Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ilham Prabowo G.

NIM : 196010200111017
Mata Kuliah : Hukum Perusahaan
Kelas :A

Analisis Tanggung jawab direksi atas pailitnya PT Dewata Abdi Nusa yang
disebabkan kesalahan dan kelalaiannya

A. Posisi Kasus
Dalam kasus yang penulis teliti pada putusan permohonan pailit dengan
Nomor 16/PAILIT/2013/PN.Niaga.Sby, bahwa pemohon yaitu BANK BRI
mengajukan pailit kepada termohon PT. Dewata Abdi Nusa (selanjutnya disebut
PT DAN) yang tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya untuk membayar
bunga maupun hutang kreditnya kepada BANK BRI. maka Majelis Hakim
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya memutuskan PT. DAN pailit
dengan putusan perkara Nomor 16/PAILIT/2013/PN.Niaga.Sby. Akibat dari
pailitnya PT. DAN ternyata tidak hanya berpengaruh kepada PT. DAN itu sendiri
namun lebih berdampak kepada para konsumen yang hubungan hukumnya
berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli maupun Perjanjian Jual Beli pada
saat terjadi kepailitan berkedudukan sebagai kreditur konkuren. Hal yang
menyebabkan kerugian bagi pihak konsumen disini adalah tidak dapat
diperolehnya sertifikat yang menjadi objek dalam perjanjian Jual Beli tersebut,
meskipun proses KPR telah selesai dan sudah melakukan pelunasan. Sertifikat
tersebut ternyata oleh Direktur PT. DAN, dijadikan objek jaminan hutang ke
BANK BRI dan saat ini PT.DAN sudah dinyatakan pailit. Direktur pada akhirnya
mengakui keberadaan sertifikat yang sedang dalam penguasaan BANK BRI
karena menjadi objek jaminan hutang oleh PT. DAN yang telah dilekati Hak
Tanggungan. Kemudian perlu diketahui bahwa kewenangan Direksi terdapat
dalam pasal 12 Anggaran Dasar PT. DAN yang berbunyi: Direksi berhak
mewakili perseroan didalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam
segala kejadian, mengikat perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan
perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai kepengurusan
maupun kepemilikan akan tetapi namun dengan batasan-batasan bahwa untuk:
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Perseroan (tidak termasuk
mengambil uang perseroan di Bank);
b. Mendirikan suatu usaha atau turut serta pada perusahaan lain baik didalam
maupun diluar negeri; Harus dengan persetjuan dewan komisaris

B. Analisa kasus
Direksi menurut UUPT, didefinisikan sebagai organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar. Direksi merupakan organ perseroan yang berhak dan
berwenang untuk menjalankan perusahaan, bertindak untuk dan atas nama
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi bertanggung jawab
penuh atas pengurusan dan jalannya perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan.
Dalam kasus diatas terlihat bahwa, Direksi melakukan tindakan yang di luar
batas kewenangannya, bahwa direksi dalam hal ini melakukan tindakan yang
tidak sesuai pasal 12 anggaran dasar perusahaan sehingga telah terbukti bersalah
dan lalai karena telah menjaminkan sesuatu obyek yang bukan haknya serta
mengakibatkan kepailitan bagi PT DAN tersebut. Disini terlihat tentang tanggung
jawab Direksi dalam hal perbuatannya yang melakukan penyimpangan terhadap
tugasnya maka sudah jelas jika terbukti Direksi tersebut melakukan
penyimpangan yang mengakibatkan pailitnya PT DAN tersebut sehingga dapat
berlaku Pasal 104 ayat (2) dan (3) UUPT.
Dalam hal pengecualian atas tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
Pasal 104 ayat (2) dan (3), ditegaskan dalam Pasal 104 ayat (4) UUPT, bahwa
anggota Direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan apabila dapat
membuktikan:
a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan;
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Ketentuan dalam Pasal 104 ayat (2), (3), dan (4) UUPT berlaku juga bagi
Direksi dari Perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan pihak ketiga.
Hal ini disebutkan dalam Pasal 104 ayat (5). Dalam hubungan hukum yang
dirumuskan untuk Direksi, di satu sisi Direksi diperlakukan sebagai penerima
kuasa dari Perseroan untuk menjalankan Perseroan sesuai dengan kepentingannya
untuk mencapai tujuan Perseroan sebagaimana telah digariskan dalam anggaran
dasar Perseroan dan di sisi lain diperlakukan sebagai karyawan Perseroan dalam
hubungan atasan-bawahan dalam suatu perjanjian perburuhan yang mana berarti
Direksi tidak diperkenankan untuk melakukan sesuatu yang tidak atau bukan
menjadi tugasnya. Disinilah sifat pertanggungjawaban renteng dan
pertanggungjawaban pribadi Direksi menjadi sangat relevan, dalam hal Direksi
melakukan penyimpangan atas kuasa dan perintah Perseroan, untuk kepentingan
Perseroan.1
Sifat tanggung jawab Direksi Perseroan yang secara bertanggung renteng atas
setiap perbuatan pengurusan Perseroan yang dilakukan oleh mereka secara
menyimpang, merupakan refleksi atas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
seorang karyawan secara pribadi atas setiap tindakannya yang dilakukan secara
berlainan dari perintah majikannya menurut aturan main yang telah ditentukan
oleh majikannya tersebut. Dalam melaksanakan kepengurusan terhadap
Perseroan, Direksi bertanggung jawab terhadap Perseroan dan para pemegang
saham Perseroan atas segala tindakannya yang berhubungan dengan Perseroan,
serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga yang berhubungan hukum, baik
langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan.2
Terjadinya kepailitan dalam PT DAN membawa akibat hukum bagi direksi
yang tidak lagi berwenang melakukan pengurusan harta kekayaan perseroan. Hal
ini juga ditegaskan dalam Paragraf 9 Penjelasan Umum UU PKPU yang
menyatakan: Putusan Pernyataan pailit mengubah status hukum
seseorang menjadi tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum, menguasai,
dan mengurus harta kekayaannya sejak putusan pernyataan pailit diucapkan.
1
Kurniawan, Tanggung Jawab Direksi Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-
Undang Perseroan Terbatas, Jurnal Mimbar Hukum Volume 24, Nomor 2, Juni 2012, Hal. 220
2
Ibid. Hal. 221.
Kewenangan untuk mengurus harta perseroan pailit langsung dilimpahkan
oleh pengadilan kepada kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sejak
tanggal putusan pailit diucapkan, meskipun diajukan upaya hukum kasasi atau
peninjauan kembali. Artinya selama kepailitan berlangsung, PT DAN sebagai
debitor pailit tidak berhak dan berwenang lagi membuat perjanjian yang mengikat
harta kekayaannya. Setiap perjanjian yang dibuat oleh debitor pailit selama
kepailitan berlangsung tidak mengikat harta pailit. Namun ketentuan ini
dikecualikan terhadap perikatan debitor yang terbit sesudah putusan pernyataan
pailit menguntungkan harta pailit (Pasal 25 UU Kepailitan).
Kemudian dalam kasus ini PT DAN sebagai debitor pailit yang melakukan
perbuatan hukum perjanjian pengikatan jual beli maupun perjanjian jual beli pada
saat kepailitan berlangsung serta direktur yang menjaminkan sertifikat kepada
BANK BRI untuk menjadi objek jaminan hutang oleh PT. DAN yang telah
dilekati Hak Tanggungan pada saat sudah di putus pailit oleh Pengadilan yang
pada akhirnya merugikan kepentingan kreditor konkuren. Dalam hal ini direksi
PT DAN pailit melakukan perbuatan yang merugikan harta pailit, maka beban
kerugian dalam hal ini dipikulkan kepadanya. Ketentuan ini memberi kepastian
dan perlindungan hukum bagi para kreditor konkuren.

Anda mungkin juga menyukai