Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pre eklampsia
1. Pengertian Pre Eklampsia
Pre eklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ketika ante, intra, dan postpartum. Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-
tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang
dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya
terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum,
intrapartum, dan pasca persalinan (Prawirohardjo, 2012).
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang
mengenai wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan
tanda utama berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Bilaseorang wanita
memenuhi kriteria preeklampsiadan disertai kejangyang bukan disebabkan oleh
penyakit neurologis dan atau komamaka ia dikatakan mengalami eklampsia.
Umumnya wanita hamiltersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskular atau hipertensi sebelumnya.
Kumpulan gejala itu berhubungan dengan vasospasme, peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ. Kelainan
yang berupa lesi vaskuler tersebut mengenai berbagai sistem organ,termasuk
plasenta. Selain itu, sering pula dijumpaipeningkatan aktivasi trombosit dan
aktivasi sistem koagulasi.
2. Gejala dan Tanda
Secara teoritik urutan gejala yang timbul pada preeklamsia ialah edema,
hipertensi, dan proteinuria; dari semua gejala tersebut timbulnya hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun, bila penderita sudah
mengeluh adanya gangguan nyeri di kepala, penglihatan kabur, atau nyeri
epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut. Secara singkatnya yaitu
sebagai berikut :
1. Tekanan darah >140/90 mmHg
2. Nyeri kepala
3. Gangguan penglihatan
4. Hiperefleksia

1
5. Proteinuria
6. Koma

Hipertensi karena kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan


tanpa gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih
buruk dengan terdapat proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang
sahih untuk preeklampsia.

Preeklampsia berat diagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:

- Tekanan diastolik >110mmHg


- Oliguria < 400 ml per 24 jam
- Edema paru ; nafas pendek, sianosis
- Nyeri daerah epigastrum atau kuadran atas kanan
- gangguan penglihatan ; penglihatan berkabut
- Jantung ; gagal jantung
- otak ; edema serebri
- pertumbuhan janin terhambat
- mata ; edema, ablasio retina

Preeklamsia – Eklamsia

a. Tekanan darah sistolik ≥ 140 atau tekanan darah diastolik ≥ 90


b. Proteinuria dengan atau tanpa tanda / gejala
c. Penyajian tanda / gejala / kelainan laboratorium tetapi tidak ada proteinuria
Proteinuria tidak diperlukan untuk diagnosis eclampsia seizure dalam
pengaturan preeklamsia
Preeklamsia berat
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 atau tekanan darah diastolik ≥ 110, diperoleh 15-
60 menit
b. Oliguria persisten <500 ml / 24jam
c. Insufisiensi ginjal progresif
d. Gangguan kepala / visual yang tak henti-hentinya
e. Pulmonary edema
f. Nyeri epigastrik / RUQ
g. LFT> 2x normal
h. Trombosit <100K
i. Sindrom HELLP
3. Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori dikemukakan,tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang
memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia seringdisebut sebagai “the disease of
theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut :
1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
2. peningkatan angka kejadianpreeklampsia seiring bertambahnya usia
kehamilan.
3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
4. penurunan angka kejadian preeklampsiapada kehamilan-kehamilan
berikutnya
5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi,
edema, proteinuria, kejang dan koma
Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga
saat ini, yaitu:
a. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta
yang dapat berkembang menjadi iskemia plasenta.
Gambar 2.1. Etiologi preeklampsia menurut teori iskemik plasenta

Implantasi plasenta pada kehamilan normal dan PE Implantasi


plasenta normal yang memperlihatkan proliferasi trofoblas ekstravilus
membentuk satu kolom di bawah vilus penambat. Trofoblas ekstravilus
menginvasi desidua dan berjalan sepanjang bagian dalam arteriol spiralis.
Hal ini menyebabkan endotel dan dinding pembuluh vaskular diganti
diikuti oleh pembesaran pembuluh darah.
b. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).
c. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri
spiralis oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang
diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan
radikal bebas.
d. Genetik

Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta. Namun,
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara faktor-faktor
yang ditemukan tersebutseringkali sukar ditentukan apakah faktor penyebab
atau merupakan akibat.

4. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan


Diagnosis Tekanan darah Tanda lain
Hipertensi karena kehamilan
Hipertensi Kenaikan tekanan  Proteinuria (-)
diastolik 15  Kehamilan >20
mmHg atau >90 minggu
mmHg dalam 2
pengukuran
berjarak 1 jam
atau tekanan
diastolic sampai
110 mmHg
Preeklampsia Idem  Proteinuria 1+
Ringan
Preeklampsia Berat Tekanan diastolic  Proteinuria 2 +
>110 mmHg  Oliguria
Tekanan sistolik  Hiperefleksia
>140mmhg  Gangguan
Peningkatan penglihatan
sistolik > 30  Nyeri
mmhg dari epigastrium
normal
Peningkatan
diastolisc > 15
mmhg dari
normal
Eklampsia Hipertensi  Kejang
5. Patofisiologi
Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila spasme
arteriolar juga ditemukan di seluruh tubuh, maka dapat dipahami bahwa tekanan
darah yang meningkat merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan perifer
agar oksigenasi jaringan tetap tercukupi. Sedangkan peningkatan berat badan dan
edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
interstitial belum diketahui penyebabnya.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada preeklampsiadijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan kadar prolaktin yang tinggi dibandingkan pada
kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma
dan mengatur retensi air serta natrium. Pada preeklampsiapermeabilitas
pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena vasodilatasi
perifer yang diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol. Hal ini
kemungkinan akibat meningkatnya kadar progesteron di sirkulasi, dan atau
menurunnya kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II,adrenalin, dan
noradrenalin, dan atau menurunnya respon terhadap zat-zat vasokonstriktor.
Semua hal tersebut akan meningkatkan produksi vasodilator atau prostanoid
seperti PGE2 atau PGI2. Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan
tekanan darah yang normal sepertitekanan darah sebelum hamil.
a. Regulasi volume darah
Pengendalian garam dan homeostasis meningkat pada
preeklampsia. Kemampuan untuk mengeluarkan natrium juga terganggu,
tetapi pada derajat mana hal ini terjadi sangat bervariasi dan pada keadaan
berat mungkin tidak dijumpai adanya edema. Bahkan jika dijumpai
edema interstitial, volume plasma adalah lebih rendah dibandingkan pada
wanita hamil normal dan akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebih lagi
suatu penurunan atau suatu peningkatan ringan volume plasma dapat
menjadi tanda awal hipertensi.
b. Volume darah,hematokrit, dan viskositas darah
Rata-rata volume plasma menurun 500 ml pada preeklampsia
dibandingkan hamil normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan
wanita yang melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).
c. Aliran Darah di Organ-Organ
1) Aliran darah di otak
Pada preeklampsia arus darah dan konsumsi oksigen berkurang 20%.
Hal ini berhubungan dengan spasme pembuluh darah otak yang mungkin
merupakan suatu faktor penting dalam terjadinya kejang pada
preeclampsia maupun perdarahan otak.
2) Aliran darah ginjal dan fungsi ginjal
Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang sering menjadi
penanda pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah efektif
ginjal rata-rata berkurang 20%, dari 750 ml menjadi 600ml/menit, dan
filtrasi glomerulus berkurang rata-rata 30%, dari 170 menjadi
120ml/menit, sehingga terjadi penurunan filtrasi. Pada kasus berat akan
terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis
tubular dan kortikal.
Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang
fungsinya mungkin sebagai cadangan menaikkan tekanan darah dan
menjamin perfusi plasenta yang adekuat. Pada kehamilan normal renin
plasma, angiotensinogen, angiotensinogen II, dan aldosteron meningkat
nyata di atas nilai normal wanita tidak hamil. Perubahan ini
merupakan kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam
sirkulasi. Pada kehamilan normal efek progesteron diimbangi oleh
renin, angiotensin,dan aldosteron, tetapi keseimbangan ini tidak terjadi
pada preeklampsia.
Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar terjadinya preeklampsiaadalah
iskemi uteroplasenter dimana terjadi ketidakseimbangan antara massa
plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah plasenta
yang berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus, akan dihasilkan
lebih banyak renin uterus yang mengakibatkan vasokonstriksi dan
meningkatnya kepekaan pembuluh darah. Di samping itu angiotensin
menimbulkan vasodilatasi lokal pada uterus akibat efek prostaglandin
sebagai mekanisme kompensasi dari hipoperfusi uterus.
Laju filtrasi glomerulus dan arus plasma ginjal menurun pada
preeklampsia, tetapi karena hemodinamik pada kehamilan normal
meningkat 30% sampai 50%, nilai pada preeklampsiamasih di atas atau
sama dengan nilai wanita tidak hamil. Klirens fraksi asam urat
yangmenurun,kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada perubahan
pada GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan gejala awal.
Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein biasanya ringan
sampai sedang. Preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom
nefrotik pada kehamilan. Penurunan hemodinamik ginjal dan
peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi morfologi khusus
yang melibatkan pembengkakan sel-sel intrakapiler
glomerulus yang merupakan tanda khas patologi ginjal pada preeklampsia.
3) Aliran darah uterus dan choriodesidua
Perubahan arus darah di uterus dan choriodesidua adalah perubahan
patofisiologi terpenting pada preeklampsia, dan mungkin merupakan
faktor penentu hasil kehamilan. Namun yang disayangkan adalah
belum ada satu pun metode pengukuran arus darah yang memuaskan
baik di uterus maupun di desidua.
4) Aliran darah di paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsiadan eklampsiabiasanya karena edema
paru yang menimbulkan dekompensasi cordis.
5) Aliran darah di mata
Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darahorbital. Bila
terjadi halhal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsia berat.
Gejala lain yang mengarah ke eklampsia adalah skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
6) Keseimbangan air dan elektrolit
Terjadi peningkatan kadar gula darah yang meningkat untuk sementara,
asam laktat dan asam organik lainnya, sehinggakonvulsi selesai, zat-zat
organik dioksidasi dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan
karbonik dengan terbentuknya natrium bikarbonat. Dengan demikian
cadangan alkali dapat pulih kembali.
6. Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh
wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang
terjadi biasanya sudah berat.
Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme
arteriol sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan
darah. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik
dibandingkan tekanan sistolikdan
tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan
abnormal.
Kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dan
kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama
preeklampsia. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg per minggu adalah normal,
tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka
kemungkinan terjadinya preeklampsiaharus dicurigai. Peningkatan berat badan
yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema nondependen yang terlihat
jelas, seperti edema kelopak mata, kedua lengan, atau tungkai yang membesar.
Proteinuria. Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu
penyebab fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria
mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang
berat, proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l.
Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi
dan biasanya terjadi setelah kenaikan berat badan yang berlebihan.
Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin
sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada
daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian
analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklampsia,
nyeri kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang pertama.
Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan
keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi
presiktorserangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan
oleh regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
Gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya
pandangan yang sedikit kabur, skotoma,hingga kebutaan sebagian atau total.
Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia,dan perdarahan petekie pada
korteks oksipital.
7. Penanganan
a. Penanganan Umum:
1. Segera rawat
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien .
3. Jika pasien tidak bernafas:
- Bebaskan jalan nafas
- Beri O2 dengan masker
- Intubasi jika perlu
4. Jika pasien tidak sadar:
5. Bebaskan jalan nafas
6. Baringkan pada satu sisi
7. Ukur suhu
8. Periksa apakah ada kaku tengkuk
9. Jika pasien syok ; lakukan penanganan syok
10. Jika ada perdarahan ; lakukan penanganan perdarahan
11. Jika kejang:
- Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret ,muntahan atau darah
- Bebaskan jalan nafas
- Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
- Fiksasi ,untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
a. Hipertensi Karena Kehamilan Tanpa Proteinuria
Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan:
- Pantau TD, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu
- Jika TD meningkat ,tangani sebagai preeklampsia
- Jika kondisi janin memburuk ,atau pertumbuhan janin terhambat
,rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan
b. Preeklampsia
Jika kehamilan <37minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan
,lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
1. Pantau TD, proteinuria, refleks dan kondisi janin
2. Lebih banyak istirahat
3. Diet Biasa
4. Tidak perlu diberi obat-obatan
5. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di RS
- Diet Biasa
- Tidak perlu obat-obatan
- Jika tekanan diastolik turun samapai normal pasien dapat
dipulangkan :
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat
 Kontrol 2 kali seminggu
 Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan , rawat kembali
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
,pertimbangkan terminasi kehamilan.
- Jika proteinuria meningkat ,tangani sebagai preeklampsia berat.

Jika kehamilan >37 minggu ,pertimbangkan terminasi ;

- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU


dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit dengan
prostaglandin.
- Jika serviks belum matang ,berikan prostaglandin, misoprostol
atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya
kejang pada eklampsia.

Penanganan Kejang
- Beri obat antikonvulsan dengan syarat: tersedianya Ca Glukonas 10%,
refleks patella (+)/(+), jumlah urin minimal 0,5 ml/kg/BB/jam
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, oksigen)
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
aspirasi.
- Beri O2 4-6 L/menit

Penanganan Umum untuk Pre Eklamsia dan Eklamsia


- Jika tekanan diastolik >110mmHg , berikn antihipertensi , samapai
tekanan diastolik di antara 90-100mmHg
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar
- Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload,
- Jika jumlah urin <30 ml per jam ;
- infus cairan dipertahankan 1 1/8jam
- pantau kemungkinan adema paru
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
- Observasi TTV, refleks ,dan DJJ setiap jam.
- Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru,Jika ada edema
paru , stop pemberian cairan ,dan berikan diuretik misalnya furosemide
40 mg IV
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN PRE
EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA (WHO, 2013)
SELAMA KEHAMILAN
Direkomendasikan Tidak Implikasi
direkomendasikan
Suplemen kalsium selama Suplementasi vitamin D 1. Berikan kalsium untuk semua
kehamilan di daerah di mana selama kehamilan Suplemen wanita
asupan kalsium rendah kalsium tidak pada daerah 2. Asupan kalsium rendah dan
(<900 mg / hari). yang kekurangan kalsium dosis rendah
tidak dianjurkan 3. Asam asetilsalisilat untuk
dipilih kelompok untuk
pencegahan PE / E.
4. Sedangkan suplementasi
vitamin dapat bermanfaat
untuk kesehatan lainnya tidak
menyediakan Vitamin C, D,
atau E, untuk hamil
perempuan sebagai bagian
dari strategi untuk
pencegahan PE / E.
Asam acetylsalicylic dosis Mengonsumsi salah satu
rendah (aspirin, 75 mg) atau gabungan vitamin C
untuk pencegahan pre- dansuplemen vitamin E
eklampsia
Obat antihipertensi untuk Penggunaan diuretik, Berikan obat antihipertensi, tapi
wanita hamil dengan terutama tiazid, untuk bukan diuretik, untuk wanita
hipertensi berat pencegahan pre-eklamsia hamil dengan hipertensi berat.
dankomplikasi
1. Anjuran bed rest Jangan menyarankan istirahat
dirumah atau pembatasan diet garam
2. Tirah baring ibu dengan untuk wanita hamil mencegah
hipertensi atau dengan pre-eclampsia atau komplikasi.
hipertensi disertai
proteinuri
3. Diet rendah garam
4. Pada wanita dengan pre- Untuk wanita dengan
eklamsia berat, jika ada preeklamsia berat pada prematur
janin yang layak untuk kehamilan (<37 minggu), dokter
dipertahankan dengan dapat memonitor wanita jika:
usia kehamilan kurang (1) tekanan darah terkendali;
dari 37 minggu, (2) tidak ada gawat janin; dan
manajemen dapat (3) tidak ada tanda-tanda
dipertimbangkan, disfungsi organ.
hipertensi ibu yang tidak Pemantauan lanjutan diperlukan
terkontrol meningkatkan selama ini pada periode
disfungsi organ ibu, dan manajemen hamil
gawat janin kondisi ini
dapat dipantau.

MANAJEMEN PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN PRE


EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA (WHO, 2013)

SELAMA PERSALINAN
Rekomendasi Implikasi
1. Induksi persalinan untuk wanita Percepat melakukan persalinan untuk wanita
dengan pre-eklamsia berat pada usia dengan preeklampsia berat jarak jauh, apakah
kehamilan ketika janin tidak layak atau janin layak atau tidak
tidak mungkin untuk mencapai
kelangsungan hidup dalam satu atau Magnesium sulfat adalah pilihan antikonvulsan
dua minggu. untuk wanita dengan pre-eklamsia berat atau
2. Kelahiran dipercepat untuk wanita eklampsia. Jika memungkinkan, berikan rejimen
dengan pre-eklamsia berat saat aterm. magnesium sulfat lengkap untuk wanita dengan
3. Magnesium sulfat, dalam preferensi eclampsia atau pre-eklamsia berat. Jika
untuk antikonvulsan lainnya, untuk administrasi rejimen lengkap tidak mungkin,
pencegahan eklamsia pada wanita para wanita ini harus diberikan dosis awal
dengan preeklamsia berat. magnesium sulfat dan seharusnya segera
4. Magnesium sulfat, dalam preferensi dipindahkan ke fasilitas perawatan kesehatan
untuk antikonvulsan lainnya, untuk tingkat tinggi untuk perawatan lebih lanjut
pengobatan wanita dengan eklampsia
5. Magnesium sulfat intravena atau
intramuskular penuh untuk pencegahan
dan pengobatan eklampsia.
6. Untuk wanita dengan pre-eclampsia
berat atau eklampsia, pada pengaturan
di mana tidak mungkin untuk mengatur
rejimen magnesium sulfat penuh,
gunakan dosis awal magnesium sulfat
diikuti dengan transfer segera ke
fasilitas perawatan kesehatan tingkat
yang lebih tinggi.

MANAJEMEN PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN PRE EKLAMPSIA


DAN EKLAMPSIA (WHO, 2013)
Selama Nifas
Rekomendasi Implikasi
1. Obat antihipertensi lanjutan selama periode Obati wanita dengan obat antihipertensi selama
postpartum untuk wanita yang diobati dengan periode postpartum jika mereka: (1) mengalami
obat antihipertensi selama periode antenatal. postpartum berat hipertensi; atau (2) diobati
dengan antihipertensi
2. Obat antihipertensi untuk wanita dengan obat
postpartum yang berat selama kehamilan.
Tata Cara Skrining Pre Eklampsia (PPGDON, 2017)

Usia kehamilan 12-28 minggu

Pemeriksaan anamnesa dan Riwayat khusus Doppler Volicemetry


fisik 1. Riwayat 1. Peningkatan
1.Riwayat keluarga Pre hipertensi vaskularisasi
eklampsia kehamilan 2. Notching (+)
2.Primigravida 2. Hipertensi kronis
3.Kehamilan Kembar 3. Kelainan ginjal
4.Primaturtas sekunder > 10 4. Diabetes
tahun jarak antar kehamilan
5.Usia > 35 tahun
6.BMI > 30
7.Mean Arterical Presure > 90
8.Roll Over Test > 15 mmHg

>2 hasil (+) 1 hasil (+) 1 hasil (+)

Screening (+)
Rujuk untuk evaluasi di Faskes Sekunder

1. Low dose aspirin 1x80 mg-150 mg / hari sampai dengan 7 hari sebelum
persalinan
2. Kalsium 1 gr/hari

B. Eklampsi
1. Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan
neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklampsia. Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia berat”
ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak.
2. Gejala dan Tanda
a. Tekanan diastolic >110 mmHg
b. Proteinuria 2 +
c. Oliguria
d. Hiperefleksia
e. Gangguan penglihatan
f. Nyeri epigastrium
g. Nyeri uluh hati
Eklampsia ditandai oleh gejala-gejala preeklampsia berat dan kejang:

- Kejang dapat terjadi tidak tergantung dari berat nya hipertensi


- Kejang bersifat tonik-klonik ,menyerupai kejang pada epilepsi grand mal
- Koma terjadi sesudah kejang ,dapat berlangsung lama berjam-jam
3. Penanganan
Penanganan eklampsia sama, kecuali pada eklamsia bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang.
Penanganan Kejang
- Beri obat antikonvulsan dengan syarat: tersedianya Ca Glukonas 10%,
refleks patella (+)/(+), jumlah urin minimal 0,5 ml/kg/BB/jam, laju nafas
minimal 16 x/menit
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, oksigen)
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
aspirasi.
- Beri O2 4-6 L/menit

Penanganan Umum untuk Pre Eklamsia dan Eklamsia


- Jika tekanan diastolik >110mmHg , berikn antihipertensi , sampai tekanan
diastolik di antara 90-100mmHg
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar
- Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload
- Kateter urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
- Observasi TTV, refleks ,dan DJJ setiap jam.

Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklamsia. Alternative lain adalah diazepam,
dengan resiko terjadinya depresi neonatal. Cara pemberian dosis awal:
- Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan
10 ml akuades
- Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
- Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml larutan
MgSO4 40%) IM di bokong kiri

Cara pemberian dosis rumatan:


- Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml
larutan Ringer Laktat lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit
selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang
berakhir (bila eklamsia)
Berikut cara pemberiannya :
- Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau
kejang berulang
- Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO 4 dalam 6 jam
sesuai prosedur.
- Furomiside 40 mg IV

Pemberian MgSO4 memiliki syarat-syarat pemberian yang harus terpenuhi, yaitu:

- Harus tersedia antidotum MgSO4 yakni Ca Gluconas 10%. Jika terjadi


tanda-tanda intoksikasi (refleks patella menghilang, distres pernapasan),
segera berikan 1g Ca Gluconas 10% yang dibuat dengan cara
mengencerkan 10 ml larutan Ca Gluconas dalam 10 ml aquades, diberikan
secara IV dalam 3-5 menit
- Refleks pattela pasien normal
- Frekuensi pernapasan ≥16 kali/menit dan tidak ada tanda-tanda distres
pernapasan.
- Jumlah produksi urin minimal 0,5 ml/kg/BB/jam

Pemberian magnesium sulfat harus dihentikan jika terdapat tanda-tanda


intoksikasi atau setelah 24 jam pascapersalinan/24 jam setelah kejang terakhir.
Selain sebagai terapi untuk menghentikan kejang, magnesium sulfat juga
diberikan kepada pasien dengan tanda-tanda preeklampsia berat sebagai
profilaksis kejang. Dosis yang digunakan serupa dengan dosis terapi pada
preeklampsia dengan kejang (eklampsia).
4. Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan pada Berbagai Tingkat Pelayanan

Hipertensi Karena Preeklamsia Preeklamsia Berat


Kehamilan Ringan atau Preeklamsia

Polindes  Rawat jalan 1x  Rawat jalan  Pastikan gejala


seminggu  Istirahat dan tanda
 Pantau TD, baring preeklamsia
protein uria,  Diet biasa berat
kesejahteraan  Tak perlu  Nifedipine
janin obat obatan 10mg dan
 Tunggu  Bila tidak MgSO4 40g IV
persalinaan ada dalam 10 menit
aterm perbaikan  Siapkan
rujuk peralatan u/
kejang
 Kateter urin
 Rujuk ke RS
Puskesma  Idem  Idem  Idem
s  Jika keadaan  < 36 minggu  Rujuk ke RS
memburuk -> rawat jalan
tangani sebagai 1x seminggu
preeklamsia  Tidak ada
perbaikan :
rawat / rujuk
RS
Rumah  Kendalikan  Evaluasi  Idem
Sakit hipertensi seprti di atas  Penanganan
seperti pada  Bila terdapat kejang MgSO4
preeklamsia preeklamsia dosis awal dan
 Terminasi berat, atau dosis
kehamilan jika tanda tanda pemeliharaan
terjadi pertumbuhan  Anti hipertensi
preeklamsia janin  Persalinaan
berat terhambat -> segera
terminasi perawatan post-
partum

5. Faktor – faktor Pre-Eklampsia


Preeklampsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum diketahui
dengan pasti penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian menyimpulkan beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia, antara lain :
a. Genetik
Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara
perempuan, cucu perempuan, dari seorang ibu hamil, maka ia akan
beresiko 2-5 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan bila
riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua atau saudara ipar perempuannya
(Zhang,1997). Sedangkan Royston dan Armstrong (1994) menyebutkan
bahwa preeklampsia merupakan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita preeclampsia.
b. Imunologis
“Beberapa penelitian menemukan bahwa durasi hubungan seksual pra
konsepsi dan jumlah unprotected intercourse berbanding terbalik dengan
kejadian preeklampsia/eklampsia. Bila unprotected intercourse jarang dan
tidak lama durasinya maka akan meningkatkan resiko terjadinya
preeklampsia/eklampsia. Hipotesis yang populer saat ini adalah hipotesis
gangguan adaptasi imunologis. Janin mengandung antigen dari ayahnya
yang asing bagi ibu yang sedang hamil tersebut. Dukungan terhadap teori
ini datang dari studi epidemiologi yang memperlihatkan dampak dari
berganti pasangan dan inseminasi dari donasi. (Zhang,1997)”
c. Faktor Graviditas
Taber (1994) menyebutkan bahwa preeklampsia merupakan gangguan
yang terutama terjadi pada primigravida. Marshall (1995) juga
menyebutkan bahwa preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan
pertama. Sibai et al (1995) dan Skjaerven (1995) juga mendapatkan hasil
bahwa proporsi primigravida lebih tinggi daripada wanita yang pernah
hamil sebelumnya.
Pada umumnya preeklampsia diperkirakan sebagai penyakit pada
kehamilan pertama. Bila kehamilan sebelumnya normal, maka insidens
preeklampsia akan menurun, bahkan abortus pada kehamilan
sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap kejadian
preeklampsia. Hal ini disebabkan pada primigravida pembentukan
antibodi penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan resiko
terjadinya preeclampsia.
Namun Roberts & Catov (2008) menyatakan bahwa perfusi penurunan
plasenta baru cukup untuk dapat menyebabkan preeklampsia adalah pada
kehamilan kedua. Dan penelitian Helda (2000) juga mendapatkan hasil
bahwa primigravida tidak berhubungan dengan preeklampsia
d. Faktor Umur
Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang baik untuk hamil
adalah 20-35 tahun (Depkes RI,2000). Royston and Armstrong (1994) juga
menyebutkan bahwa umur 20-35 tahun merupakan umur yang paling aman
bagi wanita untuk hamil dan melahirkan. Royston & Armstrong (1994)
juga menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali
dan wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan mempunyai resiko yang
sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia.
Terdapat peningkatan resiko terjadinya preeklampsia pada ibu yang
berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Agudelo,2000).
e. Faktor Usia gestasi
Menurut Dekker (1999), preeklampsia paling sering ditemukan pada
usia kehamilan di trimester kedua. Sedangkan Taber (1994) menyatakan
bahwa keadaan ini (Preeklampsia) timbul setelah umur kehamilan 20
minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit
trofoblastik.
f. Faktor indeks massa tubuh
Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai resiko
mengalami preeklampsia/eklampsia 3 ½ kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang berat badannya ideal dan kurus. Bagi yang memiliki
IMT di bawah 18,5 (underweight) sebelum kehamilan, maka disarankan
untuk menaikkan berat badan sampai 12,5 - 18 kg. Bagi yang memiliki
IMT 25 - 29,9 (overweight) sebelum kehamilan, maka disarankan untuk
menjaga kenaikan berat badan hanya 7 - 11,5 kg.
g. Faktor bayi
Insidens preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal (Zhang,1997).
h. Anemia dan KEK
Menurut WHO persentase tertinggi penyebab kematian ibu adalah
perdarahan (28%) yang dapat disebabkan karena anemia dan kekurangan
energi kronis (KEK). Anemia dan KEK merupakan faktor paling kuat terhadap
kejadian BBLR. Salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR adalah
faktor penyakit ibu yaitu salah satunya adalah preeklampsi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V - V BBLR
    Bab V - V BBLR
    Dokumen4 halaman
    Bab V - V BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB V Asfiksia
    BAB V Asfiksia
    Dokumen2 halaman
    BAB V Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asfiksia
    BAB IV Asfiksia
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV BBLR
    BAB IV BBLR
    Dokumen3 halaman
    BAB IV BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Fix
    BAB IV Fix
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Dan V
    BAB IV Dan V
    Dokumen7 halaman
    BAB IV Dan V
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV BBLR
    BAB IV BBLR
    Dokumen3 halaman
    BAB IV BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asfiksia
    BAB IV Asfiksia
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB V BBLR
    BAB V BBLR
    Dokumen2 halaman
    BAB V BBLR
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Kti
    Kti
    Dokumen105 halaman
    Kti
    putri alifa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Asfiksia
    BAB IV Asfiksia
    Dokumen4 halaman
    BAB IV Asfiksia
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB V Fix
    BAB V Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB V Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Fix
    BAB IV Fix
    Dokumen5 halaman
    BAB IV Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB V Fix
    BAB V Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB V Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Peb
    Bab 4 Peb
    Dokumen8 halaman
    Bab 4 Peb
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BERITA ACARA Tapka
    BERITA ACARA Tapka
    Dokumen2 halaman
    BERITA ACARA Tapka
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Pembatas Akseptor KB
    Pembatas Akseptor KB
    Dokumen7 halaman
    Pembatas Akseptor KB
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Makalah TM I NY. T TGL 30-09-20 Fix
    Makalah TM I NY. T TGL 30-09-20 Fix
    Dokumen67 halaman
    Makalah TM I NY. T TGL 30-09-20 Fix
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Critical Oxy
    Critical Oxy
    Dokumen5 halaman
    Critical Oxy
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Ca Senam Nifas
    Ca Senam Nifas
    Dokumen9 halaman
    Ca Senam Nifas
    Sami Rahayu
    Belum ada peringkat