Anda di halaman 1dari 2

Perusahaan yang beroperasi di Indonesia, termasuk perusahaan asing yang membuka cabang di

Indonesia, wajib membayar pajak dan melaporkan laporan keuangannya. Namun yang menjadi
permasalahan, terdapat perbedaan peraturan pelaporan keuangan dari sisi standar akuntansi yang
berlaku dan sisi perpajakan Indonesia. Dalam konteks perpajakan, laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku disebut
laporan komersil. Sedangkan, laporan keuangan sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku disebut laporan fiskal.
 

Sistem Perpajakan di Indonesia

Dalam sistem perpajakan Indonesia, terdepat beberapa jenis pajak yang dikenakan kepada
Pengusaha Kena pajak (PKP). Secara umum, yang pertama yaitu Pajak Penghasilan (PPh) 21,
22, 23 4 ayat 2 (Final), dan 26. Lalu ada juga Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan
ketika terjadi pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Dan di samping PPN,
terdapat Pajak Penghasilan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dikenakan terhadap pembelian
atau impor barang-barang yang menurut peraturan perpajakan dikategorikan sebagai barang
mewah.
 

Akuntansi Perpajakan

Secara esensial, akuntansi perpajakan berfungsi untuk mengoreksi laba dari laporan komersil
menjadi laba fiskal. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan pengakuan atar pendapatan dan
biaya menurut PSAK dan menurut peraturan perpajakan. Perbedaan perhitungan atas pendapatan
dan biaya tersebut kemudian bisa direkonsiliasi dengan apa yang disebut rekonsiliasi atau
koreksi fiskal.
 

Sebagai informasi, wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda. Wajib pajak cukup
menyampaikan SPT Tahunan PPh terlebih dahulu sebelum dilakukan koreksi fiskal. Teknisnya,
koreksi fiskal dilakukan baik terhadap pendapatan maupun biaya-biaya yang terdapat pada
laporan keuangan komersil. Perlakuan dari koreksi fiskal sendiri tercantum dalam peraturan
perpajakan UU no. 36 tentang PPh Koreksi fiskal dibedakan menjadi dua, yaitu koreksi positif
dan koreksi negatif.
a. Koreksi Positif
Intinya, tujuan dari koreksi positif adalah menambah laba komersil atau laba Penghasilan Kena
Pajak (PhKP). Jadi, koreksi positif akan menambahkan pendapatan dan mengurangi atau
mengeluarkan biaya-biaya yang sekiranya harus diakui secara fiskal. Secara rinci, penyebab dari
koreksi positif menurut Ortax.org adalah:
1. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya.
2. Dana cadangan.
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura atau kenikmatan.
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
5. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
6. Pajak penghasilan.
7. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
8. Sanksi administrasi.
9. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di atas penyusutan/amortisasi fiskal.
10. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh Final
dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.
11. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.
b. Koreksi Negatif
Sebaliknya, tujuan dari koreksi negatif adalah mengurangi laba komersil atau laba PhKP. Hal ini
disebabkan oleh pendapatan komersil yang lebih tinggi daripada pendapatan fiskal dan biaya-
biaya komersil yang lebih kecil daripada biaya-biaya fiskal. Penyebab dari adanya koreksi
negatif sendiri adalah.
1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi
termasuk dalam peredaran usaha.
2. Selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial di bawah penyusutan/amortisasi fiskal.
3. Penyesuaian fiskal negatif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.
 

Skema Laporan Rekonsiliasi atau Koreksi Fiskal

Berikut contoh tabel skema laporan rekonsiliasi atau koreksi fiskal:


Deskripsi Komersial Koreksi Fiskal Fiskal

Koreksi Positif Koreksi Negatif

Pendapatan        

HPP        

Laba bruto        

Biaya Operasional:        

– Biaya Adm        

– Biaya Penjualan        

Laba Operasional        

Penghasilan Lain        

Biaya Lain-Lain        

Laba Bersih        

Kompensasi Kerugian        

PhKP        
Itulah overview mengenai apa itu rekonsiliasi atau koreksi fiskal. Anda bisa menyerahkan
langsung SPT tahunan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara online maupun offline
berdasarkan laporan komersil yang sudah dibuat agar langsung dihitung rekonsiliasi fiskalnya.
Terkait dengan laporan komersil, Anda bisa menggunakan Jurnal. Jurnal adalah software
akuntansi online yang berfungsi mempermudah pembuatan laporan keuangan perusahaan Anda
secara akurat dan mudah, khususnya laporan laba rugi yang akan menjadi laporan komersial
Anda. Untuk informasi lebih lengkap, silahkan cek di sini

Anda mungkin juga menyukai