Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU 1 : KOMITMEN MUTU

Nama : Fitriani, S.Kep.,Ns


Nip : 19940702 201903 2 008
Kelas/No Urut : Kelas B/3
Unit Kerja : Puskesmas Bonegunu, Kabupaten Buton Utara

1. Judul : Peningkatan kepatuhan petugas kesehatan untuk memakai APD setiap melakukan
tindakan di Puskesmas Bonegunu
2. Pendahuluan
a. Latar belakang
Aparatur Sipil Negara mempunyai peranan yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
penuh kesetiaan kepada pancasila dan undang-undang dasar tahun 1945. Kesemuanya
itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Keberadaan ASN dalam pembangunan Nasional sangatlah penting, sehingga
pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur harus segera
dan wajib dilaksanakan untuk menjawab penilaian sumbang dari masyarakat terhadap
kualitas kinerja instansi publik, dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good
govermance), sehingga dunia usaha (corporate governance) dan masyarakat (civil
society) dapat terlayani dengan maksimal dan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan sosial yang pada akhirnya akan meningkatkan kemajuan dan
kesejahteraan Indonesia.
Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan
Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil selama 1 tahun masa
percobaan, dengan mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter
dalam mencetak PNS. Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk membentuk PNS yang
profesional dan memiliki karakter sehingga mampu melaksanakan tugas dan
perannya secara prima sebagai pelayan publik.
Perawat merupakan Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan kepada masyarakat pada sarana kesehatan. Pelayanan
keperawatan merujuk pada pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, yang mencakup biopsikososiospiritual yang komprehensif ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
meliputi peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan
pemulihan kesehatan dan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Perawat
berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pelayanan keperawatan
pada fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di
lingkungan instansi pemerintah seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Perawat dan angka kreditnya.
Dalam UU Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 29
ayat 1 dijelaskan bahwa perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan bertugas
sebagai pengelola pelayanan keperawatan sesuai dengan standar. (Zaidin Ali, 2009).
Namun dalam pelaksanaannya timbul berbagai masalah yang disebabkan
kurangnya kesadaran dan kepatuhan petugas dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya terutama dalam hal memakai APD. Memakai APD bukan hanya sebagai
persyaratan untuk akreditasi, tetapi juga merupakan standar pelayanan awal pada
pasien. APD juga merupakan persyaratan legal dalam setiap lingkungan pelayanan
kesehatan, dimana dengan banyaknya penyakit dan penyakit menular dalam
masyarakat, semua aspek pelayanan penting untuk perlindungan diri.
Diera globalisasi, masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek, termasuk
terhadap mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sejalan dengan peningkatan
pengetahuan dan teknologi, kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan semakin meningkat baik pelayanan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan
masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat terutama pada kesehatan umum
masyarakat yang mana hal tersebut berdampak pada tercapainya derajat kesehatan
yang optimal. Setiap institusi pelayanan kesehatan selalu berusaha maksimal untuk
mewujudkan pelayanan yang berkualitas, prima serta bertanggungjawab dengan
memenuhi kebutuhan SDM, sarana dan prasarana penunjang kegiatannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peserta selama menjalankan tugas
di UPTD Puskesmas Bonegunu terdapat beberapa permasalahan terkait dengan
ketidakpatuhan petugas kesehatan memakai APD disebabkan karena kurangnya
kesadaran dari petugas dalam memakai APD, sehingga tidak tercapainya hasil
pelayanan yang lebih baik. maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Peningkatan Kepatuhan Petugas Kesehatan Untuk Memakai APD Di UPTD
Puskesmas Bonegunu Kab. Buton Utara”.

b. Tujuan
Adapun tujuan kegiatan ini antara lain:

1. Menerapkan tentang nilai-nilai dasar profesi ASN sehingga lahir calon pemimpin
hebat dan aparatur sipil Negara yang kompeten dan mampu mengaktualisasikan
nilai-nilai dasar ASN di tempat tugas sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, perekat dan pemersatu bangsa.
2. Tercapainya pendokumentasian asuhan keperawat yang lengkap di UPTD
Puskesmas Bonegunu
c. Manfaat
1. Untuk diri sendiri
Mampu menerapkan nilai ANEKA pada tempat kerja
2. Untuk Petugas Kesehatan
 melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja
 menjadi sadar akan pentingnya bahaya infeksi
 membuat perlindungan atau mengisolasi pekerja dari hazard kimia atau fisik
dan biologi yang mungkin didapati.
d. Dasar hukum
1) Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan adalah
pasal 20, pasal 21, dan pasal 28C UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
2) Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, 
Departemen  Kesehatan  Republik  Indonesia, 2010.
3. Gambaran Umum Organisasi
a. Profil

Puskesmas Bonegunu merupakan puskesmas Rawat Inap. Puskemas Bonegunu


terletak di Kelurahan Buranga Jln. Drs. Maoela Daud yang berada dalam wilayah
administrasi kecamatan Bonegunu Kab. Buton Utara. dengan wilayah kerja terdiri dari 10
desa dan 1 kelurahan yang terbagi atas 3 bagian yaitu :

1. Daerah Daratan yaitu:


a. Desa Gunung Sari
b. Desa Wd. Angkalo
c. Desa Ronta
d. Desa Rantegola
e. Desa Koboruno

2. Daerah Pesisir

a. Kelurahan Buranga
b. Desa Wd. Kalowo
c. Desa Ngapaea
d. Desa Eensumala

3. Daerah yang menyebrangi Lautan

a. Desa Koepisino
b. Desa Langere

Sebagian besar wilayah kerja puskesmas Bonegunu terdiri atas dataran tinggi dan
dataran rendah serta rawa – rawa yang secara administrasi berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tatombuli


2. Sebelah barat berbatasan dengan Maligano
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Soloi Agung
4. Sebelah timur berbatasan dengan Bonerombo
Keadaan iklim yang mempengaruhi meliputi musim kemarau dan musim hujan
dengan curah hujan yang cukup tinggi. Keadaan ini sangat mempengaruhi pola penyakit
yang disebarkan oleh vektor dan tingkat pencemaran terhadap sumber air bersih yang
dikonsumsi oleh masyarakat.

Jumlah penduduk yang berd0misili dalam wilayah kerja puskesmas Bonegunu


sekitar 5.224 jiwa yang tersebar di 10 desa dan 1 kelurahan yang terdiri atas berbagai
etnis, agama, budaya dan tingkat pendidikan. Tingkat mobilitas penduduk yang cukup
tinggi, baik yang menggunakan kendaraan darat maupun laut sangat mempengaruhi
penyebaran penyakit terutama penyakit yang berasal dari luar daerah.

Demikian pula halnya dengan tingkat pendidikan, budaya dan agama sangat
mempengaruhi penerimaan motivasi dari inovasi baru yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan. Untuk keinginan dan kemauan dari masyarakat itu sendiri untuk melakukan
langkah langkah yang menunjang kegiatan tersebut.

Jumlah penduduk pada Kecamatan Bonegunu yaitu:

Desa Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga


Eensumala 330 85
Buranga 373 102
Wd. Angkalo 549 157
Langere 781 174
Koepisino 702 172
Rantegola 541 127
Gunungsari 495 135
Ronta 358 93
Koboruno 173 39
Wd. Kalowo 440 112
Ngapaea 482 132
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat
pada Desa Langere dengan jumlah 781 jiwa dengan jumlah rumah tangga 174,
kemudian terdapat di Desa Koepisino dengan jumlah 702 jiwa dengan jumlah rumah
tangga 172 dan terendah terdapat pada Desa Koboruno dengan jumlah 173 jiwa
dengan jumlah rumah tangga 39.
Berbicara masalah sumber daya kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas
Bonegunu Kabupaten Buton Utara maka secara kualitas dan kuantitas dapat
dikemukakan sebagai berikut:

a) Sarana kesehatan
Fasilitas Jumlah 1 (satu ) UPTD Puskesmas Bonegunu pelayanan di 11 (
Sebelas ) desa yang ada terdiri dari 9 Puskesmas Pembantu. Desa Koboruno, desa
Ngapaea, desa Kalowo, desa Gunung Sari, desa Ronta, desa Rantegola, desa
Koepisiono, desa Langere dan Angkalo berada Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Bonegunu.
b) Tenaga kesehatan
Dari segi sumber daya manusia ( SDM ) khususnya bagi tenaga medis dan
paramedis yang bertugas di Wilayah UPTD Puskesmas Bonegunu dianggap cukup
untuk memenuhi stadarisasi ketenagaan di Puskesmas maupun Puskesmas
pembantu. Pada tahun 2019 Puskesmass Bonegunu memiliki sumber daya manusia
kesehatan sebanyak 69 orang, terdiri dari PNS 22 orang, Tenaga P3K 35 orang dan
Tenaga Nusantara Sehat (NS) 12 orang. Saat ini Puskesmas Bonegunu memiliki 2
orang tenaga medis yakni 1 orang PNS dan 1 orang Tenaga Nusantara Sehat.

Keadaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Puskesmas Bonegunu Tahun 2019

TENAGA KESEHATAN PNS P3K PTT NS JUMLAH


Dokter Umum 1 0 0 1 2
Dokter Gigi 0 0 0 0 0
Perawat 4 10 0 6 20
Perawat Gigi 0 2 0 0 2
Bidan 10 10 0 2 22
Apoteker 1 0 0 0 1
Kesehatan Masyarakat 3 5 0 0 8
Tenaga Gizi 2 2 0 1 5
Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 1 0 1 3
Tenaga Biomedik 0 0 0 0 0
Tenaga Fisioterapi 0 0 0 0 0
Tenaga Laboratorium 0 2 0 1 3
Tenaga Pendukung Kesehatan Lainnya 0 3 0 0 3
(Cleaning Service, Sopir Ambulance dan
Satpam)
Total 22 35 0 12 69
b. Tupoksi
1) Tugas Pokok
Melaksanakan pelayanan pengobatan rawat jalan.
2) Fungsi
Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan Puskesmas
4. Uraian tugas sesuai dengan
a. SK jabatan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jenjang Pangkat,
Golongan Ruang Jabatan Fungsional Perawat Kategori Keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), sesuai dengan jenjang jabatannya yaitu, Perawat Ahli
Pertama / Penata Muda, Golongan Ruang III.a.
Rincian kegiatan perawat kategori keahlian sesuai dengan jenjang jabatan, sebagai
berikut :

1) Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;


2) Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
3) Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut;
4) Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
5) Membuat prioritas diagnosa keperawatan;
6) Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
7) Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun rencana
tindakan keperawatan;
8) Melaksanakan case finding/deteksi dini/ penemuan kasus baru pada individu
dalam rangka melakukan upaya promotif;
9) Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu;
10) Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada petugas
sebagai upaya pencegahan infeksi
11) Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
12) Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarganya;
13) Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit menular;
14) Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok;
15) Melakukan peningkatan/penguatan kemampuan sukarelawan dalam meningkatkan
masalah kesehatan masyarakat dalam rangka melakukan upaya promotif;
16) Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat;
17) Melakukan pemenuhan kebutuhan eliminasi;
18) Melakukan manajemen inkontinen urine dalam rangka pemenuhan kebutuhan
eliminasi;
19) Melakukan manajemen inkontinen faecal dalam rangka pemenuhan kebutuhan
eliminasi;
20) Melakukan upaya membuat pasien tidur;
21) Melakukan relaksasi psikologis;
22) Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan;
23) Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam rangka
tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah;
24) Menyusun Laporan kegiatan individu perawat sesuai juknis sebagai panduan
didalam melakukan kegiatan keperawatan
25) Melakukan evaluasi keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan untuk
menilai keberhasilan proses keperawatan yang dilakukan
26) Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap pelaksanaan
perencanaan,tindakan keperawatan dan evaluasi sesuai standar dokumentasi
asuhan keperawatan sebagai bentuk pertanggung jawaban perawat terhadap
tindakan yang telah dilakukan
27) Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
b. Penugasan dari pimpinan diruang Poli Umum
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan bagi usia 6 sampai 45 tahun.
2) Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3) Melaksanakan rujukan
4) Melaksanakan KIR kesehatan
5) Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non medis di poli Umum
6) Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
5. Identifikasi dan tetapkan isu/masalah dan dampaknya bila segera tidak ditanggulangi
(uraikan data/fakta/alasan sehingga isu/masalah tersebut ada)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peserta selama menjalankan tugas di


UPTD Puskesmas Bonegunu terdapat beberapa permasalahan terkait dengan
ketidakpatuhan petugas kesehatan memakai APD disebabkan karena kurangnya
kesadaran dari petugas dalam memakai APD, sehingga tidak tercapainya hasil pelayanan
yang lebih baik. maka penulis tertarik untuk mengambil isu/masalah Kurangnya
Kepatuhan Petugas Kesehatan Untuk Memakai APD Di UPTD Puskesmas Bonegunu
Kab. Buton Utara.

Dampak apabila tidak segera ditanggulangi yaitu berdasar data dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, ada 59juta petugas kesehatan terpapar dengan
berbagai macam bahaya setiap harinya. Terpaparnya tenaga kesehatan dengan berbagai
potensi berbahaya ini pun dapat menimbulkan penyakit infeksi yang meluas apalagi
dimasa pandemi saat ini.

6. Susun Komitmen Mutu/kondisi ideal layanan yang jadi kasus dengan melihat SPM, SOP
atau harapan masyarakat akan layanan tersebut

SOP
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

No.Pokok No. Revisi


Tgl Terbit.
Prosedur
Tetap

                              
Pengertian Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat perlengkapan yang berfungsi
untuk melindungi penggunanya dari bahaya atau gangguan kesehatan tertentu,
misalnya infeksi virus atau bakteri.
Tujuan Untuk mencegah penularan infeksi
Kebijakan Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, 
Departemen  Kesehatan  Republik  Indonesia, 2010.

- Semua Alat Pelindung Diri harus digunakan sesuai dengan rute


transmisi kuman atau jenis tindakan yang akan dilakukan dan berpotensi
terjadi paparan langsung pada tubuh                         
- Semua Alat Pelindung Diri yang sudah digunakan harus dibuang dalam
tempat sampah yang tertutup dan dalam kantong plastik kuning
- Semua Alat Pelindung Diri yang dapat dipakai ulang seperti Goggles
(kacamata dan sepatu boot) harus dibersihkan / didesinfeksi terlebih
dahulu dan dikeringkan sebelum disimpan dalam tempat yang kering
dan bersih

Prosedur Persiapan Alat :                                               


1. Apron (baju/gaun)                              
            Apron plastik digunakan saat kontak langsung dengan pasien atau
            lingkungan : saat membersihkan /merapikan tempat tidur pasien
2. Sepatu pelindung : sepatu harus menutupi seluruh ujung dan telapak
kaki, terbuat dari karet atau plastik agar mudah dicuci dan tahan
tusukan. Sepatu pelindung dipakai di ruang khusus : laboratorium,
pemulasaraan jenazah, kamar bayi, kamar bersalin.
3. Sarung Tangan (Gloves) : 
- sarung tangan steril digunakan pada tindakan / prosedur invasive
- sarung  tangan  bersih  dan  baik  boleh  digunakan  setiap  akan
melakukan kontak dengan bahan/benda yang infeksius (darah atau
substansi tubuh lainnya) atau bersifat kotor
4. Masker
- Masker N95 hanya digunakan untuk penyakit infeksi saluran pernapasan
seperti TBC paru, SARS, Avian Flu. Harus digunakan sebelum masuk
kamar pasien dan dilepas sebelum meninggalkan ruangan
- Masker bedah (surgical mask) dapat digunakan sesuai kebutuhan /
prosedur berpotensi terjadi paparan langsung pada tubuh yang akan
dilakukan
5. Penutup kepala
Pelindung wajah dan mata : harus digunakan saat melakukan tindakan
yang akan berisiko timbul percikan pada wajah, mata dan mulut seperti
saat perawatan pasien trakheostomi, tindakan operasi dll

Langkah-langkah Pemakaian APD :


 Cuci tangan
 Kenakan baju sebagai sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
 Kenakan sepatu bot karet
 Kenakan sepasang sarung tangan pertama
 Kenakan gaun luar
 Kenakan celemek plastic
 Kenakan sepasang sarung tangan kedua
 Kenakan masker
 Kenakan penutup kepala
 Kenakan pelindung kaca mata
Langkah-langkah Pelepasan APD :
 Disinfektan sepasang sarung tangan bagian luar
 Disinfektan celemek dan sepatu boot
 Lepaskan sarung tangan bagian luar
 Lepaskan celemek
 Lepaskan gaun bagian luar
 Disinfektan tangan yang mengenakan sarung tangan
 Lepaskan pelindung mata
 Lepaskan penutup kepala
 Lepaskan masker
 Lepaskan sepatu bot
 Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam
 Semua Alat Pelindung Diri yang sudah digunakan harus dibuang dalam
tempat sampah yang tertutup dan dalam kantong plastik kuning jika
tercemar oleh darah
 Semua Alat Pelindung Diri yang dapat dipakai ulang seperti Googles
(kacamata dan sepatu bot harus dibersihkan/didisinfeksi terlebih dahulu
dan dikeringkan sebelum disimpan dalam tempat yang kering dan bersih
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Pemakaian Masker

Persiapan :
 Masker bedah
 Masker N95

Prosedur :
 Masker Bedah
1. Cara Pemakaian Masker Bedah
 Ikatkan tali masker bagian atas pada kepala tepat diatas telinga
 Ikatkan tali masker bagian bawah pada kepala tepat di leher sisi
belakang
 Posisikan masker terutama pada bagian yang terdapat kawat pipih
sehingga letak akan stabil pada hidung
 Pastikan masker dengan sempurna menutupi hidung dan mulut
dimana batas tepi atas menutup hidung setinggi kelopak matabawah
dan batas bawah menutup sampai dagu
 Ganti masker setiap 4 jam atau jika masker sudah lembab atau rusak
2. Cara melepas Masker Bedah
 Lepaskan ikatan tali masker bawah
 Lepaskan ikatan tali masker atas
 Lipat masker menjadi dua bagian (bagian yang terkontaminasi dilipat
di bagian dalam) kemudian lipat kembali menjadi dua bagian
kemudian ditali
 Masker N95
1. Cara Pakai Masker N95
 Genggamlah masker N95 dengan satu tangan, posisikan sisi
depan bagian hidung pada ujung jari-jari Anda, biarkan tali
pengikat masker N95 menjuntai bebas di bawah tangan Anda
 Posisikan masker N95 di bawah dagu Anda dan sisi untuk
hidung berada di atas
 Tariklah tali pengikat masker N95 yang atas dan posisikan
tali agak tinggi di belakang kepala Anda di atas telinga
 Tariklah tali pengikat masker N95 yang bawah dan posisikan
tali di bawah telinga
 Letakkan jari-jari kedua tangan Anda diatas bagian hidung
yang terbuat dari logam                               
 Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-
masing tangan) mengikuti bentuk hidung Anda. Jangan
menekan masker N95 dengan satu tangan karena dapat
mengakibatkan masker N95 bekerja kurang efektif 
 Tutup bagian depan masker N95 dengan kedua tangan dan
hati-hati agar posisi masker N95 tidak berubah
Unit Terkait Semua Unit Terkait
7. Susun strategi atau solusi atau kegiatan untuk menyelesaikan masalah yang
ditemukan/diangkat

Kegiatan 1. Konsultasi dengan kepala puskesmas mengenai rancangan kegiatan


2. Mengadakan rapat sosialisasi dengan petugas kesehatan tentang bahaya
tidak menggunakan masker saat menangani pasien
3. Menyediakan APD
4. Menyusun rancangan/sangsi yang diberikan jika tidak patuh memakai
APD
5. Membuat SOP pemakaian APD yang baik dan benar
6. Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan
8. Analisis dampak dari strategi/solusi/kegiatan komitmen mutu yang dilakukan

Kegiatan Dampak jika tidak dilakukan


1. Konsultasi dengan kepala puskesmas mengenai 1. Tidak ada kejelasan dari pelaksanaan
rancangan kegiatan kegiatan sehingga tidak berjalan terarah dan
berpotensi terhambat
2. Mengadakan rapat sosialisasi dengan petugas 2. Petugas tidak akan patuh melaksanakan tugas
kesehatan tentang bahaya tidak menggunakan dan fungsinya terutama dalam hal memakai
masker saat menangani pasien APD
3. Menyediakan APD 3. Terkadang jadi alasan petugas kesehatan
untuk tdk memakai APD
4. Menyusun rancangan/sangsi yang diberikan 4. Jika tidak dberikan sangsi petugas kesehatan
jika tidak patuh memakai APD kadang masih kurang patuh memakai APD
5. Membuat SOP pemakaian APD yang baik dan 5. Tidak ada patokan atau dasar yang bisa
benar dipakai petugas dalam memakai APD
6. Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan 6. Untuk melihat efektif atau tidaknya kegiatan
yang telah dilakukan

9. Penutup

Dengan dilaksanakannya komitmen mutu pada pemakaian APD pada petugas kesehatan
menjadikan petugas kesehatan sadar akan bahayanya bila tidak menggunakan APD dan
pelayanan pada masyarakat lebih optimal

Anda mungkin juga menyukai