7. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang 15. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan
dapat dikenakan pajak. hiburan.
8. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi 16. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak permainan, dan atau keramaian yang dinikmati dengan
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dipungut bayaran.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 17. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan
perpajakan daerah. reklame.
9. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di 18. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media
bidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan yang bentuk atau corak ragamnya dirancang untuk
perundang-undangan. tujuan komersil, memperkenalkan, menganjurkan,
10. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan atau dinikmati
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan oleh umum.
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah 19. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
11. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan diperoleh dari sumber lain.
oleh hotel. 20. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat
12. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan atau parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesangrahan, penitipan kendaraan bermotor.
rumah penginapan dan sejenisnya, serta kamar kos 21. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan
dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
yang tidak bersifat sementara.
13. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang 22. Pajak Air Tanah adalah pajak atas kegiatan pengambilan
disediakan oleh restoran. dan/atau pemanfaatan air tanah.
14. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau 23. Air Tanah adalah air yang terdapat lapisan tanah atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup batuan di bawah permukaan tanah.
juga rumah makan, kafetaria, kantin warung, bar, dan
sejenisnya termasuk jasa boga/katering. 24. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung
walet.
13 14
25. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga 33. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya
collocalia, yaitu collocalia fuchliaphaga, collocalia disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak
maxina, collocalia esculanta dan collocalia linchi. digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
26. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
daerah.
pribadi atau badan untuk sektor perkotaan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha 34. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya
perkebunan, perhutanan dan pertambangan. disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan data subjek dan objek pajak
27. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
Bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan sesuai
perairan pedalaman serta laut wilayah Kota.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
28. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau perpajakan daerah.
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
35. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
pedalaman dan/atau laut.
SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
29. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NJOP yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui
beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak tempat pembayaran yang telah ditunjuk oleh kepala
terdapat transaksi jual beli NJOP ditentukan melalui daerah.
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau
36. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
nilai perolehan baru atau NJOP pengganti.
SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
30. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.
selanjutnya disingkat BPHTB adalah pajak atas
37. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
disingkat SPPT adalah surat yang digunakan untuk
31. Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan adalah memberitahukan besarnya pajak bumi dan bangunan
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan perdesaan dan perkotaan yang terutang kepada Wajib
diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh Pajak.
orang pribadi atau badan.
38. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang
32. Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan
tanah, termasuk hak pengelolaan, termasuk bangunan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang- jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak,
undang di bidang pertanahan dan bangunan. besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang
masih harus dibayar.
15 16
39. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, 46. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan
jumlah pajak yang telah ditetapkan. pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan
penyetorannya.
40. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya
disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang 47. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung,
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan
ada kredit pajak. tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat
41. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang
Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak
selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan
Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar,
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan,
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan
pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah,
42. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan
STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak Keberatan.
dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau
48. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas
denda.
keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak
43. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat
atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Walikota paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh
44. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan 49. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk
45. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, Wajib Pajak.
atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan 50. Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,
daerah. penyitaan dan penyanderaan.
17 18
51. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak Bagian Kedua
atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang Pajak Hotel
diajukan oleh Wajib Pajak.
52. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang Paragraf 1
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan Nama dan Objek Pajak Hotel
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga Pasal 3
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang Dengan nama pajak hotel, dipungut pajak atas setiap
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa pelayanan yang disediakan oleh hotel.
neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.
Pasal 4
BAB II (1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh
PAJAK DAERAH hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang
sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
Bagian Kesatu kemudahan dan kenyamanan, fasilitas olahraga dan
Jenis Pajak hiburan, serta jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan
acara atau pertemuan di hotel.
Pasal 2
(2) Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. motel;
Jenis Pajak Daerah terdiri atas :
b. losmen;
a. Pajak Hotel;
c. gubuk pariwisata;
b. Pajak Restoran;
d. wisma pariwisata;
c. Pajak Hiburan;
e. pesanggrahan;
d. Pajak Reklame;
f. rumah penginapan; dan
e. Pajak Penerangan Jalan;
g. rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10
f. Pajak Parkir;
(sepuluh).
g. Pajak Air Tanah;
h. Pajak Sarang Burung Walet; (3) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan adalah fasilitas telepon, faximile, teleks, internet,
j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi dan
fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola
hotel.
19 20
Pasal 7
(4) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana (1) Tarif Pajak Hotel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dimaksud pada ayat (1) adalah : ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan huruf f ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
oleh Pemerintah atau Pemerintah Kota; (2) Tarif Pajak Hotel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan ayat (2) huruf g, ditetapkan sebesar 5% (lima persen).
sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal di lingkungan pendidikan atau
kegiatan keagamaan; Pasal 8
d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,
panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya (1) Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung
yang sejenis; dan dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang dalam Pasal 7 dengan dasar pengenaan pajak
diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
oleh umum.
(2) Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah Kota.
Pasal 10
Paragraf 3
(1) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan
Dasar Pengenaan, Tarif, dan Besaran Pokok Pajak Hotel
oleh restoran.
Pasal 6 (2) Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. rumah makan;
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran b. kafetaria;
atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. c. kantin;
21 22
Bagian Keempat
Paragraf 2
Pajak Hiburan
Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Pasal 11 Paragraf 1
Nama dan Objek Pajak Hiburan
(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan Pasal 15
yang membeli makanan dan atau minuman dari
restoran. Dengan nama pajak hiburan dipungut pajak atas
penyelenggaraan hiburan.
(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan
yang mengusahakan restoran. Pasal 16
(2) Penyelenggaraan hiburan yang pembayarannya tanpa b. Reklame kain/finil, spanduk, umbul-umbul, baligho,
menggunakan HTM dikenai pajak dengan tarif sesuai banner dan sejenisnya;
dengan jenis hiburan sebagaimana dimaksud pada c. Reklame melekat, stiker, termasuk wall painting;
ayat (1). d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
Pasal 20 f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
(1) Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung h. Reklame suara;
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud i. Reklame film/slide; dan
dalam Pasal 19 dengan dasar pengenaan pajak j. Reklame peragaan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
(3) Tidak termasuk objek Pajak Reklame sebagaimana
(2) Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah kota dimaksud pada ayat (1) adalah:
tempat hiburan diselenggarakan. a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi,
radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan
dan sejenisnya;
Bagian Kelima b. label/merk produk yang melekat pada barang yang
Pajak Reklame diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan
Paragraf 1 dari produk sejenis lainnya;
Nama dan Objek Pajak Reklame c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang
melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi
Pasal 21 diselenggarakan dengan ketentuan luasnya tidak
melebihi 1,00 M2 (satu koma nol nol) meter persegi;
Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas setiap d. penyelenggaraan reklame yang semata-mata memuat
penyelenggaraan reklame. nama tempat ibadah dan / atau panti asuhan; dan
e. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Kota.
Pasal 22
(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Paragraf 2
reklame. Subjek dan Wajib Pajak Reklame
(2) Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada Pasal 23
ayat (1) meliputi :
a. Reklame papan/ billboard/videotron/megatron/ dan (1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan
sejenisnya; yang menggunakan reklame.
27 28
Pasal 26
- Perkantoran Rp100.000,00 per titik;
- Campuran Rp80.000,00 per titik; (1) NJOP reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
- Pendidikan Rp80.000,00 per titik; ayat (2) meliputi :
- Perumahan Rp60.000,00 per titik; a. NJOP reklame pada lahan milik Pemerintah Kota; dan
- Industri Rp50.000,00 per titik. b. NJOP reklame pada lahan milik pribadi.
(3) Harga dasar nilai sudut pandang pemasangan reklame (2) NJOP reklame pada lahan milik Pemerintah Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan
sebagai berikut : sebagai berikut :
a. Sudut pandang dari 4 arah harga dasar Rp200.000,00
BATAS
per titik; NO JENIS REKLAME SATUAN/UKURAN NJOP Rp.
MASA
b. Sudut pandang dari 3 arah harga dasar Rp150.000,00 1 Megatron 3 detik/tayangan 1.000,00 1 tahun
per titik; 2 Video wall 3 detik/tayangan 500,00 1 tahun
c. Sudut pandang dari 2 arah harga dasar Rp100.000,00 3 Dinamic Board 3 detik/tayangan 375.000,00 1 tahun
per titik; dan 4 Billboard
a. Papan meter persegi 262.500,00 1 tahun
d. Sudut pandang dari 1 arah harga dasar Rp80.000,00
b. Sinar meter persegi 210.000,00 1 tahun
per titik. 5 Reklame papan
a. papan meter persegi 150.000,00 1 tahun
(4) Harga dasar nilai fungsi jalan pemasangan reklame
b. neon sign/neon meter persegi 150.000,00 1 tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan box
sebagai berikut : c. template meter persegi 6.600,00 1 bulan
a. Jalan arteri primer/jalan nasional harga dasar d. Baligo meter persegi 15.000,00 1 bulan
Rp200.000,00 per titik; 6 Kain/spanduk meter persegi 1.500,00 1 bulan
b. Jalan arteri sekunder/jalan provinsi harga dasar 7 Poster meter persegi 15.000,00 1 bulan
8 Selebaran/brosur meter persegi 22.500,00 1 hari
Rp150.000,00 per titik;
9 Berjalan pada meter persegi 210.000,00 1 tahun
c. Jalan kolektor harga dasar Rp100.000,00 per titik; kendaraan
dan 10 Udara/balon per buah 450.000,00 1 bulan
d. Jalan lokal/lingkungan harga dasar Rp80.000,00 per 11 Suara per siaran 68.750,00 1 hari
titik. 12 Film / slide rol 75.000,00 1 hari
13 Peragaan
(5) Nilai Strategis pemasangan reklame dihitung dengan a. permanen kali 30.000,00 1 hari
menjumlahkan harga dasar nilai fungsi ruang dan lokasi, b. tidak permanen kali 37.500,00 1 hari
harga dasar nilai sudut pandang, dan harga dasar nilai 14 Profesi meter persegi 125.000,00 1 tahun
fungsi jalan.
31 32
Pasal 32
Bagian Ketujuh
(1) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari Perusahaan Pajak Parkir
Listrik Negara (PLN), bukan untuk industri sebesar 5%
(lima persen). Paragraf 1
Nama dan Objek Pajak Parkir
(2) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) untuk industri dan bisnis sebesar Pasal 34
3% (tiga persen).
Dengan nama pajak parkir dipungut pajak atas setiap
(3) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, penyelenggaran tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% disediakan sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat
(tiga persen). penitipan kendaraan bermotor.
Pasal 36 Paragraf 1
Nama dan Objek Pajak Air Tanah
(1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan Pasal 40
yang melakukan parkir kendaraan bermotor.
Dengan nama Pajak Air Tanah dipungut pajak atas kegiatan
(2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang pengambilan dan/atau pemanfaatan tanah.
menyelenggarakan tempat parkir.
Pasal 41
Paragraf 3
Dasar Pengenaan, Tarif, dan Besaran Pokok Pajak Parkir (1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan atau
pemanfaatan air tanah.
Pasal 37
(2) Dikecualikan dari Objek Pajak Air Tanah sebagaimana
(1) Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah dimaksud pada ayat (1) adalah pengambilan dan/atau
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada pemanfaatan air tanah untuk keperluan :
penyelenggara tempat parkir. a. Pemerintah Pusat atau Pemerintah Kota;
b. keperluan dasar rumah tangga;
(2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana
c. pengairan, pertanian dan perikanan rakyat;
dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga parkir
d. peribadatan;
dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima
e. badan sosial; dan
jasa parkir.
f. pendidikan dasar dan menengah.
Pasal 38
Paragraf 2
Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen). Subjek dan Wajib Pajak Air Tanah
Pasal 39 Pasal 42
(1) Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung (1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud yang melakukan pengambilan dan atau pemanfaatan air
dalam Pasal 38 dengan dasar pengenaan Pajak tanah.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37.
(2) Pajak Parkir yang terutang dipungut di wilayah Kota.
39 40
(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan
Pasal 45
yang melakukan pengambilan atau pemanfaatan air
tanah.
Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 3
Pasal 44 dengan Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah
Dasar Pengenaan, Tarif, dan Besaran Pokok Pajak Air Tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43.
Pasal 43
Pasal 46
(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan
Air Tanah.
(1) Pajak Air Tanah dikenakan kepada Subjek Pajak baik
(2) Penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana yang memiliki izin maupun yang tidak memiliki izin
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau
(2) Pajak dikenakan pada bulan berikutnya sesuai dengan
seluruh faktor–faktor berikut:
volume pengambilan air selama bulan berjalan yang
a. jenis sumber air;
dicatat oleh petugas Dinas.
b. lokasi sumber air;
c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air; (3) Tanggal pencatatan volume pengambilan air dan tepat
d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan; waktu pembayaran pajak ditetapkan oleh Kepala Dinas.
e. kualitas air; dan
(4) Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah Kota.
f. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan/atau pemanfaatan air.
(3) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada Bagian Kesembilan
ayat (1) dihitung dengan mengalikan bobot faktor-faktor Pajak Sarang Burung Walet
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan harga
Paragraf 1
dasar air.
Nama dan Objek Pajak Sarang Burung Walet
(4) Harga dasar air dan bobot faktor sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pasal 47
Walikota.
Dengan nama Pajak Sarang Burung Walet dipungut pajak
atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang
Pasal 44 Burung Walet.
Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh
persen).
41 42
Pasal 51
Pasal 48 Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10%
(sepuluh persen).
(1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan atau pengusahaan sarang Burung Walet. Pasal 52
(2) Tidak termasuk objek Pajak Sarang Burung Walet (1) Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pengambilan sarang Burung Walet yang telah dikenakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dengan dasar
Penerimaan Negara Bukan Pajak. pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50.
(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada (3) Tempat Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. Perkotaan yang terutang adalah di wilayah Kota yang
meliputi letak Objek Pajak.
Pasal 57
Paragraf 4
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
ditetapkan adalah sebagai berikut : Perdesaan dan Perkotaan
a. untuk NJOP sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu
Pasal 60
milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1 % (nol koma satu
persen) per tahun.
(1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.
b. untuk NJOP di atas Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen) (2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi
per tahun. dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani
dan disampaikan kepada Walikota, selambat-lambatnya
Pasal 58 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
SPOP oleh Subjek Pajak.
Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendataan
Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan dan pelaporan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada
tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dengan dasar ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
ayat (2) setelah dikurangi NJOP Tidak Kena Pajak Pasal 61
sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 ayat (4).
(1) Berdasarkan SPOP, Walikota menerbitkan SPPT.
Pasal 59 (2) Walikota dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal
sebagai berikut :
(1) Tahun Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan a. SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2)
Perkotaan adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender. tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur
secara tertulis oleh Walikota sebagaimana ditentukan
(2) Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah dalam surat teguran;
menurut keadaan Objek Pajak Bumi dan Bangunan b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
Perdesaan dan Perkotaan pada tanggal 1 Januari. ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari
jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang
disampaikan oleh Wajib Pajak.
47 48
f. orang pribadi atau badan yang digunakan untuk i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan
kepentingan ibadah. dari pelepasan hak adalah nilai pasar;
j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan
hak adalah nilai pasar;
Paragraf 2
k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;
Subjek dan Wajib Pajak BPHTB
l. peleburan usaha adalah nilai pasar;
Pasal 65 m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atau;
(1) Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga
yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. transaksi yang tercantum dalam risalah lelang.
(2) Wajib Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan (3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud
yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak
diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang
Paragraf 3 digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar Pengenaan, Tarif, dan Besaran Pokok Pajak BPHTB pada tahun terjadinya, dasar pengenaan yang dipakai
adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan.
Pasal 66
(4) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(1) Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek ditetapkan sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
Pajak. rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
(2) Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud (5) Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah
pada ayat (1), dalam hal ini : wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam
a. jual beli adalah harga transaksi; hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
b. tukar menukar adalah nilai pasar; lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah
c. hibah adalah nilai pasar; dengan memberi hibah wasiat, termasuk suami/istri,
d. hibah wasiat adalah nilai pasar; Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan
e. waris adalah nilai pasar; sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lainnya adalah nilai pasar;
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
adalah nilai pasar;
h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim
yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai
pasar;
51 52
Pasal 71 Pasal 73
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya ditetapkan
yang membidangi pelayanan lelang negara melaporkan dengan ketentuan sebagai berikut :
pembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atas a. Pajak Hotel adalah 1 (satu) bulan takwim;
Tanah dan/atau Bangunan kepada Walikota paling b. Pajak Restoran adalah 1 (satu) bulan takwim;
lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. c. Pajak Hiburan adalah 1 (satu) bulan takwim;
d. Pajak Reklame adalah 1 (satu) tahun takwim;
(2) Tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud e. Pajak Penerangan Jalan adalah 1 (satu) bulan takwim;
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan f. Pajak Parkir adalah 1 (satu) bulan takwim;
Walikota. g. Pajak Air Tanah adalah 1 (satu) bulan takwim; dan
h. Pajak Sarang Burung Walet adalah 1 (satu) bulan takwim;
Pasal 72
Pasal 74
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor
yang membidangi pelayanan lelang negara, yang Pajak terhutang dalam Masa Pajak terjadi pada saat :
melanggar ketentuan dikenakan sanksi administrasi a. Pajak Hotel terjadi pada saat pelayanan di hotel diperoleh;
berupa denda sebesar Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima b. Pajak Restoran terjadi pada saat pelayanan di restoran
ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran. diperoleh;
c. Pajak Hiburan terjadi pada saat penyelenggaraan hiburan;
(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor d. Pajak Reklame terjadi pada saat penyelenggaraan reklame;
yang membidangi Pelayanan lelang negara, yang e. Pajak Penerangan Jalan ditetapkan lebih lanjut dengan
melanggar ketentuan dikenakan sanksi administrasi Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Daerah dan PT.
berupa denda sebesar Rp250.000,00 (dua ratus lima PLN Persero;
puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan. f. Pajak Parkir terjadi saat pelayanan parkir diperoleh;
55 56
g. Pajak Air Tanah terjadi pada saat manfaat air tanah (2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang
diperoleh; berdasarkan surat ketetapan Pajak atau dibayar sendiri
h. Pajak Sarang Burung Walet terjadi pada saat pengambilan oleh Wajib Pajak berdasarkan ketentuan peraturan
sarang Burung Walet dilaksanakan; perundang-undangan perpajakan.
i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(3) Jenis Pajak terutang yang dipungut berdasarkan
adalah sejak diterimanya SPPT dalam tahun berjalan; dan
penetapan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sejak
adalah :
ditandatanganinya akta atau diterbitkannya keputusan
a. Pajak Reklame;
pemberian hak.
b. Pajak Air Tanah; dan
c. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
Pasal 75
(4) Jenis Pajak terutang yang dibayar sendiri oleh Wajib
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :
SPTPD. a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi
c. Pajak Hiburan;
dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangai oleh
d. Pajak Penerangan Jalan;
wajib pajak atau kuasanya.
e. Pajak Parkir;
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) f. Pajak Sarang Burung Walet; dan
disampaikan kepada Walikota atau pejabat yang g. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari (5) Pemungutan Pajak terutang berdasarkan surat ketetapan
sesudah berakhirnya Masa Pajak. Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan pembayaran Pajak terutang oleh Wajib Pajak
oleh Walikota sesuai peraturan perundang-undangan. berdasarkan penetapan Walikota dengan menggunakan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain
yang dipersamakan; atau
BAB V b. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.
PEMUNGUTAN PAJAK
(6) Dokumenlain yang dipersamakan sebagaimana
Bagian Kesatu dimaksud pada ayat (5) huruf a berupa karcis dan nota
Tata Cara Pemungutan perhitungan.
Pasal 77
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum
terutangnya pajak, Walikota dapat menerbitkan : dilakukan tindakan pemeriksaan.
a. SKPDKB dalam hal :
1. jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau (5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB
keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3
kurang dibayar; dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar
2. jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah
dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran; terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24
3. jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak yang terutang dihitung secara jabatan. pajak.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data
yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terutang. Pasal 78
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak (1) Tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yang
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) dan
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1
dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari penyampaian SKPD atau dokumen lain yang
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) dan
sejak saat terutangnya pajak. ayat (5) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 85
(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50%
hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Walikota. tidak dikenakan.
(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada (5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan
ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif
dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan
keputusan keberatan tersebut. pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan
kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu)
bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. BAB VII
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN,
DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI
Pasal 86 ADMINISTRATIF
b. mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, (4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya,
SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
SKPDLB yang tidak benar; pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi
c. mengurangkan atau membatalkan STPD; terlebih dahulu utang pajak tersebut.
d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan (5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu
sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
e. mengurangkan ketetapan pajak terutang
berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran pajak
Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. dilakukan setelah 2 (dua) bulan, Walikota memberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan keterlambatan kelebihan pembayaran pajak.
atau penghapusan sanksi administratif dan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak (7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Walikota. Peraturan Walikota.
Pasal 88 Pasal 89
(1) Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat (1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi
mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
melalui Kepala Dinas. terhitung sejak saat terutangnya pajak kecuali apabila
Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
perpajakan daerah.
bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud (2) Kedaluwarsa Penagihan Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus memberikan keputusan. pada ayat (1) tertangguh apabila :
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa;
ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan atau
suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB langsung maupun tidak langsung.
harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama
1 (satu) bulan.
67 68
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak
bidang perpajakan Daerah; lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak (3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
pidana perpajakan Daerah; merupakan penerimaan Negara.
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau Pasal 98
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut
perpajakan Daerah sesuai dengan ketentuan setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat
peraturan perundang-undangan. terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau
berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pajak yang bersangkutan.
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Pasal 99
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota
yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
BAB XV merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam
KETENTUAN PIDANA Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
Pasal 97 kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
75 76
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota e. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 7 Tahun 2004
yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau tentang Pajak Reklame;
seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya f. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 9 Tahun 2010
kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ;
Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana dan
kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda g. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 2 Tahun 2011
paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). tentang Pajak Air tanah.
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun
atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. terhitung sejak saat terutang.
Huruf e Pasal 17
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf f Pasal 18
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas. Pasal 19
Pasal 5 Ayat (1)
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan “hiburan berupa kesenian
rakyat/tradisional” adalah hiburan kesenian
Pasal 6 rakyat/tradisional yang dipandang perlu untuk
Cukup jelas. dilestarikan dan diselenggarakan di tempat yang
Pasal 7 dapat dikunjungi oleh semua lapisan masyarakat.
Cukup jelas. Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas. Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas. Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas. Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas. Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
83 84
Pasal 28 Pasal 43
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 29 Pasal 44
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 30 Pasal 45
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 31 Pasal 46
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 32 Pasal 47
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 33 Pasal 48
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 34 Pasal 49
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 35 Pasal 50
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 36 Pasal 51
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 37 Pasal 52
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 38 Pasal 53
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 39 Pasal 54
Cukup jelas. Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”kawasan” adalah semua
Pasal 40
tanah dan bangunan yang digunakan oleh
Cukup jelas.
perusahaan perkebunan, perhutanan, dan
Pasal 41 pertambangan di tanah yang diberi hak guna
Cukup jelas. usaha perkebunan, tanah yang diberi hak
Pasal 42 pengusahaan hutan dan tanah yang menjadi
Cukup jelas. wilayah usaha pertambangan.
85 86
Pasal 59
Pasal 58
Cukup jelas.
Nilai jual untuk bangunan sebelum diterapkan tarif
pajak dikurangi terlebih dahulu dengan Nilai Jual Pasal 60
Tidak Kena Pajak sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta Cukup jelas.
rupiah). Pasal 61
Contoh : Ayat (1)
Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa: Cukup jelas.
- Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Ayat (2)
Rp300.000,00/m2; Penetapan SKPD ini hanya untuk Pajak Bumi dan
- Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
Rp350.000,00/m2;
- Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Pasal 62
Rp50.000,00/m2; Cukup jelas.
- Pagar sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata pagar Pasal 63
1,5 m dengan nilai jual Rp175.000,00/m2. Cukup jelas.
Pasal 77
3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Ketentuan ini mengatur penerbitan surat ketetapan
contoh yang telah diterbitkan SKPDKB, apabila
pajak atas pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan surat
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun
ketetapan pajak ditujukan kepada Wajib Pajak tertentu
sesudah pajak yang terutang ditemukan data
yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian
baru dan/atau data yang semula belum
SPTPD atau karena ditemukannya data fiskal tidak
terungkap yang menyebabkan penambahan
dilaporkan oleh Wajib Pajak.
jumlah pajak yang terutang, Walikota dapat
Ayat (1)
menerbitkan SKPDKBT.
Ketentuan ini memberi kewenangan kepada
4. Wajib Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan
Walikota untuk dapat menerbitkan SKPDKB,
Walikota ternyata jumlah pajak yang terutang
SKPDKBT atau SKPDN hanya terhadap kasus-
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
kasus tertentu, dengan perkataan lain hanya
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak,
terhadap Wajib Pajak tertentu yang nyata-nyata
Walikota dapat menerbitkan SKPDN.
atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak
memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban Huruf a
material. Angka 1)
Contoh: Cukup jelas.
1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan Angka 2)
SPTPD pada tahun pajak 2009. Setelah ditegur Cukup jelas.
dalam jangka waktu tertentu juga belum Angka 3)
menyampaikan SPTPD, maka dalam jangka Yang dimaksud dengan ”penetapan pajak
waktu paling lama 5 (lima) tahun Walikota secara jabatan” adalah penetapan
dapat menerbitkan SKPDKB atas pajak yang besarnya pajak terutang yang dilakukan
terutang. oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk
2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan SPTPD berdasarkan data yang ada atau
pada tahun pajak 2009. Dalam jangka waktu keterangan lain yang dimiliki oleh
paling lama 5 (lima) tahun, ternyata dari hasil Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
pemeriksaan SPTPD yang disampaikan tidak Huruf b
benar. Atas pajak yang terutang yang kurang Cukup jelas
bayar tersebut, Walikota dapat menerbitkan Huruf c
SKPDKB ditambah dengan sanksi administratif. Cukup jelas
93 94
Ayat (2)
Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap Wajib Selain sanksi administratif berupa kenaikan
Pajak yang tidak memenuhi kewajiban sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok
perpajakannya yaitu mengenakan sanksi pajak yang terutang juga dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dari pajak yang tidak atau persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
24 (dua puluh empat) bulan atas pajak yang tidak lama 24 (dua puluh empat) bulan.
atau terlambat dibayar. Sanksi administratif Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak
berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya saat terutangnya pajak sampai dengan
pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB. diterbitkannya SKPDKB.
Ayat (3)
Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban Pasal 78
perpajakannya sebagaimana dimaksud pada Cukup jelas.
ayat (1) huruf b, yaitu dengan ditemukannya data Pasal 79
baru dan/atau data yang semula belum terungkap Cukup jelas.
yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga
pajak yang terutang bertambah, maka terhadap Pasal 80
Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa Cukup jelas.
kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlah Pasal 81
kekurangan pajak. Sanksi administratif ini tidak Cukup jelas.
dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkannya
sebelum diadakan tindakan pemeriksaan. Pasal 82
Ayat (4) Cukup jelas.
Cukup jelas Pasal 83
Ayat (5) Cukup jelas.
Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
Pasal 84
perpajakannya sebagaimana dimaksud pada
Cukup jelas.
ayat (1) huruf a angka 3), yaitu Wajib Pajak tidak
mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukannya, Pasal 85
dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan Cukup jelas.
pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari Pasal 86
pokok pajak yang terutang. Cukup jelas.
Dalam kasus ini, Walikota menetapkan pajak yang
terutang secara jabatan melalui penerbitan
SKPDKB.
95 96
Pasal 87 Pasal 94
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 95
Ayat (2) Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas. Pasal 96
Huruf b Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 97
Huruf c Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf d Pasal 98
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf e Pasal 99
Yang dimaksud dengan ”kondisi tertentu objek Cukup jelas.
pajak”, antara lain, lahan pertanian yang
Pasal 100
sangat terbatas, bangunan ditempati sendiri
Cukup jelas.
yang dikuasai atau dimiliki oleh golongan
Wajib Pajak tertentu. Pasal 101
Ayat (3) Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 102
Pasal 88 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 103
Pasal 89 Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 39
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.