Anda di halaman 1dari 13

Science and Physics Education Journal (SPEJ)

Volume 1, No 2, Juni 2018


e-ISSN : 2598-2567
p-ISSN : 2614-0195

MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT


DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS
GAMES TOURNAMENT (TGT): DAMPAK TERHADAP
HASILBELAJAR FISIKA

Tri Ariani1, Duwi Agustini2


1,2
Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau
email : triariani.ta@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is to know the difference of student physics learning result by using
Student Team Achievement Division (STAD) and Teams Games Tournament (TGT) learning model. The
type of research used is quantitative research with experimental research method. The population in this
study are all students of class VIII SMP Negeri Air Lesing. In this study the entire population used as a
sample, so this research is a sample study with class VIII. 1 as experimental class I and VIII. 2 as
experimental class II. The data were collected using a test technique consisting of 7 essay questions. The
collected data then analyzed using t-test is tcount = 2,104 and ttable = 2,021. with criteria t count> ttable,
then H0 rejected Ha accepted. Thus the hypothesis proposed in this study accepted the truth. Based on the
results of research and discussion it can be concluded that there are differences in the results of physics
learning using the Student Team Achievement Division (STAD) learning model and Teams Games
Tournament (TGT) learning model At SMP Negeri Air Lesing.

Keywords: Learning Outcomes, STAD Teams Games Tournament (TGT)

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
metode penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini semua siswa kelas VIII SMP Negeri Air
Lesing . Pada penelitian ini seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, sehingga penelitian ini merupakan
penelitian sampel dengan kelas VIII. 1 sebagai kelas ekperimen I dan VIII. 2 sebagai kelas eksperimen II.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yang terdiri dari 7 soal essay. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan uji-t adalah thitung = 2,104 dan ttabel = 2,021. dengan kriteria thitung> ttabel,
maka H0 ditolak Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima
kebenarannya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa Ada
perbedaan hasil belajar fisika menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) dan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Di SMP Negeri Air Lesing.

Kata kunci : Hasil Belajar, STAD Teams Games Tournament (TGT)

PENDAHULUAN pendidikan dalam pembangunan yang


Upaya pembangunan manusia semakin berkembang saat ini, khusunya di
Indonesia seutuhnya diantaranya dengan negara Indonesia sangatlah penting karena
berupaya membuat peningkatan kualitas mempunyai relevansi dalam
sumber daya manusia yang memiliki menghasilkan para pemikir dan tenaga
kemampuan dalam memanfaatkan dan terampil untuk ikut serta mensukseskan
menguasai ilmu pengetahuan dan pembangunan. Pendidikan yang
teknologi yang berwawasan . Diantara diselenggarakan di sekolah, keluarga dan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut masyarakat, diharapkan harus mampu
salah satunya ialah pendidikan. Peran memberikan dampak yang positif dan

65
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

dapat menjadikan kualitas manusia proses pembelajaran yang cenderung


Indonesia semakin meningkat dan terpusat pada guru dan siswa hanya
menumbuhkan kesadaran bangsa untuk mendengarkan saja, hal ini dapat
selalu berupaya menambah pengetahuan mengakibatkan siswa cepat jenuh, karena
dan keterampilan serta pengalaman. tidak ada keterlibatan siswa secara aktif
Pendidikan merupakan salah satu dalam proses pembelajaran.
aspek yang penting dalam meningkatkan Salah satu model pembelajaran
kualitas sumber daya manusia dalam yang dapat mengatasi permasalahan
menghadapi perkembangan teknologi tersebut adalah model pembelajaran
yang disertai dengan perkembangan Ilmu kooperatif. Model pembelajaran tersebut
Pengetahuan Alam (IPA). Perkembangan bisa menjadi strategi dalam mengatasi
yang begitu pesat, membuat para pendidik masalah pendidikan. Menurut Jhonson
(guru) untuk merancang, bahwa tujuan pokok pembelajaran
mengembangkan, dan melaksanakan kooperatif adalah memaksimalkan belajar
pendidikan yang lebih mengarah pada siswa untuk peningkatan prestasi
penguasaan konsep IPA yang dapat akademik dan pemahaman baik secara
menunjang dalam kehidupan individu maupun kelompok (Trianto,
bermasyarakat. Untuk dapat 2009). Ada banyak macam
menyesuaikan perkembangan IPA maka pembelajaran kooperatif, beberapa
kreativitas sumber daya manusia mutlak model pembelajaran kooperatif adalah
harus ditingkatkan (Muslich 2007). model pembelajaran STAD dan TGT.
Fisika merupakan salah satu unsur Menurut R. Slavin dan teman-
utama dalam pembangunan dan temannya di universitas John Hopkin
mewujudkan ilmu Pengetahuan dan (Slavin, 2010) model pembelajaran STAD
Teknologi. Setiap negara berlomba-lomba merupakan salah satu metode
menemukan produk terutama hasil pembelajaran kooperatif yang paling
IPTEK. IPTEK tidak lepas dari salah satu sederhana, dan merupakan model yang
unsur pokok yaitu ilmu fisika, yang paling baik untuk pemulaan bagi para
bermanfaat bagi perkembangan teknologi. guru yang baru menggunakan pendekatan
Fisika juga menjadi bagian dari kooperatif. Jadi model pembelajaran
pendidikan bagi semua siswa. Dengan kooperatif tipe STAD merupakan metode
demikian fisika mempunyai peranan yang pembelajaran yang baik untuk pemulaan
sangat penting. bagi para guru dan merupakan salah satu
Berdasarkan observasi yang metode yang paling sederhana.
dilakukan terhadap siswa kelas VIII di Model pembelajaran Student Team
SMP Negeri Air Lesing diperoleh bahwa Achievement Division (STAD) merupakan
pelajaran IPA sulit karena terlalu banyak model pembelajaran kooperatif yang
hitungan didukung juga dengan hasil dikembangkan oleh R. Slavin merupakan
belajar siswa yang rendah dan proses salah satu metode pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan disana kooperatif yang paling sederhana, dan
masih didominasi dengan menggunakan merupakan model yang paling baik untuk
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat pemulaan bagi para guru yang baru
dilihat dari nilai semester ganjil dikelas menggunakan pendekatan kooperatif
VIII hanya mencapai 45% siswa yang (Slavin, 2005).
dapat mencapai nilai KKM 73. Hal Menurut Rusman Student Team
tersebut membuktikan bahwa 55% siswa Achievement Division (STAD) merupakan
tersebut belum mencapai nilai KKM, suatu metode generik tentang pengaturan
sehingga mereka harus mengikuti kelas dan bukan metode pengajaran
remidial. Hal itu menunjukkan bahwa kompeherensif untuk subjek tertentu, guru

66
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

menggunakan pelajaran dan materi dalam turnamen (Sani, Ridwan Abdullah,


mereka sendiri (Rusman, 2011). Jadi 2013). Jadi model pembelajarankooperatif
dapat disimpulkan bahwa Student Team tipe TGT merupakan penugasan
Achievement Division (STAD) kelompok dengan berdiskusi dalam
adalahsuatu metode generik tentang kelompok untuk memperoleh informasi
pengaturan kelas dan tidak menggunakan dan latihan sebelum berkompetensi.
metode pembelajaran kompeherensif Games Tournament (TGT) adalah
untuk subjek tertentu, guru menggunakan metode yang dikembangkan oleh DeVries
pelajaran dan materi mereka sendiri. dan Slavin, dengan menugaskan
kelompok untuk bekerja atau berdiskusi
Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD memahami informasi dan latihan sebelum
berkompetensi dengan kelompok lainnya
Fase-fase Kegiatan Guru dalam turnamen (Sani, Ridwan Abdullah,
pembelajaran 2013).Model pembelajaran TGT memiliki
Kooperatif tipe
STAD Fase tipe yang hampir sama dengan STAD.
Fase 1 Menyampaikan semua Pembelajaran TGT melibatkan aktifitas
Menyampaikan tujuan pelajaran yang seluruh peserta didik tanpa harus ada
tujuan dan ingin dicapai pada perbedaan status, melibatkan peran
memotivasi siswa pelajaran tersebut dan peserta didik sebagai tutor teman sebaya,
memotivasi siswa belajar
Fase 2 Menyajikan informasi dan mengandung unsur permainan dan
Menyajikan/ kepada siswa dengan penguatan (Reinforcement).
menyampaikan jalan mendemonstrasikan Pembealajaran TGT memberi peluang
informasi atau lewat bahan bacaan kepada peserta didik untuk belajar lebih
Fase 3 Menjelaskan kepada rileks disamping menumbuhkan
Mengorganisasikan siswa bagaimana cara
siswa dalam membentuk kelompok tanggungjawab, kerja sama, persaingan
kelompok- belajar dan membantu sehat, dan keterlibatan belajar.
kelompok belajar setiap kelompok agar Prosedur pelaksanaan pembelajaran
melakukan transisi TGT secara umum adalah sebagai berikut.
secara efisien 1. Guru memilih topik pembelajaran dan
Fase 4 Membimbing kelompok
Membimbing - kelompok belajar pada menyajikannya pada peserta didik.
kelompok bekerja saat mereka mengerjakan 2. Guru mengembangkan daftar
dan belajar tugas mereka pertanyaan, memberi nomor, dan
Fase 5 Mengevaluasi hasil mengguntingnya menjadi potongan
Evaluasi belajar tentang materi kecil.
yang telah diajarkan atau
masing-masing 3. Guru mengelompokkan peserta didik
kelompok secara heterogen bergantung pada
mempresentasikan hasil kemampuannya dalam beberapa
kerjanya kelompok.
Fase 6 Mencari cara-cara untuk 4. Guru menempatkan peserta didik
Memberikan menghargai baik upaya
penghargaan maupun hasil belajar dalam beberapa kelompok yang baru
individu dan kelompok tersebut memiliki kompetensi yang
(Trianto, 2007) sama.
Model Pembelajaran Team Games 5. Peserta didik kemballi kemeja
Tournament (TGT) adalah metode yang kelompoknya (kelompok awal) dan
dikembangkan oleh DeVries dan Slavin, melaporkan perolehan nilainya
dengan menugaskan kelompok untuk Model pembelajaran kooperatif
bekerja atau berdiskusi memahami dapat melibatkan siswa secara aktif
informasi dan latihan sebelum diantaranya adalah STAD dan TGT.
berkompetensi dengan kelompok lainnya Dalam model pembelajaran STAD adalah

67
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan pelajaran dan materi


paling sederhana, dan merupakan model mereka sendiri (Rusman, 2011).
yang paling baik untuk pemulaan bagi Model kooperatif tipe STAD ini
para guru yang baru menggunakan mudah untuk digunakan bagi para guru
pendekatan kooperatif. Sedangkan model pemula karena selain mudah dipahami,
pembelajaran TGT siswa memainkan model pembelajaran ini terdapat siswa
permainan dengan anggota-anggota tim dengan kemampuan tinggi, sedang,
lain untuk memperoleh skor bagi tim rendah. Menurut Slavin (2010) Student
mereka masing-masing . Team Achievement Division (STAD)
Berdasarkan uraian latar belakang terdiri atas lima komponen utama, yaitu
diatas maka rumusan masalah dalam presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
penelitian ini adalah Apakah ada individual, rekognisi tim.
Perbedaan Hasil Belajar Fisika 1. Presentasi kelas. Bahan ajar dalam
Menggunakan Model Pembelajaran STAD pertama-tama diperkenalkan
Studend Team Achievement Division dalam presentasi di dalam kelas. Ini
(STAD) dan Model Pembelajaran Teams merupakan pengajaran langsung
Games Tournament (TGT) kelas VIII seperti yang sering kali dilakukan atau
SMP Negeri Air Lesing? diskusi pelajaran yang dipimpin oleh
Berdasarkan rumusan masalah di guru, tetapi bisa juga memasukkan
atas, maka tujuan dari penelitian ini presentasi audiovisual. Bedanya
adalah untuk mengetahui perbedaan hasil presentasi kelas dengan pengajaran
belajar Fisika Menggunakan model biasa hanyalah bahwa presentasi
pembelajaran kooperatif tipe Student tersebut haruslah benar-benar berfokus
Team Achievement Division (STAD) dan pada unit STAD. Dengan cara ini, para
model pembelajaran kooperatif tipe siswa akan menyadari bahwa mereka
Teams Games Tournament (TGT) di kelas harus benar-benar memberi perhatian
VIII SMP Negeri Air Lesing. penuh selama presentasi kelas, karena
dengan demikian akan sangat
LANDASAN TEORI membantu mereka mengerjakan kuis-
Model pembelajaran Kooperatif Tipe kuis, dan skor kuis mereka
Student Team Achievement Division menentukan skor tim mereka.
(STAD) 2. Tim. Tim terdiri dari empat atau lima
Menurut Slavin Student Team siswa yang mewakili seluruh bagian
Achievement Division (STAD) merupakan dari kelas dalam hal kinerja akademik,
model pembelajaran kooperatif yang jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi
dikembangkan oleh R. Slavin dan teman- utama dari tim ini adalah memastikan
temannya di universitas John Hopkin. bahwa semua anggota tim benar-benar
“Model STAD merupakan salah satu belajar, dan lebih khususnya lagi,
metode pembelajaran kooperatif yang adalah untuk mempersiapkan
paling sederhana, dan merupakan model anggotanya untuk bisa mengerjakan
yang paling baik untuk pemulaan bagi kuis dengan baik.
para guru yang baru menggunakan 3. Kuis. Setelah satu sampai dua periode
pendekatan kooperatif”(Slavin, 2005). presentasi guru dan satu atau dua
Menurut Rusman Student Team periode praktik tim, para siswa akan
Achievement Division (STAD) merupakan mengerjakan kuis individual. Para
suatu metode generik tentang pengaturan siswa tidak diperbolehkan untuk saling
kelas dan bukan metode pengajaran membantu dalam mengerjakan kuis.
kompeherensif untuk subjek tertentu, guru Sehingga, tiap siswa bertanggung

68
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

jawab secara individual untuk


Tabel. 2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
memahami materinya. Tipe STAD
4. Skor kemajuan individual . Skor
kemajuan individual adalah untuk Fase-fase Kegiatan Guru
memberikan kepada tiap siswa tujuan pembelajaran
Kooperatif tipe
kinerja yanga akan dapat dicapai STAD Fase
apabila mereka bekerja lebih giat dan Fase 1 Menyampaikan
memberikan kinerja yang lebih baik Menyampaikan semua tujuan
dari sebelumnya. Tiap siswa dapat tujuan dan pelajaran yang ingin
memberikan konstribusi poin yang memotivasi siswa dicapai pada
pelajaran tersebut dan
maksimal kepada timnya dalam sistem memotivasi siswa
skor ini, tetapi tak ada siswa yang belajar
dapat melakukannya tanpa Fase 2 Menyajikan
memberikan usaha mereka yang Menyajikan/ informasi kepada
terbaik. menyampaikan siswa dengan jalan
informasi mendemonstrasikan
5. Rekognisi tim. Tim akan mendapatkan atau lewat bahan
sertifikasi atau bentuk penghargaan bacaan
yang lain apabila skor rata-rata mereka Fase 3 Menjelaskan kepada
mencapai ktiteria tertentu. Skor tim Mengorganisasikan siswa bagaimana cara
siswa dapat juga digunakan untuk siswa dalam membentuk
kelompok-kelompok kelompok belajar dan
menentukan dua puluh persen dari belajar membantu setiap
peringkat mereka. kelompok agar
6. Pemberian Skor Tim. Skor kemajuan melakukan transisi
individual adalah untuk memberikan secara efisien
kepada setiap siswa tujuan kinerja Fase 4 Membimbing
Membimbing kelompok - kelompok
yang akan dicapai apabila mereka kelompok bekerja belajar pada saat
bekerja lebih giat dan memberikan dan belajar mereka mengerjakan
kinerja yang lebih baik daripada tugas mereka
sebelumnya. Tiap siswa dapat Fase 5 Mengevaluasi hasil
memberikan kontribusi poin yang Evaluasi belajar tentang materi
yang telah diajarkan
maksimal kepada timnya dalam sistem atau masing-masing
skor ini, tetapi tak ada siswa yang kelompok
dapat melakukannya tanpa mempresentasikan
memberikan usaha mereka yang hasil kerjanya
terbaik. Fase 6 Mencari cara-cara
Memberikan untuk menghargai
penghargaan baik upaya maupun
Berdasarkan penjabaran tentang hasil belajar individu
model kooperatif tipe STAD di atas dapat dan kelompok
disimpulkan bahwa tipe STAD (Trianto, 2007)
merupakan model pembelajaran
kooperatif yang mana siswa-siswa Kelebihan dan kekurangan Model
dikelompokkan dalam 4-5 anggota pembelajaran kooperatif tipe STAD
berdasarkan tingkat kepandaian, jenis Kelebihan dalam penggunaan model
kelamin. Komponen utama dalam STAD pembelajaran STAD sebagai berikut:
adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor 1. Siswa bekerja sama dalam mencapai
kemajuan individu, rekognisi tim. tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi
semangat untuk berhasil bersama.

69
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya sama, persaingan sehat, dan keterlibatan
untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar.
kelompok. Prosedur pelaksanaan pembelajaran
4. Interaksi antar siswa seiring dengan TGT secara umum adalah sebagai berikut.
peningkatan kemampuan mereka 1. Guru memilih topik pembelajaran dan
dalam berpendapat. menyajikannya pada peserta didik.
Kelemahan dalam penggunaan 2. Guru mengembangkan daftar
model pembelajaran STAD sebagai pertanyaan, memberi nomor, dan
berikut: mengguntingnya menjadi potongan
1. Sejumlah siswa mungkin banyak yang kecil.
bingung karena belum terbiasa dengan 3. Guru mengelompokkan peserta didik
perlakuan seperti ini. secara heterogen bergantung pada
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama kemampuannya dalam beberapa
untuk siswa sehingga sulit mencapai kelompok.
target kurikulum. 4. Guru menempatkan peserta didik
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam beberapa kelompok yang baru
untuk guru sehingga pada umumnya tersebut memiliki kompetensi yang
guru tidak mau menggunakan sama.
pembelajaran kooperatif tipe STAD. 5. Peserta didik kemballi kemeja
4. Membutuhkan kemampuan khusus kelompoknya (kelompok awal) dan
guru sehingga tidak semua guru dapat melaporkan perolehan nilainya
melakukan pembelajaran kooperatif
STAD. Kelebihan dan kekurangan model
5. Menuntut sifat tertentu dari siswa, pembelajaran Kooperatif tipe Team
misalnya sifat suka bekerja sama Games Tournament (TGT)
Menurut Sani, Ridwan (2013)
Model Pembelajaran Team Games bahwa kelebihan dan kekurangan model
Tournament (TGT) pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
Model Pembelajaran Team Games sebagai berikut:
Tournament (TGT) adalah metode yang Kelebihan model pembelajaran
dikembangkan oleh DeVries dan Slavin, kooperatif tipe TGT
dengan menugaskan kelompok untuk 1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu
bekerja atau berdiskusi memahami untuk tugas.
informasi dan latihan sebelum 2. Mengedapnkan perbedaan terhadap
berkompetensi dengan kelompok lainnya perbedaaan inidividu
dalam turnamen (Sani, Ridwan Abdullah, 3. Dengan waktu yang sedikit dapat
2013). menguasai materi secara mendalam.
Model pembelajaran TGT memiliki 4. Proses belajar mengajar berlasung dari
tipe yang hampir sama dengan STAD. proses keaktifan dari siswa
Pembelajaran TGT melibatkan aktifitas 5. Mendidik siswa untuk berlatih
seluruh peserta didik tanpa harus ada bersosialisi dengan orang lain.
perbedaan status, melibatkan peran 6. Memotivasi peserta didik untuk belajar
peserta didik sebagai tutor teman sebaya, lebih tinggi.
dan mengandung unsur permainan dan 7. Hasil belajar siswa lebih baik.
penguatan(Reinforcement). Pembealajaran 8. Meningkatkan kebaikan budi,
TGT memberi peluang kepada peserta kepekaan dan toleransi.
didik untuk belajar lebih rileks disamping Kelemahan model pembelajaran
menumbuhkan tanggungjawab, kerja kooperatif tipe TGT

70
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

1. Guru sulit mengelompokkan METODE PENELITIAN


siswayang mempunyai kemampuan Metode penelitian adalah suatu cara
heterogendari segi akademis. ilmiah yang digunakan untuk
2. Masih adnya siswa yang mendapatkan data dengan tujuan dan
berkemampuan tinggi kurang terbiasa kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012). Jenis
dan sulit memberikan penjelasan penelitian yang digunakan adalah
kepada siswa lainnya. penelitian kuantitatif dengan metode
3. Waktu yang digunakan sangat lama. penelitian eksperimen.
Berdasarkan tujuan yang ingin
Perbandingan Model Pembelajaran dicapai, maka dalam penelitian ini
Kooperatif Tipe STAD dan Model menggunakan pola desain penelitian
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pretest- Posttes Control Group Design.
Model pembelajaran kooperatif tipe Didalam desain ini tes dibagi menjadi dua
STAD dan model pembelajaran kelompok eksperimen dan membedakan
kooperatif tipe TGT juga memiliki dua perlakuan antara kelompok
beberapa perbandingan dapat dilihat pada eksperimen I dan kelompok eksperimen
tabel. 3. II.
Dimana kelompok eksperimen I
Tabel. 3. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif menggunakan model pembelajaran
Tipe STAD dan Model Pembelajran Kooperatif Tipe
TGT kooperatif tipe STAD dan kelompok
eksperimen II menggunakan model
STAD TGT pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Tujuan Informasi Informasi Menurut Arikunto (2010) desain
kognitif akademik akademik
penelitian dapat dilihat pada tabel 4
sederhana sederhana
Tujuan Kerja Kerja kelompok
Tabel 4. Rancangan Penelitian
sosial kelompok dan dan kerja sam
kerja sama
Group Pre- Treatment Pos-
Struktur Kelompok Kelompok
test test
tim belajar belajar
Group
heterogen heterogen
Eksperimen I
dengan 4-5 dengan 5-6
Group
orang anggota orang anggota
Eksperimen II
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru
topic Keterangan:
Tugas Siswa dapat Siswa = tes awal (pre-test) group eksperimen
utama menggunakan menyerlesaikan I
lembar tugas kelompok
= tes awal (pre-test) group eksperimen
kegiatan dan
saling II
membantu = tes akhir (pos-test) group
untuk
menuntaskan
eksperimen I
materi = tes akhir (pos-test) group
belajarnya eksperimen II
Penilaian Tes mingguan Bervariasi = pembelajaran dengan Student
dapat berupa tes
mingguan Team Achievement Division
Pengakuan Lembar Lembar (STAD)
pengetahuan pengetahuan = pembelajaran dengan model Teams
dan publikasi dan publikasi
Games Tournament (TGT)
(Rusman, 2011)

71
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

Adapuntahapan-tahapanpelaksanaan Menurut Sudjana (2005:239) jika


penelitian ini adalah sebagai berikut: kedua data berdistribusi normal dan
1. Melaksanakan pre-test pada kelas homogen, maka uji statistik yang
eksperimen I dan kelas ekspperimen II digunakan untuk menguji hipotesis di atas
untuk mengetahui hasil belajar awal adalah menggunakan uji t dengan rumus:
siswa sebelum diberi perlakuan. x1  x2
t dengan,
2. Melakukan analisa data pretest yaitu
1 1
uji normalitas, uji homogenitas, dan uji s 
z pada kelas eksperimen I dan kelas n1 n2
eksperimen II (n1  1) s12  (n2  1) s 22
s2  (Sudjana, 2005)
3. Pemberian perlakuan dengan n1  n2  2
menggunakan model Problem Based Keterangan :
Instruction di kelas eksperimen I dan = Skor rata-rata kelompok
x1
pemberian perlakuan dengan
eksperimen I
menggunakan model pembelajaran
x2 = Skor rata-rata kelompok
inquiry di kelas eksperimen II.
4. Melakukan post-testuntuk mengetahui eksperimen II
kemampuan akhir siswa setelah diberi n1 = Jumlah siswa kelompok
perlakuan pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen I
kelas eksperimen 2. n2 = Jumlah siswa kelompok
5. Melakukan analisis data post-test yaitu eksperimen II
uji normalitas, uji homogenitas, uji z s1 = Simpangan baku kelompok
pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen I
eksperimen II. Dari uji hipotesis ini s2 = Simpangan baku kelompok
diketahui ada atau tidaknya perbedaan eksperimen II
model pembelajaran Problem Based Hasil thitung yang diperoleh selanjutnya
Instruction dan model pembelajaran dibandingkan dengan ttabel. Kriteria
inquiry. pengujian hipotesis adalah H0 diterima
Uji hipotesis (Uji kesamaan dua jika thitung ttabel, dan H0 ditolak jika thitung
rata-rata) dilakukan jika data ttabel, dengan dk = ( ) pada
berdistribusi normal dan homogen. Uji taraf signifikan 5%.
kesamaan dua rata-rata digunakan untuk
mengetahui ada tidak adanya perbedaan HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil belajar setelah diberi perlakuan Hasil penelitian ini memperoleh
antara dua buah data. nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen I
H0 : ≤ : Hipotesis nol atau sebesar 15,36 dan kelas eksperimen II
pembanding, rata-rata hasil belajar fisika sebesar 18,2. Setelah diberi perlakuan
setelah mengikuti model pembelajaran yang berbeda diperoleh rata-rata nilai
Student Team Achieviment Division post-test kelas ekperimen I sebesar 78,7
kurang dari atau sama dengan model dan kelas eksperimen II sebesar 73. Hal
pembelajaran Teams Games Tournament. ini menunjukkan hasil post-test kelas
eksperimen I lebih besar dibandingkan
Ha : > : Hipotesis alternatif atau dengan kelas eksperimen IIsehingga dapat
kerja, rata-rata hasil belajar fisika dengan disimpulkan bahwa perbedaan hasil
model pembelajaran Student Team belajar fisika dengan menggunakan
Achieviment Division signifikan lebih Student Team Achieviment Division
dari rata-rata hasil belajar model Sebagai model eksperimen I lebih
pembelajaran Teams Games Tournament. baik dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran Team Games

72
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

Tournamentsebagai model eksperimen II eksperimen II menggunakan uji F. Untuk


terhadap hasil belajar siswa kelas VIII selengkapnya perhitungan uji
homogenitas tersebut tertera pada tabel 6
Analisis Data dibawah ini.
Hasil analisis data pre-test dan post-
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data
test kelas eksperimen I dan kelas Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen I dan
eksperimen II dapat dilihat dalam tabel 5 Kelas Eksperimen II
dan tabel 6 berikut:
K elas Eksperi men I Kelas Eksperimen II
Tabel 5. Rekapitulasi Data Nilai Pre-test Kelas
Rentang Nilai F Rata-rata Rentang Nilai F Rata-rata
Eksperimen I dan Pre-test Kelas Eksperimen II
6-9 5 9-12 4
D a t a Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan 10-13 3 13-16 3 18,2
Pre-test Kelas EksperimenI 35,24 1,33 2,83 Homogen 14-17 8 17-20 8
15,36
Pre-test Kelas Eksperimen II 34,64 18-21 3 21-24 2
Post-test Kelas EksperimenI 158,05 1,51 2,83 Homogen 22-25 2 25-28 2
Post-test Kelas Eksperimen II 104,16 26-29 2 29-32 1
23 Jumlah 20

Tabel 6. Rekapitulasi Data Nilai Post-test Kelas K e l a s E k s p e ri m e n I Kelas Eksperimen II


Eksperimen dan Post-test Kelas Eksperimen II
Rentang Nilai F Rata-rata Rentang Nilai Frekuensi Rata-rata
50-58 4 7 8 , 7 52-59 1 7 3
D a t a Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
59-67 2 60-67 2
Pre-test Kelas EksperimenI 35,24 1,33 2,83 Homogen
68-76 8 68-75 7
Pre-test Kelas Eksperimen II 34,64
77-85 5 76-83 5
Post-test Kelas EksperimenI 158,05 1,51 2,83 Homogen
86-94 3 84-91 3
Post-test Kelas Eksperimen II 104,16
95-104 1 92-99 2

Uji Normalitas DataPre-test dan Post- Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat


test disimpulkan bahwa data penelitian
Hasil uji normalitas data pre-test tersebut berdistribusi normal dan
dan post-test kelas eksperimen I dan kelas homogen, maka telah memenuhi
eksperimen IIdinyatakan dalam tabel 5 persyaratan untuk dilakukan pengujian
berikut: hipotesis.
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-
test danpost-testKelas Eksperimen I dan Kelas Pengujian Hipotesis Kemampuan Pre-
Eksperimen II
test
Kelas Tes χ2hitung dk χ2tabel Kesimp Hasil pemberian pre-test kepada
ulan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
Ekperi 1. Tes 6,566 6 11,07 Normal II diperoleh rata-rata untuk kelas
men 1 awal 5,138 6 11,07 Normal
2. Tes eksperimen I adalah 15,36 dan untuk
akhi kelas eksperimen II adalah18,2. Dari
r perhitungan analisis data diperoleh t hitung
Ekperi 1. Tes 6,711 6 11,07 Normal
men 2 awal 1,911 6 11,07 Normal 1,672<ttabel 2,021. Maka dapat
2. Tes disimpulkan ada kesamaan kemampuan
akhi awal siswa. Untuk lebih jelasnya dapat
r
dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Uji Homogenitas Data Pre-test dan
Post-test
Uji homogenitas pre-test dan post-
test kelas eksperimen I dan kelas

73
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

Tabel 9. Rekapitulasi Perhitungan Uji Hipotesis bentuk essay yang terdiri dari 7soal
Kemampuan Pre-test Kelas Ekspeimen I dan pertanyaan untuk mengukur kemampuan
Eksperimen II
pengetahuan dalam belajar.
Data kelas Rata- thitung ttabel Kesimpulan Kelas eksperimen I yaitu kelas VIII.
rata 1 menggunakan model Student Team
Eksperimen 15,36 1,671 2,02 H0 diterima Achieviment Division (STAD). Model
1
Student Team Achieviment Division
Ekeperimen 18,20
2 (STAD) adalah model pembelajaran yang
Berdasarkan Tabel 9 di atas, generik tentang pengaturan kelas dan
perhitungan uji perbedaan nilai rata-rata bukan model pengajaran kompeherensif
pre-tes kelas eksperimen I dan kelas untuk subjek tertentu, guru menggunakan
eksperimen II untuk α = 0,05, dapat pelajaran dan materi mereka sendiri
disimpulkan bahwa kemampuan awal (Rusman, 2011).
siswa pada kelas eksperimen I sama Model Student Team Achieviment
ekperimen I 78,7 dan kelas eksperimen Division (STAD) adalah model
II73. Hal ini menunjukkan hasil post-test pembelajaran yang generik tentang
kelas eksperimen I lebih besar pengaturan kelas dan bukan model
dibandingkan dengan kelas eksperimen II pengajaran kompeherensif untuk subjek
tertentu, guru menggunakan pelajaran dan
Pengujian Hipotesis Kemampuan Post- materi mereka sendiri (Rusman, 2011).
test Model Student Team Achieviment
Setelah diberi perlakuan yang Division (STAD) merupakan
berbeda diperoleh rata-rata post-test kelas pembelajaran yang menuntut
ekperimen I 78,7 dan kelas eksperimen II siswa untuk melakukan kegiatan
73. Hal ini menunjukkan hasil post-test pembelajaran lebih bermakna, mengajar
kelas eksperimen I lebih besar bukan transformasi pengetahuan dari guru
dibandingkan dengan kelas eksperimen II kepada siswa akan tetapi lebih ditekankan
dengan perbedaan peningkatan sebesar pada upaya memfasilitasi siswa. Pada saat
18,88 dan thitung >ttabel (2,104> 2,021) diberi perlakuan dengan materi getaran
dan gelombang tidak semua siswa
Tabel 10. Rekapitulasi Perhitungan Uji Hipotesis mengikuti pembelajaran dengan model
Kemampuan Post-test Kelas Ekspeimen I dan Student Team Achieviment Division
Eksperimen IIdengan kemampuan siswa pada (STAD) hanya 3 kelompok siswa saja
kelas eksperimen II. yang mulai menerapkan pembelajaran ini,
Data kelas Rata- zhitung ttabel Kesimpulan salah satunya menerapkan komponen
rata Student Team Achieviment Division
Eksperimen 78,7 2,104 2,02 Ha diterima (STAD) yaitu bertanya, bekerja sama dan
1 menjawab. Kelompok siswa yang lain
Ekeperimen 73,0
2
hanya menerapkan komponen Student
Team Achieviment Division (STAD)
Permasalahan yang dibahas dalam
bertanya saja karena siswa masih bingung
penelitian ini adalah “adakah perbedaan
dan kaku menggunakan model Student
hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP
Team Achieviment Division (STAD).
dengan menggunakan model
Padahal siswa telah diberi arahan tentang
pembelajaran student team achieviment
model pembelajaran yang digunakan.
division dan team games tournament di
Langkah pembelajaran Kelas
SMP Negeri Air Lesing tahun pelajaran
eksperimen I menggunakan model
2013/2014?”. Hasil belajar fisika siswa
pembelajaran student team archieviment
yang diteliti dalam penelitian ini hanya
division guru mempersentasikan materi
dari segi kognitif nya dengan soal dalam

74
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

yang akan didiskusikan. Setelah guru dibagi menjadi beberapa kelompok,


mempersentasikan materi yang akan masing-masing kelompok diberi tugas
didiskusikan, siswa dibagi menjadi untuk belajar bersama agar semua
beberapa kelompok tim. Semua anggota anggoata kelompok memahami materi
tim benar-benar belajar khususnya lagi pelajaran. Setelah itu guru menyiapkan
untuk mempersiapkan anggotanya untuk beberapa meja turnamen.
mengerjakan kuis dengan baik. Setiap meja diisi oleh tiga peserta
Setelah guru memberikan persentasi didik yang memiliki kemampuan sama
kepada siswa, kemudian guru dari kelompok yang berbeda (peserta
membagikan kuis yang akan dibahas oleh didik yang pandai berkompetisi dengan
masing-masing kelompok. Setiap peserta didik pandai dari kelompok
kelompok menjawab soal kuis yang lainnya, demikian pula peserta didik yang
diberikan oleh guru. Dengan cara kurang pandai juga berkompetisi dengan
demikian , setiap peserta didik memeliki peserta didik yang kurang pandai dari
peluang sukses sesuai dengan tingkat kelompok lainnya). Dengan cara
kemampuannya. Tim yang menunjukkan demikian , setiap peserta didik memiliki
kinerja yang paling baik akan peluang sukses sesuai dengan tingkat
mendapatkan penghargaan. Seperti kemampuannya. Tim yang menunjukkan
layaknya lomba, tim yang banyak kinerja yang paling baik akan
mengumpulkan poin/skor akan mendapat mendapatkan penghargaan. Seperti
predikat juara, berurutan sesuai dengan layaknya lomba, tim yang banyak
jumlah poin/skor yang berhasil diraihnya. mengumpulkan poin/skor akan mendapat
Penerapan dalam pembelajarannya prediakt juara, berurutan sesuai dengan
membutuhkan kesiapan baik dari guru jumlah poin/skor yang berhasil diraihnya.
maupun siswa, karena siswa dituntut Setelah kedua kelompok
untuk kritis sedangkan guru dituntut mendapat perlakuan yang berbeda,
untuk lebih kreatif, sehingga selanjutnya siswa diberi postest dengan
membutuhkan kesiapan yang lebih. Pada soal yang sama. Evaluasi dimaksudkan
kelas eksperimen I setelah menggunakan untuk mengetahui kemampuan
model Student Team Achieviment pemahaman siswa dari masing-masing
Division (STAD) pembelajaran lebih kelas. Setelah diberikan perlakuan postest
bermakna karena siswa secara langsung diberikan dalam bentuk tes tertulis yang
akan menghubungkan antara ilmu yang berupa soal essai.
dipelajari dengan kehiduapan sehari-hari. Berdasarkan hasil analisis data
Selain mempunyai kelebihan proses postest terdapat perbedaan hasil belajar
pembelajaran dengan model Student Team antara kelas eksperimen I dan kelas
Achieviment Division (STAD) juga eksperimen II. Hal ini disebabkan
mengalami kendala yaitu siswa yang perbedaan perlakuan yang diberikan pada
memiliki tingkt pemahaman rendah sulit kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
untuk mengikuti pembelajaran ini dan II. Setelah kelas eksperimen I diberikan
sulit dalam menyelesaikan perlakuan dengan menerapkan model
pemecahan masalah dalam materi pembelajaran Student Team achieviment
getaran dan gelombang. Division (STAD) diperoleh nilai rata-rata
Pada kelas eksperimen II tes akhir sebesar 78,7 dan simpangan
menggunakan model pembelajaran teams baku sebesar 12,57. Sementara itu kelas
games tornament dengan menggunakan eksperimen II setelah diberi perlakuan
kartu-kartu yang terdiri dari kartu dengan model Team Games Tournament
pertanyaan dan kartu jawaban. Setelah (TGT) diperoleh nilai rata-rata tes akhir
diberi penjelasan mengenai materi, siswa sebesar 73 dan simpangan baku 10,20.

75
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

Dengan demikian rata-rata hasil post-test Model pembelajaran kooperatif


kelas eksperimen I lebih tinggidari pada dapat melibatkan siswa secara aktif
rata-rata hasil post-test kelas eksperimen diantaranya adalah STAD dan TGT.
II. Dalam model pembelajaran STAD adalah
Terdapat perbedaan yang signifikan metode pembelajaran kooperatif yang
hasil belajar fisika antara model paling sederhana, dan merupakan model
pembelajaran Student Team Achieviment yang paling baik untuk pemulaan bagi
Division (STAD) dengan Model Team para guru yang baru menggunakan
Games Tournament (TGT) dikelas VIII pendekatan kooperatif. Sedangkan model
SMP Negeri Air Lesing. Dengan melihat pembelajaran TGT siswa memainkan
hasil uji hipotesis dengan menggunakan permainan dengan anggota-anggota
uji t diperoleh bahwa rata-rata nilai kelas tim lain untuk memperoleh skor bagi
eksperimen I tidak sama dengan kelas tim mereka masing-masing.
eksperimen II. Kelas eksperimen I
menggunakan model Student Team KESIMPULAN
Achiviment Division (STAD) dan kelas Berdasarkan data hasil penelitian
eksperimen II menggunakan model Team dan pembahasan dapat disimpulkan
Games Tournament (TGT). Hal ini terjadi bahwa ada pengaruh yang signifikan
karena proses kegiatan pembelajaran penggunaan model pembelajaran student
berbeda baik dari langkah-langkah team achieviment division (STAD)
maupun cara siswa menerima apa yang dengan team games tournament terhadap
disampaikan guru. hasil belajar Fisika siswa pada materi
Secara umum hasil belajar siswa gelombang dikelas VIII di SMP Negeri
kelas eksperimen I lebih besar dari kelas Air Lesing.Nilai rata-rata post-test siswa
eksperimen II dikarenakan dikelas kelas eksperimen I yaitu sebesar 78,7
eskperimen I yang diajar menggunakan lebih besar dari nilai rata-rata post-test
model pembelajaran student teams siswa kelas eksperimen II sebesar 73.
achieviment division, karena student team
achieviment division membuat siswa aktif DAFTAR PUSTAKA
dan dapat bekerja sama dalam kelompok
yang baik. Sehingga seluruh siswa Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
mendapat penjelasan mengenai materi Suatu Pendekatan Praktik.
yang dipelajari langsung oleh guru, Jakarta: Rineka Cipta.
kemudian siswa ditantang untuk Muslich, M. 2007. Pembelajaran
kompetisi dengan siswa lain dalam tim, Berbasis Kompetensi dan
dimana pemenangnya memperoleh Kontektual. Jakarta: Bumi aksara
penghargaan. Robert, E Slavin. 2005. Cooperative
Adanya kompetisi dan pemberian Learning: Theory, research, and
penghargaan membuat siswa semakin practice (N.Yusron.Terjemahan).
serius dalam pembelajaran dengan model London : Allymand Bacon
student team archieviment division. Pada Robert, E Slavin. 2010. Cooperative
model pembelajaran teams games Learning Teori, Riset dan Praktik.
tournament setiap kelompok diberi tugas Bandung: Nusa Media
untuk belajar bersama-sama tentang Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah
materi yang akan dibahas. Setelah itu Bermutu. Model-Model
setiap kelompok berada didalam meja Pembelajaran. Mengembangkan
turnament yang berisi siswa-siswa yang Propesionalisme Guru. Jakarta:
pintar maupun yang kurang pintar. Rajawali Pers.

76
2018. Science and Physics Education Journal (SPEJ) 1 (2): 65-77

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi


Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudjana. 2005. Metoda statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.

Trianto. 2007. Model –model


Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

77

Anda mungkin juga menyukai