Anda di halaman 1dari 3

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, dan juga

menunjukan perubahan sikap. Pengidap skizofrenia umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan
antara kenyataan dengan pikiran yang ada pada diri si pengidap. (Dini Widayanti)

Penyebab Skizofrenia ( Dwi wida Maryani)

Meski penyebab utama skizofrenia belum ditemukan, ada beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab dari skizofrenia, antara lain:

Faktor Genetik

Keturunan dari pengidap skizofrenia, memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk mengidap skizofrenia.
Risiko tersebut akan meningkat 40 persen lebih besar ketika kedua orangtua sama-sama pengidap
skizofrenia. Sementara itu, anak kembar yang salah satunya menderita skizofrenia, risiko akan
meningkat 50 persen lebih besar.

Komplikasi saat Kehamilan dan Persalinan

Skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika masa kehamilan dan
dampaknya akan terlihat ketika anak tersebut lahir. Kondisi tersebut, seperti paparan racun dan virus,
ibu seorang pengidap diabetes, perdarahan dalam masa kehamilan, serta kekurangan nutrisi. Selain dari
kehamilan, komplikasi yang terjadi pada masa persalinan juga dapat menyebabkan seorang anak
mengidap skizofrenia. Contoh komplikasi yang dimaksud, seperti berat badan yang terlalu rendah saat
kelahiran, kelahiran yang prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen saat dilahirkan.

Faktor Kimia pada Otak

Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin pada otak, dapat menjadi salah satu penyebab dan
meningkatkan risiko seseorang mengidap skizofrenia. Keduanya merupakan zat kimia yang berfungsi
untuk mengirim sinyal antara sel-sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter.
Gejala skizofrenia, yaitu: (Helmi Febrianto)

• Cenderung mengasingkan diri dari orang lain.

• Mudah marah dan depresi.

• Perubahan pola tidur.

• Kurang konsentrasi dan motivasi.

• Halusinasi

• Delusi

• Kesulitan dalam berpikir dan berbicara

Pengobatan Skizofrenia

1. Obat-Obatan

Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan obat antipsikotik dalam dosis
seminimal mungkin. Antipsikotik bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak.
Pasien harus tetap mengonsumsi antispikotik untuk seumur hidupnya, meskipun gejala yang dialami
sudah membaik. Obat antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntik.

Beberapa jenis antipsikotik tipikal adalah chlorpromazine, fluphenazine, dan haloperidol. Sedangkan
jenis antipsikotik atipikal antara lain aripiprazole, clozapine, olanzapine, dan risperidone.

2. Psikoterapi

Psikoterapi untuk penderita skizofrenia bertujuan agar penderita dapat mengendalikan gejala yang
dialaminya.

• Terapi individual. Pada terapi ini, psikiater akan mengajarkan keluarga dan teman pasien
bagaimana berinteraksi dengan pasien. Di antara caranya adalah dengan memahami pola pikir dan
perilaku pasien.

• Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir pasien.
Kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-obatan, akan membantu pasien memahami pemicu
halusinasi dan delusi, serta mengajarkan pasien cara mengatasinya.

• Terapi remediasi kognitif. Terapi ini mengajarkan pasien cara memahami lingkungan sosial, serta
meningkatkan kemampuan pasien dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu, dan mengendalikan
pola pikirnya.

• Terapi elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif, untuk meredakan keinginan bunuh diri,
mengatasi gejala depresi berat, dan menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4
minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.

Anda mungkin juga menyukai