Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 1

ADPU4433 PERENCANAAN KOTA

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA


MITIGASI BENCANA BANJIR DI DESA PASIR BATU
MANDI KECAMATAN SUNGAI LALA
KABUPATEN INDRAGIRI HULU

DOSEN PENGAMPU :
AULIA PUSPANING GALIH, S.IIP., MS

OLEH

ZUL ASMAR
NIM. 041093679

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal ini,
walaupun dalam bentuk dan keadaan yang sederhana dengan judul “Upaya
Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir Di Desa Pasir Batu
Mandi, Kecamatan Sungai Lala, Kabupaten Indragiri Hulu”. Shalawat beserta
salam buat junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menerangi dunia
ini dengan Al-Quran dan Hadistnya.
Selanjutnya dalam penulisan proposal ini penulis banyak mendapat bantuan
dan dorongan serta kemudahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Ibu Aulia Puspaning Galih, S.IIP., MS, pengampu mata kuliah perencanaan
kota
2. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan
mendukung setiap yang penulis tempuh dalam pendidikan
3. Seluruh rekan-rekan beserta semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.
Semoga bantuan, bimbingan, dan arahan serta dorongan yang telah
diberikan kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah
SWT, Amin. Akhir kata kepada Allah SWT jualah penulis kembalikan, semoga
amal kebajikan yang mereka berikan diterima dan dibalas sebagaimana
semestinya. Semoga proposal ini dengan ketidaksempurnaannya mampu
memberikan sesuatu yang berarti bagi kita semua.

Indragiri Hulu, Oktober 2020


Penulis
DAFTAR ISI

Judul ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN LITERATUR


A. Peraturan Mengenai Penanggulangan Bencana .............................. 5
B. Penyebab bencana banjir ................................................................. 6
C. Dampak banjir ................................................................................. 6
D. Mitigasi Bencana Banjir .................................................................. 7

BAB III.METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Tipe Penelitian ...................................................... 9
B. Informan Penelitian ......................................................................... 10
C. Jenis Datab ...................................................................................... 11
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 12
E. Unit Analisis ................................................................................... 15
F. Analisis Data ................................................................................... 15
G. Lokasi Penelitian ............................................................................. 17
H. Jadwal Penelitian ............................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19


PROPOSAL
PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BARU SAJA
TERKENA BENCANA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia
terutama pada musim penghujan antara bulan November – Maret. Terjadinya
banjir disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : Pertama, curah hujan yang
tinggi dalam waktu yang lama. Kedua, terjadinya hambatan di muara sungai
akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan puncaknya volume air
yang mengalir di sungai. Ketiga, perubahan kondisi lahan pada daerah aliran
sungai (DAS) baik di hulu, tengah dan hilir akibat adanya penebangan hutan,
pengembangan pemukiman, industri dan lain-lain. Keempat, terjadinya
penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah secara berlebihan
terutama di daerah perkotaan. Kelima, perubahan penggunaan lahan dari
daerah pertanian, perkebunan dan hutan menjadi permukiman yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Keenam, pembangunan
drainase yang tidak memperhitungkan kondisi lahan. Ketujuh, adanya
kebiasaan masyarakat yang membuang sampah pada ke saluran drainase dan
sungai mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan alur sungai serta
menghambat aliran (Departemen RI, 2007).
Berdasarkan kondisi morfologis, penyebab banjir adalah karena relief
bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang
mengalir diantaranya. Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan
penggundulan hutan atau perubahan tata/guna lahan yang tidak
memperhatikan daerah resapan air (BAKORNAS, 2007). Wilayah yang
termasuk rawan bencana banjir yaitu wilayah Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, wilayah
Pantai Utara Jawa dan sebagian Jawa Tengah bagian selatan, sebagian daerah
Timor, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Papua (Departemen RI, 2007).
Provinsi Riau memiliki banyak daerah yang memiliki potensi terjadinya
bencana. Berdasarkan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Riau 2008-
2012, Provinsi Riau memiliki potensi bencana alam, sebagai berikut: banjir,
badai/puting beliung, kekeringan, longsor, dan kebakaran hutan dan lahan.
Namun yang dampaknya luas dan potensi kerusakan yang ditimbulkan besar
biasanya disebabkan oleh bencana-bencana berikut: banjir, longsor, dan
kebakaran (KOGAMI, SC-DRR, & ESCAP, 2012). Berdasarkan data daerah
rawan bencana RIAU pada tahun 2016 provinsi RIAU terdapat empat potensi
bencana utama yaitu banjir dan kebakaran hutan (BNPB RIAU, 2019).
Kabupaten Indragiri Hulu merupakan salah satu daerah di Riau yang
menjadi wilayah yang memiliki potensi terjadinya bencana. Kawasan
kabupaten Indaragiri Hulu memiliki kawasan rawan bencana banjir.
Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang teridentifikasi sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan bencana
banjir yang ada di kabupaten Indragiri Hulu terdapat di Kecamatan Sungai
Lala, Kecamatan Kelayang, Kecamatan Lirik, Kecamatan Lubuk Batu Jaya,
Kecamatan Rengat Barat, Kecamatan Pasir Penyu, Kecamatan Rakit Kulim
dan Kecamatan Batang Peranap. Ini berarti 50% lebih di wilayah kabupaten
Indragiri Hulu berpotensi bencana banjir. Banjir ini disebabkan oleh luapan
sungai akibat hujan deras dan buka tutup pintu air di PLTA Sumbar.
Pada kabupaten Indragiri Hulu salah satu kawasan yang sering dilanda
banjir adalah Kecamatan Sungai Lala, Kecamatan Rakit Kulim, Kecamatan
Lirik, Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Batang Peranap. Di kecamatan
tersebut dalam rentang waktu dari tahun 2010 – 2020 sudah beberapa kali
terjadi banjir seperti pada tahun 2011, 2012, 2013, 2015, 2016, 2017, 2018,
2019.
Banjir terparah terjadi pada tahun 2018 karena Sekitar 4.384 rumah di
Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, tergenang banjir akibat tingginya
curah hujan selama bulan sepekan di November 2018. Dikutip Antara, Edwar
menjelaskan, banjir disebabkan tingginya curah hujan yang membuat Sungai
Kuantan meluap. Selain itu, ada juga pengaruh banjir kiriman dari daerah
hulu, yakni dari Kabupaten Kuantan Singingi dan Provinsi Sumatera Barat.
Banjir di tahun 2018 melanda 44 desa di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten
Indragiri Hulu, termasuk bangunan SMP dan pos kesehatan. Total rumah
yang terdampak banjir mencapai 4.384 unit (Sumber BPBD Provinsi Riau).
Oleh sebab itu, untuk dapat mengurangi kerusakan/kerugian yang
diakibatkan oleh banjir, diperlukannya rencana penanggulangan dan mitigasi
bencana banjir di Kecamatan Sungai lala ini. Dalam Undang-undang
Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 mengenai penanggulangan bencana
disebutkan bahwa, pemerintah dan pemeritah daerah menjadi penanggung
jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Berdasarkan
undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah daerah dalam hal
ini pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu juga ikut bertanggung jawab
dalam hal penanggulangan bencana.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu sudah melakukan beberapa upaya
mitigasi bencana banjir sebelum kejadian bencana banjir pada tahun 2017
yaitu yang pertama dengan melaksanakan sosialisasi tentang mitigasi bencana
banjir yang dihadiri oleh masyarakat Kecamatan Sungai Lala. Namun dari
data bencana banjir pada tahun 2018 dapat diketahui bahwa setelah
melakukan mitigasi bencana banjir tersebut kerugian yang dialami oleh
masyarakat Kecamatan Sungai Lala masih cukup besar, sehingga setelah
kejadian banjir pada tahun 2018 tersebut pihak pemerintahan Kabupaten
Indragiri Hulu kembali melakukan upaya-upaya mitigasi bencana banjir
seperti yang dapat peneliti ketahui dari hasil observasi awal yang dapat
berupa pembuatan geronjong pada tepian sungai dan juga tetap memberikan
larangan buang sampah pada aliran sungai serta sosialisasi mengenai bencana
banjir.
Pada awal tahun 2019 tepatnya pada bulan Oktober terjadi kenaikan
aliran air pada sungai namun belum bisa tertahan oleh tepian sungai sehingga
air masih sampai pada pemukiman warga walaupun tidak separah seperti
tahun 2018. Dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah
Kabupaten Indragiri Hulu telah melakukan upaya mitigasi sehingga dapat
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir.

B. Rumusan Masalah
Dengan dilakukan beberapa mitigasi oleh pemerintahan Kabupaten
Indragiri Hulu seharusnya dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh
banjir, namun berdasarkan data bencana banjir tahun 2017 dapat diketahui
bahwa, dengan beberapa upaya mitigasi tersebut kerugian yang dialami masih
cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu
melakukan upaya mitigasi setelah kejadian banjir pada tahun 2017 sehingga
pada bulan November 2019 kerugian banjir berkurang dikarenakan air dapat
tertahan oleh bronjong yang ada ditepian sungai sehingga air tidak meluap.
Sehingga untuk mengetahui lebih dalam mengenai upaya mitigasi yang
dilakukan oleh pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimana cara pemerintah Kabupaten Indragiri
Hulu khususnya kecamatan Sungai Lala dalam melakukan upaya mitigasi
bencana banjir untuk dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir
tersebut.

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan
proposal ini adalah mendeskripsikan upaya pemerintahan Kabupaten Indragiri
Hulu dalam melakukan mitigasi bencana banjir di Kecamatan Sungai Lala.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah agar dapat
memberikan masukan tentang mitigasi bencana banjir baik itu untuk
pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu maupun masyarakat umum yang ada di
Kecamatan Sungai Lala.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Peraturan Mengenai Penanggulangan Bencana


Ada beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam melakukan
penanggulangan bencana seperti yang terdapat pada buku Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana yang disusun oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD), yaitu :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Negara Indonesia
Nomor 4723).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4829).
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman
Umum Mitigasi Bencana pasal 2 yang menyebutkan bahwa Pemerintah
Daerah dalam melakukan mitigasi bencana dilakukan secara berjenjang
melalui struktur kelembagaan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan
Bencana, Satuan Pelaksana Penanganan Bencana, Unit Operasi
Penanganan Bencana dan Kepala Desa/Lurah.
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1
Tahun 2012 tentang pedoman umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
pasal 1 yang menyebutkan Pedoman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
merupakan panduan bagi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.

B. Penyebab Bencana Banjir


Banjir dapat disebabkan oleh 2 (dua) jenis penyebab, yaitu:
1. Faktor alam seperti curah hujan, erosi dan sedimentasi, topografi dan
geofisik sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai,
penurunan tanah, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan sebagainya;
2. Faktor manusia antara lain perubahan tata guna lahan, pembuangan
sampah, kawasan kumuh disepanjang sungai, perencanaan sistem
pengendalian banjir tidak tepat, dan sebagainya. Kedua faktor tersebut
dapat terjadi secara bersama-sama yang dapat membuat banjir menjadi
sangat merugikan (Siswoko, 1985).
Terjadinya banjir juga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Pertama, curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama. Kedua, terjadinya
hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan
dengan puncaknya volume air yang mengalir di sungai. Ketiga, perubahan
kondisi lahan pada daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah dan hilir
akibat adanya penebangan hutan, pengembangan pemukiman, industri dan
lain-lain. Keempat, terjadinya penurunan permukaan tanah akibat
penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di daerah perkotaan. Kelima,
perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian, perkebunan dan hutan
menjadi permukiman yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air.
Keenam, pembangunan drainase yang tidak memperhitungkan kondisi lahan.
Ketujuh, adanya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah pada ke
saluran drainase dan sungai mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan
alur sungai serta menghambat aliran (Departemen RI, 2007).

C. Dampak Banjir
Ada beberapa dampak yang diakibatkan oleh terjadinya bencana yaitu :
1. Kematian, trauma fisik maupun kejiwaan, timbulnya pengungsi,
kehilangan dan tercerainya sanak keluarga, human trafficking, hilangnya
harta benda, serta hilangnya harapan dan masa depan yang lebih baik.
2. Dampak terhadap perekonomian masyarakat, diantaranya adalah dapat
menyebabkan rusak dan hancurnya infrastruktur seperti jalan raya,
jembatan, saluran irigasi, bendungan, lapangan terbang, pelabuhan, pasar,
rumah sakit, pertanian, perkebunan, pemukiman penduduk, listrik,
PDAM, dan saluran telekomunikasi.
3. Politik dan keamanan. Dampak bencana dapat menimbulkan
ketidakamanan karena apabila penanggulangan pengungsi berjalan tidak
baik akan mengakibatkan gejolak ketidakpuasan, pencurian dan
penjarahan. Keadaan ini dapat digunakan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk menciptakan situasi politik yang tidak kondusif.
4. Lingkungan hidup. Bencana alam dapat menimbulkan kerusakan pada
lingkungan (Tjandra, 2017).
Selain dampak-dampak tersebut, terjadinya bencana juga menimbulkan
dampak psikologi seperti kecemasan, ketakutan dan tekanan(Ifdil & Ghani,
2017).

D. Mitigasi Bencana Banjir


Mitigasi banjir dapat terbagi atas dua yakni mitigasi secara aktif dan
mitigasi secara pasif. Mitigasi bencana banjir secara aktif dapat dilakukan
dengan disusunnya manajemen pengendalian banjir untuk memperkecil
dampak negatif dari bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta
benda, kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi.
(Hermon, 2012). Prinsip-prinsip yang harus dilakukan untuk melakukan
mitigasi bencana banjir secara aktif (BNPB, 2008), antara lain:
1. Menahan air sebesar mungkin dihulu dengan membuat waduk dan
konservasi tanah dan air.
2. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur
resapan dan menyediakan daerah terbuka hijau.
3. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di
daerah retensi.
4. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga
kapasitas wadah air.
5. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.
Tahap –tahap mitigasi aktif bencana banjir terdapat tiga tahap yaitu:
1. Tahap sebelum terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi ancaman bahaya banjir meliputi: (1) Penyebarluasan
peraturan perundangan-undangan atau informasi-informasi yang
berkaitan dengan masalah banjir.(2) Pemantauan lokasi-lokasi rawan
(kritis) secara terus-menerus.(3) Optimasi pengoperasian prasarana dan
sarana pengendali banjir.(4) Penyebarluasan informasi daerah rawan
banjir, bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang
tinggal di daerah rawan bencana.
2. Tahap saat terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pemantauan tinggi muka air dan
debit air pada setiap titik pengamatan (2) Evakuasi penduduk sesuai
dengan prosedur (3) memberikan bantuan kepada penduduk.
3. Tahap setelah terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) pemulihan kembali pemukiman
penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.
(2) Pengembalian penduduk ke tempat semula.(3) Pengamatan,
pendataan kerugian, dan kerusakan banjir.(Hermon, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Tipe Penelitian


Penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana
pendekatan kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial
yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun
tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha
menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan
dengan demikian tidak menganalisis angka-angka (Afrizal, 2014). Format
penelitian yang digunakan adalah format deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi ataupun variabel
tertentu (Bungin, 2011).
Pendekatan kualitatif, berupaya memahami dan menganalisis
fenomena-fenomena atau gejala yang sedemikian rupa dan tidak mungkin
dilakukan dengan pengukuran untuk memahami gejala sosial yang terjadi.
Menurut Moleong (2013) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki
karakteristik yaitu (1) pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat dan kata-
kata dipertentangkan dalam penelitian kualitatif (2) konteks menentukan dan
menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai makna dari tindakan yang
dilakukan atas realitas sosial (3) penelitian kualitatif bersumber kepada segi
alamiah yang bertentangan kepada ilmiah (4) ) struktur nilai kontekstual
bersifat determinative atas apa yang dicari dan dianalisis dan (5) penelitian
kualitatif tidak mengutamakan pada perhitungan dalam analisis (Garna &
Judistira, 1999).
Menurut Cresswel (1995), pendekatan kualitatif mengarahkan kepada
penerimaan informasi yang bersifat subyektif dan historis untuk memahami
dan mengeksplorasi terhadap realitas sosial. Penelitian ini menggunakan dan
mengungkapkan atas realitas sosial dengan strategi studi kasus untuk
memahami situasi yang unik selama proses di lapangan dan kemudian
mengidentifikasikan dan menganalisis dengan cara menggali informasi
sebanyak mungkin atas tujuan penelitian. Kasus yang dipelajari bersifat
bervariasi dalam memahami gejala atau peristiwa sosial yang terjadi seperti
kelompok, individu, kelembagaan, periode waktu, yang dianalisis secara
dalam dan menyeluruh (holistik). Penelitian kualitatif juga mengacu kepada
empirik (Garna & Judistira, 1999), bermaksud untuk mengamati tentang
kehidupan manusia atas tindakan dan pola sikap manusia sebagai makhluk
sosial. Penelitian kualitatif mengarahkan kepada individu sebagai asumsi
yang memiliki makna untuk melakukan aktivitas.
Menurut Strauss dan Corbin (2003 dalam(Afrizal, 2014)), ada dua
alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu : pertama,
terbiasa menggunakan penelitian dengan metode tersebut. Kedua, sifat dari
masalah yang diteliti membutuhkan metode ini. Selain dua alasan tersebut
dalam pemilihan metode penelitian kualitatif menelaah teori-teori dan
pandangan terhadap ilmu yang mendasari metode penelitian kualitatif juga
diperlukan. Oleh sebab itu, alasan-alasan pemilihan metode pemilihan
kualitatif dapat dikelompokkan menjadi dua hal yaitu: pertama, esensi data
yang dikumpulkan dan dianalisis. Kedua, pertimbangan teoritis dan
pandangan terhadap ilmu (Afrizal, 2014).

B. Informan Penelitian
Informan penelitian ditujukan kepada seseorang yang memberikan
informasi atau hal-hal yang ada diluar diri peneliti. Sejalan dengan itu,
(Afrizal, 2014) mengungkapkan bahwa informan penelitian merupakan orang
yang memberikan informasi mengenai kejadian yang dialami oleh dirinya
sendiri atau orang lain dengan tujuan untuk menjawab tujuan penelitian.
Informan penelitian bukan saja sebagai objek dalam memberikan informasi
terkait dengan penelitian apa yang ada diluar individu atau diri sendiri
melainkan sebagai subjek dalam memberikan sumber data penelitian dengan
tujuan untuk menjawab masalah yang diteliti (Irwan, 2015).
Penarikan informan dalam pendekatan kualitatif terdapat tiga
mekanisme penelitian yaitu, mekanisme purposive sampling, kuato dan bola
salju (snowballing) (Bungin, 2011). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan mekanisme atau teknik purposive sampling. Teknik ini peneliti
menentukan informan berdasarkan pertimbangan tertentu dan kriteria yang
menjadi pertimbangan tersebut relevan dengan tujuan penelitian.Kriteria yang
dipilih dalam penelitian ini sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
peneliti dan yang diteliti. Sehingga informasi tersebut menjadi valid atas
pertimbangan yang telah ditentukan.
Kriteria yang menjadi pilihan penelitian ini yaitu :
1. Pihak pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu.
2. Masyarakat dari Kecamatan Sungai Lala yang terkena dampak paling
besar akibat bencana banjir (Desa Pasir Batu Mandi dan Desa Morong)
pada kejadian banjir pada tahun 2017.
3. Pihak yang membantu Kecamatan Sungai Lala dalam melakukan mitigasi
bencana banjir.

C. Jenis Data
Data penelitian dilakukan atas dua jenis data yaitu jenis data primer dan
sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber pertama di lapangan (Bungin, 2011). Data ini diperoleh melalui
metode pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara
mendalam(prosedur metode pengumpulan data ) selama di lapangan
sehingga mendapatkan data yang valid. Data primer yang peneliti peroleh
pada saat penelitian adalah berupa hasil wawancara mendalam yang
peneliti lakukan dengan informan penelitian, gambar-gambar
(dokumentasi mengenai kondisi sungai Mahat saat ini, pemukiman
penduduk ditepian sungai, upaya-upaya pemerintah nagari yang telah
terlaksana) yang peneliti dapatkan melalui hasil dari observasi.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder (Bungin, 2001). Data ini terkait dengan data yang diperoleh
melalui data dokumen untuk memperkuat data primer selama proses
penelitian berlangsung. Data sekunder terdapat pada bab empat sebagai
lokasi penelitian dan menggambarkan tentang kondisi umum mengenai
lokasi penelitian. Selain itu, data sekunder yang peneliti dapatkan adalah
dokumen-dokumen. Dokumen ini dapat berupa data-data mengenai
kejadian banjir di Kecamatan Sungai Lala yang didapatkan di kantor
Bupati Kabupaten Indragiri Hulu, yang akan peneliti gunakan untuk
memperkuat data yang telah peneliti dapatkan pada saat penelitian.
Dokumen ini juga dapat berupa jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan
dengan masalah penelitian, yang didapatkan dengan studi kepustakaan.
Dokumen yang peneliti dapatkan pada saat penelitian yaitu: data bencana
alam dan non alam Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Indragiri Hulu tahun 2011-2019.

D. Metode Pengumpulan data


Metode penelitian sangat berhubungan dengan prosedur, teknik, alat
dan desain yang akan digunakan seorang peneliti. Ketika menggunakan
penelitian atau pendekatan kualitatif maka kita akan menganalisis apa saja
yang akan dijadikan sebagai pisau atau prosedur, alat dan teknik yang akan
dialokasikan. Untuk itu, si peneliti menggunakan sejumlah metode yang akan
digunakan untuk kepentingan penelitian. Desain penelitian sangat
berpengaruh kepada pendekatan penelitian yang akan digunakan. Begitu juga
prosedur, teknik dan alat penelitian harus cocok dengan metode penelitian
yang akan menjadi dasar penelitian tersebut. Metode pengumpulan data pada
penelitianini yaitu menggunakan data pengamatan atau observasi, wawancara
mendalam (indept-interview) dan studi dokumen.
1. Pengamatan atau Observasi
Teknik observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh si
peneliti dengan melalui pengamatan secara langsung tentang objek yang
diteliti. Teknik pengamatan salah satu cara mendapatkan data di lapangan
dengan mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati fenomena dan
kebiasan yang dilakukan oleh masyarakat untuk bisa melakukan
tindakannya. Nasution (1988) menyatakan observasi atau pengamatan
merupakan pokok dasar dari bidang ilmu pengetahuan (Sugiyono, 2012).
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui secara langsung masalah
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik mengenai perilaku
maupun tindakan seseorang dan observasi dapat mempelajari tentang
perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Observasi pada penelitian ini menggunakan observation non participant,
yang merupakan metode observasi dimana observer tidak ambil bagian
dalam aktivitas observe (Hasanah, 2016). Metode ini akan mendapatkan
data berupa data primer yang menggambarkan dan menganalisis tujuan
dari pada penelitian atau masalah penelitian. Peneliti melakukan
observasi ini untuk mendapatkan data primer yang didapatkan dengan
mengadakan pengamatan secara langsung di Kecamatan Sungai Lala,
seperti rumah-rumah masyarakat yang berada di sekitar sungai, keadaan
sungai Indragiri saat ini, serta bentuk hasil dari upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu seperti pembuatan
bronjong ditepian sungai yang juga dapat mengetahui dimana letak
bronjong tersebut dan penanaman pohon di tepian sungai Indragiri yang
juga peneliti dapat mengamati pohon apa saja yang ditanam di tepian
sungai Indragiri tersebut. Observasi ini peneliti lakukan dengan cara
mendatangi langsung lokasi penelitian yang berada di Kecamatan Sungai
Lala Desa Pasir Batu Mandi serta melakukan pengamatan pada lokasi
tersebut.

2. Wawancara Mendalam (Indept-Interview)


Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan untuk membicarakan
pokok permasalahan yang akan dijadikan sebagai data dalam
menganalisis dan membuat laporan penelitian. Pengumpulan data
wawancara dilakukan sebagai informasi secara mendalam mengenai
cara-cara atau upaya pemerintahan nagari Gunung Malintang dalam
melakukan mitigasi bencana banjir.Wawancara yang dilakukan untuk
saling menukar informasi dengan mengajukan pertanyaan secara
mendalam.Secara tidak langsung penelitian ini menggunakan wawancara
mendalam atau wawancara tidak berstruktur sebagai pendekatan
kualitatif.Menurut Taylor (1984) menyatakan wawancara mendalam
yaitu wawancara tidak berstruktur dan wawancara dilakukan secara
berulang kali antara pewawancara dengan informan penelitian (Afrizal,
2014).
Wawancara mendalam informan bebas untuk menanyakan informasi
yang terkait dengan aktivitas dan tujuan penelitian. Wawancara
mendalam tidak mengulangkan pertanyaan atas penelitian melainkan
menanyakan informasi secara detil untuk dijadikan analisis dan laporan
dalam penelitian ini. Wawancara mendalam dilakukan tidak hanya satu
kali melainkan secara terus-menerus terhadap permasalahan dan tujuan
penelitian.Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data
secara valid dan bisa dipertanggungjawabkan oleh peneliti. Data yang
didapatkan dari kegiatan ini berupa data primer yang didapatkan dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Wawancara peneliti lakukan dengan cara mewawancarai secara
mendalam informan penelitian agar mendapatkan informasi yang valid
mengenai permasalahan penelitian.
3. Studi Dokumen
Metode pengumpulan data dokumen untuk melakukan validitas data
yang dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, hasil penelitian,
dokumen lainnya.Pengumpulan data sekunder atau dokumen merupakan
pengumpulan data secara tertulis (Afrizal, 2014). Pengumpulan data
dilakukan dalam mencari data seperti surat kabar, hasil penelitian, buku,
majalah dan lain-lain.Data yang diperoleh beranekaragam terutama buku-
buku, jurnal dan hasil penelitian terdahulu. Penggunaan metode
penelitian studi dokumen ini digunakan untuk mendapatkan data
sekunder. Pengumpulan data sekunder ini terkait juga dengan data
masing-masing desa yang menjadi objek penelitian ini terutama dalam
mengenai deskripsi wilayah penelitian. Untuk mendapatkan data
sekunder ini dapat dilakukan dengan studi dokumen ke perpustakaan dan
ke instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Dokumen ini dapat berupa data-data mengenai kejadian banjir di Desa
pasir Batu mandi yang didapatkan di kantor kecamatan Sungai lala, yang
akan peneliti gunakan untuk memperkuat data yang telah peneliti
dapatkan pada saat penelitian. Dokumen ini juga dapat berupa jurnal-
jurnal ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian, yang didapatkan
dengan studi kepustakaan. Dokumen yang peneliti dapatkan pada saat
penelitian yaitu: data bencana alam dan non alam Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2011-2019 digunakan
untuk memperkuat data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara, sehingga dengan adanya dokumen-dokumen tersebut
membuat data menjadi valid.

E. Unit Analisis
Unit analisis merupakan satuan yang sangat penting dalam menentukan
subjek atau informan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti
(Arikunto, 2010). Unit analisis pada penelitian ini yaitu berupa kelompok.
Hal ini disesuaikan dengan permasalahan penelitian, dimana dalam
permasalahan penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu Khususnya Kecamatan Sungai Lala dan
masyarakat yang menjadi korban banjir yang merupakan suatu kelompok.

F. Analisis Data
Menurut Miles dan Hunberman, analisis data adalah mereduksi data,
menyajikan data dan menarik kesimpulan (Afrizal, 2014). Analisis data yang
dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan alur pemikiran dari pada
Miles dan Huberman, yang dilakukan kegiatan secara bersama.Ini bertujuan
memahami mengenai alur kerja dan memperoleh data yang akurat untuk
dijadikan sebagai karya ilmiah. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 3.1
Hubungan antara Analisis Data Model Milles dan Huberman(Afrizal, 2014)
Pertama, pengumpulan data. Tahap pertama dalam model analisis
Milles dan Huberman adalah pengumpulan data yang didapatkan dari hasil
observasi, hasil wawancara dan berbagai dokumen yang sesuai dengan
permasalahan penelitian yang selanjutnya akan dikembangkan pada tahap
selanjutnya. Dalam tahap ini dilakukan dengan langsung turun ke lapangan
lalu melakukan wawancara dengan informan penelitian untuk dapat
memperoleh informasi yaitu pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu, pihak
BPBD Kabupaten Indragiri Hulu Khususnya Kecamatan Sungai Lala dan
masyarakat yang menjadi korban banjir.
Kedua reduksi data, reduksi data dilakukan dengan memilih dan
memfokuskan pada tujuan penelitian yang penting dicari serta melakukan
penyederhanaan data yang telah dapat dikumpulkan selama proses di
lapangan (Afrizal, 2014). Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat
disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data (mulai dari editing,
koding, hingga tabulasi data)(Bungin, 2002). Dimana pada tahap editing,
peneliti memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keraguan data. Pada
koding (mengkodekan data) peneliti memberikan kode pada data yang dapat
berupa angka ataupun kalimat pendek. Sedangkan pada tabulasi data, peneliti
memasukkan data kedalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga
dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori(Nazir, 2009). Dalam hal
ini peneliti mencatat semua informasi yang didapatkan dari informan yang
selanjutnya peneliti akan menyederhanakan kembali dengna cara melakukan
pemilahan data yakni mengambil data yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian dan membuang data yang tidak bersangkutan dengan permasalahan
penelitian.
Ketiga, tahap penyajian data. Tahap penyajian data adalah sebuah tahap
lanjutan analisis di mana peneliti menyajikan temuan penelitian berupa
kategori atau pengelompokan(Afrizal, 2014). Pada tahap ini dilakukan
pengkategorian atau pengelompokan data ke dalam klasifikasi-klasifikasi
yang menentukan data yang penting dan tidak penting. Dari data yang
ditemukan dilokasi penelitian telah tersusun dalam bentuk upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah nagari dalam melakukan mitigasi banjir.
Keempat, Penarikan kesimpulan. Tahapan ini sebagai titik jenuh yang
telah dilalui pada tahapan pertama dan kedua serta ketiga.Sehingga tahapan
kesimpulan peneliti telah memperoleh makna dari hasil lapangan.Selama
lapangan data diproses melalui veritifikasi dengan membuka kembali hasil
catatan dan melakukan analisis data. Pada tahap ini dilakukan pengujian
kebenaran setiap informasi yang muncul terhadap data yang dipilih dari
lapangan dengan cara mengecek kembali semua sumber dari ketiga metode
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumen. Apabila
hasil dilapangan di lapangan cocok dan sesuai dengan tiga metode tersebut
dan memperkuat atas kesimpulan data untuk mendeskripsikan bagaimana
upaya pemerintah nagari dalam melakukan mitigasi banjir maka penelitian
siap dihentikan.

G. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sungai Lala (khususnya Desa Pasir
Batu Mandi dan Desa Morong yang terkena dampak banjir paling besar),
Kabupaten Lima Puluh Kota. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan atas
pertimbangan Desa Pasir Batu Mandi merupakan salah satu desa yang
menjadi kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Sungai Lala dan
mengalami kerugian yang besar akibat dari bencana banjir.

H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dimulai pada bulan Oktober hingga bulan Desember.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, A. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

BAKORNAS, B. (2007). Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir Tahun


2007-2008. Jakarta: Pelaksana Harian BAKORNAS PB. Retrieved from
https://bencana-kesehatan.net/images/referensi/ebook/PEDOMAN
Penanggulangan Banjir2007 - BAKORNAS.pdf

Bungin, B. (2000). Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan


Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Surabaya:Rajawali Pers

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik


Dan Ilmu Sosial Lainnya (2nd ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Departemen RI, D. R. (2007). Banjir. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis


Departemen Kesehatan.

Garna, G., & Judistira, K. (1999). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif.


Bandung: Primaco Akademika.

Hermon, D. (2012). Mitigasi Bencana Hidrometeorologi Banjir, Longsor,


Ekologi, Degradasi Lahan, Puting Beliung, Kekeringan. (E. Barlian & A.
Abdurahman, Eds.). Padang: UNP Press.

Ifdil, I., & Ghani, F. A. (2017). Pengembangan dan Validasi Modul Konseling
Kesehatan Mental Pasca Bencana Untuk Konselor. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 1(1), 13–23.

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.

Saebani, B. A. (2016). Perspektif Perubahan Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.

Siswoko, S. (1985). Pola Pengendalian Banjir pada Sungai. Jakarta: Dirjen


Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.

Sugiyono, S. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif : Proposal Dan Laporan


Penelitian. Bandung: Al-Fabeta.
Tjandra, K. (2017). Empat Bencana Geologi Yang Paling Mematikan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai