
Kesehatan dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan.
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
Aborsi tersebut hanya dapat dilakukan: (lihat Pasal 76 UU
Kesehatan)
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.
Dalam UU Kesehatan ada sanksi pidana bagi orang yang
melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 75 UU
Kesehatan, yaitu dalam Pasal 194 UU Kesehatan:
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).”
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat kita lihat bahwa UU
Kesehatan tidak membedakan hukuman pidana bagi ibu si bayi
maupun bidan yang membantu aborsi. Ini berbeda dengan
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(“KUHP”). Merujuk pada ketentuan dalam KUHP, si bidan dapat
dihukum dengan Pasal 349 jo. Pasal 348 KUHP:

Pasal 349 KUHP:


“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan
atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.”

Pasal 348 KUHP:

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,


diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Karena sudah ada ketentuan yang mengatur lebih khusus yaitu


UU Kesehatan, maka yang berlaku adalah ketentuan pidana dalam
UU Kesehatan bagi si bidan. Ini berarti si bidan dapat dihukum
karena melanggar Pasal 75 UU Kesehatan dengan ancaman
hukuman sebagaimana terdapat dalam Pasal 194 UU Kesehatan
yang telah disebutkan di atas.

Penutup
A.Kesimpulan
Setiap manusia yang ada di dunia ini memiliki hak dan
kewajiban yang harus di jalankan. Oleh karena itu, hak asasi manusia
adalah hal yang mendasar dan utama yang harus dimiliki oleh
manusia sebagai bentuk pembelaan keberadaan hak manusia itu
sendiri.
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan
dimanapun ia berada.
Tapi jika bidan tersebut melakukan pelanggaran Ham, dapat
kita lihat bahwa UU Kesehatan tidak membedakan hukuman pidana
bagi ibu si bayi maupun bidan yang membantu aborsi.
B. Saran
Kita sebagai masyarakat harus menghargai Hak Asasi Orang
lain Terutama jika kita berprofesi sebagai Bidan. Jangan sampai
melakukan hal-hal yang dilarang dan bukan wewenang nya karna
bidan sudah bersumpah untuk jujur, terampil, pandai, dan juga
menjaga privasi pasien.
Daftar Pustaka

https://saintif.com/pengertian-ham/

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt538c858f7
a71c/jerat-hukum-bagi-bidan-yang-membantu-aborsi/

https://ibi.or.id/id/article_view/a20150112004/definisi.html

Anda mungkin juga menyukai