Anda di halaman 1dari 9

RESUME FIQH MU'AMALAH

SEDEKAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mandiri dalam mata kuliah Fiqh


Mu’amalah

Dosen Pengampu : Ulfah Alfiah Darajat, M.E

Disusun Oleh:

Nama : Elza Andela Anataria Desva


Npm : 1821010190
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Semester/Kelas : 5/AS C

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020 M/1442

A. Pengertian Sedekah dan Dasar Hukumnya


Secara bahasa kata sedekah berasal dari bahasa Arab shodakota yang secara
bahasa berarti tindakan yang benar. Pada awal pertumbuhan islam, sedekah
diartikan sebagai pemberian yang disunahkan. Tetapi, setelah kewajiban
zakat disyariatkan yang dalam Al-Qur’an sering disebutkan dengan kata
shadaqah maka shadaqah mempunyai dua arti. Pertama, shadaqah sunah
atau tathawwu’ (sedekah) dan wajib (zakat). 1 Sedekah sunah atau
tathawwu’ adalah sedekah yang diberikan secara sukarela (tidak
diwajibkan) kepada orang (misalnya orang yang miskin/pengemis) atau
badan/lembaga (misalnya lembaga sosial) sedangkan sedekah wajib adalah
zakat, kewajiban zakat dan penggunaanya telah dinyatakan dengan jelas
dalam Al-Qur’an dalam surat At-Taubat ayat 60 yang artinya “Zakat
merupakan ibadah yang bersifat kemasyarakatan, sebab manfaatnya selain
kembali kepada dirinya sendiri (orang yang menunaikan zakat), juga besar
sekali manfaatnya bagi pembangunan bangsa negara dan agama”. 2
Sedangkan secara syara’ (terminologi), sedekah diartikan sebagai sebuah
pemberian seseorang secara ikhlas kepada orang yang berhak menerima
yang diiringi juga oleh pahala dari Allah. Contoh memberikan sejumlah
uang, beras atau benda-benda lain yang bermanfaat kepada orang lain yang
membutuhkan. Berdasarkan pengertian ini, maka yang namanya infak
(pemberian atau sumbangan) termasuk dalam kategori sedekah. 3

Dasar Hukum Sedekah, secara ijma, ulama menetapkan bahwa hukum


sedekah ialah sunah. Islam mensyariatkan sedekah karena didalamnya

1
Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 149
2
Musjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid III : Muamalah, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 1993, hlm 82-83
3
Ibid, hlm 149
terdapat unsur memberikan pertolongan kepada pihak yang membutuhkan.
Didalam al-Qur’an banyak ayat yang menganjurkan agar kita bersedekah di
antaranya terdapat firman Allah swt.

Surat al-Baqarah ayat 280.

َ‫صدَّقُوا َخيْر لَّكُ ْم ۖ إِن كُنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬


َ َ‫َوإِن كَانَ ذُو عُس َْرة فَنَظِ َرة إِلَى َم ْي َس َرة ۚ َوأَن ت‬

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS:2/280).
Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk
kepentingan jihad, pembangunan perguruan Islam, rumah sakit, dan usaha
penyelidikan ilmiah. Dalam haditsnya Rasul memerintahkan umatnya
bersedekah meskipun dalam jumlah yang sedikit. Yang artinya “
Lindungilah dirimu semua dari siksa api neraka dengan bersedekah
meskipun hanya dengan separuh biji kurma “. (Bukhari-Muslim).4

B. Sedekah yang tidak di perbolehkan


1. Bersedekah tidak ikhlas, atas riya’ dan sum’ah.
Di antara yang membuat sedekah tidak diterima adalah sedekah
yang dilakukan tidak ikhlas. Ada yang bersedekah namun ingin
disebut sebagai orang yang dermawan atau ingin cari pujian tinggi.
Padahal amalan yang diterima adalah amalan yang ikhlas karena
Allah. Karena sedekah adalah ibadah yang mulia. Jika tidak
dimurnikan ibadah tersebut hanya untuk Allah, maka ibadah
tersebut jadi sia-sia. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫الزكوةَ َوذلِك‬ َّ ‫الديْنَ ەۙ ُحنَف َۤا َء َو ُي ِق ْي ُموا ال‬


َّ ‫صلوةَ َويُؤْ تُوا‬ ِ ُ‫ِصيْنَ لَه‬ َ ٰ ‫َو َما اُمِ ُر ْوا ا َِّّل ِل َي ْع ُبدُوا‬
ِ ‫ّللا ُم ْخل‬
‫ِديْنُ ْالقَيِ َم ِة‬

4Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 149-150
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).
Bersedekah hanya untuk mengharapkan ganti di dunia. Allah Ta’ala
berfirman,

‫ي َحرْ ث ِۚه َو َم ْن كَانَ ي ُِر ْيدُ َحرْ ثَ الدُّ ْنيَا نُؤْ تِه مِ ْن َه ۙا َو َما‬
ْ ِ‫َم ْن كَانَ ي ُِر ْيدُ َحرْ ثَ ْاّلخِ َر ِة ن َِز ْد لَه ف‬
‫صيْب‬ ِ َّ‫مِن ن‬ ْ ‫َله فِى ْاّلخِ َر ِة‬

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami


tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki
keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di
akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)

2. Membicarakan kembali sedekahnya dan menyakiti hati


penerimanya. Allah Ta’ala berfirman,

ۡ ‫اّلذ ۙى كَا َّلذ‬


ِ َّ‫ِى ي ُۡن ِفقُ َمالَه ِرئَا َء الن‬
‫اس َو َّل‬ َ ‫ۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ا َمن ُۡوا َّل ت ُ ۡبطِ لُ ۡوا‬
َ ۡ ‫صدَقتِكُمۡ ِب ۡال َم ِن َو‬
‫ص ۡلدًا‬ َ ‫ص ۡف َوان‬
َ َ ‫علَ ۡي ِه ت ُ َراب فَا‬
َ ‫صا َبه َوا ِبل فَت ََر َكه‬ َ ‫اّلل َو ۡال َي ۡو ِم ۡاّلخِ ِر فَ َمثَلُه َك َمثَ ِل‬
ِ ٰ ‫ؕي ُۡؤمِ نُ ِب‬
َ‫ّللا َّل يَهۡ دِى ۡالقَ ۡو َم ۡالـكف ِِر ۡين‬ َ َ‫َّل يَ ۡقد ُِر ۡون‬
ُ ٰ ‫على ش َۡىء ِم َّما َك َسب ُۡواؕ َو‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan


(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima)” (QS. Al Baqarah: 264).
Ibnu Katsir menjelaskan, “Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
sedekah menjadi sia-sia hanya karena si pemberi mengungkit-ungkit
sedekah yang telah ia beri dan ia menyakiti yang menerima.
Seseorang tidak mendapatkan pahala sedekah akibat melakukan dua
kesalahan tersebut.” 5

3. Sedekah orang yang memiliki Hutang.


Disunatkan bagi orang yang memiliki utang tidak memberikan
sedekah. Lebih baik baginya membayar utang. Menurut ulama
Syafi’iyah, haram hukumnya memberikan sedekah bagi orang yang
memiliki utang atau tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan
keluarga sehari-hari, antara lain didasarkan pada hadist“Cukup bagi
seseorang dikatakan dosa apabila menghilangkan makanan
pokoknya”. (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’I dari Abu Hurairah).
Mereka berpendapat bahwa mebayar utang adalah wajib, maka tidak
boleh meninggalkan yang wajib untuk melaksanakan hal yang
sunah. 6

4. Sedekah dengan yang haram.


Menurut ulama Hanafiyah, sedekah dengan harta yang haram
Qath’I, seperti daging bangkai atau hasilnya dipakai membangun
mesjid dengan harapan akan mendapat pahala atau menjadi halal
adalah kufur sebab meminta halal dari suatu kemaksiatan adalah
kufur. Akan tetapi, tidak dipandang kufur, jika seseorang mencuri
uang Rp. 100,00 kemudian mencampurkan dengan hartanya untuk
disedekahkan. Namun demikian, tetap tidak dapat dimanfaatkan
sebelum uang curian tersebut diganti. 7

C. Perkara yang membatalkan Sedekah

5 Abduh Tausikal,”kesalahan Dalam Bersedekah”(https://rumaysho.com/5690-


kesalahan-dalam-bersedekah-1.html, diakses pada tanggal 23 November 2020
pukul 23:49)
6 Rahmat Syafe’I, Fiqih Muamalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,dan Umum,

(Bandung:CV Pustaka Setia, 2004), hlm. 253-254.


7Rahmat Syafe’I, Fiqih MuamalahUntukIAIN,STAIN,PTAIS, danUmum, Hlm.
256.
Ada beberapa perkara yang dapat menghilangkan pahala sedekah
diantaranya adalah :

1. Al-Mann (membangkit-bangkitkan) artinya menyebut-nyebut


dihadapan orang banyak.

2. Al-Adza (menyakiti) artinya sedekah itu dapat menyakiti perasaan


orang lain yang menerimanya baik dengan ucapan atau perbuatan.
Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha
mereka dan tidak pula mendapat pahala diakhirat. Poin satu dan dua
didasari oleh Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 264 yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima)”. (Q.S.Al-Baqarah :2/264)

3. Riya (memamerkan) artinya memperlihatkan sedekah kepada orang


lain karena ingin dipuji. Bersedekah jika ada orang tetapi jika dalam
keadaan sepi ia tidak mau bersedekah, ini dijelaskan dalam surat Al-
Baqarah ayat 262 yang artinya “Orang-orang yang menafkahkan
hartanya dijalan Allah, keudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan
dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh
pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak ada (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S.Al-Baqarah
:2/262).8

D. Bentuk – bentuk Sedekah

8Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 154-155
Dalam islam sedekah memiliki arti luas bukan hanya berbentuk materi
tetapi mencakup semua kebaikan baik bersifat fisik maupun non fisik.
Berdasarkan hadist, para ulama membagi sedekah menjadi :

1. Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang lain.


2. Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan.
3. Berlaku adil dalam mendamaikan orang yang sedang bersengketa.
4. Membantu orang lain yang akan menaiki kendaraan yang akan
ditumpanginya.
5. Membantu mengangkat barang orang lain kedalam kendaraannya.
6. Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu dari tengah jalan
seperti duri, batu kayu dll.
7. Melangkahkan kaki ke jalan Allah.
8. Menngucapkan zikir seperti tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan
istighfar.
9. Menyuruh orang lain berbuat baik dan mencegahnya dari
kemungkaran.
10. Membimbing orang buta, tuli dan bisu serta menunjuki orang yang
meminta petunjuk tentang sesuatu seperti alamat rumah.
11. Memberikan senyuman kepada orang lain.

Dari uraian diatas tentang sedekah maka ada beberapa perbedaan antara
sedekah dengan zakat dilihat dari tiga aspek :

1. Orang yang melakukan, sedekah dianjurkan kepada semua orang


beriman baik yang memiliki harta atau tidak karena bersedekah tidak
mesti harus orang yang berharta sedangkan zakat diwajibkan kepada
mereka yang memiliki harta.
2. Benda yang disedekahkan, benda yang disedekahkan bukan hanya
terbatas pada harta secara fisik tetapi mencakup semua macam
kebaikan. Adapun zakat, benda yang dikeluarkan terbatas hanya
harta kekayaan secara fisik seperti uang, hasil pertanian, peternakan,
perdagangan, dan hasil profesi lainnya.
3. Orang yang menerima, sedekah untuk semua orang tetapi zakat
dikhususkan kepada delapan golongan sebagaimana telah
disebutkan.9

E. Hikmah Sedekah
Sedekah memiliki nilai sosial yang tinggi. Orang yang bersedekah
dengan ikhlas ia bukan hanya mendapatkan pahala tetapi juga
memiliki hubungan sosial yang baik. Hikmah yang dapat dipetik
ialah sebagai berikut :

1. Orang yang bersedekah lebih mulia dibanding orang yang


menerimanya sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist
“Tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah”.
2. Mempererat hubungan sesama manusia terutama kepada
kaum fakir miskin, menghilangkan sifat bakhil dan egois,
dan dapat membersihkan harta serta dapat meredam murka
Tuhan.
3. Orang yang bersedekah senantiasa didoakan oleh kedua
malaikat. Sebagaimana hadist yang artinya “Tidaklah
seorang laki-laki berada dipagi hari kecuali dua malaikat
berdoa, Ya Allah berilah ganti orang yang menafkahkan
(menyedekahkan) hartanya dan berikanlah kehancuran
orang yang menahan hartanya”. (HR. Bukhari-Muslim).10

9 Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 155-156
10 Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,

Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 157

Anda mungkin juga menyukai