Anda di halaman 1dari 14

Hepatitis A Menyebar di Sekolah

Dino membaca surat kabar hari ini yang memberitakan adanya kejadian hepatitis A pada anak-
anak di SDN 06 Jambi. Dinas Kesehatan Jambi sudah melakukan investigasi dan mendapatkan
bahwa sumber penyebaran dari kantin sekolah yang menjual jajanan yang sangat ramai saat jam
istirahat. Keadaan sanitasi dan pengelolaan limbah di sekitar sekolah masih belum baik, sehingga
memungkinkan terjadinya penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dinas Kesehatan dalam
rangka penanganan lebih lanjut meminta kepada pihak sekolah agar melaksanakan prinsip dasar
sanitasi, sanitasi makanan dan minuman serta melakukan langkah-langkah pengelolaan sanitasi
di tempat-tempat umum.

I. Klarifikasi Istilah
1. Hepatitis A : Penyakit infeksi akut pada di sebabkan oleh HAV ( Fecal oral)
2. Investigasi : Penyelidikan untuk mengetahui kesalahan atau kebenaran dalam sebuah
fakta.
3. Sanitasi : Upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang dapat
menimbulkan hal hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, daya tahan
tubuh manusia.
4. Limbah : Sisa suatu usaha kegiatan yang mengandung bahan berbahaya bagi
lingkungan dan mahkluk hidup lainnya.
5. Penyakit Berbasis Lingkungan : Kondisi patologis yang mengakibatkan terjadinya
kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang diakibatkan karena interaksi
manusia dan lingkungan yang menimbulkan penyakit.

II. Identifikasi Masalah


1. Apa penyebab dan faktor risiko dari Hepatitis A?
2. Bagaimana transmisi penularan dan pencegahan hepatitis A?
3. Bagaimana cara pengelolahan limbah?
4. Bagaimana cara menginvestigasi wabah?
5. Bagaimana kriteria kantin yang sehat ?
6. Apa saja penyebab dan pencegahan PBL ?
7. Apa saja penyakit-penyakit berbasis lingkungan?
8. Apa saja prinsip dasar sanitasi?
9. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?
10. Bagaimana langkah-langkah pengelolahan sanitasi tempat umum?
11. Bagaimana prinsip dasar sanitasi ditempat umum (sekolah)? (LI)
12. Bagaimana transmisi, faktor resiko dan pencegahan pada penyakit PBL? (LI)

III.Analisis Masalah
1. Apa penyebab dan faktor risiko dari penyakit hepatitis A?
Penjelasan :
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (VHA). Virus hepatitis A termasuk
Hepatovirus, yang masuk dalam famili Picornaviridae. Ukuran virus hepatitis A adalah
27- 32 nm yang dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase
praikterik, tidak mempunyai selubung, mempunyai bentuk icosahedral, positive single-
stranded linier RNA virus, yang mempunyai 7,5 kb genom. Selama memasuki hepatosit,
ribosom pejamu berikatan dengan RNA virus yang tidak berselubung. Selanjutnya, HAV-
RNA ditranslasikan menjadi protein utama yang mengandung 2225 asam amino.2,3
Infeksi virus hepatitis A terutama menular melalui jalur fekal-oral, demikian pula
dengan air dan makanan yang terkontaminasi.dengan air dan makanan yang
terkontaminasi. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat kontak
dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air minum, atau
dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak dimasak dengan baik. Penularan
ditunjang oleh sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak yang intim
(tinggal serumah atau seksual).2,3
2. Bagaimana transmisi penularan dan pencegahan hepatitis A?
Penjelasan :
Transmisi terjadi terutama melalui kejadian luar biasa (transmisi melalui makanan
dan minuman), dan kontak dari orang ke orang. Pada cairan tubuh, virus hepatitis A
terkonsentrasi sebagian besar pada feses, serum, dan air liur. Virus hepatitis A sangat
jarang ditransmisikan melalui produk darah atau prosedur medis. Virus hepatitis A
terdapat pada feses selama 3-6 minggu selama masa inkubasi, dapat memanjang pada
fase awal kerusakan hepatoselular pada pasien yang simptomatik maupun yang
asimptomatik.
Penempelan virus paling maksimal terjadi pada saat terjadinya kerusakan
hepatoselular, selama periode dimana individu yang terinfeksi berada dalam fase yang
paling infeksius. Virus hepatitis A resisten terhadap deterjen dan pH yang rendah selama
transisi menuju lambung. Selama dicerna di saluran pencernaan, virus hepatitis A
berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dan mulai bereplikasi di kripti sel epitel intestin
dan mencapai hati melalui pembuluh darah portal.2
Pencegahan dapat dilakukan melalui menghindari kontak dengan pasien,
meningkatkan higienitas individu (cuci tangan, makan makanan bersih, dan sebagainya),
maupun vaksinasi hepatitis A. Vaksinasi hepatitis A berupa injeksi immunoglobulin 1
mL IM yang diulang setiap 6-18 bulan tergantung vaksin, dengan efektifitas yang
mencapai 80-100%.4 Vaksin diberikan dengan rekomendasi untuk jadwal pemberian dua
dosis bagi orang dewasa berumur 18 tahun dan yang lebih tua, dan dosis kedua diberikan
6 hingga l2 bulan setelah dosis pertama. Anak berusia lebih dari 2 tahun dan remaja
diberi tiga dosis; dosis kedua diberikan satu bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga
diberikan 6 hingga 12 bulan berikutnya. Anak berusia kurang dari 2 tahun tidak
divaksinasi. Cara pemberian adalah suntikan intramuskular (IM) dalam otot deltoideus.3
Vaksinasi tersebut diindikasikan bagi individu berikut:

a. Individu yang akan pergi ketempat endemis. Vaksinasi diberikan 2 minggu


sebelum keberangkatan.
b. Pasien dengan penyakit hati kronis vaksinasi hepatitis A. Namun, efektifitas
vaksinasi pada kelompok dengan penyakit hati lanjut atau imunokomprom ilebih
rendah.
c. Pasien dengan potensi hepatitis A tinggi yakni sosioekonomi rendah, kebersihan
air dan sanitasi yang buruk.4
3. Bagaimana cara pengelolahaan limbah?
Penjelasan :
 Sampah (Limbah Padat)
Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga, komersial,
industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya.
3. Karakteristik sampah terbagi atas beberapa aspek yakni sebagai berikut :
 Sampah Basah (Garbage) adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa sisa potongan
hewan atau sayur-sayuran yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah
menbusuk.
 Sampah Kering (Rubbish) adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat
terbakar.
 Abu (Ashes) adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat yang mudah
terbakar seperti rumah, kantor maupun di pabrik pabrik industri.
 Sampah Jalanan (Street Sweping) adalah sampah yang berasal dari pembersihan jalan
dan trotoar.
 Bangkai binatang (Dead animal) adalah jenis sampah berupa sampah sampah
biologis yang berasal dari bangkai binatang.
 Sampah rumah tangga (Household refuse) merupakan sampah campuran yang terdiri
dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.
 Bangki kenderaan (Abandonded vehicles) adalah sampah yang berasal dari bangkai-
bangkai mobil, truk, kereta api.
 Sampah industri merupakan sampah padat yang berasal dari Industri-industri
pengolahan hasil bumi / tumbuh-tubuhan dan industri lain
 Sampah pembangunan (Demolotion waste) yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu,
besi beton, bambu dan sebagainya
 Sampah khusus adalah jenis sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya
kaleng cat, flim bekas, zat radioaktif dan lain-lain.
 Metode Pengelolaan Sampah
Ada beberapa metode dalam pengelolaan sampah yang dikenal dengan 3RC yaitu:
1. Reduce (mengurangi sampah)
Reduce (mengurangi sampah) berarti mengurangi segala sesuatu yang
mengakibatkan sampah. Reduksi atau disebut juga mengurangi sampah merupakan
langkah pertama untuk mencegah penimbulan sampah di TPA. Menghancurkan sampah
menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya diolah, hanya saja biayanya sangat mahal
tidak sebanding dengan hasilnya. Reduksi (mengurangi sampah) dapat dilakukan
beberapa proses yaitu:
 Reduksi volume sampah secara mekanik. Dilakukan pemadatan pada dump truck
yang dilengkapi alat pemadat sehingga volume sampah jauh berkurang dan
volume yang diangkut menjadi lebih banyak.
 Reduksi volume sampah secara pembakaran. Pembakaran dilakukan dengan
menggunakan suatu unit instalasi incinerator sederhana. Syaratnya sampah harus
dipisah antara yang dapat terbakar dan tidak dapat dibakar serta plastik. Plastik
jangan ikut dalam proses pembakaran karena zat yang dihasilkan akan
membahayakan kesehatan.
 Reduksi sampah secara kimiawi. Cara ini disebut pyrolysis yaitu pemanasan tanpa
oksigen pada suatu reaktor. Umunya zat organik tidak tahan terhadap panas
sehingga dengan pemanasan tanpa oksigen ini akan memecah struktur zat organik
tersebut (kondensasi) menjadi gas, cair dan padat.
2. Reuse (menggunakan kembali)
Reuse (mengunakan kembali) yaitu pemanfaatan kembali sampah secara lansung
tampa melalui proses daur ulang. Contohnya seperti kertas-kertas berwarna-warni dari
majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik, pemanfaatan botol
bekas untuk dijadikan wadah cairan misalnya spritus, minyak cat. Syarat reuse adalah
barang yang digunakan kembali bukan barang yang disposable (Sekali pakai, buang),
barang yang dipergunakan kembali merupakan barang yang lebih tahan lama, hal ini
dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah dan sampah
plastik yang digunakan bukan berupa kemasan makanan, tidak direkomendasikan untuk
dipergunakan kembali karena risiko zat plastik yang berdifusi kedalam makanan.
Pengelolaan sampah dengan cara reuse dapat dilakukan dengan beberapa peoses
yaitu,
a. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang.
b. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama
atau fungsi lainnya.
c. Sampah yang dipilih dikelompokan menurut jenisnya.
d. Lakukan pebersihan sampah.
e. Sampah yang telah dipilih dan dibersihkan kemudian dimanfaatkan kembali baik
untuk fungsi yang sama atau fungsi yang berbeda.
3. Recycling (mendaur ulang)
Recycling (mendaur ulang) adalah pemanfaatan bahan buangan untuk di proses
kembali menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain. Mendaur ulang diartikan
mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak
dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama. Material yang dapat didaur ulang
diantaranya:
a. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi baik yang putih bening maupun
yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
b. Kertas, terutama kertas bekas kantor, koran, majalah, dan kardus. Logam bekas
wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton.
c. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jeringen, ember.
Proses pengelolaan sampah dengan recycling yaitu,
 Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
 Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar.
 Sampah yang telah dipilih dilakukan pengelompokan sesuai jenis sampah dan
dilakukan pembersihan sebelum didaur ulang.
 Sampah yang telah dipilih dibersihkan kemudian didaur ulang sesuai dengan
kreativitas masing-masing.
Pengelolaan sampah dengan cara recycling (daur ulang) akan menhasilkan
barang-barang dengan:
a. Bentuk dan fungsinya tetap Misalnya: daur ulang kertas dengan hasil dan bentuk
yang sama.
b. Bentuk berubah tetapi fungsi tetap Misalnya: daur ulang botol bekas air mineral
c. Bentuk berubah dan fungsi pun berubah Misalnya: plastik menjadi sedotan, bekas
sedotan menjadi hiasan, dll. Tidak semua jenis sampah yang bisa digunakan dalam
metode ini, memerlukan peralatan yang relative mahal.
4. Composting
Composting adalah suatu cara pengelolaan sampah secara alamiah menjadi bahan
yang sangat berguna bagi petanaman/pertanian dengan memanfaatkan kembali sampah
organik dari sampah tersebut dengan hasil akhir berupa pupuk kompos yang tidak
menbahayakan penggunaanya. Pengomposan dilakukan untuk sampah organik, kegiatan
ini dilakukan secara terbuka (aerob) mapun tertutup (an-aerob). Material yang dapat
yang dapat dijadikan kompos yaitu bahan-bahan organik padat misalnya limbah organik
rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kotoran/limbah peternakan, limbah-
limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri.
 Limbah Cair
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari
suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah
tangga (domestik) maupun industri.
Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara
fisika, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak selalu berjalan sendiri-sendiri tetapi
kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinasiantara satu dengan yang lainnya.
Ketiga proses tersebut yaitu,5
1. Pengolahan Secara Fisika
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut
(bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung
padatan, sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan.
2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan
bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses
ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya
menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia
adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air
buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan
zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya
menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
3. Pengolahan Secara Biologis
Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis,
sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Pengolahan secara biologi adalah
pengolahan air limbah dengan menggunakan mikroorganisme seperti ganggang,
bakteri, protozoa, untuk menguraikan senyawa organik dalam air limbah menjadi
senyawa yang sederhana. Pengolahan air limbah secara biologis, antara lain
bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat
dengan bantuan mikroorganisme.5
4. Bagaimana cara menginvestigasi wabah?
Penjelasan :

5. Bagaimana kriteria kantin yang sehat?


Penjelasan :
Persyaratan sanitasi kantin sesuai Kepmenkes diatas meliputi faktor bangunan,
konstruksi, dan fasilitas sanitasi, sebagai berikut :
 Bangunan
1. Bangunan kantin kokoh, kuat dan permanen.
2. Ruangan harus ditata sesuai fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus
karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta barangbarang lainnya
yang dapat mencemari makanan.6,7
 Konstruksi
1. Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.
2. Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.

3. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat


menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan
diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.
4. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan
pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruangan.
5. Atap tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga
lainnya.
6. Langit-langit, permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang.6,7

 Fasilitas sanitasi
1. Air bersih. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan.
2. Air limbah. Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air limbah harus
baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang air limbah tertutup.
3. Toilet. Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan
bak air. Tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan. Di dalam toilet harus tersedia
bak dan air bersih dalam keadaan cukup.
4. Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat,
mempunyai tutup. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
Sampah dibuang tiap 24 jam.
5. Tempat cuci tangan. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
mudah dicapai oleh tamu dan karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air
mengalir, sabun/deterjen, bak penampungan yang permukaanya halus, mudah
dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
6. Tempat mencuci peralatan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci yaitu
untuk mengguyur, menyabun dan membilas.
7. Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat
dan mudah dibersihkan. 
8. Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat menahan
masuknya tikus dan serangga.6,7

 Ruang dapur, ruang makan dan penyajian


1. Dapur harus bersih, ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lain.
2. Ruang makan. Ruang makan bersih, perlengkapan ruang makan (meja, kursi, taplak
meja), tempat peragaan makanan jadi harus tertutup, perlengkapan bumbu kecap,
sambal, merica, garam dan lain-lain bersih.6,7
6. Apa saja penyebab dan pencegahan PBL?
Penjelasan :
7. Apa saja penyakit penyakit berbasis lingkungan?
Penjelasan :
8. Apa saja prinsip dasar sanitasi?
Penjelasan :
Sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan aseptik dalam persiapan, pengolahan, dan
penyajian makanan; pembersihan dan sanitasi lingkungan kerja; dan kesehatan pekerja.
Secara lebih terinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan mentah, penyimpanan
bahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi produk dari lingkungan, peralatan,
dan pekerja, pada semua tahapan proses.
Prinsip-prinsip dasar sanitasi adalah sebagai berikut,

 Kebersihan; yang meliputi pemusnahan mikrobia, sisa-sisa makanan, debu dan


tanah yang memungkinkan tumbuhnya mikrobia yang tidak dikehendaki.

  Sanitasi; yang meliputi penggunaan cara-cara fisik dan mekanis atau zat-zat
kimia dengan maksud untuk memusnahkan sebagian besar mikrobia yang masih
tertinggal pada permukaan perkakas dan peralatan pabrik.

Persyaratan sanitasi harus dipenuhi dalam hal sarana dan atau prasarana yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung, penyelenggaraan atau proses, orang yang
bertanggungjawab, menangani secara langsung dan atau berada langsung dalam
lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau
peredaran pangan.8

9. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?


Penjelasan :
10. Bagaimana langkah-langkah pengelolahan sanitasi tempat umum?
Penjelasan :
Sanitasi tempat-tempat umum adalah usaha untuk mengawasi dan mencegah
akibat dari tempat-tempat yang diperuntukkan bagi masyarakat umum terutama yang erat
kaitannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Pentingnya pengawasan
tempat-tempat umum karena :
a. Tempat umum yang tidak saniter dapat menjadi tempat perkembangbiakan bibit
penyakit dan vektor penyakit, sehingga akan memperluas penyebaran penyakit.

b. Kontruksi bangunan tempat umum yang tidak memenuhi syarat akan dapat
menimbulkan bahaya dan kecelakaan.

Dalam pelaksanaan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum ada beberapa


langkah yang perlu dilakukan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah :

a. Identifikasi Masalah Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Pelaksanaan identifikasi masalah dilakukan dengan melihat secara garis


besar untuk mengetahui permasalahan sanitasi pada tempat umum yang diperiksa
menyangkut permasalahan umum sanitasi yang ada. Tahap ini merupakan survey
pendahuluan ( preliminary survey) pada tempat umum. Pelaksanaan identifikasi
masalah dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan pengusaha/pengelola
atau karyawan pada tempat umum tersebut dan melakukan peninjauan lapangan.
Dalam peninjauan lapangan dimulai dari bagian luar (halaman dan pekarangan),
kemudian ke bagian dalam (ruangan-ruangan). Peninjauan dilakukan di seluruh
wilayah tempat umum dan diutamakan pada lokasi yang dipergunakan sebagai
pelayanan umum.

b. Pemeriksaan Sanitasi ( Sanitary Inspections)

Dalam pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum ada 2 tahapan yang


dilakukan yaitu:

i. Langkah persiapan pemeriksaan

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah


mengadakan peninjauan lokasi (areal survey), mencari dan menentukan
barang-barang sanitasi (sanitary items) dan membuat formulir pemeriksaan
(sanitary inspection sheet).
ii. Langkah pelaksanaan pemeriksaan

Dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan ada dua tindakan yang


dilakukan yaitu:

 Penilaian adalah pengujian sesuatu dengan menggunakan alat ukur atau


standart ukuran tertentu apakah obyek yang diuji sesuai dengan ketentuan
atau persyaratan yang berlaku.

 Pemberian saran perbaikan (order for improvement)

Dalam pelaksanaan pemberian saran dapat dilakukan dengan cara


langsung secara lisan atau tidak langsung yaitu menuliskan saran pada
formulir perbaikan yang dapat ditempel pada unit wilayah yang didapatkan
ada permasalahannya.

iii. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up Inspections)

Pengertian tindak lanjut hasil pemeriksaan sanitasi adalah suatu


pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka pengamatan terhadap hasil
pelaksanaan perbaikan sanitasi setelah pemberian saran pada pemeriksaan
sebelumnya. Maksud dan tujuan dari tindak lanjut ini adalah mengadakan
penilaian secara terus menerus mengenai keadaan sanitasi suatu tempat
umum, memperoleh data pembanding dari kegiatan sanitasi saat ini
(dibandingkan dengan sebelumnya), memperoleh gambaran keadaan sanitasi
tempat umum sepanjang tahun terus menerus, memperoleh data untuk
kepentingan penelitian dan pengembangan.

iv. Sistem penilaian ( Evaluation Methode )

Permasalahan yang didapatkan pada saat diadakan pemeriksaan


sanitasi maupun pemeriksaan tindak lanjut perlu dipertimbangkan
penyelesaiannya apakah hal-hal yang berhubungan dengan:
a. Adanya klasifiasi permasalahan, apakah kesalahannya menyangkut
konstruksi, pengaturan, tidak memenuhi persyaratan, tidak memenuhi
peraturan, terbatasnya anggaran, dan sikap karyawan.

b. Adanya penentuan prioritas, mana yang perlu dilakukan perbaikan terlebih


dahulu, disesuaikan dengan kemampuan pengelola tempat umum.

v. Sistem Pencatatan dan Pelaporan

a. Pencatatan ( recording )

Setiap pelaksanaan dan hasil yang didapatkan dari pengawasan


sanitasi harus dibuat pencatatan. Catatan ini nanti nya dipergunakan untuk
menilai kembali keadaan sanitasi selanjutnya (pembanding). Hal-hal yang
perlu dicatat adalah data hasil pemeriksaan dan pengawasan, nilai keadaan
sanitasi yang diperoleh pada waktu pemeriksaan dan pemeriksaan tindak
lanjut, dan data untuk keperluan statistik yang akan digunakan sebagai
dasar pelaporan.

b. Pelaporan ( reporting )

Dari hasil pencatatan yang diolah selanjutnya disusun sebagi


pelaporan. Dengan adanya pelaporan ini maka pihak-pihak lain akan dapat
mengetahui dan dapat memanfaatkan untuk mengembangkannya.

11. Bagaimana prinsip dasar sanitasi ditempat umum (sekolah)? (LI)


Penjelasan :
12. Bagaimana transmisi, faktor resiko dan pencegahan pada penyakit PBL? (LI)
Penjelasan :
Daftar Pustaka
1. Dorlan,W.A.Newman; Alih Bahasa , Huriawati, Hartanto, Dkk ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Huriawati, Hartanto, Dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.
Jakarta: EGC
2. W.Sudoyo,Aru. 2014. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : Interna Publishing
3. Sylvia Anderson p: Alih Bahasa, Huriawati, Hartanto, Dkk ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Huriawati, Hartanto, Dkk. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
4. Arief, Syamsul. Hepatitis Virus. Dalam: Juffrie M, Soenarto Yati SS, Oswari Hanifah,
Arief S, Rosaline Ina, Mulyani. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Edisis ke-1.
Jakarta: Badan Penerbitan IDAI; 2012.
5. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 288/MENKES/SK/HI/2003 Tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jakarta : 2003
6. Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan. Pedoman
Keamanan Pangan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Bina Gizi. 2011
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006.
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
8. Mubarak,Wahid Iqbal. 2009 . Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
Jakarta:Salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai