Anda di halaman 1dari 11

1.

Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan didirikannya lebih dari satu
puskesmas di satu kecamatan? Jelaskan jawaban saudara.
 Berdasarkan Peraturan Kementrian Kesehatan RI nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, Bab III Pasal 9 ayat :
1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan
2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
(satu) Puskesmas.
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas.
4. Pendirian puskesmas harus memenuhi pesyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
 Penjelasan:
 Kebutuhan Pelayanan. Jika pelayanan yang harus dilakukan oleh sebuah
puskesmas melebihi kapasitas kemampuan pelayanan puskesmas , misalnya
kurangnya tenaga kerja sebagai SDM dalam melaksanakan kegiatan
sehubungan dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kebutuhan
pelayanan kesehatan melebihi kemampuan pelayanan kesehatan dalam satu
puskesmas.
Kebutuhan krn banyaknya penyakit
 Jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang banyak sehingga melebihi
kapasitas kemampuan pelayanan kesehatan dari 1 puskesmas. Walaupun
jumlah penduduk sesuai dengan ketentuan didirikannya 1 puskesmas
(30.000-40.000), dapat juga dipengaruhi oleh persebaran penduduk yang
luas sehingga tidak dapat dijagkau oleh satu puskesmas saja.
 Aksesibilitas. Berhubungan dengan letak geografis wilayah dan akses /
transportasi. Misalnya di kintamani terdapat 6 puskesmas. Hal ini menjadi
pertimbangan karena daerahnya yang luas dan terdiri dari dataran tinggi dan
dataran rendah, juga fasilitas transportasi umum yang ada juga tidak
memadai. Pada Peraturan Kementrian Kesehatan RI nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Bab VI Bagian Keempat, mengenai
Jaringan Pelayanan, jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Sistem
Rujukan, Pasal 40, dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan
puskesmas, didukung oleh jaringan pelayanan puskesmas (Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, dan Bidan desa) dan jejaring pelayanan
kesehatan (Klinik, Rumah sakit, apotek, Laboratorium dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya).

2. Pilih salah satu program wajib yang telah dipelajari di puskesmas, kemudian jelaskan!
PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
a. Siapa saja yang menjadi sasaran program tersebut?
 Warga yang bermukim di wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati I
 Tempat-tempat umum (Pasar, tempat penjualan makanan dan minuman)
 Tempat akses sarana air bersih. Baik tempat menjual air minum, sarana air bersih
seperti sumur keluarga.
 Sarana pembuangan air limbah/tempat pembuangan sampah sementara yang
berada di wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati I
 Tempat penjualan pestisida
b. Apa saja kegiatan dalam program tersebut dan kaitkan dengan konsep level of
prevention. Berikan contoh kegiatan mana saja yang termasuk pencegahan primer,
sekunder dan tersier!
 Pencegahan Primer
 Pengawasan Pemanfaatan Air Bersih ( PPAB )
 Jamban Keluarga (JAGA )
 Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
 Tempat Pembuangan Sampah ( TPS )
 Tempat-Tempat Umum ( TTU )
 Tempat Penjualan Makanan dan Minuman ( TPM )
 Tempat Penjualan Pestisida ( TP2 )
 Perumahan Sehat ( Pr.S )
 Pencegahan Sekunder
 Pengawasan Pemanfaatan Air Bersih ( PPAB )  melakukan tes kelayakan
air sebagai air munum dengan pengambilan sampel setiap 6 bulan pada
program pencegahan primer dan ditindaklanjuti sebagai program
pencegahan sekunder bila terdapat bakteri E.Coli dari sumber air dnegan
kaporitisasi.
 Tempat Penjualan Makanan dan Minuman ( TPM )  Melakukan
akreditasi sehat (LIKE Sehat) dengan grading A B C D E untuk tempat
makan sebagai upaya intervensi lebih lanjut akan masalah kebersihan di
TPM.
 Klinik Sanitasi ( Kl.S )  merupakan klinik konseling dan penanganan yang
diadakan di puskesmas akan masalah kesehatan lingkungan, seperti
penyakit yang sering terjadi bila dicurigai karena faktor lingkungan
(misalnya diare, dbd, tb paru, cacingan) dan pada pengadaan jamban
keluarga dan air bersih. Pada jamban keluarga dilakukan
penanganandengan pemberian rekomendasi untuk mengajukan
pengadaan jamban ke DINKES. Sementara untuk Air berih dilakukan
kaporitisasi dan klinik ini tempat warga membawa sampel airnya yang
belum pernah di tes sebelumnya.
 Pencegahan Tersier
Mengadakan Konseling dan pemantauan perkembangan pada kasus-kasus yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, misalnya pada terkontaminasinya
air dengan bakteri E.Coli.
c. Jelaskan indikator keberhasilan program tersebut dilihat dar input, proses, output
dan outcome!
 INPUT
o Man  Pemegang program Kesling ( Bapak IB Made Soba Manuaba)
didukung petugas-petugas puskesmas dan kader-kader kesehatan, juga
bekerjasama dengan pemegang program Promkes (I Wayan Sukarja) dan P2M
khususnya untuk penyakit yang dikarenakan faktor lingkungan (DBD, Diare,
TB Paru, Taeniasis/Cacingan)
o Money Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dari Kementrian Kesehatan
o Material  Peralatan kesehatan seperti botol sampel, alat penyemprotan dalam
kegiatan fogging, kaporit, sarana edukasi lainnya.
o Market  Pemukiman, tempat-tempat umum, tempat akses sarana air bersih,
Sarana pembuangan air limbah/tempat pembuangan sampah sementara, tempat
penjualan pestisida yang berada di wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati I
o Minute  Pengawasan dilakukan 2x seminggu secara bergilir dari tempat ke
tempat lain. Pemeriksaan sampel air wajib dilakukan setiap 6 bulan sekali
sesuai dengan jadwal yangditetapkan dari DINKES Gianyar.
o Method  Penyuluhan, Pemeriksaan, pengawasan, dan pengambilan sampel
pada tempat-tempat sasaran.
 PROSES
o Planning  melakukan perencanaan melalui rapat koordinasi antara staf
puskesmas, pemegang program, dan kepala desa untuk kegiatan termasuk
jadwal kegiatan
o Organizing  mengatur staf yang dalam pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan
o Actuacting  melaksanakan kegiatan
o Controling  melakukan pengawasan program
 OUTPUT
o Seluruh program KESLING yang ada memiliki target pencapaian sejumlah 85%
o Hasil pencapaian setiap program tahun 2015:
 Pengawasan Pemanfaatan Air Bersih (94,28% )
 Jamban Keluarga (89,43% )
 Sarana Pembuangan Air Limbah ( 88,31% )
 Tempat Pembuangan Sampah ( 81,19% )
 Tempat-Tempat Umum ( 91,40% )
 Tempat Penjualan Makanan dan Minuman ( 86,84% )
 Tempat Penjualan Pestisida ( 100% )
 Klinik Sanitasi (89,67)
 Perumahan Sehat ( 97,12% )
 OUTCOME
o Menurunnya angka morbiditas penyakit akibat buruknya snitasi/keehatan
lingkungan.
d. Jelaskan apa saja yang masih menjadi masalah di program tersebut, jika dilihat dari
capaiannya disbanding dengan target! Berikan penjelasan apa saja penyebab jika ada
capaian yang kurang atau melebihi target (misal: capaian lebih dari 100%)!
Presentase tempat pembuangan sampah baru mencapai 81,19%, sementara target
capaian TPS 85%. Warga yang tidak memiliki tempat sampah sementara seperti
yang biasa diletakkan di depan rumah, umumnya masih mengelola sampahnya
secara tradisional (dibuang ke selokan/got, sungai, dibakar). Sampai saat ini masih
belum banyak warga yang memanfaatkan truk sampah mandiri dari desa maupun
dari DKP karena harus membayar iuran sebesar Rp. 30.000,00.

3. Jelaskan tentang kasus kedokel saudara dan faktor-faktor yang terkait dengan kasus
tersebut!
Pasien laki-laki, 67 tahun dengan keluhan utama kesemutan. Kesemutan dirasakan
sepanjang hari. Keluhan ini tidak memberat namun membaik bila beristirahat. Kesemutan
tidak disertai hilangnya sensasi.
Pasien juga mengelihkan seringnya buang air kecil tengahmalam hingga 10 kali, dan
megganggu tidurnya. Keluhan ini dikatakan membaik denganobat ang didapat dari
puskesmas. Keluhan dikatakan memberat bila obat habis.
Keluhan banyak minum dan haus juga diakui pasien saat 10 tahun lalu. Keluhan ini
sudah tidak ada. Pasien makan nasi 3 kali sehari dengan lauk sayur dan terkadang daging.
Pasien minum the manis setiap harinya sebanyak ±3 gelas per hari dan juga terkadang
minum the kemasan. Pasien terbiasa menyantap ‘jaje’ bali yang manis atau buah sebanyak
2 kali sehari sebagai kudapan. Pasien juga mengatakan berat badannya menurun semenjak
sakit.
Psaien juga mengeluhkan nyeri pada sendi yang hilang timbul. Keluhan ini kini tidak
mendapatperlakuan apapun.

pasien memiliki riwayat DM semanjak 10 tahun lalu. Pasien tidak memiliki penyakit
kronis lainnya. Pasien kini dengan riwayat pengobatan metformin 500 mg/hari dan vit b1
1x1. Pasien rutin mengkonsumsi obat. Riwayat penyakit yang samapada keluarga disangkal.
Pasien dulu bekerja sebagai pedagang bebek dan sirih. Pasien kini aktif berolahraga sepeda
gayung dan memancing. Tanda-vital pada saat diperiksa dbn. Gula darah terakhir 277mg/dL.
Menurut analisa dengan teori Bloom, faktor resiko yang ada adalah:
 Genetik
Pasien tidak memiliki orang tua yang menderita diabetes mellitus, namun penyakit ini
dikatakan tidak pernah diperiksakan kedua orang tua pasien ke tempat pelayanan kesehatan.
 Pengetahuan dan perilaku
Pasien laki-laki yang sudah berusia lanjut dengan berbagai proses degeneratif pada tubuhnya.
Pasien dahulu memiliki riwayat gemar makan makanan berkarbohidrat dengan jumlah banyak
dan makan makanan manis. Sehingga berberat badan lebih. Pasien juga jarang berolahraga
saat muda. Dengan faktor-faktor diatas ditambah usia yang sudah lanjut, pasien memiliki resiko
untuk menderita gangguan sindrom metabolik, salah satunya seperti diabetes mellitus
 Pelayanan kesehatan
Pasien dapat mengakses fasilitas kesehatan dengan mudah. Fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat untuk pasien adalah di UPT Kesmas Sukawati I. Pasien rutin berobat untuk penyakitnya
ke UPT Kesmas Sukawati I. Pasien juga aktif dalam mengikuti pelayanan kesehatan bersama,
baik dalam bentuk posyandu lansia dan pelayanan kesehatan gratis yang kadang diadakan.
 Lingkungan
a. Pasien dahulu bekerja sebagai pedagang sirih dan bebek. Pasien memiliki kebiasaan
memakan makanan denga porsi nasi yang banyak. Pasien juga gemar minum kopi dan
mengkonsumsi kudapan manis sembari berdagang.
b. Dahulu pasien juga jarang memeriksakan kesehatannya ke dokter, sehingga penyakit tidak
terdeteksi lebih dini dan pola hidup kurang teratur.
c. Pasien dahulu juga kurang berolahraga, selama bersosialisasi pasien hanya duduk dan
bercakap-cakap sambil menikmati kopi.
d. Tingkat pendidikan yang kurang menyebabkan kurangnya kewaspadaan akan kesehatan di
sendiri.

4. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip kedokel yang saudara ketahui dan implementasinya
yang mungkin dapat dilakukan sesuai kasus kedokel saudara!
 Paripurna (Komprehensif)
o Menjelaskan tentang penyakit Diabetes Melitus tipe II kepada pasien, apa
penyebabnya, faktor resiko, bagaimana gejala-gejalanya, dan pengobatan yang
dijalani sekarang oleh pasien ( jenis obatnya, tujuan pengobatannya, dan juga efek
sampingnya)
o Menekankan kepada pasien bahwa kepatuhan dalam minum obat sangatlah
diperlukan untuk menjaga kadar gula darah agar berada dalam batas normal dan
mencegah komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus.
o Edukasi mengenai pola hidup yang harus diperhatikan guna mencegah komplikasi
Diabetes Melitus.
 Berkesinambungan
o Memantau perkembangan penyakit, pengobatan dan pola hidup pasien dengan rutin
mengadakan kunjungan rumah selama pelaksanaan kedokel.
o Bertemu dengan anggota keluarga untuk menjelaskan mengenai penyakit Bapak I
Wayan Durma dan untuk ikut aktif dalam pengobatan baik minum obat maupun
menjaga pola hidup.
 Koordinatif dan kolaboratif
o Koordinasi dengan staf puskesmas pemegang program Lansia dan Promosi Kesehatan ,
balai pengobatan dan bagian farmasi di UPT Kesmas Sukawati I juga keluarga agar
terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan penyakit pasien dan berperan
aktif mendukung pengobatan pasien dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mendukung pengobatan pasien
 Mengutamakan pencegahan
o Pencegahan primer
 Memberikan penjelasan tentang penyakit Diabetes Melitus kepada keluarga pasien,
termasuk gejala, penyebab, pengobatan, dan tanda-tanda komplikasi dari Diabetes
Melitus.
o Pencegahan sekunder
 Memberikan pengobatan Diabetes Melitus yang tepat dan adekuat. Perlu
ditekankan pada pasien bahwa pengobatan Diabetes Melitus adalah pengobatan
seumur hidup dan penyakit ini adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
namun daat dihambat progresivitasnya dan dicegah komplikasinya.
 Menyarankan kepada anggota kluarga yang memiliki gejala dan faktor resiko
untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, menjalankan pola hidup sehat
dan CERDIK sesuai anjuran Kemenkes.
o Pencegahan tersier
 Memberi edukasi pola hidup dengan DM untuk mencegah tibulnya komplikasi dan
bertambah parahnya penyakit.
 Memeriksakan diri bila ada gejala komplikasi dari DM secepatnya agar dapat
mendapatkan penanganan yang adekuat.
 Menimbang Keluarga, Masyarakat, dan Lingkungannya
o Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien yang
sesungguhnya. Dijelaskan bahwa penyakit pasien merupakan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan, namun dapat dicegah komplikasinya. Pasien dan keluarga
dijelaskan agar pasien patuh menjalani pengobatan dalam waktu yang lama. Peran
keluarga dan lingkungan sangatlah besar dalam mengawasi pasien meminum obat
untuk mencegah terjadinya perburukan penyakit. Mengedukasi keluarga untuk
menjaga pola makan bapak Durma (mengurangi konsumsi gula).
o Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit pasien adalah penyakit
gangguan metabolisme yang tidal menular, namun anak kandung pasien memiliki
faktor resiko secara genetik. Timbulnya Diabetes Melitus inidapat dicegah dnegan
menjaga pola hidup.
 Personal
Pengobatan yang diberikan kepada pasien merpakan pengobatan secara holistik,
dimana tidak hanya penyakitnya saja yang ditangan namun juga dari faktor-
faktorlainnya.Dalam menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang panjang (seumur
hidup) maka dibutuhkan pula dukungan secara psikologis agar pasien mendapat
penaganan yang adekuat dari seluruh faktor (pasien ditangani baik dari aspek medis,
psikologis, sosial dan ekonominya). Selain itu diberikan juga pengertian pada keluarga
bahwa pasien dengan Diabetes Melitus dapat memiliki kualitas hidup yang baik dengan
menjalani pengobatan dan menerima penyakitnya juga terus beraktivitas seperti biasa
dengan dukungan dari keluarga dan lingkungan.

5. Jelaskan tentang topic PKM saudara dan analisis masalah yang telah saudara lakukan di
Puskesmas!

Topik PKM : PENTINGNYA HIDUP SEHAT DENGAN GAYA HIDUP ‘CERDIK’ UNTUK MENCEGAH
PENYAKIT TIDAK MENULAR KHUSUSNYA HIPERTENSI

Analisa Masalah

Pada profil kesehatan tahun 2014 di Bali, hipertensi essensial menduduki peringkat ke-2 pada pola 10
penyakit terbesar di Provinsi Bali. Di UPT Kesmas Sukawati 1, hipertensi menduduki peringkat ke-4
dengan jumlah penderita sebesar 1.982 orang. Hipertensi esensial sendiri merupakan kasus PTM nomor
1 di UPT Kesmas Sukawati 1. Pada ke-6 desa dalam wilayah kerja Sukawati, terdapat sekitar 20%
warganya yang menderita hipertensi. Desa Guwang sendiri dipilih karena sedikitnya partisipasi pada
promosi kesehatan dari pemegang program di puskesmas dan Desa Guwang sendiri belum mendapat
promosi kesehatan mengenai hipertensi.
Tingginya angka kejadian PTM, khususnya Hipertensi pada UPT Kesmas Sukawati 1 disebabkan
karena kurangnya perhatian terhadap PTM itu sendiri yang pada umumnya muncul tanpa disertai gejala
yang khas. Hipertensi umumnya dianggap entang oleh karena gajalanya yang bermanifestasi
kebanyakan sebagai nyeri kepala saja. Hipertensi juga kadang dianggap ringan karena pola pikir
masyarakat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang secara wajar muncul dikarenakan
bertambahnya usia. Hipertensi umumnya juga underdiagnosed sebagai nyeri kepala saja. Pengetahuan
dan pencegahan hipertensi dengan pola hidup sehat pun sangat rendah.
Upaya yang telah dilakukan oleh UPT Kesmas Sukawati 1 untuk menurunkan angka kejadian
hipertensi hanyalah dengan promosi kesehatan yaitu penyuluhan. Semenjak tahun 2016 ini penyuluhan
hipertensi mulai digalakkan di seluruh wilayah kerja UPT Kesmas Sukawati 1 namun belum membuahkan
kasil yang signifikan. Dikatakan berdasarkan pengkajian dari UPT Kesmas Sukawati 1 sendiri, pola hidup
masyarakat sulit diubah dan sudah menjadi kebiasaan. Disamping itu kesehatan dianggap hal nomor dua
disamping pekerjaan. Pengetahuan akan adanya peningkatan kejadian penyakit hipertensi dan
komplikasinya umumnya diketahui oleh masyarakat, namun belum sepenuhnya menyadari akibat dari
masalah kesehatan ini sehingga pola hidup sulit dirubah.
Adanya kasus baru yang muncul dengan jumlah yang tidak sedikit menggambarkan kurangnya
pemahaman dan efektivitas dari penyampaian penyuluhan itu sendiri. Berdasarkan uraian masalah
tersebut maka kami diadakanlah penyuluhan untuk mencegah PTM, khususnya hipertensi dengan lebih
efektif dengan melihat sasaran secara holistik.

6. Jelaskan metode-metode PKM yang dapat digunakan jika sasaran saudara adalah individual,
Kelompok dan massal!
a. Individual
 Bimbingan dan penyuluhan. Diharapkan hubungan penyuluh dan klien lebih intensif,
dan setiap masalah dapat dicarikan penyelesaiannya secara lebih detail dan tepat.
 Wawancara. Cara ini merupakan bagian dari cara bimbingan dan penyuluhan untuk
menggali informasi lebih mendalam.
b. Kelompok. Melihat jumlah dan tingkat pendidikan klien.
 Kelompok besar (>15 org)
1. Ceramah. Baik digunakan pada peserta dengan tingkat pendidikan tinggi dan
rendah.
2. Seminar. Digunakan pada audiens berpendidikan tinggi.
 Kelompok Kecil (<15 orang)
1. Diskusi kelompok, curah pendapat, bla salju, memainkan peranan, simulasi.
c. Massal. Secara general pada public tanpa membedakan golongan.
 Ceramah umum
 Pidato di media massa
 Dialog & simulasi melalui media massa
 Sinetron
 Artikel di majalah atau Koran
 Billboard di pinggir jalan
 Spanduk/poster

Anda mungkin juga menyukai