Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Menua

1. Pengertian Menua
Lansia (lanjut usia) apabila usianya diatas 60 tahun ke atasa (Setianto 2004
dalam Ferry 2009). Lansia bukan suatu penyakit namun merupakan tahap
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tumbuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pujiastuti 2003 dalam
Ferry effendi 2009). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologis, kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari 2001
dalam Ferry effendi 2009).

Menurut Constantanides (1994 dalam Siti Bandiyah, 2009) menua adalah


suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-
menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ
tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut
usia (masih muda) tetapi mengalami kekurangan- kekurangan yang
menyolok atau diskrepansi (Wahyudi Nugroho, 2006).

Menurut Miller (dalam Kushariyadi, 2010) gerontologi merupakan cabang


ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut
usia. Sedangkan di bidang keperawatan menurut Eberson dan Hess (1994
dalam Noorkarsiani,S., Tamher, 2009), untuk bidang keperawatan lebih

10
11

cocok digunakan istilah gerontic nursing atau keperawatan gerontik,


dimana pendekatannya bukan terbatas pada aspek medis atau ilmiah saja,
tetapi lebih ke arah aspek keperawatan yang meliputi aspek spiritual dan
biopsikologi.

Usia permulaan tua menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1998


tentang lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Proses menua dan lanjut usia merupakan proses alami yang
dialami oleh setiap orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Who dan Undang-undang Nomer 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan


lanjut usia pada Bab 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses berangsur- angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

2. Klasifikasi Lanjut Usia


Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia, yaitu :
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
12

3. Teori Proses Menua


Menurut Sheiera Saul (1974 dalam Siti Bandiyah, 2009), secara individual
tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda- beda. Masing-
masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada
satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori- teori itu
dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu kelompok teori biologis dan
teori kejiwaan sosial.

a. Teori Biologi
1) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut Hayflick (1961 dalam Sri Surini Pudjiastuti, 2003), menua
telah terprogram secara genetik untuk spesies- spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul- molekul atau DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel- sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).

2) Teori Interaksi Seluler


Menurut Berger (1994 dalam Noorkasiani 2009), bahwa sel- sel
yang saling berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi keadaan
tubuh akan baik- baik saja selama sel- sel masih berfungsi dalam
suatu harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi demikian maka akan
terjadi kegagalan mekanisme feed- back dimana lambat laun sel- sel
akan mengalami degenerasi.

3) Teori Replika DNA


Menurut Cunningham (2003), teori ini mengemukakan bahwa
proses penuaan merupakan akibat akumulasi terhadap kesalahan
dalam masa replika DNA sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan
DNA akan menyebabkan pengurangan kemampuan replika
ribosomal DNA (rDNA) dan mempengaruhi masa hidup sel. Sekitar
13

50% rDNA akan menghilang dari sel jaringan pada usia kira- kira
70 tahun.

4) Teori Ikatan Silang


Menurut Year & Gilchrest (2007), proses penuaan merupakan
akibat dari terjadinya ikatan silang yang progresif antara protein-
protein intraselular dan interselular serabut kolagen. Ikatan silang
meningakat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini
mengakibatkan penurunan elastis dan kelenturan kolagen di
membran basalis atau di substansi dasar jaringan penyambung.
Keadaan ini akan mengakibatkan kerusakan fungsi organ.

5) Teori Radikal Bebas


Menurut Cunningham (2003), teori radikal bebas dewasa ini lebih
banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan.
Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil
dan reaktif hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan
terus- menerus menghantam sel- sel tubuh guna mendapatkan
pasangannya, termasuk menyerang sel- sel tubuh yang normal.
Teori mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas
(hydroxyl, superoxide, hydrogenperoxide dan sebagainya) adalah
akibat terjadinya otoksidasi dari molekul intraselular karena
pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim
superoksida- dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan
fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses
penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV (photoaging)
merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini.

6) Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)


Menurut Goldteris & Brocklehurst (1989 dalam Siti Bandiyah,
2009) di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
14

suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada
usia dewasa berinvolusi dan semenjak itulah terjadilah kelainan
autoimun.

b. Teori Kejiwaan Sosial


Teori kejiwaan sosial meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap
perilaku manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan dan perilaku
lansia. Ada beberapa macam teori kejiwaan sosial, diantaranya yaitu :

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)


Menurut Maslow (1954 dalam Noorkasiani, 2009), menyatakan
bahwa para lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak kegiatan dalam kegitan sosial. Ukuran optimum (pola
hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke usia lanjut.

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)


Menurut Kuntjoro (2002), dasar kepribadian atau tingkah laku tidak
berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori
diatas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat diberpengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimilikinya.

3) Teori Pembebasan (Didengagement Theory)


Teori ini menerangkan putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Cumming dan Henry (1961 dalam Siti Bandiyah, 2009),
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur- angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
15

atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini


mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
(triple loos) yaitu kehilangan peran (loos of role), hambatan kontak
sosial (restraction of contacts and relation ships), dan berkurangnya
komitmen (reduced commitment to social mores and values).

4) Teori Subkultur
Menurut Rose (1962 dalam Noorkasiani, 1992), lansia merupakan
kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa percaya dan adat
kebiasaan tersendiri sehingga dapat digolongkan sebagai subkultur.
Akan tetapi, mereka ini kurang terintegrasi pada masyarakat luas
dan lebih banyak berinteraksi antarsesama. Dikalangan lansia,
status lebih ditekankan pada bagaimana tingkat kesehatan dan
kemampuan mobilitasnya, bukan pada hasil pekerjaan, pendidikan,
ekonomi, yang pernah dicapainya. Kelompok- kelompok lansia
seperti ini bila terkoordinasi dengan baik dan dapat menyalurkan
aspirasinya dimana hubungan antargrup dapat meningkatkan proses
penyesuaian pada masa lansia.

5) Teori Stati Kasi Usia


Menurut Riley (1972 dalam Noorkasiani, 2009), teori ini
menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan
struktur sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut ; orang- orang
tumbuh dewasa bersama masyarakat dalam bentuk kohor (waktu)
dalam artian sosial, biologis dan psikologis. Kohor muncul dan
masing- masing kohor memiliki pengalaman dan selera tersendiri.
Suatu masyarakat dibagi ke dalam beberapa strata sesuai dengan
lapisan usia dan peran. Masyarakat sendiri senantiasa berubah,
begitu pula individu dan perannya dalam masing- masing strata,
terdapat saling keterkaitan antara penuaan individu dengan
perubahan sosial. Kesimpulannya adalah lansia dan mayoritas
16

masyarakat senantiasa saling mempengaruhi dan selalu terjadi


perubahan kohor maupun perubahan dalam masyarakat.

6) Teori Penyesuaian Individu dengan Lingkungan


Menurut Lawton (1982 dalam Noorkasiano, 2009), ada hubungan
antara kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi ini
merupakan ciri fungsional individu, antara lain kekuatan ego,
keterampilan motorik, kesehatan biologis, kapasitas kognitif dan
fungsi sensorik. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah
mengenai potensinya dalam menimbulkan respons perilaku dari
seseorang, bahwa untuk tingkat kompetensi seseorang terdapat
suatu tingkatan suasana atau tekanan lingkungan tertentu yang
menguntungkan baginya. Orang yang berfungsi pada level
kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan pada level tekanan
lingkungan yang rendah. Suatu korelasi yang sering berlaku adalah
semakin terganggu (cacat) seseorang, maka tekanan lingkungan
yang dirasakan akan semakin besar.

4. Masalah pada Proses Penuaan


Menurut Siti Bandiyah (2009), meliputi perubahan dari tingkat sel sampai
ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genitalia urinaria, endokrin dan integumen yang dijelaskan
sebagai berikut :

a. Sistem Pernafasan pada lansia


1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernapasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
17

3) Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya)


sehingga jumlah udara pernapasan yang masuk ke paru mengalami
penurunan, kalau ada pernapasan yang tenang kira- kira 500ml.
4) Al veoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas
permukaan normalnya 50 m2), menyebabkan terganggunya proses
difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75 mmHg mengganggu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2tidak terangkut
semua ke jaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun dan lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang sehingga mengeluarkan sekret dan
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.

b. Sistem Persarafan
1) Cepat menurunkan hubungan persarafan
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berpikir
3) Mengecilnya saraf pancaindera
4) Berkurangnya pengglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan tubuh terhadap dingin.

c. Penglihatan
1) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respons terhadap sinar
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Meningkatnya pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
5) Hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapang pandang dan berkurangnya luas pandang
18

7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada


skala

d. Pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
2) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50% terjadi pada usia
diatas 65 tahun
3) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otokklerosis
4) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.

e. Pengecap dan penghidung


1) Menurunnya kemampuan pengecap
2) Menurunnya kemampuan penghidung sehingga mengakibatkan
selera makan berkurang.

f. Peraba
1) Kemunduran dalam merasakan sakit
2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

g. Perubahan kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
4) Kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak)
19

5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh


darah perifer (normal ± 170/95 mmHg).

h. Sistem genetalia urinaria


1) Ginjal : mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, penyaringan di glomerulus menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya kemampuan
mengosentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya
+1).
2) Vesika urinaria/kandung kemih : otot- otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
BAK meningkat, vesika urinariasusah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia di atas 65 tahun.
4) Atrofi vulva.
5) Vagina : selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus.
6) Daya seksual : frekuensi seksual intercouse cenderung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

i. Sistem endokrin
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Pituitary : pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada dipembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH dan LH
3) Menurunnya aktivitas tiroid
4) Menurunnya produksi aldesteron
5) Menurunnya sekresi hormon : progesteron, esterogen, testosteron
6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang, serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stress).
20

j. Perubahan sistem pencernaan


1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atrofi indra pengecap (± 80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, pahit
3) Esofagus melebar
4) Lambung : rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun.
5) Persitaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

k. Sistem muskuloskeletal
1) Tulang rapuh
2) Resiko menjadi fraktur
3) Kyphosis
4) Persendian besar dna menjadi kaku
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur
6) Pinggang, lutut, jari pergelangan tangan terbatas
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi
badan berkurang)

l. Perubahan sistem kulit dan jaringan ikat


1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering dan kurang elastis karna menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adipose
3) Kelenjar keringat mulai tidak bekerja dengan baik sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
21

4) Kulit pucat dan ada bintik –bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurnnya sel sel yang memproduksi pigmen
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang –kadang
menurun
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak, rendahnya aktivitas otot.

m. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual


1) Perubahan sistem reproduksi
2) Selaput lendir vagina menurun atau kering
3) Menciutnya ovarium dan uterus
4) Atrofi payudara
5) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur – angsur
6) Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.

n. Perubahan sosial
1) Peran : Post power syndrome, single woman, dan single parent.
2) Keluarga (emptiness) : Kesendirian, kehampaan.
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan
kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat
pikun (tidak berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal
(dicubit, tidak diberi makan).
22

5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan


pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
6) Pensiun : Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun).
Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok
bagi lansia dan income security.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamanan : Jatuh, terpeleset.
10) Transportasi : Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi
lansia.
11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan
masukan dalam sistem politik yang berlaku.
12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan
kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.
13) Agama : Melaksanakan ibadah.
14) Panti jompo : Merasa dibuang/ diasingkan.

o. Perubahan psikologis
Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang dialaminya
akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
1) Masalah- masalah umum yang sering dialami pada lansia
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain
b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola
hidupnya
c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik
d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang
telah meninggal atau pergi jauh dan atau cacat
e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang
yang semakin bertambah
23

f) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai


orang dewasa
g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus
direncanakan untuk orang dewasa
h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk
lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama
yang berat dengan yang lebih cocok
i) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat,
buaya darat, dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi
untuk mempertahankan diri.
2) Perubahan- perubahan umum dalam penampilan lansia
a) Bagian kepala : bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi
atau karena harus memakai gigi palsu, penglihatan agak kabur,
mata tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan, dagu
mengendur tampak berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut dan
kering, bintik hitam pada kulit tampak lebih banyak, serta
rambut menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu.
b) Bagian tubuh : bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut
membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak mengendur
dan lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumnya, garis
pinggang melebar menjadikan badan tampak seperti terisap,
serta payudara bagi wanita menjadi kendur.
c) Bagian persendian : pangkal tangan menjadi kendur dan terasa
berat, sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Kaki menjadi
kendur dan pembuluh darah balik menonjol, terutama ada
disekitar pergelangan kaki. Tangan menjadi kurus kering dan
pembuluh vena di sepanjang bagian belakang tangan menonjol.
Kaki membesar karena otot-otot mengendur, timbul benjolan-
benjolan, serta ibu jari membengkak dan bisa meradang serta
timbul kelosis. Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras, dan
mengapur.
24

3) Perubahan umum fungsi panca indra pada lansia


a) Sistem pengelihatan : ada penurunan yang konsisten dalam
kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang
rendah serta menurunnya sensitivitas terhadap warna.
b) Sistem pendengaran : orang berusia lanjut kehilangan
kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi
sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan
berakhirnya pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan
matinya rumah siput di dalam telinga.
c) Sistem perasa : perubahan penting dalam alat perasa pada usia
lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas
terasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam
pipi.
d) Sistem penciuman : daya penciuman menjadi kurang tajam
sejalan dengan bertambahnya usia, sebagian karena
pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi
karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung
e) Sistem peraba : kulit menjadi semakin kering dan keras, maka
indra peraba di kulit semakin peka.
4) Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia
a) Kekuatan motorik : penurunan kekuatan yang paling nyata
adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-
otot yang menopang tegaknya tubuh
b) Kecepatan motorik : penurunan kecepatan dalam bergerak bagi
lansia dapat dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi, dan
keterampilan dalam bergerak tampak sangat menurun setelah
usi 60-an.
c) Belajar keterampilan baru : bahkan pada waktu orang berusia
lanjut percaya bahwa belajar keterampilan baru akan
menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih lambat dalam
belajar dibanding orang yang lebih muda dan hasil akhirnya
cenderung kurang memuaskan.
25

d) Kekukuan motorik : lansia cenderung menjadi canggung dan


kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan
dipegangnya tertumpuh dan terjatuh.

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan Asam Urat


1. Pengertian
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin
yang ditandai dengan hiperurikemi (peningkatan kadar asam urat) dan
serangan sinovitis akut (peradangan pada sendi panggul) berulang-
ulang (Chairuddin) Penyakit ini paling sering menyerang pria usia
pertengahan sampai usia lanjut dan wanita pasca menopouse (Fauci,
Braunwald).
Penyakit Asam Urat adalah artritis yang sangat menyakitkan yang
disebabkan oleh penumpukan kristal pada persendian, akibat tingginya
kadar asam urat di dalam tubuh. Sendi- sendi yang di serang terutama
adalah jari- jari, dengkul, tumit, pergelangan tangan, jari tangan dan
siku. Selain nyeri, penyakit asam urat juga dapat membuat persendian
membengkak, meradang, panas dan kaku sehingga penderita dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya dan penderita tidak dapat berobat
di karenakan ekonomi yang kurang (Yolianingsih, 2010).

2. Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini
ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat
(MSU, gout dan kalsium pirofosfat dihidrat CPPD, pseudogout), dan
pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.
Klasifikasi gout dibagi menjadi 2 yaitu (Chairuddin, 2003).
a. Gout Primer : dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat produksi/
sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui
penyebabnya.
b. Gout Sekunder
26

1) Pembentukan asam urat yang berlebihan


- Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukimia, mieloma
retikularis).
- Sindroma lech-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi
hipoxantin guanine fosforibosil transferase yang terjadi
pada anak- anak dan pada sebagian orang dewasa.
- Gangguan penyimpanan glikogen
- Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi
sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.
2) Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
- Kegagalan ginjal kronik
- Pemakaian obat salisilat, tiazid bebrapa macam diuretik dan
sulfonamid.
- Keadaan- keadaan alkoholik, asidosislaktik,
hiperparatiroidisme dan pada miksedema.

3. Faktor Pedisposisi

Terjadinya penyakit gout yaitu :

a. Umur
b. Jenis kelamin lebih sering terjadi pada pria
c. Iklim
d. Herediter dan keadaan- keadaan yang menyebabnya timbulnya
hiperurikemia.
27

4. Patofiologi
Peningkatan Asam urat dalam
Diet tinggi purin serum
pemecahan sel

Katabolisme purin Asam urat


Tidak di ekskresi
dalam sel
melalui urine
keluar

Penyakit ginjal
Asam urat dalam Kemampuan ekskresi (glomerulonefritis
serum meningkat asam urat terganggu/ dan gagal ginjal )
(hiperuresemia) menurun

Hipersaturasi asam
Peningkatan asam
urat dalam plasma Konsumsi alkohol
laktat sebagai produk
dan garam urat di
sampingan
cairan tubuh
metabolisme

Terbentuk kristal Dibungkus oleh Merangsang


monosodium urat berbagai protein neutrofil
(MSU) (termasuk IgG) (leukosit PMN)

Terjadi
Di ginjal Dijaringan lunak fagositosis
dan persendian oleh leukosit

Penumpukan dan
pengendapan MSU Penumpukan dan Terbentuk
pengendapan MSU fagolisosom

Pembentukan
batu ginjal Pembentukan tophus Merusak selaput
asam urat protein kristal

Respon inflamasi
Proteinuria, meningkat Membran lisosom
hipertensi ringan, robek, terjadi
urin asam & pelepasan enzyme
pekat dan oksida radikal
kesitoplasma
Resiko ketidakseimbangan (synovial)
volume cairan
Peningkatan
Hipertermi kerusakan
Pembesaran & jaringan
penonjolan sendi

Nyeri hebat, Gangguan Deformitas sendi


rasa nyaman, Gangguan
pola tidur Kontraktur sendi
Kekakuan sendi

Kerusakan integritas Fibrosis/ atau Hambatan


jaringan ankilosis tulang mobilitas fisik
28

5. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati :
(Silvia A. Price).
a. Stadium pertama dalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium
ini asam urat serum laki- laki meningkat dan tanpa gejala selain
dari peningkatan asam urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu
jari kaki dan sendi metatarsofalangeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis.
Tidak terdapat gejala- gejala pada tahap ini, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
yang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari
1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan
tidak dimulai. Peradangan kronik akibat kristal- kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, kaku, pembesaran dan penonjolan
sendi bengkak.

6. Komplikasi
Penyakit Asam Urat jika tidak segera ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi, yaitu :
a. Tophi : komplikasi asam urat yang paling umum yang ditandai
dengan penumpukan kristal- kristal dibawah permukaan kulit.
b. Deformitas Sendi : adanya perubahan pada bentuk persendian
c. Batu Ginjal : faktanya kristal dapat menumpuk dan memicu batu
ginjal.
d. Sakit Ginjal Kronis : jika ginjal rusak maka tubuh jadi kehilangan
kemampuan untuk menyaring zat- zat pembuangan tadi dan lama-
kelamaan memicu sakit ginjal kronis.
29

7. Penatalaksanaan dan Terapi


Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut
dan serangan hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan
dalam terapi penyakit ini :
a. Mengatasi serangan akut
b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal
urat pada jaringan, terutama persendian.
c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hiourisemik.

Terapi Non Farmakologi


Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam
penanganan gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan
kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan
menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
terbukti efektif.
Terapi Farmakologi
Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/ hari atau diklofenak 150 mg/ hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak
ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena
ekskresi aspirin berberkompetisi dengan asam urat dan dapat
memperparah serangan akut gout. Keputusan memilih NSAID atau
kolkisin tergantung pada keadaan pasien, misalnya adanya penyakit
penyerta lain/ komorbid, obat lain juga yang diberikan pada pasien
pada saat yang sama, dan fungsi ginjal. Kolkisin merupakan obat
pilihan jika pasien juga menderita penyakit kardiovaskuler, termasuk
hipertensi, pasien yang mendapat diuretik untuk gagal jantung dan
pasien yang mengalami toksisitas gastrointestinal, kecenderungan
perdarahan atau gangguan fungsi ginjal.
30

Obat yang menurunkan kadar asama urat serum ( allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon ) tidak boleh
digunakan pada serangan akut.

Penggunaan NSAID inhibitor cyclooxygenase- 2, kolkosin dan


kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini.
1) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk
pasien yang mengalami serangan gout akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan.
NSAID harus di berikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada
24- 48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin
banyak di resepkan untuk serangan akut atritis gout, dengan dosis
awal 75- 100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah hari
bersamaan dengan meredanya gejala serangan akut. Efek samping
indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek
ini akan sembuh pada saat dosis diturunkan. NSAID lain yang
umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut adalah :
- Naproxen – awal 750mg, kemudian 250mg 3kali/ hari.
- Piroxicam – awal 40mg, kemudian 10- 20mg/ hari.
- Diclofenac – awal 100mg, kemudian 50mg 3kali/ hari
selama 48jam kemudian 50mg 2 kali/ hari selama 8 hari.
2) COX- 2 inhibitor ; Etoricoxib merupakan satu- satunya COX- 2
inhibitor yang dilisensikan untuk mengatasi seranagan akut gout.
Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk
pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID
non- selektif. COX- 2 inhibitor mempunyai resiko efek samping
gastrointestinal bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID
non- selektif.
3) Colchicine ; Colchicine merupakan terapi speksifik dan efektif
untuk serangan gout akut. Namun, dibanding NSAID kurang
31

populer karena mula kerjanya (onset) lebih lambat dan efek


samping lebih sering dijumpai.
4) Steroid ; strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah
pemberian steroid intra- artikular. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena.
Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara artritis sepsis dan gout akut karena pemberian
steorid intra- artikular akan memperburuk infeksi.

Penatalaksanaan gout kronik


Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor yang
penting untuk mencegah terjadinya serangan akut gout, gout
tophaceous kronik, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu
ginjal asam urat. Kapan mulai diberikan obat penurun kadar asam
urat masih kontroversi.
Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxostat (sedang dalam
pengembangan) untuk terapi gout dijelaskan berikut ini.
- Allopurinol, obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik
adalah allopurinal. Selain mengontrol gejala, obat ini juga
melindungi fungsi ginjal. Allopurinal menurunkan produksi
kadar asama urat dengan cara menghambat enxim xantin
oksidase. Dosis pada pasien dengan fungsi ginjal normal
dosis awal allopurinal tidak boleh melebihi 300mg/ 24 jam.
Respom terhadap allopurinal dapat dilihat sebagai
penurunan kadar urat dalam dalam serum pada 2 hari
setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7- 10 hari.
Kadar asam urat dalam serum harus dicek setelah 2- 3
minggu penggunaaan allopurinal untuk meyakinkan
turunnya kadar urat.
- Obat Urikosurik ; kebanyakan pasien dengan hiperurisemia
yang mensekresikan asam urat dapat diterapi dengan obat
urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500mg 1g 2 kali/
32

hari) dan sulfinpirazol (100mg 3- 4 kali/ hari) merupakan


alternative allopurinal, terutama untuk pasien yang tidak
tahan terhadap allopurinal. Urikosurik harus dihindari pada
pasien dengan nefropati urat dan yang memproduksi asam
urat yang berlebihan. Obat ini tidak efektif pada pasien
dengan fungsi ginjal yang buruk (klirens kretinin <20- 30
mL/menit). Sekitar 5% pasien yang menggunakan
probenesid jangka lama mengalami munal, nyeri ulu hati,
kembung atau konstipasi.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (>6 mg%)
b. Kadar asam urat serum meningkat.
c. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
d. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat (500 mg %
/liter per 24 jam)
e. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi
menunjukkan kristal urat monosodium yang membuat diagnosis.
f. Sinar X sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang
dan perubahan sendi.

C. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Lansia


1. Pemenuhan kebutuhan dasar menurut para ahli
a. Menurut Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima
kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut :
1) Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki
Maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi
33

secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi


kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu. Misalnya, seorang
yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya
akan mencari makanan terlebih dahulu dari pada mencari cinta.
Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk bertahan hidup.
Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis, yaitu
kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan
dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan
fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal,
kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting untuk
mempertahankan kebutuhan tersebut guna kelangsungan umat
manusia.
2) Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security
Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah
keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis
maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari
ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang
baru atau tidak dikenal.
3) Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and
Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang,
perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain,
kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui
dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
4) Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang
lain, kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan
orang lain.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
34

Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri


dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar
memenuhi kebutuhan sendiri – sendiri, tidak emosional,
mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.

b. Kebutuhan Dasar Manusia


Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap
individu mempunyai karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya
sama. Perbedaannya hanya dalam pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut (Asmadi, 2008).

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur- unsur yang


dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham maslow dalam teori hierarki kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan secara fisiologis seperti oksigen, cairan
(minuman), nutrisi (makanan), kebutuhan aman & nyaman,
kebutuhan rasa cinta, kebutuhan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri (Potter & Patricia, 2009). Menurut Maslow
pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh kedua
kekuatan (motivasi) yakni motivasi keluarga (deficiency
motivication) dan motivasi kekurangan atau perkembangan
(growth motiviation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk
mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai
kekurangan yang ada. Misalnya, lapar akan mendorong seseorang
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ; haus untuk memenuhi
kekurangan cairan dan elektrolit tubuh; sesak nafas untuk
memenuhi kekurangan oksigen di tubuh; takut dan cemas
35

merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa aman; dan


sebagainya (Asmadi, 2008).
Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling
penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting.
Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat di bawahnya. Lima
kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, diambil dari Asmadi
(2008) sebagai berikut :

c. Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia


1) Kebutuhan rasa nyaman : nyeri
a) Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatnya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(Aziz azimul, 2014).

b) Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi 2 yaitu nyeri


akut dan nyeri kronis
 Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul seacara
mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6
bulan yang ditandai dengan adanya peningkatan.
36

 Nyeri kronis merupakan yang timbul secara perlahan-


lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam k
ategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis dan nyeri psikomatik.

c) Faktor yang mempengaruhi nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, anatara lain :
 Arti nyeri, arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian besar arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dll. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti usia, jenis kelamin dan latar belakang.
 Persepsi nyeri, merupakan penilaian sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif)
 Toleransi nyeri, toleransi ini erat berhubungan dengan
adanya intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain
alcohol, obat- obatan, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara
lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak
kunjung hilang dan sakit.
 Reaksi terhadap nyeri, merupakan bentuk respon
seesorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah ,
cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan
bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai buadaya, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia, dll.
37

2) Kebutuhan mobilitas
a) Pengertian mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna
mempertahankan kesehatannya (Aziz azimul, 2014 ).

b) Jenis mobilitas
 Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari- hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
 Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan safar motorik dan sensorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau
patah tulang dengan pemasanagan traksi. Pasien
paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada
ekstermitas bawah karena kehilangan control motoric
dan sensorik.
 Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya
adanya dislokasi sendi dan tulang.
 Mobilitas sebagian permanen, merupaka kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
38

saraf yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia


karena stroke, parapelgi karena cidera tulang belakang.

c) Faktor yang mempengaruhi mobilitas


 Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas
seseorang karena berdampak pada kebiasaan atau
perilaku sehari- hari.
 Proses penyakit/ cidera
Hal ini dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat
berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang
yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstermitas bagian
bawah.
 Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga
dipengaruhi kebudayaan. Contoh orang yang memiliki
budaya yang sering berjalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang kuat. Begitu juga sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat
dan budaya yang dilarang untuk beraktifitas.
 Tingkat energi
Energi merupakan sumber untuk melakukan mobilitas,
melakukan mobilitas diperlukan energi yang cukup.
 Usia dan status perkembangan
Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan dan
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.
39

3) Kebutuhan istirahat dan tidur


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi seacar optimal, maka
setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak
terkecuali juga orang yang sedang menderita sakit, mereka juga
memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam
keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu,
sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun
memenuhi kebutuhan tidur tersebut (Aziz azimul, 2014).
a) Pengertian istirahat dan tidur
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas
tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah,
bersantai untuk meyegarkan diri atau melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan
menjengkelkan (Hidayat, 2008 ). Tidur merupakan suatu
keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses
fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap
rangsangan dan luar (Asmadi, 2008).

b) Karakteristik istirahat
Menurut Maslow terdapat enam kondisi seseorang dapat
beristirahat : merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi,
merasa diterima, mengetahui apa yang terjadi, sejumlah
kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan,
mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan (Asmdi,
2008).
40

c) Tujuan dan fungsi tidur


Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketaui, akan
tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi
stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin. Energi disimpan
selama tidur : pertama, efek pada sistem sarag yang
diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan diantara berbagai susunan saraf, dan kedua,
efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran
dan fungsi dalam organ tubuh karena selama terjadi
penurunan.

2. Kebutuhan dasar yang terganggu pada klien dengan Asam Urat (Gout)
a. Kebutuhan rasa aman nyaman
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Pada klien menderita
Asam Urat (Gout) akan mengeluh nyeri pada bagian tubuh tertentu
(misalnya : jari- jari, dengkul, tumit, pergelangan tangan, jari
tangan dan siku) hal ini dikarenakan terjadi pembengkakan pada
sendi saat klien melakukan aktifitas misal : bangun tidur,
melakukan kegiatan tertentu dan menjelang tidur maka terjadi
gesekan pada sendi maka akan menimbulkan rasa nyeri di
persendian sehingga mengganggu kebutuhan aktivitas sehari- hari
untuk kebutuhan rasa nyaman.
41

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Klien
Konsep keperawatan Asam Urat (Gout) meliputi :
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian
tentang masalah- masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terdiri atas :
1) Pengumpulan data (anamnesa)
a) Data demografis
Identitas klien : meliputi nama, jenis kelamin, umur, lamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, riwayat pekerjaan, tanggal masuk panti,
diagnosa medis.
Pada umumnya keluhan utama pada lansia dengan Asam
Urat (Arthritis Gout) adalah nyeri sendi dan bengkak pada
pagi hari atau malam hari, terasa hangat, merah dengan
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah,
kecemasan, palpitasi (feokromositoma), episode lemah otot
(aldosteronisme).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan :
 Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
 Quality of pain : seperti apa rasanya nyeri yang ditusuk-
tusuk, terbakar, berdenyut dan tertimpa benda berat.
 Region : radiation, relief, apakah sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit
terjadi.
 Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien, bisa berdasarkan rasa nyeri atau
42

klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit


mempengaruhi kemampuan fungsinya.
 Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau pagi hari.

2) Riwayat penyakit sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari Asam Urat (Arthritis Gout), yang akan membantu dalam
membuat rencana tindakan keperawatan terhadap klien, yang
bisa berupa keluhan sebab dari Asam Urat (arthritis gout), yang
mengeluh lemas, kesemutan, seperti keram, tidak bisa jalan
jauh jika kambuh dan kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga akhirnya bisa ditentukan kekuatan terjadi dan dapat
menegakkan diagnosa serta tindakan keperawatan.

3) Riwayat penyakit keluarga


Adalah keluarga yang menderita penyakit Asam Urat (arthritis
gout), dimana keluarga memiliki Asam Urat maka
kemungkinan untuk mengalami Asam Urat juga semakin besar.

4) Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari
baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Cemas dan
takut untuk melakukan aktivitas & Tidak berdaya gangguan
aktivitas ditempat kerja.
43

2. Dasar pengkajian data klien


a. Aktivitas/ istirahat
- Gejala : nyeri sendi karena digerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari
- Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit : kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
- Gejala : jantung cepat, tekanan darah menurun
c. Integritas ego
- Gejala : faktor- faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor- faktor hubungan keputusan
dan ketidakberdayaan ancaman pada konsep diri, citra tubuh,
identitas pribadi misalnya ketergantungan orang lain.
d. Makanan atau cairan
- Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat :
Mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
- Tanda : penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
e. Hygiene
- Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktifitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
- Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensai
pada jari tangan
- Tanda : pembengkakan sendi
g. Nyeri/ kenyamana
- Gejala : fase akut dari nyeri. Terasa nyeri kronis dan kekakuan
h. Keamanan
- Gejala : kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga, kekeringan mata dan membran mukosa.
44

i. Interaksi sosial
- Gejala : kerusakan interaksi dan keluarga / orang lain : perubahan
peran : isolasi.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Hambatan mobilitas
c. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
d. Hipertermia
e. Gangguan rasa nyaman
f. Intoleransi aktifitas
g. Gangguan pola tidur
h. Kerusakan integritas jaringan
i. Kurang pengetahuan

4. Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA NIC- NOC 20015
Tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman tentang proses
penyakit dan terapinya, partisipasi dalam programkeperawatan diri dan
tidak mengalami komplikasi.

5. Implementasi Keperawatan
Impementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan yang telah di rencanakan dalam intervensi keperawatan.
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan
pasien.Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis
tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri atau yang dikenal dengna
45

tindakan independent dan tindakan kolaborasi atau dikenal dengan


tindakan interdependent.Sebagai profesi, perawat mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan
keperawatan. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2009).

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan indentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami
respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam
menhubungankan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. (A.Aziz
Alimul Hidayat, 2009).

Anda mungkin juga menyukai