Anda di halaman 1dari 27

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat tani

di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India. Nikolai

Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India

merupakan daerah asal sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang

mendukung pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau

jenis Phaseolus mungo di India atau disebut kacang hijau India (Rukmana, 1997:

15).

Penyebaran kacang hijau meluas ke berbagai daerah beriklim tropis di Asia

seperti: Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC menunjukkan bahwa

produksi kacang hijau di beberapa negara Asia pada tahun 1972- 1973 amat

bervariasi. India mencapai 392.000 ton, Thailand hanya 191.000 ton, Filipina

19.000 ton, dan Taiwan 3.000 ton (Rukmana, 1997: 15).

Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada

awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau

pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai

berkembang ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur.

Daerah sentrum produksi kacang hijau adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa

Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,

dan DI Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15).

Kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak

dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Dilihat dari kesesuaian iklimdan

kondisi yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki
2

kesempatan untuk melaukan ekspor kacang hijau. Namun dilihat dari data

produksi kacang hijau daerah Riau pada 2018 yaitu sebesar 434 ton, dan pada

tahun 2017 produksi kacang hijau di Riau 448 ton. Yang berarti menurun dari

tahun sebelumnya sebesar 3,13%.

Dilihat dari permasalahan yang timbul pada lahan marginal yaitu pH yang

sangat masam, unsur hara esensial sedikit, serta kandungan Al sangat tinggi. Hal

ini akan menyebabkan tanaman sulit tumbuh pada keadaan tersebut, karena

pengaruh lahan tersebut berdampak langsung ke tanaman seperti keracunan Al,

Fe, Mn, menghambat pembelahan sel, menghambat proses fosforilasi,

menghambat respirasi, dindin sel akar menebal serta akar pendek dan kaku.

Secara umum, lahan kritis mengindikasikan adanya penurunan kualitas

lingkungan sebagai dampak dari adanya bermacam - macam pemanfaatan

sumberdaya lahan yang tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang ada.

Lahan yang sedemikian rupa tersebut pasti tidak dapat berfungsi maksimal sesuai

dengan apa yang menjadi peruntukan lahan tersebut sebagai media tatanan air

maupun sebagai media produksi tanaman. Keberadaan vegetasi sangat penting

untuk keberlanjutan pemanfaatan lahan.

Penanaman vegetasi yang sesuai dengan kemampuan lahan yang ada akan

bermanfaat dalam jangka panjang. Perlunya menghindari adanya kesalahan

tataguna lahan dimaksudkan agar turunnya produktifitas lahan tidak terjadi. Salah

satu perbaikan yang dapat dilakukan adalah penambahan bahan organik pada

tanah, selain untuk menambahn hara, bahan organik juga dapat meningkatkan

mikroorganisme dalam tanah salah satunya pemberian kompos.

Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada

pertanian untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan kompos


3

dapat memperbaiki sifat tanah dan mikrobiologi tanah (Syam, 2003). Secara

kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), ketersediaan

unsur hara, ketersediaan asam humat, (Ida, 2013).

Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk cepat

tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-

15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat popular

karena kadarnya cukup tinggi dan memandai untuk menunjang pertumbuhan

tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).

Menurut Windarawati dan Harjoso (2011) unsur N, P dan K yang cukup akan

berdampak bagi tumbuhan kacang hijau karena kandungan protein dalam biji akan

terbentuk apabila ketiga unsur tersebut terpenuhi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis telah melakukan praktikum tentang

“Pemberian Pupuk Kompos Dan Pupuk NPK 16:16:16 Terhadap Pertumbuhan

Serta Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata)”.

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan

produksi terhadap tanaman kacang hijau pada perlakuan pupuk kompos dan

pupuk NPK 16:16:16

C. Manfaat

Manfaat praktikum ini adalah untuk memperbaiki lahan karena faktor

pembatas pada lahan yang dilakukan, sehingga dengan penambahan pupuk

organik kompos serta dengan penambahan pupuk anorganik NPK 16:16:16 dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman, kesuburan tanah serta produktivitas tanah.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang

tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau ini diduga berasal dari India. Di awal abad

ke-17, kacang hijau mulai menyebar ke berbagai Negara Asia tropis termasuk

Indonesia. Tanaman kacang hijau adalah tanaman semusim berumur pendek (60

hari). Panen kacang hijau dilakukan beberapa kali dan berakhir pada hari ke-80

setelah tanam. Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae.

(M.mustakim, 2016).

Menurut M.Mustakim (2016), taksonomi tanaman kacang hijau (Vigna

radiata) adalah sebagai berikut, Kingdom : Plant Kingdom, Divisio :

Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Dycotyledonae, Ordo :

Polypetalae, Famili : Papilionidae, Subfamili : Leguminosae, Genus : Vigna,

Spesies : Vigna radiate.

Atman (2007), menyatakan bahwa kacang hijau mengandung zat-zat gizi,

antara lain : minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E).

Manfaat dari kacang hijau ini dapat melancarkan buang air besar dan menambah

semangat hidup. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pengobatan hepatitis,

terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala pusing/vertigo, memulihkan kesehatan,

kurang darah, jantung mengipas dan pusing.

Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang,

daun, bunga, buah, dan biji. Menurut Trustinah (1991) mengidentifikasi bahwa

morfologi kacang hijau adalah sebagai berikut : tanaman kacang hijau merupakan

tanaman semusim dengan tinggi tanaman berkisar antara 30-130 cm dan tipe
5

pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe determinit dan semi

determinit.

Tipe determinit, adalah tipe tanaman yang ujung batangnya tidak melilit,

pembungaannya singkat, serempak, dan pertumbuhan vegetatifnya berhenti

setelah tanaman berbunga. Contohnya adalah varietas Merak dan Walet.

Tipe indeterminit (semi determinit), adalah tipe tanaman yang ujung

batangnya melilit, pembungaannya berangsur-angsur dari pangkal kebagian pucuk

dan pertumbuhan vegetatifnya terus berlanjut setelah berbunga. Contohnya adalah

varietas Arta Ijo dan Siwalik.

Sistem perakaran kacang hijau dibedakan menjadi dua (2) yaitu, mesophytes

adalah sistem perakarannya mempunyai banyak akar cabang pada permukaan

tanah dan pada umumnya menyebar. Xesophytes adalah sistem perakarannya

mempunyai banyak akar cabang yang lebih sedikit dan memanjang kearah bawah

dan akar tunggang lebih panjang (M. Mustakim, 2016).

Kacang Hijau memiliki sistem perakaran yang bercabang banyak dan

membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau bintil akar merupakan bentuk

simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen dengan tanaman kacang-kacangan

sehingga tanaman mampu mengikat nitrogen bebas dan udara. Makin banyak

nodul akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) yang diikat dari udara sehingga

meningkatkan kesuburan tanah (Rukmana, 1997).

Tanaman kacang hijau memiliki batang yang berbentuk bulat dan berbuku-

buku. Pada tiap buku menghasilkan satu tangkal daun, kecuali pada daun pertama

berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing berupa daun tunggal

dan bertangkai biasanya disebut dengan epikotil. Pada batang utama terdapat

beberapa cabang yang muncul dari buku bagian bawah. Batang dan cabang
6

tersebut biasanya berwarna hijau muda, hijau tua, ungu muda atau ungu tua.

Bunga terdapat pada batang utama atau pada cabang. Jumlah buku subut pada

setiap tanaman dapat mencapai 5-8 buku subur, dan buku subur pertama biasanya

terdapat pada buku ke-5 atau ke-6 (M. Mustakim, 2016).

Tanaman kacang hijau memiliki daun yang letaknya berseling (alternate) dan

dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu, daun pertama (“primary leaves”)

merupakan dua daun tunggal yang letaknya berhadap-hadapan pada daun utama.

Daun pertama ini berbentuk oval (ovate) atau agak lancip (lanceolate). Panjang

daun pertama dapat berukuran pendek (1,8 – 2,0 cm), sedang (2,4 – 2,6 cm) dan

panjang (3,0 – 3,3 cm). lebar daun pertama dapat sempit (0,3 – 0,4 cm), sedang

(0,7 – 0,8 cm) dan lebar (1,1 – 1,2 cm). Daun terminal adalah yang tumbuh diatas

daun pertama. Semua daun terminal memiliki 3 helaian daun (trifoliate) dan 5

helaian daun (pentafoliate) yang berbentuk oval, agak lancip atau seperti hati.

Warna daun kacang hijau bermacam-macam yaitu hijau muda, hijau atau hijau

tua. (M. Mustakim, 2016).

Bunga merupakan bagian yang sangat penting karena didalamnya terjadi

proses penyerbukan dan pembuahan yang dapat menghasilkan biji. Tanaman

kacang hijau merupakan tanaman yang mengalami penyerbukan sendiri (“self

pollination”). Tanaman kacang hijau mulai menghasilkan bunga pada minggu ke-

6 atau minggu ke-8 setelah tanam. Bunga tersusun dalam bentuk tandan (raceme)

pada bagian atas dari tangkai bunga, daun masing-masing tandan mempunyai 1-

20 bunga. Bunga bersifat “cleistogamy” yaitu bunga akan mekar setelah terjadi

penyerbukan (M. Mustakim, 2016).


7

Periode pembungaan dibedakan menjadi, Ansynchronous adalah pembungaan

yang tidak serempak dan lama pembungannya antara 21-35 hari. Intermediate,

dengan lama pembungaannya antara 21-25 hari.

Penyerbukan pada kacang hijau terjadi pada mlah hari, dimana kepala sari

(anther) mulai pecah sekitar pukul 21.00 dan terbuka sempurna pada pukul 24.00.

bunga kacang hijau akan mekar pagi keesokan harinya dan layu pada siang

harinya.

Buah (polong) kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung

runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau kelam atau hijau tua, dan

setelah tua polong berwarna hitam atau coklat jerami dengan panjang antara 6-15

cm. polong-polong tersebut memiliki rambut pendek dan berisi 10-15 biji. Biji

kacang hijau berbentuk bulat dan pada umumnya lebih kecil dibandingkan dengan

biji kacang-kacangan lainnya. Biji kacang hijau berwarna hijau, coklat, kuning

atau hitam dan hiliumnya ada yang cekung atau tidak cekung (M. Mustakim,

2016). Polong menjadi tua sampai 60-120 hari setelah tanam. Perontokan bunga

banyak terjadi dan mencapai angka 90% (Rositawaty, 2009).

Biji kacang hijau berkeping dua dan terbungkus oleh kulit. Bagian-bagian biji

terdiri dari kulit, keping biji, pusar biji (hilum) dan embrio yang terletak diantara

keping biji. Pusar biji atau hilium merupakan jaringan bekas biji melekat pada

dinding buah. Keping biji mengandung makanan yang akan digunakan sebagai

makanan calon tanaman yang akan tumbuh (Cahyono, 2007).

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas

selama hidupnya. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran

rendah hingga ketinggian 500 m dpl (Fachruddin, 2000). Sedangkan menurut

Purnomo (2007), di daerah dengan ketinggian 750 dpl produksi kacang hijau
8

menurun. Menurut Rukmana (2004), berdasarkan indikator di daerah sentrum

produsen, keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah

yang bersuhu 25o C – 27o C dengan kelembaban udara 50% - 80%, curah hujan

antara 50 mm – 200 mm/bulan, dan cukup mendapat sinar matahari (tempat

terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau.

Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah

hujannya rendah.

Peningkatan produksi kacang hijau juga dapat dilakukan dengan cara

penggunaan pupuk yang efisien dan melakukan teknik budidaya tanaman kacang

hijau yang baik untuk mendapatkan hasil tanaman kacang hijau yang optimum

(Cahyono, 2007).

Penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman dalam hal

mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia

selama siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk anorganik merupakan

tindakan pengelolaan yang diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia, sehingga

kesuburan tanah dapat ditingkatkan (Setyamidjaja, 1990).

Menurut Marsono dan sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang berkaitan

dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi

gembur. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat

diperbaiki dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain

pemberian pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini

pupuk berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian

permukaan. Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono

dan Sigit (2002) adalah meyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.
9

Pupuk organik berasal dari materi makhluk hidup dan lebih banyak memiliki

keunggulan dibandingkan pupuk anorganik, diantaranya dapat memperbaiki sifat

fisika, kimia dan biologi tanah, meningkatkan daya serap air, meningkatkan

efektivitas mikroorganisme tanah, sumber makanan bagi tanaman, ramah

lingkungan, harga ekonomis dan dapat meningkatkan kualitas produksi. Selain

keunggulan-keunggulan tersebut, pupuk organik juga memiliki kelemahan, di

antaranya biaya pengangkutan pupuk organik padat mahal, unsur hara yang

diserap tanaman lebih lambat daripada unsur hara dari pupuk anorganik, harus

melalui proses analisis untuk mengetahui kandungan dan jumlah hara yang

terkandung di dalam pupuk dan dapat menjadi agen penyebar patogen terhadap

tanaman (Parnata, 2010).

Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus

dipertahankan tidak kurang dari 2% agar kandungan bahan organik dalam tanah

tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka seolah

pengolahan tana penambahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun agar

kandungan bahan organik sangat erat kaitannya dengan KTK (Kapasitas Tukar

Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah (Mustofa, 2007; Anonim 2008).

Pupuk anorganik yang sering kali digunakan petani dalam memupuk

pertanamannya terdiri dari pupuk tunggal yaitu pupuk urea, SP-36 dan KCL serta

pupuk majemuk seperti pupuk NPK. Pemberian pupuk yang dianjurkan untuk

pertanaman kacang hijau adalah Urea 50 kg/ha, Sp-36 kg/ha dan KCL 50 kg/ha

(Purwono dan Hartono, 2005). Kandungan yang terdapat dalam macam-macam

pupuk tersebut berupa nitrogen, fosfat dan kalium memiliki peranan masing-

masing dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen


10

berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman dan pembentukan klorofil

yang sangat penting dalam proses fotosintesis.

Unsur fosfat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar dan berfungsi

sebagai bahan baku untuk pembentukan sejumlah protein serta mempercepat

pembungaan, pemasakan biji dan buah (Lingga dan Marsono, 2005).

Unsur kalium berperan dalam masa vegetatif hingga pembentukan biji dan

berhenti ketika mendekati masa panen. Unsur kalium juga berperan dalam

pembentukan batang tanaman yang lebih kuat (Hikmawati, 2004).

Pupuk Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa bahan organik yang

berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami

pelapukan melalui proses dekomposisi atau fermentasi hingga bentuknya sudah

berubah seperti tanah dan tidak berbau. Jenis tanaman yang sering digunakan

untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran

yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering

digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urin, pakan ternak yang

terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di

antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola (Crawford dalam

cahyani, 2011 : 2).

Pengomposan adalah proses pengubahan bahan limbah organik secara

konstan oleh aktivitas berbagai jenis jasad renik, yang masing-masing memiliki

persyaratan kondisi terntentu dengan waktu yang relatif terbatas. Bahan limbah

berubah menjadi kompos yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah. Jadi

kompos adalah produk hasil fermentasi bahan-bahan organik oleh sejumlah besar

jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir

berupa humus (Crawford dalam Cahyani, 2011 : 2).


11

Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun

persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang

sangat bermanfaat bagi tanaman (Isro’i dalam cahyani, 2011 : 176). Meskipun

kompos mengandung nutrisi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan

pupuk mineral/kimia, tetap kompos mempunyai kelebihan lain seperti mempunyai

peran dalam memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik maupun mikrobiologis

yang sangat berpengaruh pada nutrisi tanaman. Beberapa kegunaan pupuk

kompos yaitu, memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur mikro dan

makro yang lengkap, menggemburkan tanah, meningkatkan daya ikat tanah

terhadap air, menyediakan unsur hara makro bagi tanaman, memudahkan

pertumbuhan akar tanaman (Murbandono, 2011 : 11).

Pemberian pupuk NPK merupakan salah satu usaha dalam memenuhi

kebutuhan hara bagi tanaman dan pemberian pupuk NPK yang efisien untuk

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Dosis anjuran pupuk NPK untuk

tanaman kacang hijau adalah 100 kg/ha-1 (Novizan, 2004).

Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara,

pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang,

seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat

memperbaiki keasaman tanah.

Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari

pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang

mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan

majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman,

seperti gabungan antara N, P dan K (Sabiham et al., 1989).


12

Menurut Marsono dan Sigit (2002), secara umum nitrogen berperan dalam

memacu pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif, berperan dalam

pembentukan klorofil serta sebagai komponen pembentuk lemak, protein, dan

persenyawaan lain. Nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintesis asam

amino dan protein serta merupakan pembentuk struktur klorofil. Nitrogen sebagai

pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun.

ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan

memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan

pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna

hijau daun menjadi pucat (Parker, 2004).

Phospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini

terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur phospor adalah hara kedua

setelah nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan

phospor kadang-kadang lebih kritik dari pada nitrogen pada tanah-tanah tertentu.

Nitrogen dapat ditambat oleh mikroba dari udara, tetapi unsur phospor hanya

berasal dari batuan. Tanpa kecukupan phospor berbagai proses di dalam tanaman

akan terhambat sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak

berlangsung secara optimal (Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 1991).

Phospor berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar,

sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,

mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah

(Marsono dan Sigit, 2002). Phospor berperan dalam menstimulasi pertumbuhan

akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses fotosintesis dan

respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada

daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah (Parker, 2004).
13

Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan diambil

oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan HPO42-. Phosfor

diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman,

untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga

merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP

(Adenosine Tri Phospate), yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam

fotosintesis dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor

juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).

Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,

memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap

penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2002). Kalium tidak disintesis

menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di

dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang

esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang

terlibat dalam sitesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan

dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam

mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran

yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).

Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas

produksi biasanya rendah baik itu daun, buah maupun biji seperti pada kedelai

(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).


14

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution KM 11, Kelurahan Simpang

Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama

±4 bulan, dimulai dari akhir bulan Agustus sampai Desember 2019.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah benih kacang hijau, pupuk

kompos, pupuk NPK 16:16:16, tanah dan air. Alat yang digunakan dalam

praktikum adalah cangkul, gembor, penggaris, kamera dan alat tulis.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan dan Pengolahan Kebun Percobaan

Melakukan sanitasi lahan dari gulma yang berada pada kebun percobaan

menggunakan parang, garu dan cangkul. Semua vegetasi dikumpulkan pada

satu tempat serta membuat patokan plot dengan ukuran 1 x 1 meter.

2. Pembuatan Plot

Pembuatan plot mengikuti patokan yang telah dibuat pada kebun

percobaan, dengan tinggi plot 25-30 cm atau satu mata cangkul.

3. Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar yaitu pemupukan dengan kompos 1,5 kg per plot

dengan cara plot dicangkul bagian tengah kemudian diaduk bersamaan

dengan pupuk kompos. Setelah rata, plot kembali dicampurkan dengan kapur

dolomit sebanyak 200 gram per plot kemudian diratakan. Setelah itu, plot

disiram dengan air sampai mencapai kapasitas lapang.


15

4. Penanaman

Jarak tanam yang digunakan pada praktikum adalah 20 cm x 50 cm.

Jarak dalam baris 20 cm, sedangkan jarak larikan 50 cm. Benih ditanam

dengan ditugal 2 perlubang tanam.

5. Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan dengan pemberian NPK 16:16:16 20 gram.

Diberikan tiga kali, pada umur 7 hst, 15 hst, 21 hst.

6. Pengamatan

Pengamatan dilakukan tiga sampel yang terbaik dari jumlah populasi per

plot. Pengambilan data disesuaikan dengan parameter pengamatan yang

dibutuhkan.

7. Perawatan

Perawatan tanaman dilakukan penyiraman dua kali, pagi dan sore hari.

Setelah seminggu tanam, dilakukan penjarangan sehingga per lubang tanam

hanya terdapat 1 tanaman yang akan dirawat.

8. Panen

Panen dilakukan ketika polong tanaman terlihat matang secara

morfologis, yaitu polong telah berubah warna atau menunjukkan warna

coklat kehitaman atau menghitam.

D. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman kacang tanah dilakukan dari permukaan

tanah sampai ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman diamati satu minggu

sebelum panen. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah Daun (helai)


16

Pengamatan jumlah daun dilakukan sekali setelah melakukan

pengamatan terakhir tinggi tanaman kemudian dicatat jumlah daun dari

kacang hijau. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Jumlah Polong (Buah)

Pengamatan jumlah polong dilakukan pada saat sebelum panen, dengan

menghitung jumlah polong pada tiap tanaman kacang hijau di plot kemudian

dicatat jumlah polongnya. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk

tabel.

4. Umur Panen (hst)

Pengamatan umur panen dilakukan pada saat pemanenan dipilih buah

kacang hijau yang telah memenuhi kriteria untuk panen. Data pengamatan

disajikan dalam bentuk tabel.

5. Berat 100 Biji (g)

Pengamatan berat kacang hijau 100 biji dilakukan setelah panen kacang

hijau lalu biji kacang hijau ditimbang dengan timbangan analitik kemudian

catat berat kacang hijau 100 biji.


17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman (cm)

Tabel 1. Tinggi Tanaman


Tinggi
Minggu Minggu Minggu Minggu
No Sampel Total Rerata
1 2 3 4
1 I 17 cm 23 cm 31 cm 43,5 cm 114,5 28,62
2 II 17,6 cm 23,2 cm 35,8 cm 40,5 cm 117,1 29,27
3 III 16 cm 21 cm 28 cm 28,5 cm 93,5 23,37
Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau, berdasarkan data diatas

menunjukkan tinggi tanaman yang paling tinggi terdapat pada sampel 1 dengan

data 43,5 cm, dibandingkan dengan sampel 2 (40,5 cm), dan sampel 3 (28,5 cm).

Hal ini disebabkan karena metabolisme tanaman kacang hijau yang dipengaruhi

oleh faktor lingkungan di daerah penanaman seperti air dan sinar matahari serta

adanya pengaruh pemberian pupuk kompos dan pupuk NPK. Peningkatan tinggi

tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur N, P dan K yang sejalan dengan

meningkatnya dosis pupuk kompos yang diberikan (Susanti, dkk, 2008).

Pada dasarnya pupuk kompos mengandung banyak unsur hara makro, seperti

P, N, dan K sedangkan unsur hara mikro yang terkandung di dalam pupuk

kandang adalah di antaranya Ca, Mg, S, Na, Fe, Cu, dan Mo. Fungsi dari pupuk

kompos ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur,

menetralisir pH pada tanah dengan kondisi yang masam.

Berdasarkan perlakuan antara penggunaan pupuk kompos dan pupuk

kandang, maka pada perlakuan pupuk kandang inilah yang menunjukkan hasil

yang maksimal. Hal ini bukan berarti penggunaan pupuk kompos tidak memiliki

kualitas dalam meingkatkan pertumbuhan tanaman, hanya saja perlu peningkatan


18

dosis pupuk kompos maupun pemberian pupuk dolomit pada lahan yang

memiliki tingkat kemasaman yang tinggi.

B. Jumlah Daun (helai)

Tabel 2. Jumlah Daun

No Sampel Jumlah Daun Total Rerata

1 I 36 Helai 36 36
2 II 33 Helai 33 33
3 III 20 Helai 20 20
Pada pengamatan jumlah daun, berdasarkan data diatas bahwa jumlah daun

tertinggi terdapat pada sampel 1 dengan jumlah 36 helai di bandingkan dengan

sampel 2 berjumlah 33 helai, dan sampel 3 berjumlah 20 helai daun. hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi tanaman maka bertambah pula jumlah ruas,

dengan bertambahnya jumlah ruas akan membentuk daun baru. Bertambahnya

jumlah daun berkaitan dengan tinggi tanaman sehingga semakin tinggi suatu

tanaman maka jumlah daun akan lebih banyak (Thiroseputro, 1993).

C. Jumlah Polong (Buah)

Tabel 3. Jumlah Polong


No Sampel Jumlah Polong Total Rerata
1 I 21 buah 21 21
2 II 32 buah 32 32
3 III 6 buah 6 6
Pada pengamatan jumlah polong, berdasarkan data diatas bahwa jumlah

polong terbanyak terdapat pada sampel 2 dengan jumlah 32 buah, dibandingkan

dengan sampel 1 berjumlah 21 buah, dan sampel 3 berjumlah 6 buah. Hal ini

disebabkan kandungan unsur hara pada tanah yang rendah seperti unsur fosfor

yang berperan penting dalam pembentukan polong. Tidak tercukupinya hara pada

tanah maka akan mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman.


19

Menurut Rindy, A. dkk, (2018) menyatakan bahwa pembentukan polong

terjadi lebih cepat diakibatkan pembungaan lebih awal sehingga pembentukan biji

juga lebih cepat. Selain dari adanya faktor genetik, ketersediaan P juga memicu

peningkatan persentase bunga menjadi buah atau biji, serta membantu asimilasi

sekaligus mempercepat pemasakan buah.

D. Umur Panen (hst)

Tabel 4. Umur Panen


No Sampel Umur Panen
1 I 37 hst
2 II 37 hst
3 III 37 hst
Pada pengamatan umur panen, berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa

pada sampel I, II, dan III memiliki umur panen sama atau serempak dengan waktu

37 hst. Hal ini disebabkan karena adanya keterkaitan umur berbunga dengan umur

pembentukan polong. Menurut Nyakpa, dkk (1988) menyatakan bahwa proses

pembentukan dan pemasakan buah tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti

nitrogen dan fosfat yang tersedia pada media tanam. Kedua unsur ini berperan

dalam pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik

dalam tanaman seperti asam amino, asam laktat, klorofil, ATP dan ADP.

E. Berat 100 biji (g)

Pada pengamatan berat 100 biji, menunjukkan jumlah berat 0,9 gram. Dalam

hal ini peran unsur P sangat berperan penting karena berperan dalam proses

pembentukan biji pada tanaman kacang hijau. Dengan sedikitnya unsur P yang

terserap oleh tanaman menyebabkan biji yang terbentuk pada polong memiliki

ukuran yang kecil, hal ini yang menyebabkan berat antar plot berbeda-beda.

Selain itu, Berat 100 biji dipengaruhi oleh ketersediaan hara dan

kemampuan tanaman menyerap, misal fosfor dalam fase pengisian biji. Fosfor
20

merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer energi (ATP dan

nukleoprotein lain), untuk sistem informasi genetik, untuk membran sel, dan

fosfoprotein (Lambers et al., 2008). Berat 100 biji yang dihasilkan dipengaruhi

oleh jumlah cabang produktif dan jumlah polong tanaman (Ohorella, 2011).
21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum teknologi kesuburan tanah yang telah dilaksanakan

mahasiswa dapat mengetahui deskripsi dari kacang hijau, morfologi, hingga pada

budidayanya. Mahasiswa telah melakukan budidaya kacang hijau dengan baik dan

benar dan juga mengamati parameter yang diperlukan dalam mengambil data dari

hasil budidaya yang telah dilakukan serta mengetahui permasalah-permasalahan

yang berada di lapangan yang mencakup pada kondisi lahan yang merupakan

lahan marginal dan juga pengendalian hama yang menyerang pada tanaman

kacang hijau.

Dari hasil praktikum didapatkan kesimpulan data bahwa hasil yang diperoleh

dari tiap mahasiwa berbeda-beda mulai dari pertumbuhan tanaman yang baik

hingga pada tanaman yang tumbuh kerdil, jumlah daun, serta jumlah polong yang

diakibatkan dari kondisi lahan yang kurang subur atau marginal. Salah satu cara

yang perlu dilakukan untuk mengatasi lahan yang kurang subur atau pH yang

masam yaitu dengan peningkatan dosis pupuk serta dosis kapur dolomit yang

sesuai.

B. Saran

Pada praktikum yang telah dilaksanakan sudah dilakukan dengan baik namun

untuk praktikum kedepannya perlu lebih diefektifkan lagi dalam perawatan

tanaman sehingga praktikum akan lebih baik nantinya. Terlepas dari itu semua

banyak ilmu yang sudah didapat dari praktikum ini dan mahasiswa diharapkan

mampu menerapkan dimasyarakat dan mampu menjadi penyuluh yang

berkompeten.
22

DAFTAR PUSTAKA

Atman. 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Di Lahan
Sawah. Jurnal Ilmiah Tambua. 6 (1):89-95.

Anonim. 2008. Produksi Kacang Hijau Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Cahyono, B. 2007. Kacang Hijau. Teknik Budidaya Kacang Hijau. Tim Editor
Umum. Semarang.

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius, Yogyakarta.

Ida, S. 2013. Manfaat Menggunakan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.


Jurnal Tulungagung.

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Lambers, H., Chapin, F. S., & Pons, T. L. 2008. Plant Physiological Ecology.
New York, NY: Springer New York. https://doi.org/10.1007/978-0-387-
78341-3.

Leiwakabessy, F.M. dan Sutandi, A. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen


Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lingga, P. dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Ohorella, Z. 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai pada


Sistem Olah Tanah yang Berbeda. Jurnal Agronomika, 1(2), 92–98.
Retrieved from http://jurnal.lipi.go.id/publikasi.cgi?tampilpub
likasi&1328740247&Indonesia&1&1326362 280.

Marsono dan Sigit, P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Mustakim, M. 2016. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Novizan. 2004. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Utama. Jakarta.

Nyakpa, M. Y., M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong


dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Purwono dan Hartono, P. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Parker. 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.


23

Parnata, A.S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. PT


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Purnomo. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan. Depok: Penebar Swadaya.

Rindy azhari, et al. 2018. Pengaruh pupuk kompos ampas tebu terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L .). https://online-
journal.unja.ac.id/Agroecotania/article/view/6341. Diakses pada 12
desember 2019 pukul 19.00 WIB.

Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta:


Kanisius.
Rukmana, R. 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius,
Yogyakarta.

Rositawaty, S. 2009. Sehat Dengan Kacang Hijau. Bandung: Citra Praya.

Sabiham, S. Supardi, G. dan Djokodudarjo, S. 1989. Pupuk dan Pemupukan.


Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyamidjaja, Dj. 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Simplex. Jakarta.

Syam, A. 2003. Efektivitas Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Produktivitas


Padi Di Lahan Sawah. Jurnal Agrivigor. 3 (2):232-244.

Tan. 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub.co., Inc. California.

Thiroseputro. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta.

Windrawati, R. dan Harjoso, T. 2011. Pengaruh Pupuk P dan K Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada
Media Tanah Pasir Pantai. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 11 (1):67-74.
24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Praktikum


Bulan
Ag
Septembe Desemb
No Kegiatan ust Oktober November
r er
us
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Sanitasi lahan
2 Pembuatan plot
Pemupukan
3
dasar
4 Penanaman
Pemupukan
5
susulan
6 Pemeliharaan
7 Pengamatan
8 Panen
9 Laporan
25

Lampiran 2. Dokumentasi
26
27

Lampiran 3. Biodata Mahasiswa

Nama : ARI RIYANTO


Tempat/Tanggal Lahir : PANGKALAN KERINCI, 15 SEPTEMBER 1999
Agama : ISLAM
Fakultas : PERTANIAN
Program Studi : AGROTEKNOLOGI
Kelas/Semester : B/V
Asal Sekolah : TK TARUNA ANDALAN
: SD TARUNA ANDALAN
: SMP TARUNA ANDALAN
: SMA NEGERI 2 PANGKALAN KERINCI
Hobi : BASKET, BADMINTON, MUSIK
Alamat Sekarang : Jl. KARYA 1, Gg. MUSLIMIN

6×4

ATAU LEBIH SESUAI


SELERA..

Anda mungkin juga menyukai