Anda di halaman 1dari 15

 

BAB I
PENDAHULUAN
Mikotoksin berarti toksin yang dihasilkan oleh jamur. Mikotoksikosis adalah penyakit
yang disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh jamur yang termakan bersama-sama bahan
pakan yang tercemar jamur. P e r h a t i a n   d u n i a   s e c a r a   i n t e n s i f   t e r h a d a p   m i k o t o k s i n  
c u k u p   b e s a r   s e j a k   p e r i s t i w a   y a n g mematikan lebih dari 100.000 ekor kalkun di
Inggris sekitar tahun 1960. Wabah tersebut terkenal dengan sebutan “penyakit kalkun X”
(“Turkeys-X diseases”). Penyakit ini terjadi pada kalkun yang diberi pakan
berupa kacang tanah asal Brasilia yang dicemari oleh fungi, yang menuru
hasil identifikasi fungi tersebut adalah Aspergillus flavus. Zat toksik yang
d i h a s i l k a n o l e h Aspergillusflavus disebut aflatoksin. Istilah aflatoksin diambil dari singkatan
kata Aspergillus flavus toksin.
Pada tahun 1977 dari pertemuan gabungan antara Food Agriculture Organization
(FAO),World Health Organization (WHO) dan United Nation Development. Progra
m  (UNDP)  padaConference on Mikotoksins di Nairobi, Kenya, dilaporkan bahwa masalah
kesehatan akibat keracunan
toksin asal kapang akan menjadi salah satu golongan penyakit tidak menul
a r   y a n g   r e l e a n   d a n potensial di negara-negara berkembang di masa  yang akan datang.
Masalah mikotoksin dan mikotoksikosis sangat penting di Indonesia mengingat
negara kita ini terletak di daerah tropis yang merupakan lingkungan
ideal untuk tumbuh-kembang segala  jenis kapang. Namun demikian, tampaknya
masih banyak pakar kesehatan dan kedokteran yang belum tertarik atau menaruh
perhatian pada bidang ini. Pada umumnya dalam keadaan normal, kapang-kapang itu hidup
secara saprofit. Akan tetapi jikalau keadaan lingkungan sekitarnya berubah menjadi
ideal, yakni suhu udara baik, kelembabancukup tinggi dan ada substrat yang cocok
untuk ditumpangi, maka kapang tersebut akan tumbuh-kembang subur dan
memproduksi metabolit beracun. Bila bahan yang tercemar itu termakan
atauberkontak dengan kulit manusia atau hewan, maka dapat menimbulkan keracunan.

BAB IIPEMBAHASAN
A. MIKOTOKSIN  DAN MIKOTOKSIKOSIS
 
Mikotoksin
merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spesies kapang
tertentu selama pertumbuhannya pada bahan pangan maupun pakan. Mikot
o k s i n   m u l a i dikenal sejak ditemukannya aflatoksin yang menyebabkan T
urkey X –disease
pada
tahun1 9 6 0 .   H i n g g a   s a a t   i n i   t e l a h   d i k e n a l   3 0 0   j e n i s   m i k o t o k s i n ,   l i m a   j e n i s   d
iantaranya sangatberpotensi menyebabkan penyakit baik pada manusia mau
p u n   h e w a n ,   y a i t u   a f l a t o k s i n , okratoksin A, zearalenon, trikotesena
(deoksinivalenol, toksin T2) dan fumonisin. MenurutB h a t   d a n   M i l l e r   s e k i t a r   2 5 -
5 0 %   k o m o d i t a s   p e r t a n i a n   t e r c e m a r   k e l i m a   j e n i s   m i k o t o k s i n tersebut.  Penyakit
yang  disebabkan  karena  adanya  pemaparan  mikotoksin  disebutM
ikotoksikosis
.Mikotoksikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan
jamur ( m i k o t o k s i n ) .   J a m u r   m u d a h   t u m b u h   d i m a n a - m a n a   y a i t u :   d i   t a n a h ,  
m a t e r i   o r g a n i k   y a n g membusuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Kontaminasi
jamur dapat terjadi saat panen,selama transportasi , pada penyimpanan bahan baku ransum
dan ransum jadi. Ransum dengank a d a r a i r 1 2 % a t a u l e b i h d e n g a n k e l e m b a b a n 8 0 -
90% dan suhu antara 10-40 derajat C merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan jamur.pada keadaan khusus , jamur dapatmenghasilkan racun. Adanya Mikotoksin
dalam ransum menyebabkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsi ransum tersebut.
Pada dasarnya, semua jenis ternak dapat terserangMikotoksin. Namun tingkat
kepekaannya bervariasi tergantung sejumlah faktor seperti : jeniskelamin, umur, bangsa, kondisi
fisik, status nutrisi, jumlah dan jenis Mikotoksin , konsumsiransum, lama serangan , tatalaksana
peternakan ( sanitasi, suhu, kondisi udara, kelembaban,dll) dan infeksi penyakit
lain. Mikotoksin akan menurunkan kadar glikogen pada darahsehimngga
menyebabkan bertambahnya kadar glukosa serum. Pada kasus keracunan
akut,fungsi mitokondria juga terganggu. Terganggunya metabolisme lemak khususn
ya dalamsistem pengangkutan dan eskresi lemak menyebabkan kadar lemak dalam
hati lebih tinggisehingga menyebabkan fatty liver syndrome.
Mikotoksin juga bereaksi dengan DNA dan RNA sehingga menghambat sintetis protein.
Saatbereaksi dengan membran sel, mikotoksin akan mempengaruhi sistem pengangkutan
nutrisidalam sel. Penurunan sintetis protein akan mempengaruhi pertumbuhan dan
menurunkansistem kekeban dan antibodi ternak. Kondisi ini akan menyebabkan
ternak rentan terhadappenyakit  atau  menurunkan  efiktivitas  vaksinasi.  Sejumlah  nutrisi
termasuk
energim e t a b o l i s m e ,   k e c e r n a a n   n u t r i s i   d a n   k a d a r   v i t a m i n   d a l a m   p l a s m a   t u r u t  
d i p e n g a r u h i   o l e h mikotoksin.  Mikotoksin dapat  menurunkan  ketersediaan  enzim-enzim
percernaan  padaunggas,  khususnya  amilase,  lipase,  protease,  dan  RNAase/DNAase.
Penurunan enzimpecernaan  akan  mempengaruhi  ketersediaan  nutrisi  bagi  tubuh  ternak  dan
akhirnyamenurunkan
laju pertumbuhan. Ratusan jamur telah diidentifikasi, beberapa diantaranyas e r i n g  
muncul dalam industri peternakan , yaitu Aflatoxin, Ochratoxin, Trichothe
c e n , Zearalenone dan Citrinin.
B. IDENTIFIKASI MIKOTOKSIN1 .   A f l a t o k s i n
Aflatoksin berasal dari singkatan
Aspergillus flavus toxin.
Aflatoxin dihasilkan oleh jamur aspergillus  flavus,  A.  paracitikus  dan  Penicillium
puberulum,  bersifat  sangat  beracun  dankarsinogenik . Jenis jamur ini banyak terdapat
di mana-mana sehingga dapat mudah mencemaritanaman di tempat
manapun. Namun, produksi aflatoxin tergantung pada faktor iklim saat
tanamantertentu tumbuh dan disimpan sebagai bahan baku ransum. Didaerah tropis
dan subtropis, resikopencemaran Mikotoksin pada tanaman selalu lebih tinggi
karena iklim tropis mempunyai kadar air dan kelembaban yang relatif tinggi. Jamur ini
memerlukan suhu 36,2-37,8 derajat C dan kelembabanrelatif 80-85% untuk pertumbuhan
optimal dan memproduksi racun.
Toksin ini pertama kali diketahui berasal dari kapang
Aspergillus flavus
yang berhasildiisolasi pada tahun 1960.
A. flavus
sebagai penghasil utama aflatoksin umumnya hanyamemproduksi  aflatoksin  B
1
dan  B
2
(AFB
1
dan  AFB
2
)   Sedangkan
A.  parasiticus
memproduksi AFB
1
, AFB
2
, AFG
1
, dan AFG
2
.
A. flavus
dan
A. parasiticus
ini tumbuh padakisaran suhu yang jauh, yaitu berkisar dari 10-12
0
C sampai 42-43
0
C dengan suhu optimum32
0
-33
0
C dan pH optimum 6.Diantara keempat jenis aflatoksin tersebut AFB
1
memiliki efek toksik yang palingtinggi. Mikotoksin ini bersifat karsinogenik,
hepatatoksik dan mutagenik sehingga menjadiperhatian badan kesehatan dunia
(WHO) dan dikategorikan sebagai karsinogenik gol 1A.Selain  itu,  aflatoksin  juga
bersifat  immunosuppresif  yang  dapat  menurunkan  sistemkekebalan tubuh.Di Indonesia,
aflatoksin merupakan mikotoksin yang sering ditemukan pada produk-produk pertanian dan hasil
olahan (Muhilal dan Karyadi, 1985, Agus
et al.,
1999). Selain itu,residu aflatoksin dan metabolitnya juga ditemukan pada produk peternak seperti
susu (Bahri
et al 
., 1995), telur (Maryam
et al 
., 1994), dan daging ayam (Maryam, 1996). Sudjadi
et al 
(1999) melaporkan bahwa 80 diantara 81 orang pasien (66 orang pria dan 15 orang
wanita)menderita kanker hati karena mengkonsumsi oncom, tempe, kacang goring, bumbu
kacang,kecap dan ikan asin. AFB
1
, AFG
1
, dan AFM
1
terdeteksi pada contoh liver  dari 58% pasientersebut dengan konsentrasi diatas 400
µg/kg.Perubahan patologi anatomi yang dapat di akibatkan oleh aflatoksin adalah: hati
danl i m p a   m e m b e s a r , r a d a n g   d a n   p e m b e n g k a k a n   p a d a   d u o d e n u m .   H a t i   t e r l i h a
t   p u c a t   a k i b a t penimbunan lemak dan perdarahan berbentuk titik-titik. Jaringan limfoid
(bursa Fabricius dantymus ) mengecil. Ginjal dan kantung empedu biasanya membesar
dan terjadi perdarahanusus. Lemak pada ampela dan lemak tubuh yang lain berlebihan . Pada
kasus kronis kronis,hati mengecil, keras dan terdapat nodula berisi getah empedu.
4

2. Okratoksin
Okratoksin  dihasilkan  oleh  jamur  Aspergillus  ocharceceous  dan  Penicillinviridikatum. Jenis
jamur Aspergillus menghasilkan ochratoxin hanya pada kadar kelembabanrelatif dan suhu
yang tinggi., sedangkan species Penicillium tertentu dapat menghasilkanochratoxin
pada suhu yang lebih rendah, bahkan pada suhu 5 derajat C. Ada type
berbagaiochratoxin, yaitu : Ochratoxin A, Ochratoxin B, Methylester
Ochratoxin dan Ochratoxin C.Ochratoxin A yang paling banyak ditemukan karena
stabil terhadap perubahan suhu dansangat beracun.Okratoksin, terutama Okratoksin
A (OA) diketahui sebagai penyebab keracunanginjal pada manusia maupun hewan, dan
juga diduga bersifat karsinogenik. Okratoksin A inipertama kali diisolasi pada tahun 1965
dari kapang
Aspergillus ochraceus
.  Secara alami
A.ochraceus
terdapat pada tanaman yang mati atau busuk, juga pada biji-bijian,  
k a c a n g - kacangan dan buah-buahan. Selain
A.ochraceus
, OA juga dapat dihasilkan oleh
Penicilliumviridicatum
(Kuiper-Goodman, 1996) yang terdapat pada biji-bijian di daerah 
b e r i k l i m sedang (temperate), seperti pada gandum di eropa bagian utara. 
P.viridicatum
tumbuh pada suhu antara 0 – 31
0
C dengan suhu optimal pada 20
0
C danp H o p t i m u m 6 – 7 .
A.ochraceus
tumbuh pada suhu antara  8 – 37
0
C.  Saat ini diketahui
sedikitnya 3 macam
O k r a t o k s i n ,   y a i t u   O k r a t o k s i n   A   ( O A ) ,   O k r a t o k s i n   B   ( O B ) ,   d a n Okrato
ksin C (OC).  OA adalah yang paling toksik dan paling banyak ditemukan di alam.Hal penting
yang berkaitan dengan perdagangan komoditas kopi di pasar internasionaladalah bahwa
sebagian besar negara pengimpor/ konsumen kopi mensyaratkan kadar OAyang sangat
rendah atau bebas OA.Selain pada produk tanaman, ternyata OA dapat ditemukan pada
berbagai produk ternak seperti daging babi dan daging ayam.  Hal ini karena OA
bersifat larut dalam lemak sehingga dapat tertimbun di bagian daging yang
berlemak.  Manusia dapat terekspose OAmelalui produk ternak yang
dikonsumsi.Perubahan patologi anatomi yang dapat disebabkan oleh Okratoksin adalah
ditemukanhati membesar, warna pucat disertai perdarahan. Ginjal pucat dan
peradangan usus. Padakasus akut, ginnjal mengalami nephrosis. Ginjal akan nampak
sangat bengkak, berwarnapucat, ditandai dengan penumpukan deposit urea dalam ureter.
Kadang-kadang deposit jugaterlihat pada provetriculus, hati dan usus halus. Pada kasus kronis,
racun menurunkan fungsitubuh yang berkenaan dengan fungsi ginjal, namu tidak ada luka yang
terlihat. Ochratoxin Amenimbulkan  efek  imonosupresi  (thymus  mengecil)  sehingga
kekebalan  sel  humoralterganggu.
3. Zearalenon
Zearalenon  adalah  toksin  estrogenik  yang  dihasilkan  oleh  kapang
Fusariumgraminearum, F.tricinctum
,
dan F. moniliforme
.  Kapang ini tumbuh pada suhu optimum 20– 25
0
C dan kelembaban 40 – 60 %. Zearalenon pertama kali diisolasi pada
t a h u n 1 9 6 2 . Mikotoksin ini cukup stabil dan tahan terhadap suhu tinggi.
Hingga saat ini paling sedikit terdapat 6 macam turunan zearalenon, diantara nya α-
zearalenol yang memiliki aktivitas estrogenik 3 kali lipat daripada senyaw
a   i n d u k n y a . Senyawa  turunan  lainnya  adalah  6,8-dihidroksizearalenon,  8-
hidroksizearalenon,  3-hidroksizearalenon, 7-dehidrozearalenon, dan 5- formilzearalenon.
Komoditas yang banyak tercemar zearalenon adalah jagung, gandum, kacang kedelai, beras dan
serelia lainnya.
Zearalenone  lazim  terdapat  dalam  jagung  dan
s o r g u m . dampak merugikan pada unggas adalah penurunan puncak produ
ksi, namun tidak berpengaruhterhadap kesuburan dan daya tetas telur.
Gejala umum yang terjadi adalah ascites, kista o v i d u k   dengan material
fibrinous.
4. Trikotesena
7
 
Mikotoksin golongan trikotesena  dihasilkan oleh kapang
Fusarium
spp.,
Trichoderma
,
Myrothecium
,
Trichothecium
dan
Stachybotrys
. Mikotoksin golongan ini dicirikan
dengana d a n y a   i n t i   t e r p e n   p a d a   s e n y a w a   t e r s e b u t .   T o k s i n   y a n g   d i h a s i l k a n   o l
eh kapang-kapangtersebut diantaranya adalah toksin T-2 yang merupakan 
j e n i s   t r i k o t e s e n a   p a l i n g   t o k s i k . Toksin ini menyebabkan iritasi kulit dan juga diketahui
bersifat teratogenik. Selain toksin T-
2, trikotesena lainnya seperti deoksinivalenol, nivalenol dapat
menyebabkan emesis danmuntah-muntah (Ueno
et al 
., 1972
dalam
Sinha, 1993).
 
Gejala umum yang
disebabkan oleh Trikotesena adalah pertumbuhan terhambat,depresi dan diare
berdarah. Necrosa mukosa mulut merupakan gejala yang paling seringterjadi. Luka
pada mulut berwarna putih sampai krem, borok biasa terlihat pada tepi lidah dansepanjang sisi
dalam bagian atas dan bawah paruh. Perubahan patologi anatomi, terlihatmukosa
gastrointestinal kemerh-merahan, hati bengkak berisi getah empedu dan
berwarnaburik, limpa mengecil dengan perdarahan visceral
5. Fumonisin
8

 
Fumonisin termasuk kelompok toksin fusarium yang dihasilkan oleh kapang
Fusarium
spp., terutama
F. moniliforme
dan
F. proliferatum
.  Mikotoksin ini relatif baru diketahui danpertama kali diisolasi dari
F. moniliforme
pada tahun 1988 (Gelderblom,
et al 
., 1988).  Selain
F.  moniliforme
dan
F.  proliferatum
,  terdapat  pula  kapang  lain  yang  juga  mampumemproduksi fumonisin, yaitu
F.nygamai
,
F. anthophilum
,
F. diamini
dan
F. napiforme
.
F. moniliforme
tumbuh pada suhu optimal antara 22,5 – 27,5
0
C   d e n g a n   s u h u maksimum 32 - 37
0
C.  Kapang Fusarium ini tumbuh dan tersebar diberbagai negara didunia,terutama negara
beriklim tropis dan sub tropis.  Komoditas pertanian yang sering dicemarikapang ini
adalah jagung, gandum, sorgum dan berbagai produk pertanian lainnya.Hingga saat ini telah
diketahui 11 jenis senyawa Fumonisin, yaitu Fumonisin B
1
(FB
1
), FB
2
, FB
3
dan FB
4
, FA
1
, FA
2
, FC
1
, FC
2
, FP
1
, FP
2
dan FP
3
.  Diantara jenis fumonisintersebut, FB
1
mempunyai toksisitas yang dan dikenal juga dengan nama Makrofusin. FB
1
danFB
2
banyak mencemari jagung dalam jumlah cukup besar, dan FB
1
juga ditemukan padaberas yang terinfeksi oleh
F.proliferatum
.Keberadaan kapang penghasil fumonisin
dan kontaminasi fumonisin pada komoditipertanian, terutama jagung di Indonesia
telah dilaporkan oleh Miller 
et al.
(1993), Trisiwi(1996), Ali
et al 
., 1998 dan Maryam  (2000b). Meskipun  kontaminasi fumonisin pada hewandan manusia belum
mendapat perhatian di Indonesia, namun keberadaannya perlu diwaspadaimengingat mikotoksin
ini banyak ditemukan bersama-sama dengan aflatoksin sehingga dapatmeningkatkan toksisitas
kedua mikotoksin tersebut (Maryam, 2000a).
6. Citrinin
Kelompok  Mikotoksin  ini  dihasilkan  oleh  Penicillium  citrinum  dan  spesiesPenicillium
lainnya yang bersifat nephrotoksik. Unggas yangterserang akan mengkonsumsiair minum
berlebihan sehingga menyebabkan diare. Gejala akan menghilang jika ransumdiganti
dan kelompok unggas tersebut kembali normal dalam 8-10 jam. Tidak ada luka
yangm u n c u l   s e l a i n   p e m b e s a r a n   g i n j a l .   C i t r i n i n
t i d a k   m e m p e n g a r u h i   k e k e b a l a n   s e l u l e r   d a n humoral. Penularan penyakit dapat
terjadi karena ternak mengkonsumsi ransum atau litter  kandang yang tercemar
Mikotoksin . Jamur dan racun yang dihasilkannya tersebar sat biji-
bijian yang rusak karena jamur dicampur dengan bahan penyusun r
ansum yang lain.
C. DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
Identifikasi dan kuantifikasi mikotoksin . Teknik analisa mikotoksin meliputi :

Chromatography

Spectrometry

Pemeriksaan monoclonal antibody

Enzymed-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk deteksi aflatoxin. Sedangkanuntuk
Mikotoksin yang lain kita belum tersedia.
D. PENGENDALIAN
P e n c e g a h
a n   : Aflatoxin tetap berbahaya dan
tidak rusak oleh suhu tinggi dan pemanasan. Olehkarena itu, prinsip pencegahan lebih
baik dari pada pengobatan tepat untuk diterapkan padakasus keracunan aflatoxin. Pencegahan
yang bisa dilakukan untuk menghambat tumbuhnyajamur adalah peengeringan bahan baku
ransuk/ransum pada kadar air maximal 12% dan
kelembaban maksimal 65% , penyimpanan bahan baku ransum /ransum ditempat yang keringdan
diberi alas, penyemprotan 0,25% asam propionat atau asam asetat atau penyemrotan 2%N a O H
atau 2,5% CaOH 2 . Selain pada bahan baku ransum/ransum, tempat minum
d a n tempat ransum perlu dicuci dan direndam dengan desinfiktan yang mengandung
senyawaiodine, diantaranya Antisep atau Neo Antisep.Deteksi dini pada ransum yang tercemar
dapat mencegah pencemaran sampai
tingkaty a n g   l e b i h   b e s a r .   S a a t   t r u c k   r a n s u m   d a t a n g ,   l a k u k a n   p e m e r i k s a a n   m e
nyeluruh terhadapransum dan lakukan desinfeksi truck. Pencemaran aflato
x i n   b i a s a n y a   d i t e m u k a n   p a d a sejumlah kecil ransum. Jika pencemaran ini
diketahui sejak awal, maka pemisahan
secaraf i s i k   r a n s u m   y a n g   t e r c e m a r   d a p a t   d i l a k u k a n   s e c a r a   e f e k t i f .   N a m u n   j i
k a   r a n s u m   t e r s e b a r   dimana-mana, cara ini sulit dilakukan.Mikotoksin,
khususnya aflatoxin dapat
diikat dand i n o n a k t i f k a n   d e n g a n   p e n a m b a h a n   h i d r a t e d   s o d i u m   c a l s i u m   a l u m i
n o   s i l i c a t e   ( H S C A S ) sebanyak 1,5-5 kg/ton ransum.Pengobatan :Mikotoksikosis biasanya
tidak dapat disembuhkan. Pengobatan terhadap gejala yangmuncul untuk meningkatkan
daya tahan tubuh merupakan satu-satunya penanganan yangdapat  dilakukan  .  Untuk
tujuan  tersebut  ,  asam  amino  berikatan  belerang
dapatm e n d e k t o s i f i k a s i   o r g a n i s m e   y a n g   p o t e n s i a l   m e n g h a s i l k a n   r a c u n .   K e l o
m p o k   V i t a m i n   B , Vitamin E, selenium dan antioksidan dapat digunakan untuk menurunkan
proses peroksidasilemak.  Selain  itu,  terdapat  banyak  preparat  yang  tersedia  secara
komersial  yangmempermudah dekomposisi dan detoksifikasi Mikotoksin. Preparat ini biasnya
mengandungenzim yang berasal dari kapang dan bakteri, adsorbent, campuran
vitamin dan antioksidan.Pemberian jamur saccharomyces cerevisiae dilaporkan
efektif menurunkan tingkatkeparahan aflatoxin pada
ayam. Kultur kapang mempunyai kemampuan mengikat aflatoxindan membuat
aflatoxin tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan ternak.
Budiarsono, Iwan T. 1995.
Dampak Mikotoksin terhadap Kesehatan. Jurnal Cermin DuniaKedokteran 1995;103: 05-11
.
http: //www.thepoultrysite.com/deseaseinfo/100/mycotoxicosisdiambil pada 30 november 2010
pada jam 13:52
http://pkppullet.wordpress.com/2010/01/20/persoalan-mikotoksin-pada-pakan
diambilpada 30 november 2010 pada jam 14:26
http://www.fao.org/docrep/x5036e/x5036E04.htm
diambil pada 01 desember 2010 padajam 12:10
http://www.patentstorm.us/patents/6703244/description.html
diambil pada 01 desember 2010 pada jam 12:03
http://knol.google.com/k/mycotoxins-and-mycotoxicoses-review#
diambil pada 01desember 2010 pada jam 12:09
http://id.wikipedia.org/wiki/Fusarium
diambil pada 01 desember 2010 pada jam 11.56Gandahusada, Srisasi. Edisi ketiga, 1998.
Parasitologi Kedokteran.
FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai