Anda di halaman 1dari 10

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

SKIZOFRENIA

Pokok Bahasan : Skizofrenia

Sasaran : Keluarga Tn. Z dan Ny.E

Hari / tanggal : Rabu, 16 Desember 2020

Jam : 10.00

Waktu : 30 menit

Tempat : Dirumah Tn.Z dan Ny. E

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna ,

baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari pnetakit dan

kelemahan.

Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat, secara

sederhana ,sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu

bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang

paling mudah untuk menentukan kondisi penyakit adalah jika terjadi

perubahan dari nilai-nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan

( Asmadi, 2008).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang

dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan

lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut

perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada


lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (Depkes,

1992).

Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995

menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75%

Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia

remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan

ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan

lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian

diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat

penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh

semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat.

Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa

ke psikiater dan psikolog.

Hasil pengkajian pada keluarga didapatkan masalah dengan

skizofrenia .

Usaha untuk menciptakan anggota keluarga yang sehat, mandiri dan

produktif yaitu melalui pelayanan kesehatan preventif, promotif tanpa

mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Untuk menunjang usaha tersebut, kami merencanakan akan

memberikan pendidikan kesehatan tentang skizofrenia pada keluarga,


B. TUJUAN

a. Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang skizofrenia

diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan

skizofrenia.

b. Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang skizofrenia

diharapkan lansia dapat :

1. Memahami apa itu skizofrenia

2. Memahami penyebab skizofrenia

3. Memahami tanda dan gejala skizofrenia

4. Memahami bagaimana penanganan skizofrernia

5. Memahami apa itu defisit perawatan diri

6. Memahami tanda dan gejala defisit perawatan diri

7. Memahami bagaimana penanganan keluarga deficit perawatan diri

C. SASARAN

Sasaran : keluarga klien

D. METODE

- Ceramah

- Diskusi / tanya jawab

E. MEDIA DAN ALAT

- Leaflet

- Lembar balik
F. SUSUNAN ACARA

Tahap Kegiatan Waktu


Pembukaan  Mengucapkan salam 5 menit

 Melakukan perkenalan diri

Proses  Memahami apa itu skizofrenia 20 menit

 Memahami penyebab skizofrenia

 Memahami tanda dan gejala skizofrenia

 Memahami bagaimana penanganan

skizofrernia

 Memahami apa itu defisit perawatan diri

 Memahami tanda dan gejala defisit

perawatan diri

 Memahami bagaimana penanganan

keluarga deficit perawatan dir

 Diskusi / tanya jawab

Penutup  Menutup dengan mengucapkan salam, dan 5 menit

meminta maaf apabila dalam pertemuan ada

kesalahan

Jumlah 30 menit

G. KRITERIA EVALUASI

Tahap Indikator keberhasilan


Struktur  Tersedianya pre planning
 Terbentuknya kontrak dengan keluarga
Proses  Perawat diterima oleh keluarga

 Penkes dapat berlangsung sesuai dengan waktu dan

tujuan tanpa ada kesulitan dari keluarga maupun dari

perawat

 keluarga kooperatif dalam diskusi / demonstrasi


Hasil  Perawat dapat melakukan pen-kes sesuai dengan TIK

secara benar

 keluarga :

Memahami apa itu skizofrenia

Memahami penyebab skizofrenia

Memahami tanda dan gejala skizofrenia

Memahami bagaimana penanganan skizofrernia

Memahami apa itu defisit perawatan diri

Memahami tanda dan gejala defisit perawatan diri

Memahami bagaimana penanganan keluarga deficit

perawatan diri

I. DAFTAR PUSTAKA

a. Depkes RI. (2002). Modul Pedoman Kader PHC.

Magelang Bapelkes Salaman Magelang


b. Referensi :

http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-skizofrenia-

merupakan-gangguan.html 

SKIZOFRENIA
1. PENGERTIAN

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa

gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik

yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan

perawatan diri. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat

ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam

otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri

hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri

dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi

(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang

pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar

transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon

tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal.

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja.

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang

berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat

berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia

(lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan

sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1%

dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992)

2. PENYEBAB

Factor-faktor
1. Factor lingkungan yang menimbulkan stress

2. Psikologis (kematian orang terdekat)

3. Epigenetic (penyalahgunaan obat,stress, trauma)

4. Factor genetic/keturunan

3. TANDA DAN GEJALA

1. Delusi adalah ekspresi kepercayaan yang timbul dalaam

kehidupan nyata. Mis : merasa di racuni, dicintai, disakiti

Istilah ini menunjukkan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang

salah. Jenis-jenis waham ini mencakup :

(1)      Kebesaran

Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan

atau kekuasaan.

(2)      Curiga

Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud

untuk membahayakan atau mencurigai dirinya.

Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini merujuk/terkait

kepada dirinya.

(3)      Kontrol

Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol

perilakunya.

2. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang

mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi

pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi

penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.

3. Munculnya sikap katatonik (gangguan respon) dimana pasien

akan sangat malas

4. Kelainan emosional

4. PENANGANAN DIRUMAH

1. Terapi obat-obatan antipsikotik

2. Sikap menerima, tetap berkomunikasi, dan tidak mengasingkan

klien

3. Hindari tindakan kasar, membentak atau mengucilkan klien

4. Saat berbicara tidak sampai memancing kembali emosi

penderita

5. PENGERTIAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Defisit perawatan diri adalah Kelemahan kemampuan untuk

melengkapi aktivitas kebersihan diri

6. TANDA DAN GEJALA DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Gangguan kebersihan diri

2. Ketidakmampuan berhias atau berpakaian

3. Ketidakmampuan makan secara mandiri

4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri


7. PENANGANAN KELUARGA

1. Latih cara perawatan kebersihan diri

2. Latih cara berdandan dan berkhias

3. Latih pasien makan teratur

4. Latih pasien bab dan bak secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai