PENDAHULUAN
Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor
ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar
dalam negeri. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan tujuan utama
Salah satu jenis kopi yang diekspor oleh Indonesia ialah kopi Arabika. Kopi
Arabika memiliki nilai jual yang sangat tinggi karena diekspor dalam kualitas
bagus (Grade 1) sedangkan kopi Robusta dominan diekspor dalam kualitas sedang
Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Arabika pada periode 2007-2012
Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabik Indonesia Tahun 2007-2012
Kopi Arabika
Perkembangan Nilai Perkembangan
Volume Ekspor
Tahun (Ton) (%) Ekspor (U$) (%)
2007 50.952.000 - 154.791.177.630 -
2008 59.735.000 17,2 207.564.131.438 34,1
2009 62.855.000 5,22 199.486.260.281 -3,89
2010 78.036.000 24,1 276.933.166.202 38,8
2011 44.875.000 -42,5 276.210.037.301 -0,26
2012 51.606.000 14,9 306.317.289.973 10,9
Total 348.059.000 1.421.302.062.825
Rata-Rata 58.009.833 3,784 236.883.677.137 16
Sumber: Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia, 2012
perkembangan rata-rata sebesar 3,784% per tahun. Begitu juga halnya dengan
nilai ekspor kopi yang berfluktuasi yaitu rata-rata sebesar 16% per tahun. Negara
tujuan ekspor kopi Arabika ini adalah USA, Jepang, Jerman, Belgia, Slovenia,
Hal yang sama terlihat pada perkembangan luas areal dan produksi kopi Arabika
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Indonesia Tahun 2007- 2012
meningkat sebesar 2,38 % per tahun dan produksi juga meningkat sebesar 3,58%
pertahun selama periode 2007-2012. Nilai ekspor kopi Arabika yang terus
meningkat akan mendorong petani untuk memperluas areal pertanaman kopi agar
dapat menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar untuk tujuan ekspor.
Pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ketiga dengan kontribusi 657.000
ton sedangkan yang pertama adalah Brazil dengan kontribusi 3.049.560 ton
Colombia dengan kontribusi 480.000 ton, dan urutan kelima adalah Euthiopia
dengan kontribusi 390.000 ton. Indonesia yang merupakan urutan ketiga mampu
Indonesia akan tersaingi oleh kolombia pada urutan keempat (Dirjenbun. 2013).
seiring dengan peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh
Namun permasalahan yang ada pada kopi Arabika Indonesia diperlihatkan oleh
tahun 2010 terjadi penurunan luas areal namun volume ekspor meningkat
sedangkan pada tahun 2011 terjadi kenaikan luas areal namun volume ekspor
menurun drastis yaitu sebesar -42,5% sehingga yang menjadi pertanyaan adalah
apakah kopi Arabika Indonesia akan terus memiliki daya saing di tingkat pasar
domestik dan dunia. Daya saing tersebut tidak hanya mengandalkan aspek-aspek
Sumatera Utara dan Aceh. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang
Tapanuli Utara, Dairi, Tobasa, dan Humbang Hasundutan serta kabupaten lainnya
yang berpotensi untuk pertanaman kopi Arabika. Kopi Arabika di Sumatera Utara
sangat potensial untuk diekspor. Perkembangan jumlah ekspor dan nilai ekspor
Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara
Periode 2007-2011
Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun yaitu dengan perkembangan rata-
rata sebesar 0,045% per tahun dan perkembangan nilai ekspor juga cenderung
meningkat rata-rata sebesar 18,14% per tahun dimana perkembangan nilai ekspor
terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 82,17%. Dilain pihak,
perkembangan luas areal dan produksi kopi Arabika di Sumatera Utara juga
sebesar 4,77% per tahun dan perkembangan total produksi yaitu rata-rata sebesar
2,40% per tahun. Namun, pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi sebesar -
0,69% .
Dari Tabel 3 dan 4 dapat dilihat jumlah ekspor, nilai ekspor dan luas areal kopi
produksi pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar -0,69% sedangkan luas
mulai dari tahap produksi hingga pemasaran, dan pada akhirnya agribisnis kopi
maupun nasional.
volume ekspor dan produksi domestik, maka penulis tertarik untuk melakukan
Masalah penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :