Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING


BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI : STARATA I
FAKULTAS : TARBIAH
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN MATA KULIAH


Drs. MACHFUDZ. M.ud

KELOMPOK 2
DEWI MAYASARI
INAYATUL HUSNA
NUR ASRI REZKILIAYANA
PAI III a

SEKOLAH TINGGU AGAMA ISLAM AN-NADWAH


TANJUNG JABUNG BARAT
TAHUN AKADEMIK
2019/20209
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan taufik, dan
hidayahnya, salawat serta salam kepada baginda Rosulullah yang telah membawa
manusia dari kegelapan menuju terang benderang yakni iman dan islam, sehingga
penulis masih diberikan kesempatan untuk membuat Makalah yang berjudul “
Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Machfudz. M.udselaku dosen Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam


yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam penulisan makalah
ini.
2. Dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
3. Serta Kedua Orang Tua penulis yang telah memotivasi dan memberikan
doa yang tidak putus-putusnya sampai terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta
memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan dan tidak lupa pula penulis meminta
maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan kekurangan dalam makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan........................................................................................1
D. Manfaat......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Fungsi Bimbingan Konseling..........................................................3


B. Tujuan Bimbingan Konseling..........................................................5
C. Peran Guru.......................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................13
B. Saran..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan


BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling
yaitu: terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui
tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan
bahagia.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut, Konselor haruslah mengetahui


apa tujuan dari Bimbingan dan Konseling itu sendiri. Pengetahuan tentang tujuan
bimbingan dan konseling itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin
keberhasilan layanan atau kegiatannya, sedangkan pengingkarannya akan dapat
menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi hasil
layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Begitu pula dengan
fungsi dari bimbingan dan konseling tidak bisa diabaikan begitu saja, karena
fungsi bimbingan dan konseling menguraikan tentang pencegahan, pemahaman,
pengembangan, dan lain sebagainya, yang dijadikan pedoman program
pelaksanaan yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan
dan konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Fungsi Bimbingan Konseling ?
2. Apa Tujuan Bimbingan Konseling ?
3. Apa Peran Guru dalam Bimbingan Konseling ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Fungsi Bimbingan Konseling.

1
2

2. Mengetahui Tujuan Bimbingan Konseling.


3. Mengetahui Peran Guru dalam Bimbingan Konseling.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta


wawasan bagi penulis, pembaca, serta teman-teman mahasiswa khususnya,
dan masyarakat pada umumnya tentang Periodesasi Pendidikan Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi bimbingan

Layanan bimbingan yang diberikan sekolah ditinjau dari maksud


memberikan bimbingan berdasarkan fungsi, yaitu sebagai berikut1:

1. Bimbingan berfungsi preventif (pencegahan)

Preventif adalah usaha bimbingan yang ditunjukkan kepada siswa atau


sekelompok siswa yang belum bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar dari
kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Layanan bimbingan ini dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya kesulitan pada diri siswa. Bimbingan yang bersifat preventif
ini misalnya:

a. Alat memberikan informasi cara belajar yang efisien kepada siswa baru
b. Membentuk kelompok belajar
c. Menyediakan papan bimbingan untuk menyampaikan informasi-informasi
yang dianggap perlu diketahui siswa.

Biasanya bimbingan yang bersifat preventif disampaikan dalam bentuk


kelompok.

2. Bimbingan berfungsi kuratif (penyembuhan /korektif)

Bimbingan berfungsi kuratif adalah usaha bimbingna yang ditujukan


kepada siswa yang mengalami kesulitan (sudah bermasalah) agar setelah
menerima layanan dapat memecahkan sendiri kesulitannya. Layanan bimbingan
ini dimaksudkan untuk ‘mengobati/menyembuhkan’ masalah yang dihadapi
siswa. Bimbingan yang bersifat kuratif biasanya diberikan secara individual dalam
bentuk konseling.

1
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah Dasar (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009) Hlm. 71

3
4

3. Bimbingan berfungsi preservatif/perserevatif (pemeliharaan/penjagaan)

Bimbingan berfungsi preservatif/perserevatif adalah usaha


bembingan yang ditujukan kepada siswa yang sudah dapat memecahkan
masalahnya (setelah menerima layanan bimbingan yang bersifat kuratif)
agar kondisi yang sudah baik tetap dalam kondisi yang baik. Bimbingan
ini dimaksudkan untuk menjaga/memelihara keadaan yang sudah baik agar
tidak terulang mengalami masalah lagi, atau tidak kambuh. Bimbingan ini
misalnya siswa yang sudah dapat mengatasi masalah frustasi karena
ditinggal pacarnya, lalu diberi banyak kesibukan dalam organisasi-
organisasi olahraga, kesenian, PMR, dan sebagainya.

4. Bimbingan berfungsi distributif (penyaluran)

Artinya fungsi bimbingan dalam hal membantu siswa untuk


menyalurkan kemampuan (kecerdasan, bakat), minat, cita-cita, prestasi
akademis, hobi, dan sebagainya ke arah pekerjaan dan pendidikan yang
sesuai. Penyaluran dalam bidang pendidikan misalnya, dalam pemilihan
jurusan, pemilihan bidang studi, pemilihan sekolah lanjutan, dan
sebagainya. Sedang penyaluran dalam bidang pekerjaan mislanya, dalam
pemilihan masalah jenis pekerjaan.

5. Bimbingan berfungsi adaptif (pengadaptasian)

Yaitu fungsi bimbigan dalam hal membantu staf sekolah (kepala


sekolah, guru, pegawai administrasi) untuk menyesuaikan strateginya
dengan minat, kebutuhan serta kondisi siswa. Strategi kepala sekolah
misalnya berupa cara pengelolaan sekolah, pengaturan jadawal mata
pelajaran, pemilihan pelajaran keterampilan, pembentukan kelompok
olahraga, dan sebagainya. Strategi guru berupa cara peyajian bahan
pelajaran, pemilihan teknik mengajar, penggunaan media belajar,
pengaturan tempat duduk di kelas, perlakuan kepada siswa, dan
sebagainya. Sedangkan strategi pegawai administrasi berupa cara
memeberi pelayanan kepada siswa.
5

Strategi-strategi yang mereka gunakan terlebih lebih guru


hendaknya betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa,
agar siswa merasa aman, dan puas di sekolah. Kegiatan bimbingan untuk
merealisasi fungsi ini misalnya dari data yang tersimpan di bagian
bimbingan. Petugas memberikan informasi kepada guru mengenai
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Dari informasi ini diharapkan guru
dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan belajar siswa tersebut. Jadi,
fungsi bimbigan ini mengarah kepada kepentingan sisiwa itu sendiri.

6. Bimbingan berfungsi adjustif (penyesuaian)

Fungsi bimbingan dalam hal membantu siswa agar dapat


menyesuaikan diri secara tepat dalam lingkungannya terutama dalam
lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Beberapa
kegiatan yang sering dipakai untuk merealisasi fungsi bimbingan ini
adalah adanya layanan orientasi bagi siswa yang baru masuk pada lembaga
sekolah, memberikan informasi mengenai cara bergaul dalam kelompok
dan sebagainya2.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan fungi bimbingan konseling


yaitu : Preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan/korektif),
preservative/persevertif (pemeliharaan atau penjagaan), developmental
(pengembangan), adaptif (pengadaptasian), adjustif (penyesuaian).

B. Tujuan Bimbingan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling membantu memandirikan siswa


dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. Yang jelas,
tujuan bimbingan dan konseling bisa diklasifikasikan dengan mudah
berdasarkan tujuan konselor dan siswa, atau tujuan terapi itu sendiri
seperti jangka pendek, menengah, dan panjang. Tak peduli bagaimana
seseorang mengklasifikasikan tujuan-tujuan bimbingan konseling, namun
2
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah,. Ibid Hlm. 73
6

seperti aktifitas yang lain, konseling juga harus didorong pada tujuan
tertentu.

Hal-hal berikutlah yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling


pada umumnya, yaitu:

1. Tujuan-tujuan Perkembangan: siswa dibantu untuk memenuhi atau


meningkatkan potensinya untuk mengantisipasi pertumbuhan dan
perkembangan dirinya ( secara sosial, personal, emosi, kognitif, kesejahteraan
fisik dan lain-lain ).
2. Tujuan-tujuan Preventif: Konselor membantu siswa untuk menghindari
sebuah hasil yang tidak diinginkan.
3. Tujuan-tujuan Peningkatan: Jika siswa memiliki banyak ketrampilan dan
kemampuan khusus, ‘peningkatan’ berarti mereka bisa lebih berkembang
meningkat menjadi lebih baik.
4. Tujuan-tujuan Perbaikan: Membantu mengatasi masalah yang tidak
diinginkan.
5. Tujuan-tujun Penyelidikan: Mencerminkan tujuan-tujuan yang tepat untuk
memilih opsi-opsi, pengetesan keahlian, dan mencoba aktifitas, lingkungan,
hubungan yang baru dan berbeda.
6. Tujuan-tujuan Penguatan: Penguatan dibutuhkan ketika siswa membutuhkan
bantuan untuk mengenali sesuatu yang sedang mereka kerjakan atau pikirkan.
7. Tujuan-tujuan Kognitif: Mencapai kondisi dasar pembelajaran dan keahlian
yang kognitif.
8. Tujuan-tujuan Fisiologis: Mencapai fondasi dasar pemahaman dan kebiasaan
untuk kesehatan yang lebih baik.
9. Tujuan-tujuan Psikologis: Membantu mengembangkan keahlian cara
berinteraksi sosial yang baik, control emosi dalam belajar dan
mengembangkan konsep diri yang positif.

Dibawah ini beberapa tujuan pada proses bimbingan dan


konseling yakni sebagai berikut:
7

1. Tujuan konselor:
a. Membangun hubungan yang menyenangkan dan positif.
b. Menjelaskan kepada klien tentang proses konseling.
c. Memfasilitasi komunikasi.
d. Membuat rencana pengumpulan data asesmen (pengidentifikasian
karakteristik perilaku siswa) yang dibutuhkan agar proses konseling berjalan
dengan lancar.
2. Tujuan siswa:
a. Memahami proses konseling dan tanggung jawab dirinya dalam proses ini.
b. Memberikan dan menegaskan alasannya mencari bantuan konseling.
c. Bekerjasama tentang problem dirinya3.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan bimbingan konseling


yaitu: Tujuan pekembangan, tujuan perbaikan, tujuan peyelidikan, tujuan
penguatan, tujuan kognitif, tujuan fisiologis, dan tujuan psikologis.

C. Peran guru

Para pakar pendidikan dibarat telah melakukan penelitian tentang


peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah
diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young, Manan serta Weinstein
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut4 :

1. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan


identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas tertentu yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik berkaitan
dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan
kesehatan jasani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan
3
Robert dan Marianne, Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) Hlm. 236
4
Iswandi, Teori Belajar (Bogor: In Media, 2014) Hlm.130
8

dasar, persiapan. Untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan


jabatan, dan hal-hal yang bersifat spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaa anak. Guru sebagai penanggung
jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktifitas anak-anak agar
tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

2. Guru sebagai pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegaiatan


balajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan peserta didik, dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas dipenuhi maka melalui
pembelajaran peserta didik, dapat belajar dengan baik. Guru harus
berusaha membuat sesuatu, menjadi jelas bagi peserta didik, dan terampil
dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
seorang guru, yaitu: membuat ilustari, mendifinisikan, menganalisis,
mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan, meciptakan kepercayaan,
memberikan pandangan yang berfariasi, menyediakan media untuk
mengkaji materi standar, menyesuaikan metode pembelajaran,
memberikan nada perasaan, agar pembelajaran memiliki kekuatan
maksimal. Guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahakan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika memperlajari materi
standar.

3. Guru sebagai pembimbing

Guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang


berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing
9

perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan


empat hal berikut :

a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasikan kompetensi yang


hendak dicapai.
b. Guru harus melihat ketertiban peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik harus melaksanakan kegiatan belajar itu
tidak hanya dalam kegiatan jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
c. Guru harus memaknai kegiatan belajar
d. Guru harus melaksanakan penilaian

4. Guru sebagai pemimpinan

Guru diharapkan memiliki kepribadian dan ilmu pengetahuan.


Guru menjadi pemimpin bagi peserta didik. Ia akan menjadi imam.

5. Guru sebagai pengelola pembelajaran

Guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran selain itu


guru juga dituntut untuk menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahun dan keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan
jaman.

6. Guru sebagai model dan teladan

Guru merupa kan model atau teladan bagi para peserta didik dan
semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan
yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah ditentanng
apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakuka
guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada
10

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan
gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, selera, keputusan,
kesehatan, gaya hidup secara umum.

7. Guru sebagai anggota masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyrakat.


Seorang guru duharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan
disegala bidang yang sedang dilakukakan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga
memiliki kemampuan untuk berbaur dengan mesyarakat melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olahraga, keagamaan dan
kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang
bisa diterima oleh masyarakat.

8. Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tapi juga
sebagai administrator dibidang pengajaran. Guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi disekolah. Oleh karena itu seorang guru,
dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya proses belajar mengajar perlu administrasikan secara baik.

9. Guru sebagai penasehat

Guru adalah sebagai penasehat bagi peserta didik, juga bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan
dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari
peran nya sebagai orang kepercayaan dan penasehat secara lebih
mendalam, ia harus memahami fisikologis kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.
11

10. Guru sebagai pembaharu (inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam


kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat
jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain,
demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak dari
pada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara
psikologi berada jauh dari pengalaman manusia yang jarus dipahami,
dicerna dan diujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan penglaman yang berharga ini kedalam
istilah atau Bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik.

11. Gurus sebagai pendorong kreatifitas

Kreatifitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu


yang sebelumnya tidak ada. Dan tidak dilakukan oleh seseorang atau
adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini,
guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreatifitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih
baik dari pada yang telah dikerjakan sebelumnya

12. Guru sebagai emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta


didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebayakan insan
menyatakan “budak” stagnasi kebuadayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta
didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari
perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai
emancipator ketika peserta didik yang dicampakan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang
percaya diri.
12

13. Guru sebagai evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling


kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan
dan tindak lanjut.

14. Guru sebagai kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara


bertahap dari awal sampai akhir, (kulminasi). Dengan rancangan nya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan, setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya.
Disini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator5.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan peran guru ialah: sebagai


pendidik, sebagai pengajar, sebagai pembimbing, sebagai pemimpin,
sebagai pengelola pembelajaran, sebagai model dan taladan, sebagai
anggota masyarakat, sebagai administrator, sebagai penasehat, sebagai
innovator, sebagai emancipator, sebagai evaluator, dan sebagai kulminator.
Peran yang begitu berat dipikul guru hendaknya tidak menjadikan calon
guru mundur dari tugas mulia tersebut.

5
Iswandi,. Ibid. Hlm.134
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Fungi bimbingan konseling yaitu : Preventif (pencegahan), kuratif
(penyembuhan/korektif), preservative/persevertif (pemeliharaan atau
penjagaan), developmental (pengembangan), adaptif (pengadaptasian),
adjustif (penyesuaian).
2. Tujuan bimbingan konseling yaitu: Tujuan pekembangan, tujuan perbaikan,
tujuan peyelidikan, tujuan penguatan, tujuan kognitif, tujuan fisiologis, dan
tujuan psikologis
3. Peran guru ialah: sebagai pendidik, sebagai pengajar, sebagai pembimbing,
sebagai pemimpin, sebagai pengelola pembelajaran, sebagai model dan
taladan, sebagai anggota masyarakat, sebagai administrator, sebagai
penasehat, sebagai innovator, sebagai emancipator, sebagai evaluator, dan
sebagai kulminator. Peran yang begitu berat dipikul guru hendaknya tidak
menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, penulis


mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca, teman-
teman masahiswa maupun dosen mata kuliah demi kesempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah. Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah
Dasar (Jakarta: Bumi Aksara. 2009)

Iswandi. Teori Belajar (Bogor: In Media. 2014)

Robert dan Marianne. Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2011)

Anda mungkin juga menyukai