Kelas XII
FISIKA
Medan Magnetik
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
A. Induksi Magnetik
1. Medan Magnet
Medan magnet terdiri dari garis-garis fluks imajiner yang berasal dari partikel
bermuatan listrik yang bergerak atau berputar. Contohnya partikel proton yang
berputar dan pergerakan elektron yang mengalir pada kawat dalam bentuk sirkuit
elektroni.
Fluks Medan Magnet Secara garis besar ada dua jenis magnet berdasarkan bagaimana
medan magnetnya tercipta, yaitu:
Magnet permanen
Magnet permanen tidak tergantung akan adanya pengaruh dari luar dalam
menghasilkan medan magnetnya. Magnet ini dapat dihasilkan oleh alam atau
dapat dibuat dari bahan feromagnetik (bahan yang memiliki respon yang kuat
terhadap medan magnet).
Elektromagnet
Elektromagnet adalah magnet yang medan magnetnya tercipta karena adnya
arus listrik yang mengalir. Semakin besar arus yang diberikan, maka semakin
besar pula medan magnet yang dihasilkan
2. Hukum Biot-Savart
Medan magnetik akan timbul pada penghantar yang dialiri arus listrik. Konsep ini telah
diteliti oleh ilmuwan asal Denmark, yaitu Hans Christian Oersted (1777-1851). Dari hasil
penelitiannya, Oersted mengemukakan bahwa jika sebuah magnet didekatkan pada suatu
penghantar yang dialiri arus listrik, maka magnet tersebut akan menyimpang (terjadi
simpangan). Penyimpangan ini dibuktikan dengan bergeraknya jarum kompas saat
didekatkan pada sebuah kawat yang berarus.
Medan magnetik merupakan besaran vektor,
sehingga memilki besar dan arah. Vektor medan
magnetik diberi simbol B, sedangkan besar medan
magnetik diberi simbol B. Arah medan magnetik dapat
ditentukan dengan kaidah tangan kanan, yaitu ibu jari
menunjukkan arah arus listrik dan keempat jari
lainnya menunjukkan arah medan magnetik. Satuan
medan magnetik adalah Tesla (T), dengan 1 T = 1
N.s/C.m. Hukum ini digunakan untuk menentukan
medan magnetik B di sembarang titik P pada sebuah
kawat. Biot dan Savart menyatakan bahwa besar medan magnetik:
o berbanding lurus dengan arus listrik (I);
o berbanding lurus dengan panjang elemen kawat penghantar (dl)
o berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik itu ke elemen
kawat penghantar ( )
o berbanding lurus dengan sinus sudut antara arah arus dan garis
penghubung titik itu ke elemen kawat penghantar.
𝐼 𝑑𝑙 sin 𝜃
𝑑𝐵 =
𝑟
Keterangan:
dB = induksi magnet di titik P (Wb/m2 atau tesla)
I = kuat arus listrik (A)
dl = panjang elemen kawat berarus (m)
θ = sudut arah/garus hubung P ke dl
k= Wb/Am
r = jarak titik P ke elemen panjang (m).
𝜇0 𝐼
𝐵𝑝 =
2𝜋𝑎
Induksi magnetiik di sekitar kawat penghantar
lurus berarus ditunjukan pada gambar disamping.
Bentuk garis medan magnet pada kawat panjang yang
dialiri arus listrik berbentuk lingkaran konsentris
mengelilingi kawat tersebut. Arah dari medan
magnetnya tegak lurus terhadap kawat dan searah
dengan jari-jari pada tangan kanan yang ditekuk, dan
arah arusnya sesuai dengan arah ibu jari.
𝜇0 𝐼
𝐵𝑝 =
2𝑎
Jika ada N buah kawat melingkar, besar induksi magnet dapat dirumuskan sebagai
beirkut.
𝜇0 𝐼𝑁
𝐵𝑝 =
2𝜋𝑎
Keterangan :
B = induksi magnet (Wb/m2 atau tesla)
I = kuat arus yang mengalir dalam kawat (A)
r = jarak titik P kawat melingkar (m)
a = jari-jari kawat melingkar (m)
Jari-jari lingkaran yang dibuat arah ditentukan dengan kaidah tangan
kanan. Sebuah kawat melingkar berada pada sebuah bidang mendatar dengan dialiri
arus listrik. Apabila kawat melingkar tersebut dialiri arus listrik dengan arah tertentu
maka disumbu pusat lingkaran akan muncul medan magnet dengan arah tertentu.
Arah medan magnet ini ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Apabila tangan
kanan kita menggenggam maka arah ibu jari menunjukkan arah medan magnet
sedangkan keempat jari yang lain menunjukkan arah arus listrik.
c. Induksi Magnet di dalam Kumparan Solenoida
Sebuah kawat dibentuk seperti spiral yang selanjutnya disebut kumparan, apabila
dialiri arus listrik maka akan berfungsi seperti magnet batang. Solenoida sebagai sutau
silinder yang diliti kawat berarus berbenruk lingkaran. Medan solenoida merupakan
jumlah vektor dari medan-medan yang ditimbulkan oleh semua lilitan yang
membentuk solenoida tersebut.
𝜇0 𝑛 𝜇0 𝑁
𝐵= atau 𝐵=
2 2𝑙
Keterangan :
B = induksi magnet (Wb/m2 atau tesla)
I = kuat arus (A)
0 = permeabilitas ruang hampa (4 x 10-7 Wb/Am)
l = panjang selenoida
N = jumlah lilitan
𝜇0 𝑁
𝐵=
𝑙
Keterangan :
B = induksi magnet (Wb/m2 atau tesla)
I = kuat arus (A)
0 = permeabilitas ruang hampa (4 x 10-7 Wb/Am)
N = banyak lilitan
l = keliling lingkaran 2
r = ( )
B. Gaya Lorentz dan Fluks Magnetik
1. Besar Gaya Lorentz
Gaya lorentz merupakan gabungan antara gaya elektrik dan gaya magnetik pada suatu
medan elektromagnetik. Gaya Lorentz ditimbulkan karena adanya muatan listrik yang
bergerak atau karena adanya arus listrik dalam suatu medan magnet. Arah dari gaya Lorentz
selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik (I) dan induksi magnetik yang ada (B). Gaya
Lorentz timbul karena adanya interaksi muatan listrik yang bergerak dengan induksi
magnetik yang ada di sekitarnya.
Jika penghantar berarus ditempatkan dalam medan magnet, akan muncul gaya magnetik
yang menyebabkan penghantar tersebut menyimpang. Gaya penyebab ini dinamakan gaya
Lorentz yang arahnya mengikuti aturan tangan kanan berikut.
𝐹 = 𝐵𝐼 sin 𝜃
Keterangan:
F = besar gaya magnetik (N);
B = kuat medan magnet (T);
I = kuat arus listrik (A);
= panjang kawat (m); dan
θ = sudut yang dibentuk antara arah arus listrik dan medan magnet (o).
𝐹 = 𝐵𝐼
𝐹 = 𝑞𝑣𝐵 sin 𝜃
Keterangan:
F = besar gaya magnetik (N);
q = besar muatan listrik (C);
v = kecepatan muatan yang melalui (m/s);
B = kuat medan magnet (T); dan
θ = sudut yang dibentuk antara arah lintasan dan medan magnet (0)
Jika sebuah muatan memasuki medan magnet seragam dengan arah gerak tegak lurus
terhadap arah medan magnet, muatan tersebut akan mendapat gaya magnetic secara terus
menerus selama dalam medan magnet, sehingga lintasannya berbentuk lingkaran. Misalkan
muatan tersebut adalah elektron, lintasannya dapat digambarkan sebagai berikut.
Keterangan:
R = jari-jari lintasan muatan (m);
m = massa muatan (kg);
v = kecepatan muatan yang melalui B (m/s);
q = besar muatan listrik (C); dan
B = kuat medan magnet (T atau ).
Prinsip ini digunakan dalam pemercepat partikel pada laboratorium fisika partikel yang
disebut siklotron. Perlu diketahui bahwa gaya magnetik juga dialami oleh muatan yang
bergerak di sekitar kawat berarus. Hal ini dikarenakan di sekitar kawat berarus terdapat
medan magnet.
3. Gaya Magnetik pada Dua Penghantar Lurus Sejajar Berarus.
Kawat lurus panjang yang dialiri arus listrik akan menimbulkan medan magnet di
sekitarnya. Akibatnya, kawat lain yang berada di dekat kawat tersebut juga akan mengalami
gaya magnetik karena mendapat pengaruh medan magnet kawat pertama.
𝜇0 𝐼 𝐼
𝐹=
2𝜋𝑑
Keterangan:
F = gaya magnetik (N);
0 = permeabilitas ruang hampa = Tm/A atau Wb/Am;
= kuat arus kawat 1 (A);
= kuat arus kawat 2 (A);
= panjang kawat (m); dan
d = jarak kedua kawat (m).
Perhatikan bahwa besar gaya magnetik berbanding terbalik dengan jarak kedua kawat.
Oleh karena itu, semakin jauh jarak kedua kawat, semakin kecil gaya magnetik yang
ditimbulkan. Sebaliknya, jika jarak kedua kawat semakin dekat, gaya magnetiknya juga akan
semakin besar.
4. Fluks Magnetik
Secara sederhana fluks magnetik merupakan perubahan medan magnet di suatu posisi
tertentu. Fluks magnetik dapat didefinisikan sebagai ukuran total atau jumlah total medan
magnet yang melewati suatu penampang tertentu. Fluks magnetik juga sering diartikan
sebagai kerapatan medan magnet. Fluks magnetik yang melewati suatu bidang tertentu
nilainya sebanding dengan nilai jumlah medan magnet yang melewati bidang tersebut dan
jumlah tersebut sudah masuk pada pengurangan atas medan yang memiliki arah yang
berlawanan. Fluks magnetik memiliki satuan yang disebut weber (Wb) yaitu satuan turunan
dari volt detik. Fluks magnetik hanya dijumpai di berbagai alat yang akan di bahas dibawah
ini.
Terdapat beberapapersamaan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
fluks magnetik, yaitu:
=
= s
Kerangan:
= s n i ( )
= n n ( )
= s n n ( )
i= n si ( )
= ii n
= n s n i ( )
= n (s)
Perumusan GGL Induksi
i= ⁄
5. Penerapan Gaya Magnetik pada Produk Teknologi
Prinsip kerja dari gaya magnetik yang telah dibahas sebelumnya banyak
diaplikasikan pada berbagai produk teknologi. Contohnya pada siklotron, galvanometer,
motor listrik, pengeras suara, amperemeter, voltmeter, spektrometer massa, bel listrik, motor
pembangkit tenaga listrik, dan masih banyak lainnya. Berikut adalah beberapa di
antaranya.
1) Galvanometer
Galvanometer merupakan komponen dasar alat ukur listrik analog seperti voltmeter
analog, amperemeter analog, dan ohmmeter analog.
Agar sudut yang dibentuk oleh jarum penunjuk tidak bergantung lagi pada sudut θ, jarum
pada galvanometer dibuat menjadi seperti berikut.
Gambar 9. Posisi jarum pada galvanometer
Dengan demikian, sudut φ sebanding dengan kuat arus I.
2) Motor Listrik
Motor listrik adalah alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Prinsip kerja motor listrik hampir sama dengan galvanometer. Bedanya adalah pada
motor listrik tidak ada pegas, sehingga koil dapat berotasi secara kontinu dalam satu arah.
Koil pada motor listrik dililitkan pada silinder besar yang disebut rotor atau
armatur.