Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANAJEMEN TANAH BERLANJUT

Disusun Oleh :

Nama : Ivan Fakhri F.


NIM : 175040207111028
Kelas :A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Soal !

1. Carilah dan berikan minimal 5 jenis tanaman yang toleran terhadap kegaraman tanah
berdasarkan nilai kadar garamnya!
2. Sebutkan upaya pengelolaan tanah untuk mengatasi keracunan garam terhadap
pertumbuhan tanaman!
3. Terangkan arti ESP dan SAR, beserta kriteria dan pengaruhnya bagi tanaman!

Jawaban !

1. Berikut adalah tanaman yang toleran terhadap kegaraman tanah:


a. Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) tahan terhadap kegaraman tanah
dengan dosis garam NaCl 2.000 ppm. (Asih dan Mukarlina, 2015)
b. Tanaman padi (Oryza sativa) tahan terhadap salinitas tanah dengan dosis 4.000
ppm (Suhartini, et al., 2017)
c. Tanaman kedelai (Glycine max L.Merr) genotip G1 dan G2 toleran terhadap
salinitas hingga 15,6 dS/m. (Purwaningrahayu dan Taufiq, 2017)
d. Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) varietas Mutia memiliki toleransi
terhadap salinitas pada perkecambahan pada 8000 ppm (Yamika, et al., 2016)
e. Toleransi kacang hijau terhadap salinitas beragam antar genotipe. Kacang hijau
tidak mampu berpolong pada DHL 12 dS m-1 (Ahmed, 2009), tumbuh dan
membentuk polong pada DHL 1.79-12.49 dS m-1 (Taufiq dan Purwaningrahayu,
2013).
2. Upaya pengelolaan tanah untuk mengatasi keracunan garam terhadap pertumbuhan
tanaman:
Lahan pertanian yang kerap mengalami masalah salinitas adalah lahan dengan
bahan induk yang mengandung deposit garam, wilayah pesisir yang terkena pengaruh
pasang surut air laut, dan wilayah dengan iklim mikro yang memiliki tingkat evaporasi
melebihi tingkat curah hujan tahunan. Gejala yang terlihat pada tanah salin adalah
munculnya kerak putih di permukaan tanah akibat evaporasi dan pertumbuhan yang tidak
normal, seperti daun yang mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis (Sipayung
2003). Hal ini sesuai dengan Slinger and Tenison (2005) yang menyatakan kadar garam
akan mempunyai dampak bagi pertumbuhan tanaman.
Masalah salinitas terjadi ketika tanah mengandung garam terlarut dalam jumlah
yang cukup tinggi sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Adanya penimbunan
garam di daerah perakaran menyebabkan berkurangnya kemampuan tanaman dalam
menyerap air. Selain itu, penyerapan unsur penyusun garam dalam jumlah yang berlebih
akan menyebabkan keracunan bagi tanaman. Salinitas yang dikombinasikan dengan
kondisi tata air yang buruk, dapat menghilangkan kesuburan tanah secara permanen.
Pencucian (leaching) merupakan cara paling efektif menurunkan kadar garam,
tetapi membutuhkan air segar yang banyak, dan waktu lama. Alternatif lain adalah
penambahan bahan amelioran untuk meminimalkan pengaruh burukunsur Na. Aplikasi
pupuk K efektif mengurangi efek toksik unsur Na (Kopittke, 2012). Aplikasi gipsum
(Joachim dan Verplancke, 2010), kompos dan gipsum (Kahlon et al., 2012) efektif untuk
ameliorasi tanah salin. Unsur S meningkatkan toleransi tanaman terhadap salinitas.
Kompos dan besi sulfat efektif menurunkan pH, salinitas, dan sodisitas tanah salin
(Mahdy, 2011).
Pemulsaan menurunkan evapotranspirasi dan akumulasi garam ke permukaan
(Zhang et al., 2008), menjaga kelembaban tanah di daerah perakaran, menurunkan suhu
tanah, evaporasi, dan akumulasi garam (Abou-Baker et al., 2011). Pemulsaan mengurangi
efek negatif salinitas pada tanaman kapas (Dong, 2012).
3. Kandungan Na dalam tanah dievaluasi menggunakan parameter-parameter Persentasi Na
Dapat Dipertukarkan (exchangeable sodium percentage = ESP) dan Rasio Jerapan Na
(sodium adsorption ratio =SAR). Karakteristik tingkat keragaman yang berpengaruh
terhadap kualitas tanah ditunjukkan dengan nilai ESP (exchangeable sodium percentage)
dan SAR (sodium adsorption ratio). Konsentrasi larutan sodium dalam berat isi larutan
harus diukur dan dipisahkan dari total Jumlah sodium yang diekstrak untuk mendapatkan
nilai sodium dapat ditukar (Na-dd). Soil Science Society of America (1973)
mengelompokkan kadar garam yang berpengaruh terhadap kualitas tanah ke dalam 4
kelas, yaitu tanah normal, tanah salin, tanah sodik, dan tanah salin-sodik.
Tanah normal Tanah salin Tanah sodik Tanah salin-sodik

Klasifikasi EC < 4 dS m-1ESP EC > 4 dS m-1 ESP > 15% EC > 4 dS m-1ESP
tradisional < 15% > 15%

Klasifikasi usulan EC < 2 dS m-1SAR EC > 2 dS m-1 SAR > 15% EC > 2 dS m-1SAR
< 15% > 15%
Soil Science Society of America (1973 dalam Bohn, McNeal dan O’Connor, 2001)

Kandungan Na di dalam tanah biasa dekspresikan dengan sodisitas sebagai bagian dari
kation garam total yang biasa diekspresikan dengan salinitas. Salinitas dan sodisitas yang terlalu
tinggi membawa pengaruh buruk bagi tanaman, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersamaan. Salinitas yang tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena turunnya
tekanan osmotik, sehingga menyulitkan pengambilan unsur hara oleh akar (Foth and Turk 1972).
Sodisitas tinggi menyebabkan keracunan Na dan ion-ion sejenis, seperti Boron dan Molibdenum.
Disamping itu, terdapat efek tidak langsung dari keduanya berupa peningkatan nilai pH tanah
yang menyebabkan imobilitas beberapa unsur hara penting seperti Ca, Mg, P, Fe, Mn, dan Zn
sehingga unsur-unsur tersebut tidak dapat di ambil oleh akar tanaman.
Daftar Pustaka

Abou-Baker, N.H., M. Abd-Eladl, M.M.Abbas. 2011. Use of silicate and different cultivation
practices in alleviating salt stress effect on bean plants. Aus. J. Basic Appl. Sci. 5:769-
781.

Ahmed, S. 2009. Effect of salinity on the yield and yield component of mungbean. Pakistan J.
Bot. 41:263-268.

Asih, E.D. and Mukarlina, I.L., 2015. Toleransi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)
terhadap cekaman salinitas garam NaCl. Protobiont, 4(1).

Dong, H. 2012. Technology and field management for controlling soil salinity effects on
cotton. Aust. J. Crop Sci. 6:333-341.

Foth, H.D. and L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil sciences. Willey Int. Edition. Kahlon,
U.Z., G. Murtaza, A. Ghafoor. 2012. Amelioration of saline-sodic soil with amendments
using brackish water, canal water and their combination. Int. J. Agric. Biol. 14:38-46.

Joachim, H.J.R.M., H. Verplancke. 2010. Effect of gypsum placement on the physical chemical
properties of a saline sandy loam soil. Aust. J. Crop Sci. 4:556-563.

Kopittke, P.M. 2012. Interactions between Ca, Mg, Na and K: alleviation of toxicity in saline
solutions. Plant Soil 352:353-362.

Mahdy, A.M. 2011. Comparative effects of different soil amendments on amelioration of


saline-sodic soil. Soil Water Res. 6:205-216.

Purwaningrahayu, R.D. and Taufiq, A., 2017. Respon morfologi empat genotip kedelai
terhadap cekaman salinitas. Jurnal Biologi Indonesia, 13(2).

Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian


Jurusan Budidaya Pertanian Univeristas Sumatera Utara, Medan.

Slinger, D. and Tenison, K. 2005. Salinity Glove Box Guide-NSW Murray and Murrumbidgee
Catchments. An initiative of the Southern Salt Action Team, NSW Department of
Primary Industries.
Suhartini, T., Zulchi, T.P., Harjosudarmo, P. 2017. Toleransi Plasma Nutfah Padi Lokal
terhadap Salinitas. Bogor. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumber Daya Genetik Pertanian.

Taufiq, A., R.D Purwaningrahayu. 2013. Tanggap varietas kacang hijau terhadap cekaman
salinitas. J. Pen. Pert. Tan. Pangan 32:161-172.

Yamika, W.S.D., Aini, N. and Setiawan, A., 2016. PENENTUAN BATAS TOLERANSI
SALINITAS BEBERAPA TANAMAN (TOMAT, MENTIMUN, BAWANG MERAH
dan CABAI BESAR) PADA CEKAMAN SALINITAS. In Prosiding Seminar Nasional
Pembangunan Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya

Zhang, Q.T., M. Inoue, K. Inosako, M. Irshad, K. Kondo, G.Y. Qiu, S. P. Wang. 2008.
Ameliorative effect of mulching on water use efficiency of Swiss chard and salt
accumulation under saline irrigation. J. Food, Agric. Environ. 6:480-485.

Anda mungkin juga menyukai