Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional

Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019


“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1

PEMBELAJARAN TARI SYARI BAGI IKATAN GURU AISYIYAH


BUSTANUL ATHFAL (IGABA) MUHAMMADIYAH
KABUPATEN BANYUMAS
1)
Okto Wijayanti, 2)Cicih Wiarsih
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Univesitas Muhammadiyah Purwokerto
oktowijayanti@ump.ac.id
cicihwiarsih@ump.ac.id

ABSTRAK
.
Pelatihan ini bertujuan untuk Guru yakni memberikan pengetahuan pandangan Islam mengenai tari sekaligus
bekal pengetahuan dan keterampilan pembelajaran tari Syari untuk siswa Taman Kanak-Kanak. Pelatihan ini
bersinergi dengan program Lembaga Kebudayaan Pimpinan Daerah Aisyiyah dan Majelis Dikdasmen Pimpinan
Daerah Aisyiyah Kabupaten Banyumas bertujuan untuk memberikan pelurusan, pencerahan dan peningkatan
pemahaman guru IGABA mengenai tari Syari yang memuat nilai-nilai Islami yang sesuai dengan perkembangan
motorik dan kecerdasan kinesnetik serta emosional siawa TK. Peserta pelatihan ini adalah Ikatan Guru Aisyiyah
Bustanul Athfal (IGABA) Muhammadiyah berjumlah 30 orang yang berasal dari 7 kawedanan. Ketujuh
Kawedanan tersebut meliputi Kotip, Sokaraja, Banyumas, Rawalo, Sumpyuh, Jatilawang dan Ajibarang. Metode
pelaksanaan program yakni ceramah dan ekplorasi, serta demontrasi melalui praktek tari. Program Pelatihan ini
dilaksanakan selama 2 hari, mengingat kompetensi yang harus dikuasai mitra yakni mitra dapat memperagakan
tari Syari hasil pelatihan. Pendampingan dilaksanakan setelah kegiatan pelatihan yakni mendampingi guru dari
masing-masing kawedanan dalam mentransfer ilmu, dan keterampilan tari Syari kepada siswa di sekolah
masing-masing. Partisipasi mitra dalam penelitian ini yakni mitra terlibat dalam mempersiapkan kostum dan rias
tari. Produk luaran dari pengabdian ini yakni Hak Cipta Koreografi Tari Wahdana. Untuk mengajar anak untuk
menari atau mempelajari tarian khususnya tari Islami (syari), perlu mempertimbangkan hal-hal yakni
menyangkut menjaga beberapa hal diantaranya kerusakan, bahaya, kedurhakaan, rias busana, menutup aurat
secara benar, musik pengiring, gerakan yang islami, panggung, dan penonton.

Kata Kunci : Tari Syari, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal, Banyumas

PENDAHULUAN

Pendidikan seni sebagai bagian dari muatan lokal dan mata pelajaran di jenjang pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk manusia agar
berkualitas, berbudi pekerti luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kualitas dalam
konteks pembelajaran seni khususnya kualitas dalam keterampilan menari maupun mengajar tari
merupakan pendekatan yang ideal dengan tujuan merangsang daya imajinasi, inovasi dan kreatifitas
dalam berfikir serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif dan ungkapan kreatif.
Pendidikan seni sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah dari anak usia dini, Taman
Kanak-Kanak jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas harus dikuasai oleh siswa
merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk manusia berkualitas,
berbudi pekerti luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pernyataan ini sejalan dengan
pembelajaran seni salah satunya adalah pembelajaran gerak lagu untuk anak usia dini dan Taman
Kanak-Kanak khususnya tari yang terdiri dari gerak dan lagu pada anak usia dini dan Taman Kanak
kanak akan bermanfaat untuk merangsang perkembangan anak, khususnya perkembangan
kemampuan fisik dan motorik anak sebab pembelajaran gerak dan lagu mengembangkan 6 aspek
perkembangan kemampuan anak yakni nilai dan moral agama, fisik, sosial, emosional, bahasa,
kognitif serta seni.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada Masa Anak Usia Dini, seluruh aspek kecerdasan
emosi dan spiritual berkembang dengan luar biasa. Berdasarkan hasil studi longitudinal Bloom dalam

367
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1

(Nurikhsan, 2007: 138) menyebutkan bahwa usia 4 tahun ke kapasitas kecerdasan sudah mencapai
50%, usia 8 tahun mencapai 80%, dan usia 13 tahun mencapai 92%. Kecerdasan emosi dam
spiritual salah satunya dapat diperoleh dari pembelajaran tari, gerak dan lagu.
Tari dengan di dalamnya terdapat gerak dan lagu yang dipilih yakni tari Islami ( s y a r i ) untuk
anak usia dini telah difasilitasi oleh Muhammadiyah yakni dengan mereliasikan visi dan misi seni
budaya Muhammadiyah dalam Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar telah memberikan
landasan pengembangan seni budaya dan olah raga dalam empat butir garis besar program sebagai
berikut :1) Mengembangkan potensi seni dan budaya yang islami yang menghidupkan fitrah
kemanusiaan yang halus, indah dan berakhlak mulia sebagai basis pembentukan peradaban muslim
yang menjadi rahmat bagi semesta alam, 2) Mengapresiasi dan melakukan seleksi terhadap
perkembangan seni dan budaya masyarakat sebagai bagian dari ikhtiar membangun peradapan umat
manusia yang sesuai dengan tujuan Muhammadiyah., 3) Mengembangkan kerjasama dan
memproduksi hasil- hasil kreatifitas seni dan budaya yang mengarah pada terbentuknya peradaban
umat manusia yang sesuai dengan fitrah selaku makhluk Allah yang mulia, 4) Mengembangkan
gerakan kesadaran dan pemasyarakatan olahraga di lingkungan warga Muhammadiyah. Pekan Seni
dan Olah raga Pelajar Muhammadiyah (PORSENI) di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas
merupakan langkah strategis dan konkret untuk melaksanakan amanat di atas, melalui jalur
lembaga pendidikan di lingkungan Muhammadiyah. Berdasarkan pendapat Ketua Pendidikan Dasar
Menengah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Patikraja dapat disimpulan bahwa seni tari tradisional
yang Islami adalah seni tari yang sifatnya turun temurun di suatu daerah, dalam pelaksanaannya
memegah teguh aturan-aturan berkesenian tari dalam Islam, yaitu menutup aurat, mengenakan hijab
bagi penari perempuan, berpakaian yang menutup aurat, pakaian longgar artinya tidak ketat (tidak
membentuk anggota badan), serta gerakan-gerakan yang sederhana (tidak erotis).
Program Pembelajaran Tari Syar’i bersinergi dengan Lembaga Kebudayaan dan Majelis
Dikdasmen Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Banyumas untuk menfasilitasi dalam memberikan
pencerahan, pelurusan dan peningkatan pemahaman guru mengenai tari Syar’i. Tari Syar’i yakni tari
yang memuat prinsip-prinsip hidup serta ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Quran dan Hadist
mengenai bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini agar dapat selamat
di dunia dan di akherat, yang kemudian dikelompokkan dalam 3 dasar nilai islami yakni aqidah yang
berarti kemantapan serta kepercayaan umat muslim mengenai ketentuan-ketentuan Allah tanpa
adanya rasa ragu, kemudian akhlaq yang berarti segala pemikiran serta perilaku manusia yang
mencerminkan keimanannya kepada Allah dan nabi Muhammad, yang terakhir ibadah yang artinya
segala perilaku yang dilakukan manusia dan sudah diatur dalam Islam untuk menunjukkan
ketaatannya kepada Allah. Pelaksanaan kegiatan seni tari tradisional yang Islami berpengaruh kepada
akhlaq peserta didik, karena nilai-nilai Islami diajarkan di dalamnya seperti gerakan-gerakan yang
dibolehkan dalam Islam terutama bagi penari perempuan, bagian tubuh mana saja yang harus tertutup
saat menari maupun melakukan kegiatan lain dalam kehidupannya, jadi nilai-nilai Islami dua kali
diajarkan yaitu pada pendidikan formal di dalam kelas dalam sebuah mata pelajaran, dan dalam
pendidikan non formal.
Melalui pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan pembelajaran tari Syari Bagi Ikatan
Guru Aisyiyah Bustanul Athfal tersebut, dapat menjadi solusi dalam memberikan pemahaman guru
mengenai tari Syar’i yang sesuai dengan nilai-nilai Islami, yang dapat tercermin dari bentuk geraknya,
musik iringannya, kostum atau busana dan riasnya. Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA)
Kabupaten Banyumas terdiri dari 7 kawedanan yakni kawedanan Kotip, Sokaraja, Banyumas,
Purwokerto, Sumpiuh, Ajibarang, dan Rawalo. IGABA Muhammadiyah terdiri atas 78 sekolah
Aisyiyah Bustanul Athfal yang secara kelembagaan diatur oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah
Aisyiyah Kabupaten Banyumas.
Hasil observasi mengenai permasalahan mitra yakni kurangnya pemahaman, referensi
mengenai bentuk tari syari yang sesuai dengan syariat islam secara visual dihadapkan dengan
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan keterampilan tari Syari yang sesuai dengan kaidah nilai–nilai
keislaman dan sesuai dengan perkembangan gerak psikomotorik anak usia dini. Hal ini didukung oleh
keterbatasan pemahaman guru dalam memahami bentuk tari Syari yang sesuai dengan perkembangan

368
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1

anak usia dini sehingga hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh pelaksana pengabdian pada tahun 2018
mengenai perlombaan porseni tangkai tari Islami atau Syari yang diadakan oleh Muhammadiyah,
hasilnya masih jauh dari harapan. Guru belum mengetahui bagaimana gerak tari Islami, iringan, rias
dan kostum yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini. Gerak tari masih tertihat erotis, dan
kurang Islami. Minumnya keterampilan guru dalam mengajarkan tari Syari kepada siswanya,
berdampak pada prestasi belajar siswa.
Menurut salah satu Guru yang berhasil menjuarai porseni Aisyiyah tahun 2017 yakni guru
memiliki kendala dalam menemukan gerak tari Islami (Syar’i) yang harmonis dengan musik yang
mengirinya, sehingga gerak yang erotis akhirnya banyak dipakai dalam menari tari Syari.
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah kurang adanya pengetahuan, keterampilan maupun
pengalaman guru dalam mengajarkan tari Syari sebagai materi tari tradisional untuk materi
pembelajaran siswa TK Aisyiyah Bustanul Athfal, maupun sebagai materi dalam perlombaan
PORSENI Aisyiyah Bustanul Athfal Kabupaten Banyumas tahun 2019.

METODE PELAKSANAAN

Peserta pelatihan tari Syar’i dalah Guru TK yang tergabung dalam, Ikatan Guru Bustanul Athfal
Muhammadiyah yang berjumlah 20 orang. Adapun narasumber utama pelatihan ini adalah ketua dan
anggota tim pengusul penerapan Ipteks bagi Masyarakat yaitu 2 orang dan bersinergi dengan
narasumber dai LPPI Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pembantu pelaksana mahasiswa yang
berjumlah 2 orang juga turut berpartisipasi untuk menyiapkan administrasi materi pelatihan,
membantu dalam persiapan dan pendokumentasian kegiatan sebagai bentuk pemberian pengalaman
dan pengetahuan mahasiswa yang akan tugas akhir.
Metode yang digunakan pada pelatihan ini yaitu ceramah, eksplorasi dan demontrasi serta
penciptaan tari kreatif dalam bentuk tari Syari atau Islami. Adapun tahap-tahap kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
1. Pelatihan ini bersinergi dengan program Lembaga Kebudayaan Pimpinan Daerah Aisyiyah
Kabupaten Banyumas dan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Banyumas.
Rencana pelatihan akan dibuka oleh Perwakilan Dinas Pendidikan Kabupatn Banyumas. Tahap
kegiatan selanjutnya yakni Pembukaan oleh Dinas Pendidikan kab. Banyumas. Sesi materi oleh
narasumber ustadzah Istianah, LC memaparkan mengenai panangan Islam dan Muhammadiyah
mengenai seni tari, dan Okto Wijayanti, memberikan materi pelatihan melalui ceramah dengan
menayangkan materi pelatihan tari Syar’i. Power point dan video tutorial materi pelatihan tari
Syar’i terdiri atas penjelasan tari Syar’i dengan materi nilai-nilai keislaman yang terdapat dalam
tari Syar’i. Sesi selanjutnya yakni guru mitra pelatihan bereksplorasi menggunakan endekatan
ekspresi bebas mencari gerakan tari yari secara berkelompok. Selanjutnya adalah sesi
mendemontrasikan hasil temuan gerak dari masing-masing kelompok. Pelatihan telah dilakukan 2
hari. Dilaksanakan pada hari Jumat sampai dengan Sabtu dari pukul 08.00-16.00, mengingat guru
akan berlatih tari Syar’i dari awal sampai akhir tarian sehingga diperlukan waktu yang cukup
untuk berlatih dan menghafal keseluruhan gerak tari Syar’i.
2. Monitoring dan pendampingan dilakukan setelah selesai kegiatan pelatihan. Tujuan monitoring
dan pendampingan adalah untuk memantau guru dalam transfer keterampilan tari Syar’i pada
siswa di sekolah masing-masing. Hasil Pendampingan dari latihan tari siswa TK dipilih 1
kelompok yang terbaik ditampilkan pada acara Semarak Mahasiswa Raya pada Lomba Macapat
dan Geguritan prodi Sejarah di AK. Ansori, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
3. Evaluasi hasil kegiatan.
Evaluasi kegiatan bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari program pelatihan. Untuk
mengukur tingkat keberhasilan dilakukan menggunakan lembar kerja guru dan lembar respon
guru. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah 75% guru yang mengikuti kegiatan ini telah
memahami konsep gerak tari syai dengan terampil dan dapat mempraktekkan materi pelatihan
pada pelatihan dan dapat mentransfer materi pelatihan tari Syar’i kepada siswa di sekolah masing-

369
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1

masing. Dengan demikian, tari Syar’i direkomendasikan untuk dipentaskan baik oleh guru atau
siswa dalam kegiatan di sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelatihan pembelajaran tari syari untuk guru IGABA Muhammadiyah Kabupaten Banyumas
dengan dasar bahwa kebutuhan guru untuk meningkatkan atau menambah wawasan mengenai konsep
gerak tari syari, bentuk kostum rias dan asesoris tari Syari yang sesuai dengan syariat dan sesuai
dengan perkembangan anak. Setelah diadakannya pelatihan pembelajaran tari Syari bagi guru IGABA
Kabupaten Banyumas, dapat disampaikan evaluasi hasil sebagai berikut :
1. Guru mendapatkan pengetahuan khususnya bagaimana pandangan Islam dan pandangan
Muhammadiyah mengenai tari Syari atau Islami untuk anak. Materi konsep, dalil dan pandangan
Islam serta Muhammadiyah disampaikan oleh narasumber Ustadzah Istianah, Lc.,M. Hum selaku
narasumber dari LPPI UMP.
2. Guru mendapatkan pencerahan mengenai pembelajaran tari Syari sesuai ajaran Islam
3. Guru mitra menghasilkan koreorafi gerak tari Syari yakni tari Dendang Ria, Tari Kipas, Tari Kun
Anta, Tari Ya Habibi, dan tari Indang.
4. Guru mendapat pengalaman pentas tari hasil pelatihan pembelajaran tari Syari dengan penampilan
tari terbaik yakni tari Dendang Ria yang diperagakan oleh 6 orang guru mitra.
5. Kegiatan monitoring dan pendampingan dilaksanakan melalui telekomunikasi internet melalui
video dan whatsap terkoordinasi dengan baik.
6. Kegiatan IbM ini telah dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi
peningkatkan pengetahuan guru mengenai pembelajaran tari Syari mulai dari konsep Islami
hingga penerapannya dalam menyusun atau membuat kreatifitas gerak dan lagu untuk siswa TK.
Pembelajaran tari Syari penting dilakukan karena guru masih kurang memahami sejatinya
bentuk tari Syari untuk anak. Guru diberi pemahaman mengenai tari syari atau Islami menurut
pandangan Islam, Nabi Muhammad SAW dan pandangan muhammadiyah. Guru menjadi paham
batasan-batasan atau hal-hal yang tidak dianjurkan oleh ajaran Islam yang berkaitan dengan
pembelajaran hingga pementasan tari Syari mulai dari pemilihan musik, gerak, rias dan kostum
hingga pada makna menari dalam Islam itu sendiri yang artinya keadaan yang bersukariaatau bahagia.
Menari merupakan ungkapan raa gembira sehingga dalam kajian Islam perlu dibatasi sehingga
maknanya sebagai umat manusia jangan terlalu terpana pada hal yang membuat bahagia sehingga
melupakan kewajiban sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Luaran yang diperoleh dari penelitian ini adalah produk karya kelompok
menghasilkan 7 koreografi yakni tari Dendang Ria, Tari Kipas, Tari Kun Anta, Tari Indang, dan Ya
Habibi. Perolehan kelompok tari terbaik yakni tari Dendang Ria yang ditarikan oleh 6 guru mitra.
Produk tari Islami yag telah Hak Ciptakan yakni Koreografi Tari Wahdana. Bentuk peningkatan
wawasan mengenai konsep gerak tari Islami, musik, kostum, rias dan busana serta segala hal yang
menyangkut kreatifitas tari syari sebagai bekal keterampilan dan kompetensi guru TK agar dapat
mengajarkan materi kreatifitas gerak tari Syari kepada siswanya. Selain itu juga dapat digunakan
sebagai wawasan menyiapkan materi tari Syari sebagai persiapan materi perlombaan tari syari atau
Islami pada masa yang akan datang.

KESIMPULAN

Kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa


pelatihan pembelajaran tari syari untuk guru IGABA Kabupaten Banyumas sangat bermanfaat,
mengingat sebagian besar guru masih kurang memiliki pengetahuan mengenai pembelajaran tari
syari, konsep gerak dan konsep kreatifitas tari syari yang kemudian dituangkan melalui menyusun

370
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun 2019
“Pengembangan Sumberdaya menuju Masyarakat Madani Berkearifan Lokal”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISBN: 978-602-6697-43-1

gerak sebagai wujud dari sebuah proses kreatif melalui latihan tari. Pengetahuan mengenai konsep
pembelajaran tari Syari yang benar, mulai dari bentuk rias, kostum asesoris, pemilihan gerak,
pemilihan musik serta segala hal yang menyangkut kreatifitas tari diharapkan dapat latih atau
diajarkan kepada siswa , juga dapat digunakan sebagai wawasan dalam dalam pembelajaran tari Syari
yang sesuai dengan ajaran Islam. Munas Tarjih XXIII, Muhammadiyah menghasilkan beberapa hal
yakni:
1. Seni adalah salah satu firah manusia yang dianugerahkan Allah yang harus dipelihara sesuai
ketentuan;
2. Menciptakan dan menikmati karya seni hukumnya mubah (boleh), selama tidak mengarah atau
mengakibatkan fasad (perusakan), dharar (bahaya), isyan (kedurhakaan) dan bi’da.
3. Bila seni dikatakan sebagai alat dakwah untuk membina dan meningkatkan mutu keimanan pada
Allah, maka menciptakan dan menikmatinya dipandang sebagai amal sholeh yang bernilai ibadah.
4. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengajar anak untuk menari atau mempelajari tarian
khususnya tari Islami (syari), perlu mempertimbangkan hal-hal yakni menyangkut menjaga
beberapa hal diantaranya kerusakan, bahaya, kedurhakaan, rias busana, menutup aurat secara
benar, musik pengiring, gerakan yang islami, panggung, dan penonton.

DAFTAR PUSTAKA

Caturwati, Endang. (2008). Tradisi sebagai Tumpuan Kreatifitas Seni. Bandung: Sunan Ambu
STSI Press.
Delphie, Bandi. 2005. Program Pembelajaran Individual Berbasis Gerak Irama. Bandung : Pustaka
Bani Quraisy.
Hidayat, Robby. 2005.Wawasan Seni Tari : Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Malang :
Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke-44. (2013). Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Kuswarsantyo. (2012). Pelajaran Tari : Image dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter
Anak. Vol 3 (1). 7 Halaman.
Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Bekerjasama Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. (2015). Seni Budaya Islam. Yogyakarta : Gramasurya.
Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas (Tradisi dan Modern). Yogyakarta: Cipta Media.
Mi’raj Islamic News Agency. (2015). Etika Berpakaian Dalam Islami. [Online]
Tersedia:http://mirajnews.com/2015/09/etika-berpakaian-dalam islam.html/84551 (Kamis, 8 Juni
2017, 20:06)
Murgiyanto, Sal. 1981. Seni Menata Tari. Yogyakarta : IKALASTI.
Mustari, Mohamad. 2004. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Smith, Jacqueline. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru (terj Ben Suharto). 1985.
Yogyakarta : IKALASTI.
Sutiyati, Endang. Metode Penciptaan Tari. Yogyakarta : UNY Press.
Widhianawati, Nana. 2011. Jurnal UPI . Pengaruh Pembelajaran Gerak dan Lagu Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Musikal dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini. UPI Bandung

371

Anda mungkin juga menyukai