lpdsc196 - Levin Halim - Perancangan Dan Implementasi Solar PDF
lpdsc196 - Levin Halim - Perancangan Dan Implementasi Solar PDF
III/LPPM/2017-01/41-P
LAPORAN
Perancangan dan Implementasi
Solar Inverter dengan Pencatatan Daya
pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya Off-Grid
Disusun Oleh:
Levin Halim, S.T., M.T.
Oetomo, S.T., M.T.
ABSTRAK .............................................................................................................. 4
1
5.3. SIMULASI ............................................................................................. 30
DAFTAR GAMBAR
2
Gambar 17 Rangkaian Boost Converter SW=ON ................................................ 27
Gambar 18 Rangkaian Boost Converter SW=OFF ............................................... 27
Gambar 19 Verifikasi Pemodelan Boost Converter .............................................. 30
Gambar 20 Rangkaian Simulasi Inverter .............................................................. 31
Gambar 21 Hasil Simulasi Inverter ....................................................................... 31
Gambar 22 Rangkaian Implementasi Inverter ...................................................... 32
Gambar 23 Hasil Implementasi Inverter ............................................................... 32
3
ABSTRAK
Pembimbing : Dr. Ali Sadiyoko, S.T., M.T.
Ketua Peneliti : Levin Halim, S.T., M.T.
Anggota Peneliti : Oetomo, S.T., M.T.
Solar Inverter merupakan salah satu komponen utama pada sistem PLTS agar dapat
menghasilkan daya yang dapat dikonsumsi oleh beban-beban yang ada. Solar
Inverter berperan untuk mengubah energi listrik DC, yang intermittent dari PLTS,
menjadi AC untuk suplai ke arah beban. Hal ini menjadikan solar inverter beserta
sistem kendali untuk menghasilkan AC yang diinginkan merupakan hal yang
esensial pada sistem PLTS.
Pada penelitian ini, akan dirancang dan dibuat sebuah teknologi tepat guna berupa
solar inverter yang kemudian dibandingkan dengan inverter yang dipakai pada
sistem PLTS off-grid. Solar Inverter yang dibuat akan memiliki fitur pure-sine, dan
memiliki regulasi output yang baik sebagaimanapun input dari solar inverter
tersebut.
Hasil pembuatan solar inverter tersebut akan dibandingkan dengan inverter yang
ada di pasaran untuk kemudian dibandingkan performanya pada sistem PLTS Off-
Grid.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Energi yang digunakan di bumi semuanya diperoleh dari bintang terdekat, yaitu
matahari. Bentuk-bentuk energi tersebut tersimpan dalam bentuk yang beragam.
Dewasa ini, perkembangan pada sektor energi listrik difokuskan kepada energi
listrik dengan sumber energi terbarukan yang dikonversikan ke energi listrik.
Sumber energi terbarukan tersebut meliputi tenaga surya, tenaga angin, arus air dari
siklus air, dan panas bumi yang merupakan proses alam yang berkelanjutan.
Kebutuhan akan energi listrik dari sumber energi primer terbarukan menjadi
sangat meningkat. Energi listrik di Indonesia, terutama di Jawa-Bali pada tahun
2016 berdasarkan pada [1], sebagian besar energi listrik berasal dari bahan bakar
fosil yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap sekitar lebih dari 50%.
Pembangkitan energi listrik dari bahan bakar fosil akan menghasilkan gas
karbon yang menjadi penyebab efek rumah kaca. Terlebih lagi, sebagian besar
energi listrik di dunia, terutama yang dihasilkan dari energi nuklir.Sejak terjadinya
kecelakaan reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, banyak proyek-proyek
pembangkit listrik tenaga nuklir yang dihentikan atau dimatikan lebih awal dari
jadwal COD (Commercial Operation Date) ketika PLTN tersebut masih dalam
tahap konstruksi.Salah satu dari sumber energi terbarukan yang paling mudah untuk
dikonversikan menjadi energi listrik adalah sumber energi dari tenaga surya dengan
menggunakan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Matahari merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan.
Jumlah radiasi sinar matahari yang dihasilkan oleh matahari sangatlah besar
sehingga menjadikan PLTS menjadi alternatif sumber energi terbarukan yang
sangat menjanjikan.
Namun, sebagai pembangkit listrik yang bersih dan terbarukan, listrik yang
dihasilkan oleh PLTS berlimpah pada siang hari ketika beban listrik yang
dibutuhkan tidak terlalu besar.
5
PLTS memanfaatkan teknologi fotovoltaik pada solar cell yang
mengkonversikan radiasi sinar matahari dan temperatur menjadi arus listrik.
Namun, energi listrik yang dihasilkan oleh Sistem PLTS tersebut membutuhkan
sebuah sistem kendali dan sebuah solar inverter untuk dapat menghasilkan arus
listrik yang dapat dipakai pada beban-beban listrik yang ada (beban Alternating
Current – AC).
Solar Inverter merupakan salah satu komponen utama pada sistem PLTS agar
dapat menghasilkan daya yang dapat dikonsumsi oleh beban-beban yang ada. Solar
Inverter berperan untuk mengubah energi listrik DC, yang intermittent dari PLTS,
menjadi AC untuk suplai ke arah beban. Hal ini menjadikan solar inverter beserta
sistem kendali untuk menghasilkan AC yang diinginkan merupakan hal yang
esensial pada sistem PLTS. Teknologi Solar Inverter telah dibahas pada beberapa
referensi [2]–[12].
Pada penelitian ini, akan dirancang dan dibuat sebuah teknologi tepat guna
berupa solar inverter yang kemudian dibandingkan dengan inverter yang dipakai
pada sistem PLTS off-grid seperti yang telah didesain pada [5]. Solar Inverter yang
dibuat akan memiliki fitur pure-sine, dan memiliki regulasi output yang baik
sebagaimanapun input dari solar inverter tersebut. Ukuran kuantitatif daripada
penelitian ini merupakan terbuatnya sebuah teknologi tepat guna berupa solar
inverter yang dapat diaplikasikan pada sistem PLTS off-grid. Penelitian akan
menghasilkan capaian teknologi tepat guna dan makalah untuk jurnal nasional tidak
terakreditasi.
6
Gambar 1 Peta Jalan Penelitian Teknik Elektro Konsentrasi Mekatronika
Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari peta jalan penelitian Teknik
Elektro Konsentrasi Mekatronika Fakultas Teknologi Industri UNPAR pada bagian
Sistem Energi yang merupakan salah komponen penting dalam sistem mekatronika
pintar.
1.2.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Membuat teknologi tepat guna solar inverter dengan sistem kendalinya
yang memiliki fitur pure-sine dan memiliki regulasi output yang baik
2. Desain dan perancangan alat ukur sederhana serta metode untuk
membandingkan bentuk sinyal dan efisiensi daya solar inverter yang dibuat
dengan inverter yang dipakai pada sistem PLTS off-grid yang tersedia di
pasaran
3. Desain dan perancangan beban dummy sederhana.
7
1.3. METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap antara lain:
1. Desain Solar Inverter
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi seluruh kebutuhan fungsi dari solar
inverter, kemudian dilakukan desain terhadap solar inverter untuk PLTS
off-grid dalam bentuk skematik.
2. Pembuatan Solar Inverter untuk PLTS Off-Grid
Pada tahap ini, implementasi teknologi tepat guna nyata solar inverter
dilakukan. Sehingga menghasilkan suatu produk teknologi tepat guna yang
dapat digunakan untuk sistem PLTS Off-Grid
3. Evaluasi Solar Inverter untuk PLTS Off-Grid
Pada tahap ini, evaluasi terhadap implementasi teknologi tepat guna
dilakukan melalui 2 tahap:
a) Untuk dapat melakukan perbandingan efisiensi daya, perlu dibuat
perangkat pengukuran sederhana untuk mengukur arus dan tegangan
input dan output dari solar inverter dengan inverter di pasaran.
Lebih lanjut untuk dapat mengukur perbandingan output, setiap
inverter perlu diberi beban yang seragam dan standart, disini beban
dummy digunakan.
b) Setelah alat ukur serta beban dummy dibuat, pengukuran pada solar
inverter dilakukan. Pengukuran dapat dilakukan dengan
membandingkan inverter yang umumnya digunakan untuk PLTS
Off-Grid dengan solar inverter yang dibuat.
4. Pembuatan Laporan
Setelah menyelesaikan tahap-tahap dalam penelitian di atas, tahap akhir
berupa penulisan laporan termasuk rekomendasi untuk sistem menjadi lebih
baik.
8
2. Makalah Ilmiah untuk Jurnal Nasional
3. Topik bahan ajar mata kuliah Dasar Sistem Tenaga Listrik, Sistem
Pengukuran dan Akuisisi Data.
4. Topik bahan praktikum mata kuliah Elektronika, Dasar Sistem Kendali,
Sistem Kendali Digital.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Namun, biaya awal untuk pengembangan pembangkit PV cukup tinggi karena
pasar yang belum mencapai kematangan penuh dilihat dari segi teknis dan
ekonomis.
Output daya listrik tahunan pembangkit PV tergantung pada faktor-faktor yang
berbeda. Antara lain:
Insiden Radiasi Matahari di situs Instalasi
Orientasi dan kecenderungan arah panel
Kehadiran atau ketidakhadiran bayangan
Performansi teknis dari komponen pembangkit (modul utama dan inverter)
Aplikasi utama dari pembangkit PV adalah:
Instalasi (dengan sistem penyimpanan) untuk pengguna yang madiri
(isolated from grid) lepas dari grid
Instalasi untuk pengguna yang terkoneksi ke grid tegangan rendah
Pembangkit Listrik Tenaga Surya berdaya besar, biasanya terkoneksi ke
grid tegangan menengah dengan daya tidak kurang dari 1 kW.
Sebuah pembangkit PV pada dasarnya dibentuk oleh generator (PV panel atau
solar panel), dengan bingkai pendukung untuk mount panel pada tanah, pada sebuah
bangunan atau struktur bangunan manapun, oleh sistem untuk kontrol daya dan
conditioning, oleh kemungkinan sistem penyimpanan energi, oleh switchboards
dan switchgear dengan housing pensaklaran dan peralatan perlindungan dan dengan
kabel sambungan.
2.2.2. Energi dari Matahari
Dalam termonuklir inti matahari terjadi reaksi fusi tak henti-hentinya di jutaan
derajat; kemudian merilis besar jumlah energi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Sebagian dari energi ini mencapai area luar atmosfer bumi dengan
radiasi rata-rata (solar konstan) dari sekitar 1367 W/m2 ± 3%, nilai yang dapat
bervariasi sebagai fungsi dari jarak Bumi-ke-Matahari dan dari aktivitas matahari
(sunspot). Karena orbit eliptikal bumi yang mengitari matahari, jarak terpendek ke
matahari ada pada Desember dan Januari, dan yang terjauh ada pada Juni dan Juli.
11
Gambar 2 Radiasi Extra-Atmospheric [14]
Dengan radiasi matahari (solar irradiance) yang dimaksud adalah insiden intensitas
cahaya radiasi elektromagnetik pada permukaan 1 meter persegi [kW/m2] .
Intensitas tersebut adalah sama dengan integral dari daya yang berhubungan dengan
masing-masing nilai frekuensi spektrum radiasi matahari. Ketika melewati
atmosfer, radiasi matahari berkurang dalam intensitasnya karena sebagian
tercermin dan diserap (oleh uap air dan oleh gas atmosfer lainnya). Radiasi yang
terlewat sebagian disebarkan oleh udara dan oleh partikel padat di udara.
12
Gambar 3 Aliran Energi antara Matahari, Atmosphere, dan Tanah [14]
13
Gambar 4 Pembangkit PV [14]
Beberapa panel elektrik dihubungkan secara seri merupakan sebuah array dan
beberapa array, secara elektrik terhubung dalam paralel untuk menghasilkan daya
yang dibutuhkan, merupakan generator atau bidang photovoltaic.
14
2. Inverter
Conditioning daya dan sistem kendali dilakukan oleh inverter yang mengubah
arus searah (DC – Direct Current) menjadi bolak-balik (AC – Alternating Current)
saat ini dan kontrol kualitas output daya untuk dikirimkan ke grid, juga dengan cara
filter LC dalam inverter itu sendiri. Adapun prinsip skema inverter sebagai berikut:
15
Gambar 7 Prinsip Teknologi PWM [14]
16
Titik maksimum transfer daya sesuai dengan titik singgung antara
karakteristik I-V untuk diberikan nilai radiasi matahari dan hiperbola persamaan:
𝑉. 𝐼 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (1)
Sistem MPPT digunakan secara komersial mengidentifikasi titik daya pada
kurva karakteristik generator dengan menyebabkan, secara berkala, variasi kecil
beban yang menentukan penyimpangan dari nilai tegangan – arus dan mengevaluasi
jika produk baru I-V lebih tinggi atau lebih rendah maka sebelumnya yang dipilih.
Karena karakteristik yang diperlukan dari kebutuhan performa inverter
untuk pembangkit mandiri dan untuk pembangkit grid-connected pembangkit harus
memiliki karakteristik yang berbeda:
Pembangkit mandiri, inverter harus mampu menyediakan sisi tegangan AC
se-konstan mungkin pada produksi generator dan permintaan beban yang
bervariasi;
Pada pembangkit grid-connected inverter akan mereproduksi, se-persis
mungkin, tegangan jaringan dan pada saat yang sama mencoba untuk
mengoptimalkan dan memaksimalkan keluaran energi dari panel PV .
17
(a) sistem PV DC sederhana tanpa baterai dan (b) sistem PV besar dengan beban
DC maupun AC.
Gambar 8 Representasi Skematik (a) sistem PV DC Sederhana untuk Mendayai Pompa Air tanpa
Penyimpanan Energi, (b) sistem PV kompleks termasuk Baterai, conditioner daya, dan beban AC maupun
DC [15]
2. Sistem Grid-Connected
Sistem grid-connected telah menjadi semakin populer sebagai aplikasi yang
terintegrasi. PV terhubung ke grid melalui inverter, dan tidak memerlukan baterai
karena grid dapat menerima semua listrik yang generator PV suplai. Alternatifnya,
PV digunakan sebagai pembangkit listrik untuk grid. Sebuah sistem PV grid-
connected secara skematik adalah sebagai berikut:
18
Gambar 9 Representasi Skematik Sistem PV Grid-Connected [15]
3. Sistem Hybrid
Sistem hybrid terdiri dari kombinasi modul PV dan sistem pembangkit listrik lain
seperti diesel, gas atau angina.Sistem hybrid ini secara skematik dapat ditinjau
sebagai berikut:
19
Dalam rangka mengoptimalkan operasi dari dua generator, sistem hybrid
biasanya membutuhkan kontrol yang lebih canggih dari sistem PV stand-alone.
Misalnya, dalam kasus sistem PV disandingkan dengan pembangkit diesel, mesin
diesel harus dimulai ketika baterai mencapai tingkat discharge yang ditentukan dan
berhenti lagi ketika baterai mencapai keadaan pengisian yang cukup. Generator
back-up dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai saja atau untuk memasok
beban juga.
Masalah umum dengan generator PV/diesel hybrid adalah kurangnya
pengendalian dari generator diesel. Jika baterai dipertahankan pada terlalu tinggi
keadaan pengisiannya oleh generator diesel, maka energi yang bisa dihasilkan oleh
generator PV akan terbuang. Sebaliknya, jika baterai diisi tidak cukup, maka umur
operasional pembangkit akan berkurang. Masalah tersebut harus dihadapi jika
generator PV ditambahkan dengan mesin diesel tanpa instalasi sistem otomatis
untuk starting mesin dan kendali output.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Implementasi Solar
Pembuatan Solar
Desain Solar Inverter Inveter pada PLTS
Inverter
Off-Grid
Evaluasi Solar
Evaluasi Desain Penulisan Laporan
Inverter
A B
21
khusus yang dapat mengkonversi tegangan DC yang bervariasi, menjadi tegangan
AC yang terregulasi dengan baik.
Inverter di-desain secara khusus untuk aplikasi pada Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Off-Grid dan akan memiliki fitur sebagai berikut:
Pure Sine-Wave Output
Inverter akan menghasilkan tegangan output yang murni sinusoidal. Hal ini
dilakukan agar output dari inverter tersebut tidak merusak peralatan yang
cukup sensitif terhadap bentuk gelombang dari tegangan-nya (seperti motor
listrik).
Regulasi Input
Hal ini dilakukan agar mendapatkan tegangan AC 220 V pada sisi output
berapapun inverter ini dibebani serta berapapun tegangan input yang
dihasilkan
22
Gambar 12 Topologi Umum Inverter
Solar inverter yang merupakan aplikasi khusus inverter pada PLTS yang akan
dirancang, dilakukan dengan menggunakan topologi umum inverter tersebut dan
dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat mendapatkan fitur-fitur yang diinginkan
sesuai dengan hasil desain dari solar inverter yang dilakukan sebelumnya.
23
Gambar 13 Rangkaian Pengukur Arus [16]
Pengukuran daya dilakukan dengan mengukur arus dan tegangan input dan
output dari modul-modul yang dibandingkan. Pada Gambar 13 diperlihatkan
rangkaian untuk mengukur arus. Sedangkan untuk dapat mengukur daya keluaran
dari inverter diperlukan beban dummy yang diperlihatkan pada Gambar 14.
24
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
Bulan ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Studi
1
Pustaka
Desain Solar
2
Inverter
Evaluasi
3 Desain Solar
Inverter
Pembuatan
4 Solar
Inverter
Evaluasi
5 Solar
Inverter
Implementasi
6 Nyata Solar
Inverter
Penyusunan
8
Laporan
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Boost
H-Bridge
Converter
DC Higher
AC
Voltage DC Voltage
Komponen utama dari inverter tersebut adalah Boost Converter dan H-Bridge.
Boost Converter merupakan sebuah perangkat elektronik yang mengubah tegangan
DC 12 Volt, menjadi tegangan DC yang lebih tinggi (sekitar 310 Volt). Sedangkan
H-Bridge berfungsi untuk menjadikan tegangan DC tersebut menjadi bolak-balik.
26
5.2. PEMODELAN
Pemodelan dilakukan dengan menggunakan melakukan penurunan rumus
Boost Converter berdasarkan rangkaian dasar Boost Converter tersebut yang dapat
dilihat pada Gambar 16.
Dari rangkaian tersebut, dapat dilihat bahwa sifat rangkaian akan berubah bila
sakelar SW = ON dan SW = OFF. Oleh karena itu, rangkaian Boost Converter akan
menjadi seperti pada Gambar 17 saat SW = ON dan Gambar 18 saat SW = OFF.
Pemodelan dilakukan terhadap kedua rangkaian Boost Converter saat SW=ON dan
SW=OFF dengan memanfaatkan state space sebagai sarana untuk memodelkan
rangkaian tersebut.
27
Pada saat SW = ON, dengan memanfaatkan loop 𝑖𝐿 , didapatkan persamaan sebagai
berikut:
dan
28
State Space untuk rangkaian Boost Converter SW=ON:
dan
29
State Space untuk rangkaian Boost Converter SW=OFF:
5.3. SIMULASI
Berdasarkan hasil pemodelan yang telah dibahas sebelumnya, inverter yang
telah didesain kemudian disimulasikan dengan memanfaatkan perangkat lunak
30
PSIM untuk mendapatkan hasil arus bolak-balik yang diinginkan. Rangkaian untuk
simulasi dapat dilihat pada Gambar 20.
Hasil simulasi untuk rangkaian tersebut cukup baik, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 21 dimana sudah menghasilkan tegangan bolak-balik AC.
5.4. IMPLEMENTASI
Seluruh rangkaian tersebut kemudian diimplementasikan dengan
memanfaatkan input DC dari baterai accumulator VLRA 12 Volt untuk mendayai
lampu pijar 100 Watt. Hasil daripada implementasi tersebut cukup baik untuk tahap
awal (diperlihatkan pada Gambar 22 dan Gambar 23).
31
Gambar 22 Rangkaian Implementasi Inverter
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Desain Inverter mempunyai struktur konfigurasi yang memanfaatkan dua
jenis perangkat elektronik, yaitu Boost Converter dan H-Bridge
2. Boost Converter dikendalikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan
tegangan DC yang berbentuk gunung-gunung.
3. H-Bridge hanya berperan sebagai pembolak-balik daripada tegangan
berbentuk gunung-gunung tersebut.
4. Hasil Pemodelan dan Simulasi menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan
Boost Converter dan H-Bridge, Inverter sudah dapat menghasilkan
tegangan AC bolak-balik.
5. Hasil Implementasi menunjukkan bahwa inveter sudah mampu mendayai
lampu pijar 100 Watt dengan baik.
6.2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Rangkaian Implementasi diberikan packaging yang baik agar dapat
dimanfaatkan masyarakat dengan mudah.
2. Melakukan implementasi pada sistem PLTS Off-Grid yang sesungguhnya.
3. Merancang dan melakukan desain serta implementasi Grid-Tied Solar
Inverter sebagai keberlanjutan penelitian ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ministry of Energy and Mineral Resources of Indonesia, “Ruptl Pln 2016-
2025.” 2016.
[2] M. . Fortunato, A. . Giustiniani, G. . Petrone, G. . Spagnuolo, and M. . Vitelli,
“Maximum power point tracking in a one-cycle-controlled single-stage
photovoltaic inverter,” IEEE Trans. Ind. Electron., vol. 55, no. 7, pp. 2684–
2693, 2008.
[3] H. Fujita, “A high-efficiency solar power conditioner using a zigzag-
connected chopper converter,” 2010 Int. Power Electron. Conf. - ECCE Asia
-, IPEC 2010, pp. 1681–1687, 2010.
[4] R. González, E. Gubía, J. López, and L. Marroyo, “Transformerless single-
phase multilevel-based photovoltaic inverter,” IEEE Trans. Ind. Electron.,
vol. 55, no. 7, pp. 2694–2702, 2008.
[5] L. Halim and C. F. Naa, “SISTEM PENDAYAAN ENERGI LISTRIK
PADA RUMAH KACA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA SURYA,” 2016.
[6] L. Hassaine, E. Olias, J. Quintero, and M. Haddadi, “Digital power factor
control and reactive power regulation for grid-connected photovoltaic
inverter,” Renew. Energy, vol. 34, no. 1, pp. 315–321, 2009.
[7] S. B. Kjær, Design and Control of an Inverter for Photovoltaic Applications,
no. January. 2005.
[8] J. M. A. Myrzik and M. Calais, “String and module integrated inverters for
single-phase grid connected photovoltaic systems - A review,” 2003 IEEE
Bol. PowerTech - Conf. Proc., vol. 2, pp. 430–437, 2003.
[9] R. Razi and M. Monfared, “Multi-loop control of stand-alone inverters with
minimum number of sensors,” IET Power Electron., vol. 9, no. 12, pp. 2425–
2433, 2016.
[10] A. Report, “PV Inverter Design Using Solar Explorer Kit,” no. July, pp. 1–
35, 2013.
[11] C. Schauder, “Impact of FERC 661-A and IEEE 1547 on photovoltaic
34
inverter design,” Proc. IEEE Power Eng. Soc. Transm. Distrib. Conf., vol.
2210, 2012.
[12] T. Shimizu, O. Hashimoto, and G. Kimura, “A novel high-performance
utility-interactive photovoltaic inverter system,” IEEE Trans. Power
Electron., vol. 18, no. 2, pp. 704–711, 2003.
[13] S. P. Nangare and S. S. Utture, “3P (Printed Paper Photovoltaic)
Technology,” IOSR J. Mech. Civ. Eng., pp. 4–10, 2010.
[14] ABB, Technical Application Papers No.10: Photovoltaic Plants, no. 116.
ABB, 2010.
[15] M. Zeman, “Photovoltaic Systems,” in Solar Cells, Delft University of
Technology, 2012.
[16] D. Incorporated, “ZXCT1009,” no. April. pp. 1–8, 2011.
[17] Ken, “Building a Dummy Load and Measuring Power Accurately,” K4EAA.
[Online]. Available: http://k4eaa.com/dummy.html.
[18] M. Franz, “Dummy Load,” HB9EFY, 2010. [Online]. Available:
http://www.endorphino.de/projects/electronics/dummyload/index_en.html.
35
RANCANGAN REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN
Keterangan Harga
Gaji dan Upah Honor Peneliti Rp. 3.000.000,-
H – Bridge
Solar Panel
Bahan-Bahan dan Mikro-controller
Rp. 6.700.000,-
Peralatan Frame Alumunium
PCB
Kabel
Beban Dummy
Dokumentasi Photocopy dan Jilid Rp. 300.000,-
Total Rp. 10.000.000,-
36