Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ilham Prabowo G.

NIM : 196010200111017
Kelas :A
Mata Kuliah : Hukum Pajak

Program 3in1 Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

1. Diskusi Konsep Dasar Pajak Terapan (Senin, 12 Oktober 2020)


Narasumber: Mahendra Kusuma – Tax Auditor Direktorat Jendral Pajak Kanwil
Banten.
Pajak pada dasarnya merupakan sebuah proses transfer pembayaran dari wajb
pajak untuk mendukung pembiayaan dan pengeluaran pemerintah dalam
pembangunan. Melalui pajak akan dapat dilakukan optimalisasi penerimaan negara
yang bersumber dari kemampuan dalam negeri dalam pembiayaan pembangunan.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
negara yang sangat penting bagi pembangunan nasional dewasa ini. Setiap tahun
anggaran pemerintah senantiasa berusaha untuk meningkatkan penerimaan pajak guna
membiayai pembangunan yang dilaksanakan. Semakin besar penerimaan negara dari
pajak, maka semakin besar pula kemampuan keuangan negara dalam pembiayaan
pembangunan. Sebaliknya semakin kecil penerimaan negara dari pajak, maka
semakin kecil pula kemampuan negara dalam pembiayaan pembangunannya. Dalam
hal ini membayar pajak dapat dipahami sebagai kerelaan seseorang atas
pemanfaatan/kepemilikan terhadap obyek tertentu untuk memberikan imbal balik
dalam bentuk keuangan untuk diterimakan kepada negara sebagai fiskus.
kepatuhan pajak memiliki peran penting dalam meningkatkan penerimaan negara
dari berbagai sumber pajak yang ada. Dalam hal ini sumber-sumber penerimaan pajak
dapat dikategorikan dalam penerimaan pajak untuk pemerintah pusat dan penerimaan
pajak untuk pemerintah daerah. Pajak-pajak yang dapat dikumpulkan oleh aparatur
negara tersebut pada akhirnya dapat digunakan untuk mendanai penerimaan anggaran
pemerintah daerah. Berbagai penerimaan pajak yang disetorkan kepada pemerintah
pusat, seperti; PPh, PPn, PPn&BM pada akhirnya juga akan diserahkan kembali
kepada pemerintah daerah melalui mekanisme pengalokasian dana perimbangan.
Sedangkan pajakpajak daerah yang dapat dihimpun oleh aparatur pemerintah daerah,
seperti ; pajak daerah, restoran, PBB dan BPHTB akan dapat mengisi pos Pendapatan
Asli Daerah dalam Anggaran Pemerintah Daerah (APBD). Kedua sumber penerimaan
daerah tersebut dapat digunakan oleh masing-masing pemerintah daerah untuk
mendanai pengeluaran-pengeluaran dalam APBD nya, seperti pengeluaran untuk
belanja pegawai dan pengeluaran untuk belanja modal. Akumulasi dari pengeluaran-
pengeluaran yang ada tersebut diharapkan dapat mendorong pencapaian target
kesejahteraan hidup masyarakat.
Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan reformasi perpajakan yang meliputi
peraturan perundang-undangan dari tahap perumusan hingga pembuatannya serta
penyempurnaan administrasi perpajakan sehingga memudahkan wajib pajak dari segi
pelayanan. Pada satu sisi, reformasi administrasi perpajakan memberikan dampak
yang positif terutama terhadap tingkat pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak.
Hal ini dibuktikan dengan seringnya Direktorat Jenderal Pajak mendapatkan
penghargaan sebagai instansi publik yang melakukan pelayanan prima.Sistem
administrasi perpajakan modern juga mengikuti kemajuan teknologi dengan
pelayanan yang berbasis e-system dan e-Registration yang diharapkan meningkatkan
mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditunjang dengan penerapan Kode Etik
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam
melaksanakan tugas dan pelaksanaan Good Governance. Manfaat yang dapat
diperoleh dari penerapan sistem modernisasi administrasi perpajakan bagi Wajib
Pajak adalah simplicity, dimana alur pekerjaan lebih sederhana dengan bantuan
Account Representative; certainity yaitu terdapat kepastian dalam melaksanakan
peraturan perpajakan didukung bidang pelayanan dan penyuluhan di Kanwil serta
seksi pelayanan di KPP.
2. Talk Show Overview Pengaturan Perpajakan di Indonesia (Selasa, 13 Oktober
2020)
Narasumber: Hendra Kurnia Putra, S.H., M.H. – Staff Direktorat Jendral Peraturan
Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kebijakan Perpajakan untuk Memperkuat Perekonomian atau omnibus
law perpajakan adalah RUU yang berisi berbagai pengaturan dari sejumlah UU pajak
yang ditujukan untuk memberikan jaminan kepastian sistem pajak. pada bidang
perpajakan akan mengamandemen 7 Undang-Undang, yakni UU Pajak
Penghasilan (PPh), UU Pajak Pertambahan Nilai (PPn), UU Ketentuan Umum
Perpajakan (PUK), UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta UU Pemerintah
Daerah (Pemda).  kehadiran omnibus law perpajakan ini diharapkan mampu menjadi
payung hukum yang menjamin kepastian sistem pajak Indonesia secara efisien,
efektif, dan dalam jangka panjang dapat menyudahi sengketa pajak yang berlarut.
Adapun substansi penting yang ada pada Omnibus Law yaitu:
- Bahwa RUU tersebut akan mengatur tarif PPh;
- Adanya penghapusan PPh dari deviden perusahan dalam dan luar negeri;
- Adanya perubahan penerapan rezim perpajakan dari world wide menjadi
territorial;
- RUU ini akan mengurangi keringanan sanksi;
- Hak untuk relaksasi terhadap kredit pajak masukan;
- Pengaturan terhadap perusahaan-perusaan digital;
- Mengubah definisi bentuk usaha tetap sehingga tidak lagi dengan kehadiran
fisik;
- Rasionalisasi terhadap pajak daerah.
Problematika Pendapat para tokoh di Indonesia baik itu Pendapat Positif maupun
Pendapat Negatif antara lain ada yang berpendapat positif bahwa Omnibus Law bisa
diterapkan di Indonesia walau Indonesia menganut sistem hukum Civil Law dan bisa
menjad solusi atas tumpang tindihnya Peraturan Perundang-undangan baik vertical
maupun horizontal serta dapat mengkoreksi Undang-undang existing yang dianggap
bermasalah. Disisi lain Pendapat Negatif terkait hadirnya Omnibus Law itu
membutuhkan biaya politik yang tidak sederhana, mengingat Omnibus Law multi
sektor dan super power serta kedudukan Omnibus Law di struktur Peraturan
Perundang-undangan Indonesia belum diatur secara jelas. Hadirnya Omnibus Law di
Daerah-Daerah akan berimplikasi terhadap instrument regulasi di tingkat daerah
masuk ke dalam sistem yang akan dibangun bersama Kementerian Keuangan dan
Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah pusat akan melakukan evaluasi terhadap
Peraturan Daerah yang mengatur pajak dan retribusi daerah melalui Omnibus Law
Perpajakan serta melalui Omnibus Law Perpajakan, pemerintah pusat dapat
melakukan penetapan tariff yang nantinya dapat berlaku secara nasional.

Anda mungkin juga menyukai