Anda di halaman 1dari 15

UAS METALORRGY FISIK D3 T.

MESIN 2019

DISUSUN OLEH:

NAMA MAHASISWA : YUSUF BRATA YUDA SEMBIRING DEPARI


NIM : 5193520013
DOSEN PENGAMPU : Ir.Riski Elpari Siregar, M.T.

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2 JUNI 2020
1. Gambarkankurvapendinginanbesitempa dan jelaskan

Jawab :

Kurva Pendinginan Logam Murni Logam murni dalam keadaan cair, atom-atomnya
memiliki gaya Tarik menarik yang lemah dan tersusun secara random. Jika logam cair tersebut
dibiarkan mendingin maka pada temperature tertentu logam tersebut akan membeku. Perubahan
keadaan dari cair kepadat berlangsung pada temperature pembekuan, dan proses pembekuan ini
disebut solidification. Panas yang dilepaskan selama pembekuan ini disebut panas laten. Logam
dalam keadaan padat memiliki tingka tenergi yang lebih rendah dari pada dalam keadaan cair,
sehingga atom-atom logam tersebut memiliki energy yang kurang untuk dapat bergerak/mengalir.
Selama pembekuan atom-atom menyusun dirinya secara teratur dan berulang ulang dengan gaya
ikatan yang kuat membentuk logam padat. Dibawah ini ditunjukkan contoh curva pendinginan
dari logam murni. Kurva pendinginan tidaklah selalu sederhana seperti yang terlihat pada gambar
6.1. Misalnyauntukpendinginanbesimurniternyatalebihrumit(Gambar 6.2).Untukbesimurni (Fe)
pada temperatur 15350C sudah terjadi pembekuan tetapi pada temperatur yang lebih rendah lagi
masih terdapat titik hentian yang lain, yakni pada temperatur 13900C, 9100C dan 7680C. Hal ini
adalah disebabkan masih terdapatnya perubahan struktur dari besi yang sudah membeku
tersebut, dan dengan ada nya perubahan struktur ini di kenal 3 jenis besi yakni besi α / β ; besi γ
dan besi δ. Sebenarnya besi α dan besi β mempunyai struktur yang sama , hanya terdapat sedikit
perbedaan sifat magnetisnya.

Gambar 6.1: Kurvapendinginlogammurni.


2. Jelakan proses pembuatan besi tempa, bagaimana sifat dan secara umum digunakan

Sebagai apa pada bidang teknik mesin,

Jawab: Besi tempa adalah besi alloy dengan kandungan karbon yang amat rendah (kurang
dari 0.08%) yang berbeda dengan besi cor (2,1% sampai 4%). Benda ini adalah sebuah
gumpalan besi yang semi-menyatu dan berisikan serat terak inklusi (sampai 2% dari
kandungan berat), yang memunculkan "biji-bijian" menyerupai kayu yang terlihat ketika
besi itu tergores atau bengkok ke titik patah. Besi tempa itu berkarasteritik tangguh, mudah
ditempa, ulet, tahan korosi dan mudah dilas. Sebelum perkembangan metode yang efektif
untuk pembuatan baja dan ketersediaan jumlah besar dari bahan baja, besi tempa adalah
bentuk paling umum dari besi olahan yang beredar di dunia. Produk tempaan adalah barang
yang telah dikerjakan secara mekanis oleh proses penempaan, ekstrusi, rolling, hammering,
dll., untuk mengubah bentuk dan sifat besi tersebut. Besi tempa adalah produk besi yang
sudah jarang diproduksi saat ini, karena produk lain yang lebih murah, produk-produk
unggulan yang digunakan sebagai gantinya.

Secara historis, sejumlah kecil dari besi tempa disempurnakan menjadi baja, yang
digunakan terutama untuk menghasilkan pedang, alat pemotong, pahat, kapak dan alat lain
bermata tajam serta per dan kikir. Permintaan untuk besi tempa mencapai puncaknya pada
tahun 1860-an, yang dalam permintaan tinggi untuk penggunaan Ironclad dan Transportasi
rel. Namun, karena sifat kekurangan baja seperti kerapuhan baja ringan sudah ditingkatkan
dengan keilmuan metalurgi besi yang semakin maju dan baja menjadi lebih murah untuk
membuat berkat proses Bessemer dan proses Siemens-Martin, penggunaan besi tempa
menurun.

Banyak barang-barang, sebelum mereka akhirnya menjadi barang yang terbuat dari baja
ringan, diproduksi dari bahan besi tempa, seperti paku keling, paku, kawat, rantai, rel,
kereta api kopling, air dan uap pipa, mur, baut, sepatu, pegangan tangan, gerobak ban, tali
untuk kayu atap gulungan, dan hias besi, antara banyak hal lainnya.

Besi tempa tidak lagi diproduksi pada skala komersial. Banyak produk-produk yang
dijelaskan bahannya sebagai besi tempa, seperti penjaga rel, garden furniture dan gates,
sebenarnya terbuat dari baja ringan. Mereka mempertahankan keterangantersebut karena
mereka dibuat untuk menyerupai benda-benda yang di masa lalu ditempa dengan tangan
oleh seorang pandai besi (meskipun banyak dekoratif besi benda-benda, termasuk pagar
dan gerbang, yang biasanya dicor daripada tempa).

Besi Tempa

Jenis besi lainnya yang digunakan untuk konstruksi yaitu besi tempa dengan kandungan
berupa belerang, karbon, fosfor, mangan dan unsur lainnya.

Sifat besi tempa yaitu :

 Mudah ditempa
 Sangat kuat
 Tahan korosi
 Bisa disambung menggunakan lasan
 Titik suhu leleh hingga 1535 derajat celcius

Peran besi tempa pada infrastruktur

 Untuk baut penghubung


 Besi sambung rangka
 Lantai tapal kuda
 Membuat pipa gas

3. Digram besi-besi carbide adalah dasar untuk perencanaan heat treatment besi, gambarkan

Diagram besi-besi carbide dan jelaskan defesisi struktur logam besi apa yang ada pada

masing-masing atau zona temperature.

Jawab:

7.1. Diagram Besi – Karbon

Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat – sifat baja yang sangat bervariasi yang
diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari baja sangat
bergantung pada struktur mikronya. Sedangkan struktur mikro sangat mudah dirubah melalui
proses perlakuan panas. Baja adalah paduan besi dengan kandungan karbon sampai maksimum
sekitar 1,7% . Paduan besi dengan karbon di atas 1,7% disebut dengan besi cor (cast iron)

Beberapa jenis baja memiliki sifat – sifat yang tertentu sebagaimana akibat penambahan unsur
paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting yang dapat mengontrol sifat baja adalah
karbon (C). jika besi dipadu dengan karbon, transformasi yang terjadi pada rentang temperatur
tertentu erat kaitannya dengan kandungan karbon. Diagram yang menggambarkan hubungan
antara temperatur dimana terjadinya perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan
yang lambat dengan kadar karbon disebut dengan diagram fasa. Diagram ini merupakan dasar
pemahaman untuk semua operasi – operasi Perlakuan Panas seperti diperlihatkan pada gambar
7.1.

Diagram ini merupakan dasar dari teknik paduan besi (baja & besi tuang). Simentit (Fe 3 C) terdiri
dari 6,67 % terbentuk dari laju pendinginan yang cepat, jika laju pendinginan lambat maka akan
terbentuk karbon (grafit) yang terpisah. Struktur kristal sementit adalah orthorombic.
Gambar 7.1: Diagram Fe – Fe3C

Diagram keseimbangan besi - zat arang ditunjukkan oleh garis putus-putus pada diagram phase Fe
- Fe3C. Grafit lebih stabil dari Fe 3C. Maka diagram Fe - Fe 3C dapat dianggap sebagai suatu diagram
phase yang metastabil. Kebanyakan baja hanya mengandung besi karbid dan bukan grafit,
sehingga dalam pemakaian diagram Fe - Fe 3C sangat penting.

4. Buat klasifikasi baja berdasarkan American Iron and Steel Institute (AISI) atau Society

Automotive Engineering (SAE) secara lengkap

Jawab:

2.1 Sistem Standarisasi Material

Standarisasi Material merupakan aturan yang diperlakukan oleh asosiasi, institusi negara yang
memproduksi material meliputi pengaturan, cara penulisan, pengelompokan material, klasifikasi,
seri dari suatu material. Dengan adanya standarisasi material pada teknologi, industri dan
masyarakat mendapatkan pemahaman dan persepsi yang sama terhadap material. Dengan
adanya standar yang jelas, semua kalangan akan mendapatkan jaminan yang sesuai tentang
material. Sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman, atau salah mengartikan tentang material
yang sudah disepakati. Beberapa standar material lahir dari negara – negara yang memiliki
teknologi yang sangat kuat, seperti Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, dan Belanda. Berikut ini
beberapa standar yang diberlakukan untuk jenis material logam :

• ASTM ( American System for Testing Material )

• AISI ( American Iron and Steel Institute )

• UNS ( Unifield Numbering System )

• AA ( Aluminium Association )

• SAE ( Society Automotive Engineering )

• DIN ( Deutches Institut fur Normung )

• JIS ( Japan Industrial Standard )

Pemberian standard baja karbon diperuntukkan menggolongkan baja karbon berdasarkan


komposisi kimia, penetapan standarisasi baja karbon menurut American Iron and Steel Institut
(AISI) dan Society of Automotive Enginers (SAE) mempergunakan nomor atau angka dan huruf.
Adapun cara yang ditentukan AISI dan SAE dalam menetapkan standarisasi baja karbon sebagai
berikut :

A. Sistem Angka

• 1xxx, penggunaan baja karbon.

• 2xxx, baja karbon dengan paduan nikel.

• 3xxx, baja karbon dengan paduan nikel dan chrom.

• 4xxx, baja karbon paduan molybdenum.

Tipe dan persentase paduan menurut AISI – SAE adalah : Baja karbon

• Baja karbon tidak terdapat kandungan sulfur (S) 10xx

• Baja karbon tidak terdapat kandungan S (Free machining) 11xx

• Baja karbon terdapat kandungan S dan P, 12xx Baja paduan rendah

• Baja mangan : (1,75 Mn), 13xx

• Baja nikel : 3,5 Ni = 23xx ; 5,00 Ni = 25xx

• Baja nikel – crom : 1,25 Ni + 0,65 Cr = 31xx ; 3,5 Ni + 1,55 Cr = 33xx

• Baja molybden : 0,25 Mo = 40xx

• Baja chrom : 0,28 – 0,40 = 50xx Baja tahan karat dan tahan panas

• Baja chrom, nikel, mangan (austenitic) 2xx

• Baja chrom, nikel (austenitic) 3xx

• Baja chrom (martenistic) 4xx

• Baja chrom rendah 5xx


Angka yang kedua, mengartikan persentase paduan baja yang mendekati, contoh AISI dan SAE
23xx adalah mengartikan baja karbon dengan paduan nikel dan dengan campuran nikel kira – kira
3%

Dua angka terakhir pada penomeran, menunjukkan jumlah persentase karbon yang mendekati,
contoh pembacaan :

• AISI – SAE 1045 merupakan baja karbon dengan karbon 0,45%.

• AISI – SAE 3395 merupakan baja karbon dengan kandungan paduan nikel – chrom dengan
campuran nikel kurang lebih 3,5%, chrom 1,55% dan kandungan karbon sebesar 0,95%.

B. Sistem Huruf

Huruf pertama memberikan arti pada proses melting yang digunakan dalam proses peleburan
pada pembuatan baja, yaitu sebagai berikut :

• Huruf A, untuk baja karbon yang diproduksi dari dapur Siemens Martin.

• Huruf B, untuk baja karbon yang diproduksi dari dapur Bessemer.

• Huruf C, untuk baja karbon yang diproduksi dari dapur Open Heat untuk baja karbon basa.

• Huruf D, untuk baja karbon yang diproduksi dari dapur Open Heat untuk baja karbon
asam.

• Huruf E, untuk baja karbon yang didapatkan dari dapur listrik.

2.2 Sifat Mekanik Material

Sifat mekanik material adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan suatu material dalam
menerima berbagai pembebanan, sifat mekanik material diantaranya meliputi: kekerasan,
tegangan terhadap gaya tarik (tegangan tarik), tegangan puntir, tegangan geser, tegangan
lengkung, kerapuhan , creep, fatique. Sifat - sifat seperti ini yang dimiliki oleh material dalam
penggunaannya, tetapi demikian seberapa besar dan seberapa lama material itu dapat bertahan
dari sifat-sifat yang dimiliki oleh material yang akan digunakan untuk bahan teknik ini, harus
diketahui terlebih dahulu supaya material yang dipilih dapat kualitas dan mutu yang
distandartkan.

2.2.1 Kekerasan

Kekerasan adalah reaksi dari suatu material atau bahan sampai batas dimana material itu dapat
mempertahankannya. Nilai kekerasan dari suatu bahan dapat diketahui dengan memberikan
tekanan tertentu pada benda uji dengan beban tertentu dan dengan mengukur ukuran bekas
penekanan yang terbentuk diatasnya.

Ada beberapa metode pengujian kekerasan, antara lain Brinell, Rockwell, Vickers. Dalam
pengujian kekerasan, seperti pada pengujian statik lainnya, diukur ketahanan terhadap deformasi
material yang terjadi setelah pembebanan.

Gambar 2.1 Teknik Pengujian Kekerasan. (Callister, 2014)

2.2.2 Kekuatan Tarik


Merupakan tengangan maksimal yang dapat ditahan suatu material pada saat diregangkan atau
ditarik sebelum material itu putus. Kekuatan tarik berbanding terbalik dengan kekerasan.
Beberapa bahan akan mengalami deformasi, yaitu material tersebut meregang dan terjadi
perubahan ukuran sebelum putus yang sering disebut elastis (ductile). Pada gambar 2.1
merupakan kurva stress - strain, dimana digambarkan skema ketika bahan menerima beban tarik,
kemudian masuk ke daerah titik luluh, dan material akan mengalami deformasi elastis sebelum
benda mengalami patah.

Gambar 2.2 Kurva Tegangan vs Regangan

2.2.3 Keuletan

Keuletan merupakan kemampuan bahan logam bertambah panjang ketika logam tersebut
diberikan beban atau tarikan. Pada variable regangan maksimum pada Gambar 2.2 adalah nilai
keuletan bahan (ductility) , biasanya di anotasikan dengan perpanjangan dimensi dinyatakan
dengan persentase perpanjangan (%). Nilai regangan dihitung dari perpanjangan akhir (L1) waktu
putus dengan panjang awal (L0) sebelum dilakukan pengujian / gage length.

𝑒 = ( 𝐿1 − 𝐿0 )

𝐿0 𝑥 100%

… … … … … … (2.1)

2.2.4 Keausan

Keausan adalah ketahanan material terhadap beberapa komponen mesin yang berkerja dengan
gesekan. Pada pergerakan relatif dengan tekanan, selalu terjadi friksi pada bidang yang
terkontaksi. Maka akan terjadi abrasi, dan mengakibatkan dimensi pada komponen rusak dan
selanjutnya akan terus menjalar menjadi semakin parah dan pada suatu saat material tersebut
tidak akan berfungsi secara normal. Untuk mengatasi permasalah keausan pada logam biasanya
diantara komponen yang bergesekan akan diberikan pelumas agar nilai abrasi dapat ditekan.

5. Heat treatment adalah salah satucara utama untuk memperbaiki sifat mekanik logam

Terutama logam besi, jelaskan disertai dengan gambar dan contoh istilah heat treatment

berikut:

a. Full Annealing

b. Spheroidizing

c. Normalizing

d. Hardening
A. Full annealing (annealing)

Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite)
tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur,
memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki machinibility.

B. Speroidisasi (Spherodizing)

Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk bulat
(spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses spherodizing ini akan memperbaiki mechinibility
pada baja paduan kadar karbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
bahwa baja hyper eutectoid yang dianneal itu mempunyai strutur yang terdiri dari pearlite
yang terbungkus oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network)
ini menyebabkan baja hypereutectoid ini mempunyai machinibility rendah, untuk
memperbaikinya maka cement network tersebut harus dihancurkan dengan proses spherodizing.
Spherodizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai sekitar temprature kritis
A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan dibiarkan pada temprature tersebut dalam waktu yang
lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. Karena berada pada temprature yang tinggi
dalam waktu yang lama maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu
akan hancur menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spherodite yang tersebar
dalam matriks ferrite.

Spherodizing merupakan proses pemanasan baja sedikit dibawah temperatur kritis bawahnya
sehingga menghasilkan karbida berbentuk bola-bola kecil (sphere) dalam matrik ferit.
Tujuan proses ini adalah untuk memperbaiki sifat mampu mesin (machinability) dari baja.

C. Normalisasi (Normalizing)

Normalizing merupakan proses pemanasan 100 O F diatas temperatur kritis atas sekitar
temperatur 1000o F-1250o F. Tujuan proses ini adalah untuk menghasilkan material yang
lebih kuat dan keras diibandingkan dengan material hasil proses full anneling,jadi aplikasi
penerapan dari proses normalizing digunakan sebagai final treatment.

D. Hardening

Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan kekerasan
alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan,
jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan)
berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin dari
daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang
merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut.

Karena logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan panas ini disebut
juga pengerasan alih wujud.

Kekerasan yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diringi kerapuhan yang
besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan pemanasan kembali
menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.

Kekerasan tertinggi (66-68 HRC) yang dapat dicapai dengan pengerasan kejut suatu baja, pertama
bergantung pada kandungan zat arang, kedua tebal benda kerja mempunya pengaruh terhadap
kekerasan karena dampak kejutan membutuhkan beberpa waktu untuk menenmbus kesebelah
dalam, dengan demikian maka kekersan menurun kearah inti.

5. Jelaskan Proces Annealing, lengkapi dengan diagram atau kurva pendinginan jika ada

Jawab : Annealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginan lambat
didalam tungku yang dimatikan. Temperatur pemanasan annealing, untuk baja hypoeutektoid
adalah sekitar sedikit diatas garis A3 (Gbr. 5.) dan untuk baja hypereutektoid adalah sedikit diatas
garis Acm (Gbr.5.). Tujuan dari annealing untuk memperbaiki ; mampu mesin, mampu bentuk,
keuletan, kehomogenan struktur, menghilangkan tegangan dalam, dan lain sebagainya.

6. Untuk mengeraskan permukaan suatu logam besi dapat dilakukan dengan beberapa cara,

seperti: a. Carburizing, b. Cyaniding and Carbonitriding, c. Nitriding, dan d. Flame

Nitriding, jelaskan bagaimana proses pengerasan permukaan logam a, b, c, dan d

Jawab :

A. CARBURISING
Cara paling murah dan metode paling sering yang digunakan dalam pengerasan permukaan.
dilakukan Pada baja dengan keuletan tinggi, yang memiliki kadar karbon =< 0.2%.
Karena kadar karbon rendah maka harus ditambah dengan mendifusikan karbon melalui
permukaannya sehingga mampu dikeraskan dengan quenching (pembentukan martensit).
Tahapan carburising :
a. Penembahan carbon
b. Pengerasan

a. Penembahan karbon (carburising)


Pemanasan pada temperatur cukup tinggi di lingkungan yang mengandung karbon aktif dimana
atom karbon berdifusi ke dalam baja sampai kadar tertentu & kedalaman tertentu
Selanjutnya proses quenching
Ada 3 cara penambahan karbon (carburising):
i. Solid carburising,
ii. gas carburising,
iii. liquid carburizing

i. Solid carburising
Benda kerja dimasukkan dalam suatu kotak ditimbun dengan carburising compound, kotak ditutup
(kedap udara), dipanaskan sampai 900-950oC selama beberapa jam, kotak dikeluarkan dari dapur,
dibiarkan dingin, dibongkar & benda kerja dibersihkan kemudian dipanaskan kembali untuk
pengerasan (quenching).

 Carburising compound
Berupa serbuk arang kayu/coke 70-80%, barium/natrium karbonat20-25%, kalsiumkarbonat2,5-
3,5%. Selama pemanasan udara yang terperangkap dalam kotak akan bereaksi dengan arang menjdi
CO: 2C + O2 > 2CO
Selanjutnya CO akan berdissosiasi menjadi karbon aktif(C.at) yang dapat berdifusi ke dalam baja:
2CO > CO2 + C.at
(C.at) ini adalah atom karbon aktif, yang dapat berdifusi ke dalam baja, karbon aktif pada
carburisingcompound berfugsi sebagai energizer atau activator yang mempercepat proses
carburising yaitu dengan menghasilkan sejumlah CO2 dari reaksi dekomposisinya:
BaCO3 > BaO+ CO2
Yang kemudian bereaksi dengan carbon membentuk CO.
Karena pada temperatur tinggi baja mampu melarutkan banyak karbon maka dalam waktu singkat
permukaan baja akan menyerap karbon hingga mencapai batas jenuhnya.
Mengingat bahwa bagian dalam baja hanya mengandung sedikit karbon maka karbon akan
berdifusi masuk lebih kedalam. Tebal lapisan permukaan yang mengalami penambahan
karbon(case depth) ini tergantung pada temperatur pemanasan dan panjangnya holding time pada
temperatur pemanasan itu.
ii. Gas Carburising
Baja dipanaskan dalam dapur dengan atmosfernya banyak mengandung gas CO dan/atau gas
hydrokarbon yang sudah berdekomposisi pada temperatur carburising (900-950 C) akan
berdekomposisi menghasilkan (C.at) yang nantinya berdifusi ke dalam baja Reaksi
dekomposisinya:
2CO < > C.at + CO2
CH4 <----> C.at + H2
CO + H2 < > C.at + H2O

Diffusion Period
Pada gas carburising lapisan hypereutektoid dapat dihilangkan dengan memberikan suatu diffusion
period yaitu dengan menghentikan aliran gas carburising tetapi mempertahankan temperatur
pemanasan. Dengan demikian karbon akan berdifusi lebih kedalam dan merata pada lapisan kulit.
Benda kerja akan lebih bersih sehingga dapat langsung diquench, sehingga dapur lebih efisien
iii. Liquid Carburising
Pemanasan dilakukan dalam saltbath yang tadi campuran sodium cyanide (NaCN) atau potassium
cyanide (KCN) yang berfungsi sebagai carburising agent yang aktif, dengan sodium carbonat
(Na2CO3) yang berfungsi sebagai energiser.
4 NaCN + 2O2 > 4 NaCNO
4 NaCNO > 2NaCN + Na2CO3 + CO + 2 N.at
2 CO > CO2 + C.at
Terlihat bahwa selain atom carbon, atom nitrogen juga ikut berdifusi ke dalam baja. Nitrogen ini
bereaksi membentuk nitrida yang juga keras.
Tebal kulit pengerasan (case depth) juga tergantung pada kandungan cyanide dalam saltbath
(biasanya digunakan campuran dengan 40-50% NaCN), sedangkan selama pemakaian kandungan
cyanide ini terus berkurang, karena itu secara periodik komposisi saltbath harus selalu
diperiksa/dipertahankan konstan.
b. Pengerasan (Quenching)
Setelah lapisan kulit mengandung cukup karbon, proses dilanjutkan dengan pengerasan
(quenching) untuk mencapai kekerasan yang tinggi & tempering, untuk mengurangi kegetasan &
tegangan sisa yang berlebihan. Pada pack carburising quenching dilakukan setelah pemanasan
kembali, tetapi pada gas & liquid carburising quenching dapat dilakukan langsung sesudah
pemanasan untuk penambahan karbon.
Saat carburising baja dipanaskan pada temperatur cukup tinggi di daerah austenit, sehingga
kemungkinan terjadi pertumbuhan butir yang berlebihan coarse grained steel
Jika langsung diquench maka material menjadi getas/terdistorsi.
Baja yang mengandung unsur paduan dapat mencegah terjadi nya pertumbuhan butir fine grained
steel(yang dapat langsung diquench)

B. CYANIDING & CARBONITRIDING


Cyaniding menyerap karbon dan nitrogen dengan perbandingan yang lebih seimbang. Proses
cyaniding merupakan modifikasi liquid carburising, proses dengan menggunakan saltbath tetapi
dengan konsentrasi garam cyanide yang lebih rendah dan temperatur pemanasan yang lebih rendah,
sehingga diffusi nitrogen cukup banyak.
Saltbath mengandung 25-45% NaCN pada 550-600C dan holdingtime 5-30men didapatkan kulit
(case) yang sangat tipis (0.02-0.04mm). Kulit tipis ini tahan aus dan kekerasan sangat tinggi, sering
dilakukan terhadap baja perkakas (HSS, high speed steel).
Pada cyaniding komposisi saltbath dan temperatur pemanasan sangat berpengruh terhadap tebal
dan kompss kimia dari kulit. Dengan temperatur pemanasan makin tinggi dan kandungan NaCN
dalam saltbath yang makin rendah akan menghasilkn case depth yang makin besar, dan kadar
karbon dari kulit yang makin tinggi (kadar nitrogen makin rendah) Untuk proses yang menghasilkn
kulit dengan kadar karbon yang cukup tinggi (>0.4%C) perlu dilakukan quenching dan tempering.
Corbonitriding merupakan modifikasi proses gas carburising, dengan menggunakan campuran gas-
gas tadi karbonmonoksida dan gas hidrokarbon yang diperkaya dengan gas amonia. Sehingga yang
berdifusi tidak hanya karbon tetapi juga nitrogen, proses berlangsung dengan temperatur yang lebih
rendh.
Kekerasan yang dihasilkan dari cyaniding ataupun carbonitriding (sesudah quenching) akan lebih
stabil daripada yang diperoleh dari
carburising, lebih tahan terhadap pemanasan, tidak mudah menjadi lunak karena pemanasan.

C.NITRIDING
Nitriding dilakukan dengan memanaskan baja di dalam dapur dengan atmosfer yang mengandung
atom nitrogen aktif yang akan berdifusi ke dalam baja dan bereaksi dengan unsur dalam
membentuk nitrida.
Nitrida yang terbentuk sangat keras dan stabil, nitrigen aktif diperoleh dari gas amonia yang bila
dipanaskan pada temperatur nitriding (500-600C) akan berdissosiasi menjadi nitrogen aktif dan gas
hidrogen:
2 NH3 > 2 N.at + 3 H2
Pada dasarnya smua baja dapat dinitriding, tetapi hasil yang baik akan diperoleh bila baja
mengandung unsur paduan yang membentuk nitrida (nitride forming element) seperti aluminium,
chrom atau molybden. Benda kerja dimasukkan dalam dapur yang kedap udara, gas amonia
dialirkan secara kontinyu selama proses pemanasan pada temperatur 500- 600C.
Proses nitriding berlangsung lama (bisa dalam beberapa hari).
Kekerasan yang dihasilkan sangat tinggi (sehingga tidak perlu quenching) sehingga benda kerja
terhindar dari distorsi, retak atau tegangan sisa. Nitrida yang terbentuk sangat stabil, kekerasannya
tidak berubah selama pemanasan walaupun sampai dengan suhu 600C.
Walaupun proses nitriding berlangsung lama sekali tetapi tebal kulit yang terjadi tipis sekali. Baja
untuk dinitriding tidak boleh terlalu lunak (>= 0,3-0,4%C) agar mampu mendukung kulit yang
sangat tipis tadi.
Benda kerja setelah dinitriding disarankan tidak dilakukan proses machining (selain
polishing/lapping). Baja hasil nitriding mempunyai sifat tahan aus yang sangat baik, mempunyai
sifat tahan terhadap kelelahan dan juga tahan terhadap korosi.

D. FLAME HARDENING
Pada flame hardening dan induction hardening komposisi kimia dari permukaan benda kerja tidak
berubah. Pengerasan dilakukan dengan memanaskan hanya bagian permukaan. Flame hardening
dilakukan dengan menyembulkan api dengan intensitas tinggi ke permukaan, biasanya api dari
brander oxyacetylene (sehingga sebelum panas sempat menjalar ke bagian dalam di bagian
permukaan sudah mencapai temperatur austenitising, kemudian segera diquench. Sehingga bagian
permukaan terbentuk martensit sedang di bagian dalam tetap seperti semula.
Benda kerja (baja) harus mempunyai hardenability yang memadai kadar karbonnya (0,3-0,6%C)
Proses sederhana (manual), menggunakan welding torch (brander las oxyasetylen), permukaan
dipanaskan sampai temperatur austenitising kemudian dicelupkn dalam air/minyak. Hanya bisa
untuk ukuran benda kerja kecil. Kekerasan kulit terutama tergantung pada kadar karbon dari baja,
sedangkan tebal kulit tergantung pada seberapa tebal bagian permukaan yang mengalami
pemanasan sampai menjadi austenit dan didinginkan dengan laju pendinginan kritis. Pada proses
pemanasan tergantung intensitas pemanasan, jarak permukaan benda kerja dengan brander,
lamanya pemanasan, kecepatan gerakan antara brander dan benda kerja.
Gambar Flame Hardening

Anda mungkin juga menyukai