Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Irzah Hamriani

NIM : 50300118021

Kelas : PMI-A

TUGAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Di desa Bori Bella mengalami krisis air bersih yang berakibat pada menurunnya derajat
kesehatan warga dan meningkatkan angka kesakitan. Dari kasus ini, rumuskan gagasan anda
bagaimana menyelesaikan persoalan dengan pendekatan pengembangan masyarakat, yakni:

1. Bagaimana merumuskan strategi sosialisasi dan strategi pendampingan pada masyarakat


setempat.
Jawaban:
Dalam merumuskan strategi sosialisasi, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa orang yang
akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa Bori Bella harus mengetahui kondisi
daerah tersebut, seperti masalah apa yang dihadapi, apa penyebabnya serta menganalisis
lebih dalam masalahnya. Hal ini dilakukan guna agar ketika melakukan sosialisasi kepada
masyarakat setempat, masyarakat bisa yakin terhadap apa yang disampaikan. Jangan sampai
ketika melakukan sosialisasi dia tidak tahu apa-apa. Dan Sosialisasi dilakukan agar tercipta
komunikasi atau dialog dengan masyarakat setempat (Hidayanti, 2008)
Ketika melakukan sosialisasi, masyarakat juga harus dilibatkan dalam proses sosialisasi
tersebut, dan diberi kesempatan untuk memberikan pandangan, masukan, ide, maupun kritik
terhadap apa yang akan dilakukan. Karena sejatinya pembangunan dilakukan dari
masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat (Sembel dkk,
Ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat sangat penting dalam
pembangunan di desanya (Conyers, 1994: 154)
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau rogram pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap
proyek tersebut.
c. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa masyarakat
mempunyai hak untuk memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang
akan dilaksanakan di daerah tersebut.

Adapun strategi pendampingan adalah sebagai berikut:


a. Seorang pendamping, memberikan sosialisasi, memotivasi, dan memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk terlibat langsung dalam perencanaan proyek yang akan
dilakukan dan solusi dari masalah yang sedang dihadapi di desa tersebut.
b. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat mengenai hal yang berkaitan
dengan cara mengatasi krisis air bersih, seperti pembuatan lubang biopori, dll
c. Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang relevan seperti pemerintah daerah
setempat, perguruan tinggi, LSM, dan lain sebagainya guna agar masalah air bersih dapat
teratasi dengan sangat baik.

2. Bagaimana mengadvokasi warga agar dapat berpartisipasi secara optimal.


Jawaban:
Partisipasi masyarakat merupakan unsur yang penting dalam menentukan berhasil atau
tidaknya pembangunan yang ada di desa tersebut. Salah satu pendekatan yang mulai banyak
digunakan terutama oleh LSM adalah advokasi. Pendekatan advokasi pertama kali
diperkenalkan pada pertengahan tahun 1960-an di Amerika Serikat (Davidoff, 1965). Model
pendekatan ini mencoba meminjam pola yang diterapkan dalam sistem hukum, di mana
penasehat hukum berhubungan langsung dengan klien. Dengan demikian, pendekatan
advokasi menekankan pada pendamping dan kelompok masyarakat dan membantu mereka
untuk membuka akses kepada pelaku-pelaku pembangunan lainnya, membantu mereka
mengorganisasikan diri, menggalang dan memobilisasi sumber daya yang dapat dikuasai agar
dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dari kelompok masyarakat tersebut.
Pendekatan advokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya masyarakat
terdiri dari kelompok-kelompok yang masing-masing mempunyai kepentingan dan sistem
nilai sendiri-sendiri. Masyarakat pada dasarnya bersifat majemuk, di mana kekuasaan tidak
terdistribusi secara merata dan akses keberbagai sumber daya tidak sama (Catanese and
Snyder, 1986). Kemajemukan atau pluralisme inilah yang perlu dipahami. Menurut paham ini
kegagalan pemerintah sering terjadi karena memaksakan pemecahan masalah yang seragam
kepada masyarakat yang realitanya terdiri dari kelompok-kelompok yang beragam.
Ketidakpedulian terhadap heterogenitas masyarakat, mengakibatkan individu-individu tidak
memiliki kemauan politik dan hanya segelintir elit yang terlibat dalam proses pembangunan.
Dalam jangka panjang diharapkan dengan pendekatan advokasi masyarakat mampu secara
sadar terlibat dalam setiap tahapan dari proses pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, pelaporan, dan evaluasi. Seringkali pendekatan advokasi diartikan pula
sebagai salah satu bentuk “penyadaran” secara langsung kepada masyarakat tentang hak dan
kewajibannya dalam proses pembangunan.

3. Bagaimana strategi mengeksplorasi modal sosial dan mobilisasi modal sosial material untuk
dapat menyelesaikan krisis air bersih tersebut.
Jawaban:
Robert Putnam, mengungkapkan bahwa“features of social organization, such as
networks, norms, and trust, that facilitate coordination and co-operation for mutual
benefit”’.
Cakupan modal sosial jadinya banyak, diantaranya jaringan/networking, norma-norma,
dan kepercayaan yang memudahkan koordinasi dan kerjasama untuk mendapatkan manfaat
bersama.
Sedangkan Robert Lawang mengungkapkan bahwa “Modal sosial menunjuk pada semua
kekuatan sosial komunitas, dikontruksikan oleh individu atau kelompok.”
Selain Putnam dan Lawang, masih banyak pendapat yang lain tentang modal sosial ini,
tapi intinya adalah hubungan sosial antarmanusia, kepercayaan/trust, norma, dan manfaat
bersama.
Sehingga dengan kondisi desa Bori Bella yang mengalami krisis air bersih yang berakibat
pada menurunnya derajat kesehatan warga dan meningkatkan angka kesakitan dapat tertasi
apabila memiliki modal sosial dan bersama-sama menggerakkan modal sosial yang dimiliki.
Seperti Suatu kepentingan dapat tercapai apabila individu memiliki hubungan atau relasi
dengan pihak lain. Relasi dalam modal sosial disebut dengan jaringan. Jaringan tersebut
dapat membantu masyarakat desa Bori Bella untuk mencapai tujuannya yaitu eksistensi.
Jaringan yang semakin berkembang dan kuat dapat memudahkan masyarakat desa Bori Bella
untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, setaip warga yang ada di desa Bori Bella harus
saling menjalin relasi yang baik bahkan menjalin relasi dengan elemen-elemen pembangunan
lainnya seperti pemerintah, LSM, stakeholder, dan lain-lain. Jaringan dalam modal sosial
menunjuk pada semua hubungan dengan individu atau kelompok lain yang memungkinkan
penyelesaian masalah dapat berjalan secara efisien dan efektif (Lawang, 2005:61).
Kepercayaan merupakan elemen yang penting dalam menjalin relasi dengan masyarakat
yang lain. Jaringan sesama warga desa Bori Bella membutuhkan kepercayaan agar hubungan
yang terjalin bisa tetap terpelihara dan berjalan lancar karena kepercayaan berpengaruh
terhadap kualitas suatu hubungan sehingga berdampak pada tujuan yang ingin dicapai.
Intensitas kebersamaan setiap masyarakat di desa Bori Bella dikarenakan oleh intensitas
pertemuan yang terjadi setiap hari sehingga menambah kerekatan hubungan diantara mereka
sehingga mampu menciptakan dan meningkatkan kepercayaannya. Selain itu, terdapat
masyarakat yang juga memiliki hubungan kerabat yang semakin meningkatkan kepercayaan
seiring dengan latar belakang kekerabatan yang dimilikinya. Kepercayaan yang berarti suatu
bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh perasaan
yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa
bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak
akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam dalam Hasbullah, 2006:11).
Penjelasan diatas menerangkan jika setiap warga di Desa Bori Bella saling percaya dan
saling diuntungkan dari kepercayaan tersebut. Dapat dikatakan jika kepercayaan dapat
mempererat dan memperkuat hubungan sesama warga di Desa Bori Bella. Sehingga  apabila
mereka tetap memelihara kepercayaan tersebut, maka saat kelompok mengalami suatu
permasalahan akan memudahkan mereka dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
karena penyelesaian masalah dilakukan secara kolektif. Oleh sebab itu, setiap warga
masyarakat di desa Bori Bella harus selalu memelihara kepercayaan.
Kesamaan nilai-nilai yang dimiliki merupakan suatu persamaan kepentingan yang dapat
mendorong warga masyarakat untuk menyatukan persamaan kepentingan menjadi
kepentingan bersama. Hal tersebut karena tujuan akan tercapai jika persamaan kepentingan
berubah menjadi kepentingan kolektif. Kepentingan bersama tersebut dapat menjadi
kekuatan bagi kelompok untuk memperjuangkan kepentingannya sehingga mampu
menghadapi risiko yang mengancam keberlangsungan hdupnya dan memperkuat
keberadaannya.
Jaringan, kepercayaan, dan nilai harus terinstitusionalkan dalam sebuah paguyuban atau
kelompok. Paguyuban ini dapat digunakan untuk memelihara modal sosial masyarakat di
Desa Bori Bella. Mereka akan merasa lebih baik setelah disatukan dalam sebuah paguyuban.
Setelah adanya paguyuban, mereka akan merasa lebih nyaman setelah terkoordinir dalam
sebuah paguyuban karena bisa melindungi sesama warga. Dalam arti kepentingan mereka
dalam menyelesaikan permasalahan lebih terjaga karena adanya paguyuban. Warga
masyarakat desa Bori Bella bisa menyampaikan aspirasi atau pendapatnya saat adanya
pertemuan-pertemuan antarwarga. Sehingga hasil dari diskusi penyampaian pendapat
tersebut kemudian akan diumumkan atau diberitahukan kepada masyarakat lain. Sehingga
nantinya memudahkan penyelesaian masalah. Modal sosial masyarakat desa Bori Bella harus
terinstitusionalkan dalam sebuah paguyuban, menurut Tonnies dalam Soekanto (2006:116)
paguyuban (gemeinschaft) merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal.
Masyarakat yang terkoordinir dalam sebuah paguyuban, maka modal sosial yang dimiliki
dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat desa Bori Bella.

4. Dalam kaitannya dengan gender-mainstreaming, bagaimana strategi pelibatan perempuan


secara khusus untuk keluar dari persoalan air bersih tersebut.
Jawaban:
Dalam pembangunan keterlibatan perempuan, masih lebih banyak di sektor domestik
dibandingkan dalam sektor publik. Perempuan, terutama dari kalangan miskin seringkali
menjadi penerima informasi kedua karena tidak pernah terlibat dalam rembug – rembug yang
diselenggarakan untuk memecahkan permasalahan masyarakat. Memang di beberapa tempat
kehadiran perempuan dalam penentuan keputusan terjadi walaupun jumlahnya relatif kecil,
akan tetapi seringkali suaranya kalah dengan suara laki – laki yang jumlahnya cukup besar,
bahkan kadang – kadang mereka hanya ikut hadir tetapi tidak bisa memberikan suaranya.
Padahal rembug – rembug yang dilakukan warga merupakan aset yang besar sebagai modal
sosial untuk melibatkan masyarakat dalam proses memecahkan persoalan kehidupan mereka.
Menjadi strategis melibatkan perempuan dalam proses pembangunan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi , karena :

 Penghargaan terhadap perempuan sebagai manusia yang merdeka yang berhak untuk
menentukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
 Pemecahan masalah – masalah, termasuk masalah krisis air bersih yang menyangkut
perempuan akan lebih tepat apabila dibicarakan bersama dengan perempuan juga betul –
betul merasakan masalah tersebut dan kebutuhannya. Keputusan yang diambil hanya oleh
kaum laki – laki seringkali hanya berhubungan dengan dunia laki – laki dan tidak
mempunyai sensitivitas kepada masalah perempuan. Bila memikirkan masalah
perempuanpun seringkali dasarnya tidak kuat karena mereka tidak mengalami
masalahnya.
 Memberi kesempatan kepada perempuan untuk menjalankan tanggung jawab sosialnya
sebagai manusia.
 Potensi yang besar yang dipunyai oleh perempuan, akan sangat berarti apabila digunakan
bukan hanya untuk sektor domestik akan tetapi juga dalam sektor publik sehingga dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
 Keterlibatan dalam semua proses pembangunan memberikan kesempatan untuk
mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sama.
Pendekatan pembangunan yang dipakai adalah pendekatan yang adil dan setara, sehingga
ada jaminan terbukanya seluruh akses baik bagi laki – laki dan perempuan untuk ikut
bereperan aktif dalam seluruh kegiatan masyarakat, karena sebagai manusia laki – laki dan
perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Pendekatan yang sejajar dan setara
memberi peluang kemitraan bagi laki – laki dan perempuan sehingga akan saling melengkapi
sesuai dengan potensi yang dimiliki masing – masing bukan untuk saling menguasai.
Diharapkan masing – masing pihak dapat menghargai perbedaan, dengan perbedaan bisa
saling mengisi bukan untuk saling menguasai.
Pada kenyataannya perempuan terutama kelas bawah, harus berjuang untuk melibatkan
diri dalam proses pembangunan . Makin banyak pembangunan tanpa melibatkan mereka
sebagai subyek, pembangunan tersebut semakin memunculkan fenomena mensubordinasikan
perempuan. Yang terjadi selama ini bukan pembangunan untuk perempuan akan tetapi
perempuan untuk pembangunan. Menarik apa yang diungkapakn oleh Tuti Heraty Noerhadi
(1989) :
” .... sebab bukan demi pembangunan itu sendiri kaum perempuan harus mengadakan
refleksi, melainkan dari satu kenyataan saja bahwa kaum perempuan harus diletakan sebagai
manusia ”.
Upaya memberdayakan perempuan perlu terus dilakukan agar mereka tidak terjebak
sebagai objek melainkan dapat berperan sebagai subyek dan memberikan seluruh potensinya
untuk proses pembangunan.

5. Bagaimana strategi membangun kolaborasi dengan elemen pembangunan lainnya


(pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM, dinas, pers, dan stakeholder lainnya) agar
persoalan air bersih tersebut dapat teratasi dengan baik.
Jawaban:
Pada dasarnya perlu diketahui terlebih dahulu bahwa pembangunan yang berhasil dan
berkualitas adalah yang menempatkan model pembangunan partisipatif yang lebih
menekankan pentingnya terjadi kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Kolaborasi merupakan alternatif kebijakan publik sebagai proses interaktif yang melibatkan
sekelompok orang secara otonom yang memanfaatkan aturan bersama dengan norma dan
struktur organisasi untuk memecahkan masalah, mencapai kesepakatan untuk melakukan
tindakan bersama, serta berbagi sumber daya seperti informasi, dana, ataupun staf.
Kolaborasi mencerminkan budaya gotong royong dan kebersamaan dalam satu kepentingan
bersama untuk berupaya memenuhi tujuan bersama dan saling menguntungkan dalam
pengertian yang normatif. Kolaborasi diwujudkan dalam bentuk kerja sama atau kemitraan
antarindividu atau antarkelompok sebagai usaha untuk memenuhi kepentingan dan tujuan
positif bersama dalam pembangunan.
Sehingga bagi kalangan stakeholder (pemangku kepentingan), mustahil mampu bekerja
sendiri tanpa bantuan dan dukungan masyarakat dan pemerintah. Begitu pun sebaliknya,
masyarakat mustahil dapat bekerja sendiri mengisi pembangunan dengan perannya sebagai
subyek tanpa dukungan pemerintah serta menjalin kemitraan dengan sejumlah pihak
berkepentingan seperti badan publik, organisasi nirlaba (non pemerintah), ataupun elemen-
elemen sosial sebagai sumber daya.

Anda mungkin juga menyukai