Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

M
DENGAN ARTHRITIS REUMATOID

OLEH:
LARASATI AKJULIMA
20131035
KELOMPOK : D2

DOSEN PEMBIMBING:
MERIA KONTESA, SKp, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
I. KONSEP DASAR LANSIA
A. Pengertian Lansia
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2010).
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
B. Proses Menua
Proses menua menurut (Santi, 2009), (aging) adalah suatu keadaan alami
selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55
tahun terjadi proses menua secara alamiah. Menua didefinisikan sebagai perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability) dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apabila
seseorang mengalami proses menua secara fisiologis maka proses menua terjadi
secara alamiah atau sesuai dengan kronologis usianya (penuaan primer). Proses
menua seseorang yang lebih banyak dipengaruhi faktor eksogen, misalnya
lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup disebut mengalami proses menua secara
patologis (penuaan sekunder).
C. Perubahan yang terjadi pada lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas
dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah
meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa
factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur
tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi
absorbsi menurun.
i. Sistem Genitourinaria.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi
vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron.
k. Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat
penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel
epidermis.
l. System Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban,
otot mudah kram dan tremor.

2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan
sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.
3. Perubahan Psikososial

 Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa


tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic
dan depresif.
 Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
 Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status,
teman atau relasi
 Sadar akan datangnya kematian.
 Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
 Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
 Penyakit kronis.
 Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
 Gangguan syaraf panca indra.
 Gizi
 Kehilangan teman dan keluarga.
 Berkurangnya kekuatan fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu
perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

1. Perubahan biologis meliputi :

 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan
jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.
 Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan
gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn
dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena
adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
 Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan
fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
 Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang
dapat menyebabkan wasir .
 Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi
lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu
aktivitas/ kegiatan sehari-hari.
 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa
kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia
dan ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya
abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
yang disebut dimensia atau pikun.
 Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
 Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering
kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

2. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma
lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
3. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman
usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi
kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan
membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan
yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya
diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
4. Perawatan Lansia
Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:
5. Pendekatan Psikis.
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan
sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.
6. Pendekatan Sosial.
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton
televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa
persaudaraan.
7. Pendekatan Spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.'
II. KONSEP DASAR KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur
internal maupun lingkungan eksternalnya. Keluarga terdiri atas individu yang
bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam
suatu rumah tangga yang sama (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga. Defenisi ini mencakup berbagai hubungan di luar perspektif legal, termasuk
didalamnya adalah keluarga yang tidak ada hubungan darah, pernikahan, atau adopsi
dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedman,
2010).
B. Struktur Keluarga
a) Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu
menyelesaikan konflik keluarga, (3) berfikir positif, dan (4) tidak mengulang-
ulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi
dan ada yang tidak, hal ini bias disebabkan oleh beberapa factor yang ada dalam
komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, entvirontment
dan receiver.( friedman 2010)
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
1) Karakteristik pengirim yang berfungsi
 Yakin ketika menyamoaikan pendapat
 Jelas dan berkualitas
 Meminta feedback
 Menerima feedback
2) Pengirim yang tidak berfungsi
 Lebih menonjolkan asumsi
 Ekspresi yang tidak jelas
 Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan
sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang
 Tidak mampu mengemukakan kebutuhan atau keinginannya
 Komunikasi yang tidak sesuai
3) Karakteristik penerima yang berfungsi
 Mendengar
 Feedback
 Memvalidasi
4) Penerima yang tidak berfungsi
 Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
 Diskualifikasi
 Offensive
 Kurang mengekplorasi
 Kurang memvalidasi
5) Pola komunikasi didalam keluarga yang berfungsi
 Menggunakan emosional
 Komunikasi terbuka dan jujur
 Hirarki dan kekuatan dan peraturan keluarga
 Konflik keluarga dan penyelesaiannya
6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
 Focus pembicaraan hanya pada seseorang (tertentu)
 Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
 Kurang empati
 Selalu mengulang isu dan mendapat sendiri
 Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
 Komunikasi tertutup
 Bersifat negative
 Mengembangkan gossip
b) Struktur peran
Peran adalah serangakaian perilaku yang di harapkan sesuai dengan posisi
social yang diberikan. Yang di maksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak
(Friedman 2010).
 Perilaku peran anggota keluarga

Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
Peran ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bias berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental social dan spiritual.

c) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau actual) dari individu untuk
mengendalikan atau empengaruhi untuk merubah orang alain kearah positif.
Tipe structural kekuatan:
d) Nilai nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sitem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma
peraturan.
Norma adalah adalah pola perilaku yang abik, menurut system nilai dalam
keluarga, budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan denhgan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
C. Tipe atau bentuk keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dngan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari : (friedman 2010)
a) The Nuclear Family (Keluarga inti)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau
angkat)
b) The Extended Family (keluarga besar)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.
c) The Dyad Family (Keluarga “Dyad”)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tampa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
d) Single-parent (Orang tua tunggal)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian
e) The Single Adult Living Alon/Single Adult Family
Yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
f) Blended Family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
g) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh : dapur,
kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-lain)
h) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah
i) Commter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat “weekend”
j) Keluarga Usila
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang berusia lanjut dengan
anak yang sudah memisahkan diri
k) Composit Family
Keluarga yang perkawinannya berpoligami & hidup bersama
l) The Childless Family
Keluarga tampa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier atau pendidikan
yang terjadi pada wanita
Tipe keluarga Non Tradisional :
a) The unmarried teenage mother,
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu ) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
b) Commune family,
Beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
c) The nonmarital heterosexsual cohabiting family,
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa memalui
pernikahan.
d) Gay and lesbian family
Dua individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
dalam satu rumah tangga sebagaimana “ marital pathners”
e) Chohabitating couple,
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan
tertentu.
f) Group- marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
paling merasa telah saling menikah satu dengan lainnya, berbagi termasuk sexsual
dan membesarkan anak.
g) Group network family,
Keluraga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barag-barang rumah tangga bersama, pelanyaan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h) Foster family
Kelurga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali kelurga yang aslinya.
i) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
j) Gang/together family,
Sebuah bentuk kelurga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
D. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
1. TAHAP I : KELUARGA PASANGAN BARU
Pembentukan pasangan menandkana permulaan suatu keluarga brau dengan
pergerakkan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang
baru.Tahap ini juga disebut tahap pernikahan.
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA. Membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan sevara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, dan pada periode ini, perencanaan keluarga meliputi tiga
tugas kritis :
 MEMBENTUK PERNIKAHAN YANG MEMUASKAN BAGI
KEDUA BELAH PIHAK

Pada saat kedua orang menyatu dalam sebuah pernikahan, perhatian


pertama mereka adalah mempersiapkan tipe baru dalam kehidupan
bersama. Membentuk hubungan sukses bergantung pada akomodasi
mutual yang baru saja didiskusikan dan berdasarkan sifat yang saling
melengkapi, atau bersama –sama mneyesuaikan kebutuhan dan minat
pasangannya.
Selain itu, seberapa besar kesuksesan pengembangan hubungan
pernikahan akan bergantung pada seberapa baik setiap pasangan
membedakan atau memisahkan keluarga masing-masing dari keluarga
asli mereka
 BERHUBUNGAN SECARA HARMONIS DENGAN JARINGAN
KEKERABATAN.

Perpindahan peran dasar terjadi dalam pernikahan pertama, pada saat


pasangan berpindah dari rumah orang tua mereka kelatar tempat
baru.secara bersamaan mereka menjadi anggota dari tiga buah keluarga
masing-masing keluarga asli mereka ditambah keluarga mereka sendiri
yang baru saja mereka ciptakan.
 MERENCANAKAN SEBUAH KELUARGA.

Memiliki atau tidak memiliki anak dan menetapkan waktu kehamilan


adalah keputusan keluarga yang penting.Mckinney (2000) menekankan
pentingnya mempertimbankan kehamilan keluarga secara menyeluruh
ketika seseorang bekerja dalam unit keperawatan maternitas.
b) PERHATIAN KESEHATAN

Perhatikan kesehatan pada saat inimeliputi perhatian yang terkait dengan


penyesuaian peran seksual dan pernikahan,penyuluhan dan konseling keluarga
berencana,serta komunikasi.
2. TAHAP II: CHILDBEARING FAMILY
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan.Transisi kemasa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam
siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi
kelompok trio,membuat system yang permanen pada keluarga untuk pertama
kalinya.
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas


perkembangan penting.Suami, istri dan anak harus mempelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan
tanggung jawab. Hal ini melibatkan pertautan yang silmutan dari tugas
perkembangan setiap anggota keluarga da keluarga sebagai keseluruhan
b) PERHATIAN KESEHATAN

Perhatian keluarga pada tahap ini dimulai dengan persiapan menjadi orang tua.
Konseling keluarga berencana harus dimulai selama periode prenatal atau
pascapartum karena banyak pasangan yang tidak menunggu untuk memulai
kembali hubungan seksual sampai pemerksaan pascapartum tradisional yang
berlangsunng selama enam minggu.
3. TAHAP III : KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
dua setengah tahun dan di akhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah,
istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi
lebih kompleks dan berbeda
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas.


Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi
dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat
rumah dan jarak yang adekuat menjadi maslah utama. Peralatan da fasilitas
juga harus aman untuk anak-anak, karena alas an itu mortalitas dan disabilitas
pada thap ini sebagian besar terjadi karena cidera.Mengkaji rumah tentang
adanya bahaya keselamatan.

b) PERHATIAN KESEHATAN

Masalah kesehatan fisik yang utama adalah seringnya penyakit menular yang
dialami oleh anak dan umumnya cidera akibat jatuh, luka bakar, keracunan,
dan cidera lain yang terjadi selama masa prasekolah.
4. TUGAS IV : KELUARGA DENGAN ANAK SEKOLAH
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanyan pada usia 5 tahun, dan di akhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar
usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal
dan hubungan keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Salah satu tugas kritis orang tua dalam menyosialisasikan anak-nak mereka
pada saat ini adalah ermasuk meningkatkan prestasi sekolah.tugas yang
lainnya adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
b) PERHATIAN KESEHATAN

Kondisi cacat pada anak dapat menjadi ringan selama periode kehidupan anak
ini. Perawat dan guru akan mendeteksi banyak defek visual, pendengaran, dan
bicara selain mempelajari masalah gangguan perilaku, perawatan gigi yang
tidak adekuat, penganiyaan anak, penyalah gunaan zat, dan penyakit.

5. TAHAP V : KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau
tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jka anak meninggalkan keluarga lebuh
awal atatu lebih laam jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau
20 tahun. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan
ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
a) PERAN TANGGUNG JAWAB DAN MASALAH ORANG TUA

Tidak ada gunanya mengatakan bahwa tugas membesarkan anak remaja saat
ini adalah tugas orang tua yang tersulit. Meski demikian, orang tua harus
berhadapan dengan uji keterbatasan yang tidak beralasan yang telah ditetapkan
dalam keluarga pada saat keluarga tersebut melalui proses “melepaskan”
secara bertahap
b) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Tugas perkembangna keluarga yang pertama dan utama pada thap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi.
c) PERHATIAN KESEHATAN

Pada tahap ini, kesehtan fisik anggota keluarga biasanya baik, tetapi promosoi
kesehatan tetap merupakan perhatian yang penting.
6. TAHAP VI : KELUARGA MELEPASKAN ANAK DEWASA MUDA
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika
anak terkahir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup siingkat atau
bertahan lama, bergantung jumlah anak dalm keluarga
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELURGA,
Pada saat keluarga membantu anak tertua untuk ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya , yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
Dan ketika anak yang telah “terjun ke dunia luar tersebut” menikah,
keluarga adalah memperluas lingkaran keluarga untuk memasukkan anggota
baru dari pernikahan dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu sendiri.
b) PERHATIAN KESEHATAN
Perhatian kesehatan utama melibatkan masalah komunikasi antara anak
dewasa muda dan orang tua mereka, maslah transisi peran bagi istri dan suami,
perhatian pemberi asuhan, dan kegawatan kondisi kesehtan kronik atau factor-
faktor predisposisi seperti tingginya kadar kolesterol, obesitas, dan tekanan
darah tinggi.
7. TAHAP VII: ORANG TUA PARUH BAYA
Tahap ketujuh dari sirkus kehidupan keluarga, merupakan tahap masa
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakir meninggalkan rumah dan
berakir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya
dimulai ketika orang tua berusia 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan
pensiunnya pasangan, biasanya 16 sampai sampai 18 tahun kemudian. Biasanya,
pasangan baru di tahun-tahun pertengahan mereka merupakan keluarga inti,
walaupun tetap berinteraksi dengan orang tua lansia mereka dan dengan anggota
keluarga lain dafri keluarga asalnya, dan dengan keluarga baru yang didapat dari
pernikahan anak cucu (keturunan) mereka. Pasangan pasca-menjadi orang tua saat
ini tidak lagi terisolasi, semakin banyak pasangan paruh baya yang tidak lagi
melaksanakan kesibukan harian mereka dan meluangkan waktu lebih banyak
dalam fase pascaparental, dengan perluasan hubungan kekeluargaaan antara empat
generasi bukanlah hal yamg jaramg (Roth, 1997).
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA.

Pada saat anak terkir meninggalkan rumah, banyak wanita


memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup
dalam kesepian.Bagi beberapa wanita, krisis paruh baya dialami selama
priode awal siklus kehidupan ini. Wanita bertindak sebagai pendorong
bagi anak mereka yang sedang berkembang untuk menjadi anak yang lebih
mandiri dengan mendefinisikan kembali hubungan dengan anak mereka
( tanpa merusak hubungan personal keluarga). Dengan tujuan
mempertahankan sensasi kesejahteraan dan kesehatan ini, lebih banyak
wanita yang mulai hidup dalam gaya hidup lebih sehat dengan mengontrol
berat badannya, melaksanakan diet seimbang, memliki program olahraga
yang terartur, dan memkiliki waktu istirahat yang adekuat, serta
mendapatkan dan menikmati prestasi karier, kerja, atau prestasi kreatif
lainnya.
b) PERHATIAN KESEHATAN
1) Kebutuhan promosi kesehatan
2) Perhatian hubungan pernikahan
3) Komunikasi dan hubungan dengan anak
4) Perhatian pemberi asuhan
8. TAHAP VIII : KELUARGA LANSIA DAN PENSIUNAN
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan,
dengan berakhir kematian pasangan yang lain
a) SIKAP MASYARAKAT TERHADAP LANSIA
Masyarakat kita menekankan pencapaian lansia di masa mudanya dan
memuliakan periode muda. Oleh karena itu orang dewasa , melalui riasan,
pakaian, dan gaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka
selama mungkin.
b) KEHILANGAN YANG BIASA TERJADI PADA LANSIA DAN
KELUARGA
Pada saat penuaan berlangsung dan pension telah menjadi kenyataan, terdapat
berbagai stressor atau kehilangan yang dialami oleh beberapa lansia dan
pasangannya yang akan mengganggu transisi peran mereka.
c) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan adalah tugas keluarga
lansia yang paling penting. Kembali kerumah individu pension/berhenti
bekerja dapat menjadi problematic
d) PERHATIAN KESEHATAN
Lansia adalah pengguna layanan kesehatan yang terbanyak.Lebih dari 4
sampai 5 lansia minimal mengalami satu penyakit kronik, dan kondisi multiple
merupakan hal yang umum pada lansia (Friedman 2010).

E. FUNGSI KELUARGA
Friedman (2002) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
1. Fungsi efektif dan koping
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang
positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah:
a. Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih
sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubugan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar
dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber “energi” yang menentukan kebahagiaan


keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul
karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial
(friedman, 2000).
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku
melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini
sedikit terkontrol
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
F. TUGAS KESEHATAN KELUARGA
1. Mengenal masalah kesehatan dalam keluarga
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
( friedman 2010).

III. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Artritis reumatoid merupakan gangguan autoimun sistemik kronis dengan
tanda inflamasi erosif, kronis, dan simetris pada jaringan sendi sinovial sendi. Tingkat
keparahan penyakit sendi dapat berfluktuasi sepanjang waktu, namun pertambahan
derajat kerusakan sendi, deformitas, dan kecacatan merupakan hasil akhir umum dari
penyakit yang menetap. Gejala non artikuler dapat terjadi antara lain nodus subkutan,
vaskulitis, nodulus paru, atau fibrosis usus dan perikarditis (Black & Hawks, 2014).
Artritis reumatoid terjadi diseluruh dunia dan terdapat pada seluruh kelompok
ras dan etnis. Dapat terjadi kapan saja selama hidup namun insidennya meningkat
seiring pertambahan usia, puncaknya antara usia 40-60 tahun. Wanita berpotensi dua
hingga tiga kali lebih besar dari pria (Black & Hawks, 2014).
B. ETIOLOGI
Artritis reumatoid ditandai dengan keberadaan faktor reumatoid (RF), sebuah
autoantibodi a Ig G, pada lebih dari 80 % penyakit. Selain RF, antibodi terhadap
kolagen, EBV, antigen inti, dan beberapa antigen lain telah diidentifikasi (Black &
Hawks, 2014).
Faktor genetik penting dalam epidemiologi penyakit. Predisposisi genetik RA
terlihat pada indeks yang lebih tinggi pada 32 % untuk kembar identik dibandingkan 9
% pada kembar fraternal (Black & Hawks, 2014).
C. MANIFESTASI KLINIK
Artritis reumatoid akan muncul bertahap selama beberapa minggu hingga
bulan dan diikuti dengan gejala sistemik, seperti anoreksia, penurunan berat badan,
kelelahan, nyeri otot dan kaku. Nyeri sendi dan pembengkakan berhubungan dengan
kaku-kaku di pagi hari selama beberapa jam. Keterlibatan sendi biasanya simetris dan
poliartikuler, paling sering terjadi pada jari, tangan, pergelangan tangan, lutut, dan
kaki (Black & Hawks, 2014).
Pada ekstremitas bawah, artritis reumatoid sering memengaruhi kaki dan lutut.
Kaki ayam merupakan hasil dari subluksasi kepala metatarsal. Berjalan akan menjadi
sulit karena keterbatasan fleksi dan ekstensi pergelangan kaki. Sinovitis aktif sering
terlihat pada bengkak bagian medial dan lateral patela. Kista poptileal dapat muncul
di belakang sendi kaki (Black & Hawks, 2014).

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Panus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis
(Black & Hawks, 2014).
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor reumatoid (seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Black &
Hawks, 2014).

E. WOC KEPERAWATAN

Faktor Pencetus: Bakteri,


mikroplasma, atau virus

Penyakit autoimun Menginfeksi sendi


secara antigenik

Predisposisi Genetik Individu yang mengidap AR


membentuk antibodi IgM Reaksi autoimun
dalam jaringan
sinovial
(antibodi IgG)
Pelepasan Faktor
Reumatoid (FR)
mikroorganisme
FR menempati dikapsula sendi

Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligmen juga terjadi deruksi jaringan

Akumulasi Sel Fagositosis Pembentukan


Darah Putih ektensif Jaringan Parut

Pemecahan
Terbentuk Kolagen Kekakuan sendi
nodul- nodul
rematoid
ekstrasinoviu
m
Edema, poliferasi Rentang Gerak
membrane sinovial Berkurang
Kerusakan sendi
Progresif

Membrane Atrofi Otot


Deformitas Sendi sinovium menebal
& hipertropi

Ndx: Gangguan
Ndx: Kerusakan Citra Tubuh
Mobilitas Fisik Panus

Kartilago Hambatan
dirusak Aliran Darah

Nekrosis Sel

Erosi Sendi dan Tulang Nyeri

Menghilangnya Ndx: Nyeri


permukaan sendi Kronis

Penurunan
elastisitas dan
kontraksi otot
Ndx: Kurang Ndx: Kurang
Perawatan diri Pengetahuan
Mengenai penyakit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
5. Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7. JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
11. Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
12. Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
13. Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

G. KOMPLIKASI (Black & Hawks, 2014)


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegali
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis
penyakit ini.
2. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
3. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan
untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
4. Termoterapi
5. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
6. Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
 Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
Inflamatory)
 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
 Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri juga bisa
dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es. Kompres es bias
menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim. Kemudian banyak jenis
sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis dan
wortel yang dapat mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat
melawan nyeri rematik, misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau
minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat membebani
sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh berlebih dapat memperbesar
resiko terkena penyakit rematik. Olahraga ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi
penderita rematik. Ini karena Jalan kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan
membangun tulang yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu melindungi
terhadap serangan penyakit rematik masa depan:
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas (sekitar 2
sampai 4 liter) air setiap hari.
b. Batasi atau menghindari alkohol.
c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan buah-
buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu produk-lemak.
d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.
e. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.
f. Menjaga berat badan yang diinginkan.

I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Biodata
a. Umur : Artritis Reumatoid dapat terjadi kapan saja selama hidup, namun
insidennya meningkat seiring pertambahan usia, puncaknya antara usia 40-60
tahun (Black & Hawks, 2014).
b. Jenis kelamin : wanita berpotensi dua hingga tiga kali lebih besar dari pria
(Black & Hawks, 2014).
2. Riwayat keperawatan sekarang
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan
atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan sendi.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien sudah menderita penyakit Artritis reumatoid sejak lama.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Predisposisi genetik terlihat lebih tinggi pada 32 % untuk kembar identik
dibandingkan 9 % pada kembar fraternal (Black & Hawks, 2014).
5. Pemeriksaan Fisik
 Pada ekstremitas, Artritis Reumatoid sering memengaruhi kaki dan lutut. Kaki
ayam merupakan hasil dari subluksasi kepala metatarsal. Berjalan akan sulit
karena keterbatasan fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
 Terjadi deformitas pada jari-jari tangan : penyimpangan ulnar, deformitas
Boutonneire, deformitas leher angsa. Terdapat nodulus reumatoid subkutan di
lengan.
6. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami deformitas
pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
7. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat,
dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
8. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
9. Integritas Ego
Faktorstresakut/kronis,misalnyafinansial,pekerjaan,ketidakmampuan,keputusasaan
dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
10. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat: mual,
anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti: kacang-kacangan,
daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi
11. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain
12. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
13. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
14. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa.
15. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3. Resiko cedera b.d perubahan fungsi psikomotor
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
K. INTERVENSI
NO DX KEP SLKI SIKI
1 Nyeri kronis Tingkat nyeri Manajemen nyeri
b.d kondisi Kriteria hasil : Tindakan :
muskuloskelet  Keluhan nyeri  Identifikasi lokasi, karakterisitik,
al kronis  Kesulitan tidur durasi, frekuensi, kualitas,
 Meringis intensitas nyeri
 Ketegangan otot  Identifikasi skala nyeri
 Frekuensi nadi  Identifikasi respon nyeri non
 Fungsi verbal
berkemih  Identifikasi faktor yang
 Nafsu makan memperberat dan memperingan
nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hionosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
2 Gangguan Mobilitas fisik Dukungan ambulasi
mobilitas fisik Kriteria hasil : Tindakan :
b.d penurunan  Pergerakan  Identifikasi adanya nyeri atau
kekuatan otot ekstremitas keluhan fisik lainnya
 Kekuatan otot  Identifikasi toleransi fisik
 Rentang gerak melakukan ambulasi
 Nyeri  Fasilitasi aktivitas ambulasi
 Gerakan dengan alat bantu
terbatas  Fasilitasi melakukan mobilitas
 Kelemahan fisik fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi
dini
 Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
3 Resiko cedera Tingkat cedera Pencegahan cedera
b.d perubahan Kriteria hasil: Tindakan :
fungsi  Toleransi  Identifikasi area lingkungan
psikomotor aktivitas yang berpotensi menyebabkan
 Kejadian cedera cedera
 Gangguan  Identifikasi kesesuaian alas kaki
mobilitas atau stoking elastis pada
 Tekanan darah ekstremitas bawah
 Pola  Sediakan pencahayaan yang
istirahat/tidur memadai
 Gunakan lampu tidur selama
jam tidur
 Gunakan alas lantai jika berisiko
mengalami cedera serius
 Sediakan alas kaki antislip
 Pastikan barang-barang pribadi
mudah terjangkau
 Pertahankan posisi tempat tidur
di posisi terendah saat
digunakan
 Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang diperlukan
 Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai
 Diskusi bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien

Asuhan Keperawatan Keluarga

A. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga : Ny. M
2. Usia Kepala Keluarga : 65 tahun
3. Alamat : Kambang
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SD
5. Pekerjaan : Dagang
6. Komposisi Keluarga :

Genogram:

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Bercerai

a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu single adult family. Ibu M tinggal sendiri karena bercerai
dengan suaminya saat anaknya SMP, Ibu M mengatakan anaknya tinggal terpisah
bersama keluarganya. Ibu M dan anaknya mengatakan jarang mengalami
percekcokan atau selisih paham dengan apabila mereka berkumpul bersama.
Mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain, anak Ibu M kadang-
kadang mengirimkan uang untuk Ibu M dan cucu ibu M masih kuliah.

b. Suku
Ibu M berasal dari suku minang, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa minang. Budaya sosial khusus dalam keluarga adalah saling menghormati
antar anggota keluarga dan masyarakat. Budaya keluarga Ibu M yaitu sering
membantu antara keluarga satu sama lain apabila ada yang mengalami kesulitan.
Keluarga Ibu M tidak memiliki kebiasaan dalam budaya yang bertentangan
dengan kesehatan seperti pantangan terhadap makanan ataupun anggapan negatif
terhadap penyakit yang diderita oleh Ibu M.
c. Agama
Kepercayaan yang dianut Ibu M adalah Islam. Ibu M mengatakan saat ini lebih
sering shalat di rumah karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan
untuk pergi shalat ke masjid. Ibu M juga jarang mengikuti majelis taklim yang
diadakan di masjid dekat rumah karena kondisi kesehatannya yang tidak sanggup
berjalan ke masjid. Ibu M mengatakan setiap selesai shalat selalu mengaji.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Ibu M tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja lagi. Ibu I M mendapat
kiriman belanja dari anaknya setiap minggu, namun hanya cukup untuk
kebutuhan makan saja. Ibu M kadang mendapat bantuan untuk usia lanjut setiap
bulan berupa sembako dan uang. Ibu M mengatakan jika tidak ada kiriman dari
anakya atau bantuan sosial, maka Ibu M meminjam uang dari tetangganya dan
menggantinya jika dia punya cukup uang.
e. Aktivitas rekreaksi keluarga
Ibu M mengatakan jarang pergi rekreasi ke luar rumah karena tidak sanggup
untuk pergi jauh. Ibu M kadang pergi ke rumah anaknya jika merasa takut untuk
sendirian di rumah. Ibu M mengatakan jika hari lebaran maka anaknya akan
berkunjung kerumah.
1. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan lansia dengan
masalah artritis reumatoid.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Ibu M yang belum terpenuhi, yaitu memikirkan
rumah dan tanah yang dia tinggali setelah meninggal, karena itu satu-satunya
warisan yang dia punya untuk anak cucunya. Ibu M memiliki cekcok dengan
sanak famili disekitar rumahnya sehingga takut jika dia meninggal nanti sanak
familinya akan mengambil rumah dan tanah yang diperuntukkan untuk anaknya.
Ibu M juga mencemaskan siapa yang akan merawatnya nanti jika dia mulai sakit-
sakitan dan hanya di tempat tidur karena tinggal terpisah dengan anaknya.
c. Riwayat keluarga inti
Ibu M mengatakan pernikahannya dengan suaminya tidak ada riwayat
dijodohkan. Ibu M dan suaminya sudah bercerai sejak anaknya masih SMP.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Orang tua Ibu M ada memiliki riwayat penyakit kronik/genetik yaitu riwayat
hipertensi.
2. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah Ibu M yang ditempati saat ini adalah rumah pribadi. Tipe bangunan
rumah Ibu M adalah rumah permanen. Terdapat 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar
mandi, 1 ruang tengah tempat berkumpulnya keluarga sekaligus ruang tamu.
Cukupnya ventilasi atau jendela di dalam kamar dan ruangan sehingga ruangan
tampak terang pada siang hari, rumah Ibu M juga tampak bersih dan rapi.
Denah rumah:

Dapur R.Tamu dan R keluarga

Pintu
utama
Kamar
mandi Kamar
1

Kamar kamar
2

b. Karakteristik tetangga dan komunitas

Rumah keluarga Ibu M berada di perkampungan yang cukup padat penduduknya,


karena didaerah sekitar tempat tinggal Ibu M adalah lingkungan yang banyak
rumah tetangganya berdekatan dengan rumah Ibu M. Jarak antar rumah satu
dengan yang lainya saling berdekatan. Rumah disekitar merupakan rumah dari
sanak famili Ibu M. Kelompok usia yang mendominasi wilayah ini adalah usia
dewasa pertengahan dan dewasa akhir. Warga mayoritas berasal dari minang.
Hubungan antar warga harmonis dan saling membantu satu sama lain. Ibu M
mengatakan nyaman tinggal di lingkungan tersebut. Masalah kesehatan yang
sering ada adalah rematik dan hipertensi. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
di sekitar lingkungan yaitu Puskesmas, bidan praktek, dan dokter praktek.
Kegiatan posbindu terkait dengan pemeriksaan lansia jarang dilakukan di daerah
rumah Ibu M. Fasilitas umum yang ada di lingkungan yaitu sekolah, masjid,
tempat pertemuan untuk pengajian taklim.
c. Mobilitas grafis keluarga
Ibu M menempati rumah tersebut sudah 20 tahun. Ibu M tidak pernah pindah
rumah sampai saat ini. Ketika bepergian Ibu I menggunakan ojek.
d. Perkumpulan keluarga dan interkasi komunitas
Ibu M jarang memanfaatkan waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga,
karena anaknya tidak tinggal di rumah Ibu M dan hidup terpisah bersama
keluargnya. Ibu M juga jarang berinteraksi dengan tetangganya karena Ibu M
sering lelah dan tidak sanggup untuk berjalan jauh. Ibu M berinteraksi jika ada yg
diperlukan saja.
e. Sistem pendukung keluarga
Ibu M memiliki sistem pendukung yang berasal dari anaknya meski tidak tinggal
satu rumah dan jarang ketemu tetapi anaknya cukup sering menanyakan keadaan
Ibu M melalui telepon, baik kesehatan ataupun kondisi lainnya. Namun sistem
pendukung yang berasal dari kelompok penderita artritis reumatoid belum ada,
kader juga tidak ada melakukan kunjungan kerumah.
3. Struktur Keluarga
a. Struktur peran (formal dan informal)
1) Peran formal
Ibu M berperan sebagai kepala keluarga karena tinggal sendiri. Ibu M
mengurus semua kebutuhan ekonominya dan segala kebutuhan yang ada di
rumah. Ibu M memanfaatkan kiriman uang dari anakya dan bantuan sosial
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2) Peran Informal
Ibu M berusaha menjaga kesehatannya karena tinggal sendiri. Ibu M kadang
mengandalkan sanak famili yang tinggal di sekitar rumahnya jika ada masalah
terkait dengan kesehatannya.
b. Pola komunikasi
Pola komunikasi dalam keluarga Ibu M adalah saling terbuka satu sama lain,
tidak banyak hambatan karena masing-masing anggota keluarga sudah
memahami satu sama lain. Ketika ada masalah, keluarga baru mengadakan
rembuk dan berdiskusi untuk memecahkan masalah. Anggota keluarga bertingkah
laku sopan dalam berinteraksi. Latar belakang komunikasi dalam keluarga ini
adalah budaya minang dan lebih sering menggunakan bahasa minang.
c. Struktur kekuatan keluarga
Ibu M yang memegang peranan utama dalam pengambilan keputusan karena
tinggal sendiri, namun jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan maka Ibu M
akan meminta pendapat dari anaknya.
d. Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma yang di anut keluarga umumnya dilatarbelakangi oleh budaya
minang. Sampai saat ini keluarga menerima nilai yang dianut dan tidak ada
konflik nilai. Nilai dan norma yang dianut tidak berpengaruh terhadap status
kesehatan keluarga.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga saling peduli dan menyayangi satu sama lain. Fungsi
afektif keluarga baik. Kasih sayang yang diberikan kepada semua anggota
keluarga adalah sama. Bentuk dukungan yang diberikan dalam keluarga biasanya
berbentuk verbal dengan saling menyemangati dan mendukung. Jika ada masalah
dalam keluarga, maka cenderung menyelesaikannya cara musyawarah.
b. Fungsi sosialisasi
Ibu M jarang bersosialisasi karena kondisi kesehatannya yang menurun. Ibu M
juga jarang mengikuti majelis taklim dan kegiatan masyarakat.
c. Fungsi Perawatan
Ibu M jika sakit biasanya diberikan obat warung dan jika tidak sembuh, baru di
bawa ke Puskesmas. Ibu M tidak banyak mengetahui tentang informasi kesehatan
sehingga mereka tidak banyak tahu bagaimana menjaga kesehatan dan mengatasi
kondisi anggota keluarga yang sakit. Ibu M mengatakan kondisi sehat adalah
ketika tubuh masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari seperti bekerja.Kondisi
sakit adalah ketika badan terasa tidak enak, dan sudah tidak mampu melakukan
aktivitas seperti biasa. Ibu M saat ini sakit pada bagian lutut dan Bahu namun
tidak dianggap suatu masalah yang berat karena Ibu M merasakan masih bisa
melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu Ibu M sering merasakan lelah karena
kurang istirahat, tetapi tidak dijadikan suatu keluhan. Ibu M menderita rematik
sudah sejak 5 tahun lalu. Ibu M yang dikeluhkan saat ini adalah sulit tidur yang
disebabkan karena sering BAK dan banyak pikiran. Ibu M mengatakan sering
terbangun tengah malam karena BAK. Ibu M mengatakan jenis makanan yang
dimakan lebih banyak yang bersantan. Ibu M makan teratur tiga kali sehari. Ibu
M jarang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan. Ibu M tidak ada olahraga pagi
karena kakinya sakit dan sering merasa lelah. Pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan adalah puskesmas dan apotik. Keluarga mengatakan cukup puas
dengan pelayanan kesehatan yang diterima dari puskesmas, selain jarak yang
dekat dengan tempat tinggal pelayanannya sangat bagus. Ibu M belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan terkait dengan rematik.
5. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor yang di miliki
1) Stresor jangka pendek:
Stresor yang dimiliki keluarga saat ini adalah penghasilan yang tidak menentu
setiap bulannya, karena Ibu M hanya mengandalkan kiriman uang dari
anaknya dan bantuan sosial.
2) Stresor jangka panjang:
Ibu M mengatakan memikirkan nasib rumahnya sepeninggal dirinya. Ibu M
mencemaskan rumahnya yang akan diambil oleh sanak familinya. Ibu M
menginginkan rumah tersebut untuk anak dan cucunya. Ibu M juga
memikirkan dengan penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Menurut Ibu M, dia sudah merawat dirinya dengan baik. Jika ada masalah yang
kurang mampu dia atasi maka Ibu M akan meminta bantuan dari anak dan
cucunya.
c. Strategi koping yang digunakan
Startegi koping yang digunakan oleh Ibu M untuk mengatasi setiap masalahnya
yaitu dengan bercerita pada anak dan cucunya, jika tidak Ibu M akan bercerita
dengan saudara jauhnya yang dekat dengannya.
d. Adaptasi Keluarga
Stresor yang dirasakan oleh Ibu M berdampak pada tekanan darah kadang
menjadi naik dan tubuhnya merasa lelah.
6. Harapan Keluarga
Ibu M sangat berharap selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT sehingga mampu
untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan jika umurnya panjang Ibu M berharap
dapat melihat cucu-cucunya menikah nanti.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Ibu M
Kepala Bentuk simetris, distribusi rambut merata, berwarna putih
uban
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang telinga
terlihat bersih, eritema (-), tidak ada gangguan
pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sclera
kuning, konjungtiva pink tidak pucat, alis mata berbatas
tegas dan simetris, pembengkakan mata (-),
Mulut dan hidung Bentuk simetris, lidah berwarna putih kemerahan, tidak
ada secret yang keluar melalui hidung, tidak ada kotoran
yang terlihat melalui hidung, lidah pada posisi normal,
bicara tidak pelo, tidak ada gangguan menelan, bibir
simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada cuping hidung,
Tidak ada lesi pada rongga mulut, perdarahan dan
pembengkakan (-), karies gigi (-), gigi tidak lengkap pada
bagian geraham dan beberpa gigi dibagian depan.
Dada dan paru- paru Suara nafas vesikuler, Inspeksi tidak ada retraksi dada saat
bernafas, Palpasi pengembangan dada simetris, Perkusis:
sonor, Auskultasi paru :vesikuler
Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak kembung, Auskultasi: bising usus 20
x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada nyeri tekan
diseluruh lapang abdomen, tidak ada pembesaran organ
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi Sistem perkemihan
Pola : ± 5-6x sehari, tidak mengalami inkontinensia
Eliminasi (BAB): pola 1x sehari, tidak ada konstipasi.
Sistem Integumen Tidak ada lebam, tidak bengkak, tidak ada eritema
Sistem Ekstremitas atas dan bawah simetris, rentang gerak
muskuloskeletal terganggu karena pada persendian lutut dan bahu terasa
sakit, jari tangan dan kaki mengalami deformitas, dan
kekuatan otot sudah berkurang
BB dan TB 47 kg & 160 cm
Tanda- tanda vital TD 130/70 mmHg; Nadi 82 x/menit; Pernapasan 16
x/menit; Suhu 36,8º C
Capillary refill < 2 detik
8. Pola aktivitas dan latihan (khusus lansia)
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah/berjalan √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :
bergantung total.
9. Pola tidur dan istirahat
Ibu M mengatakan sering terbangun saat tidur malam karena sering BAK dan susah
untuk memulai tidur lagi karena banyak pikiran
10. Pola persepsi diri(khusus lansia)
a. Gambaran diri
Ibu M mengatakan tidak terganggu dengan bentuk tubuhnya saat ini, Ibu M
tetap bersyukur dengan kondisinya walaupun sering sakit-sakitan.
b. Ideal diri
Ibu M berharap akan kesembuhannya, Ibu M berharap rasa sakitnya hilang dan
bisa tidur nyenyak.
c. Harga diri
Ibu M memiliki kebanggaan terhadap dirinya karena masih sanggup
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.
d. Identitas diri
Ibu M mengatakan puas terhadap identitasnya sebagai perempuan dan
menjalankan perannya dengan baik
e. Peran diri
Ibu M mengatakan puas terhadap perannya sebagai kepala keluarga karena
tinggal sendiri dan sebagai ibu dan nenek bagi anak cucunya karena selalu
mendukung mereka.
11. Masalah psikososial (khusus lansia)
a. Dukungan keluarga dan kelompok
Ibu M mengatakan ada mendapat dukungan dari anaknya berupa materi, jika
Ibu M sakit maka ada anak atau tetangga yang akan mengantarkan ke rumah
sakit
b. Hubungan dengan lingkungan
Ibu M mengatakan hubungan dengan lingkungan sekitar baik, namun Ibu M
jarang mengikuti kegiatan masyarakat karena kondinya
c. Keadaan pekerjaan, perumahan, ekonomi
Ibu M sekarang tidak bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Ibu M
mengandalkan kiriman uang dari anaknya dan bantuan sosial. Ibu M
mengatakan rumahnya kadang bocor tapi masih nyaman untuk ditinggali.
d. Pelayanan kesehatan dan harapan
Ibu M mengatakan agar diadakan kunjungan kepada lansia untuk cek
kesehatan
e. Mekanisme koping dan adaptasi stress
1. Koping adaptif
Ibu M mengatakan apabila ada masalah maka akan menceritakan ke anak
cucunya untuk meminta solusi dan apabila merasa sakit akan langsung
pergi ke pusat kesehatan. Jika tidak memungkinkan Ibu M akan minum
obat herbal dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
2. Koping maladaptif
Ibu M mengatakan jika ada yang membuatnya tersinggung maka ibu M
akan melampiaskan kemarahannya kepada orang tersebut secara langsung.
12. Status Kognitif / Afektif / Sosial
1. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Fungsi intelektual utuh
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
Skor 22 : tidak ada mengalami kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan lanjut
3. Inventaris Depresi Beck
Depresi tidak ada
4. Resiko Jatuh (Keseimbangan)
Skor 15 : berisiko rendah
5. Indeks Katz
Skor : A
6. Indeks Barthel
Skor :20
7. Skor APGAR
Skor : 7
ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
 Ibu M mengatakan menderita rematik sejak 5 tahun yang lalu
 Ibu M mengatakan jarang melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
kepelayanan kesehatan
 Ibu M mengatakan masih sering makan makanan bersantan hampir setiap hari
 Ibu M mengatakan tidak pernah mengikuti olah raga lansia
 Ibu M mengatakan tidak ada keluarga maupun teman yang mendukungnya
untuk melakukan olah raga secara teratur
DO:
 Tekanan darah Ibu M 130/70 mmHg
 Ibu M terlihat susah berjalan
 Jari tangan dan kaki mengalami deformitas

2. DS: Gangguan pola tidur


 Ibu M mengatakan kadang setiap tidur merasa tidak nyenyak
 Ibu M mengatakan mudah terbangun dipertengahan jam tidurnya karena sering
BAK
 Ibu M mengatakan susah tidur lagi jika sudah terbangun
DO:
 Mata Ibu M tampak sayu dan berkantung
 Ibu M tampak menahan kantuk pada saat siang
 TD :130/70 mmHg Nadi : 82x/mnt
SKORING
1. Ketidakefektifan mempertahankan kesehatan Ibu M
Kriteria Bobot Total Pembenaran
Sifat masalah: 1 3/3x1= 1 Ibu M mengalami masalah rematik sejak 5 tahun yang lalu, namun Ibu I
Sejahtera (3) masih suka makan makanan yang bersantan. Ibu I tahu mengenai
Defisit kesehatan (3) pantangannya tersebut, namun masih tetap dilakukan
Ancaman kesehatan (2)
Faktor risiko (1)
Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Ibu M mengetahui tentang penatalaksanaan rematik, tetapi untuk Ibu I
Mudah (2) masih belum melakukan diet rendah garam dan makan makanan
Sebagian (1) bersantan. Ibu M jarang kepelayanan kesehatan untuk melakukan
Tidak dapat (0) pemeriksaan secara rutin atau untuk pemeriksaan kesehatan.
Kemungkinan dicegah: 1 2/3x1= 2/3 Ibu M mengetahui masalah rematiknya sejak 5 tahun yang lalu tetapi
Tinggi (3) hanya minum obat saat muncul rasa nyeri saja. Ibu I tidak meminum
Cukup (2) obat secara rutin.
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1/2x1= ½ Ibu M mengetahui masalah rematik pada dirinya, namun rematik Ibu I
Membutuhkan perhatian segera belum cukup dianggap mengganggu kondisi Ibu I saat ini karena Ibu I
(2) masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi yang
membutuhkan perubahan (0)
Total 5 3 1/6

2. Gangguan pola tidur pada ibu M


Kriteria Bobot Total Pembenaran
Sifat masalah: 1 2/3x1= 2/3 Ibu M mengatakan kadang tidur tidak nyenyak karena terbangun tengah
Sejahtera (3) malam dan sering BAK juga banyak pikiran
Defisit kesehatan (3)
Ancaman kesehatan (2)
Faktor risiko (1)
Kemungkinan diubah: 2 1/2x2=1 Ibu M juga mengatakan sering mengalami banyak pikiran sehingga
Mudah (2) menyebabkan sulit tidur
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Kemungkinan dicegah: 1 2/3x1= 2/3 Ibu M mengatakan kadang setiap malam mengalami kesulitan untuk
Tinggi (3) memulai tidur dan terbangun lebih awal.
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1/2x1=1/2 Ibu M mengatakan menginginkan kebutuhan tidurnya bisa terpenuhi
Membutuhkan perhatian segera sehingga ketika bangun tidur badan terasa segar
(2)
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Tidak dirasakan sebagai
masalah atau kondisi yang
membutuhkan perubahan (0)
Total 5 2 5/6

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Keluhan Skor
1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 3 1/6
Ibu M mengalami masalah rematik sejak 5 tahun yang lalu, namun Ibu M masih suka makan makanan yang bersantan. Ibu M
jarang kepelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin atau untuk pemeriksaan kesehatan. Ibu M hanya
meminum obat rematik saat muncul nyeri saja. Ibu M mengetahui masalah rematiknya, namun belum cukup dianggap
mengganggu kondisi Ibu M saat ini karena Ibu M masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
2 Gangguan pola tidur 2 5/6
Ibu M mengatakan kadang tidur tidak nyenyak karena terbangun tengah malam dan sering BAK juga banyak pikiran , Ibu M
juga mengatakan sering mengalami banyak pikiran sehingga menyebabkan sulit tidur , kadang setiap malam mengalami
kesulitan untuk memulai tidur dan terbangun lebih awal, Ibu M mengatakan menginginkan kebutuhan tidurnya bisa terpenuhi
sehingga ketika bangun tidur badan terasa segar

NURSING CARE PLAN (NCP)

No Data Diagnosa SIKI SLKI


1 DS: Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
Ketidakefektifan masalah rematik masalah
 Ibu M mengatakan menderita
pemeliharaan 1. Pendidikan kesehatan
rematik sejak 5 tahun yang lalu kesehatan pada Pengetahuan: Manajemen tentang rematik
 Ibu M mengatakan jarang keluarga penyakit kronis (rematik) a. Identifikasi karakteristik
melakukan pemeriksaan a. Mengetahui penyebab dan kelompok lansia yang
kesehatan secara teratur faktor pendukung terjadinya mempengaruhi strategi
kepelayanan kesehatan rematik (1-3) pembelajaran
 Ibu M mengatakan masih sering b. Mengetahui tanda dan gejala b. Tentukan pengetahuan
makan makanan bersantan hampir komplikasi rematik (1-3) kesehatan terkini dan gayah
setiap hari c. Mengetahui strategi untuk hidup lansia maupun keluarga
mencegah komplikasi rematik c. Bantu lansia dan keluarga
 Ibu M mengatakan tidak pernah (1-3) untuk mengklarifikasi
mengikuti olah raga lansia d. Mengetahui strategi untuk keyakinan dan nilai kesehatan
 Ibu M mengatakan tidak ada mengontrol rematik (1-3) berkaitan dengan rematik
keluarga maupun teman yang e. Mengetahui pentingnya d. Tentukan tujuan program
mendukungnya untuk melakukan kepatuhan akan perawatan pendidikan kesehatan tentang
olah raga secara teratur rematik (1-3) rematik
f. Mengetahui kapan lansia e. Hindari penggunaan teknik
DO:
membutuhkan bantuan petugas yang menakutkan sebagai
 Tekanan darah Ibu M 130/70 kesehatan (1-3) strategi untuk meotivasi dalam
mmHg mengubah perilaku hidup sehat
Keluarga mampu memutuskan f. Gunakan media menarik
 Ibu M terlihat susah berjalan
perhatian lansia dan keluarga
 Jari tangan dan kaki mengalami Berpartisipasi dalam memutuskan g. Lakukan demonstrasi atau
deformitas perawatan kesehatan. redemonstrasi untuk
a. Membuat keputusan terkait meningkatkan psikomotor
perawatan lansia (2-4)
b. Melakukan identifikasi hasil (2- 2. Mengajarkan proses
4) terjadinya rematik
c. Menggunakan teknik a. Menilai pemahaman lansia
pemecahan masalah untuk tentang rematik
mencapai hasil (2-4) b. Review/ ulas pengetahuan
lansia tentang rematik yang
Keluarga mampu melakukan dirasakan
perawatan c. Jelaskan tanda dan gejala
tentang rematik yang dialami
Kepatuhan perilaku: Aktivitas d. Berikan informasi tentang
yang disarankan rematik
a. Diskusikan aktivitas yang e. Identifikasi perubahan pada
disarankan secara konsisten kondisi fisik lansia
b. Identifikasi harapan akan f. Diskusikan perubahan gaya
manfaat aktivitas fisik secara hidup yang bisa dilakukan
konsisten untuk mencegah komplikasi
c. Identifikasi hambatan untuk atau mengontrol proses
melakukan aktivitas fisik penyakit
d. Gunakan stretegi untuk promosi g. Diskusikan terapi/ perawatan
keamanan secara konsisten yang dibutuhkan dan jelaskan
e. Gunakan strategi untuk alasannya
meluangkan waktu dalam h. Gali sumberdaya/ dukungan
melakukan aktivitas fisik secara yang memungkinkan
konsisten i. Rujuk lansia pada pelayanan/
f. Berpartisipasi dalam aktivitas dukungan yang ada di
sehari-hari secara konsisten masyarakat

Keluarga mampu memodifikasi Kemampuan keluarga dalam


lingkungan memutuskan

Pengetahuan tentang manajemen Dukungan membuat keputusan


diet untuk rematik a. Identifikasi dan klarifikasi
a. Mengetahui diet sehat untuk adanya perbedaan pandangan
penderita rematik dalam melihat masalah rematik
b. Mengetahui strategi untuk pada lansia
mencapai diet sehat rematik b. Fasilitasi klien dan keluarga
c. Mengetahui hubungan diet, untuk mengklarifikasi nilai dan
aktivitas/ latihan dan harapan yang akan
kekambuhan rematik mempengaruhi pengambilan
d. Mengetahui risiko kesehatan keputusan
yang berkaitan dengan diet tidak c. Bantu klien dan keluarga
sehat dan kekambuhan rematik mengidentifikasi keuntungan
e. Mengetahui strategi untuk dan kerugian masing-masing
memodifikasi makanan alternatif pemecahan masalah.

Dukungan sosial Kemampuan keluarga dalam


a. Keinginan menghubungi anak merawat
untuk meminta bantuan 1. Promosi pengolahan obat
b. Bantuan uang diberikan ketika herbal bagi lansia dengan
lansia membutuhkan rematik
c. Penawaran bantuan oleh anak a. Jelaskan tentang manfaat
d. Tersedianya waktu dari anak Kompres Jahe
kepada orangtua b. Instruksikan untuk melakukan
e. Informasi yang diberikan oleh kompres jahe secara rutin
anak khususnya terkaitc. Minta klien untuk
hipertensi mendemonstrasikan cara
f. Dukungan emosional/ kasih melakukan kompres jahe
sayang terpenuhi d. Kolaborasi dengan anggota
keluarga dalam merencanakan,
Keluarga mampu memanfaatkan mengajarkan cara kompres jahe
fasilitas kesehatan
2. Promosi
Akses pada sumber perawatan Latihan/Senam Rematik
a. Tersedianya perawatan yang bagi lansia dengan
dibutuhkan rematik
b. Tersedianya peralatan kesehatan a. Jelaskan tentang manfaat
yang dibutuhkan untuk senam rematik
perawatan b. Inteuksikan untuk
c. Kepuasan terhadap perawat melakukan senam rematik
sebagai pemberi perawatan c. Minta klien untuk
d. Bantuan terhadap akses mendemonstrasikan cara
penyedia kesehatan melakukan senam rematik
d. Kolaboraso dengan
anggot keluarga dalam
merencanakan,
mengajarkan cara senam
rematik

Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan

Manajemen diet sehat rematik


a. Diskusikan dengan lansia
hubungan antara makanan yang
masuk dengan rematik
b. Diskusikan dengan lansia
bahwa makan yang tidak teratur
dapat meningkatkan
kekambuhan rematik
c. Gali motivasi lansia untuk
mengubah pola makan
d. Tentukan jenis makanan yang
dianjurkan dan makanan yang
harus dihindari
e. Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan yang
dianjurkan saja dan
menghindari makanan yang
harus dihindari

Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan
Konsultasi
a. Berikan konsultasi kepada klien
dan keluarga dengan hasil
skrining yang abnormal untuk
rencana tindak lanjut yang
harus dilakukan
Rujukan:
a. Rujuk klien (lansia) ke
pelayanan kesehatan bila perlu
2 DS: Gangguan pola tidur Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
masalah gangguan pola tidur
 Ibu M mengatakan kadang setiap masalah gangguan pola tidur
tidur merasa tidak nyenyak karena
nyeri yang dirasakan saat malam Pengetahuan kesehatan
Mengajarkan proses terjadinya
hari Indikator
 Ibu M mengatakan mudah terbangun gangguan pola tidur
 mengetahui tentang kebutuhan
dipertengahan jam tidurnya karena tidur : 1. Menilai pemahaman klien dan
sering BAK 1. jam tidur (1-5) keluarga tentang gangguan
 Ibu M mengatakan susah tidur lagi 2. pola tidur (1-5) tidur
jika sudah terbangun 1. kualitas tidur (1-5) 2. Jelaskan patofisiologi
2. tidur rutin (1-5) terjadinya gangguan pola tidur
DO:
3. tidur dari awal sampai habis dan bagaimana hubungan
 Mata Ibu M tampak sayu dan dimalam hari (1-5) antara anatomi dan fisiologi
berkantung 4. perasaan segar setelah bangun 3. Jelaskan tanda dan gejala
tidur (1-5) tentang gangguan pola tdiur
 Ibu M tampak menahan kantuk pada
5. suhu ruangan yang nyaman (1- yang dialami
saat siang 4. Berikan informasi yang akurat
5)
TD :130/70 mmHg Nadi : 82x/mnt 6. tempat tidur yang nyaman (1-5) tentang gangguan pola tidur
7. kesulitan memulai tidur (1-5) 5. Identifikasi perubahan pada
8. nyeri (1-5) kondisi fisik klien akibat
gangguan pola tidur
6. Diskusikan perubahan gaya
Keluarga mampu memutuskan hidup yang bisa dilakukan
untuk memperbaiki kesehatan untuk mencegah komplikasi
atau mengontrol gangguan pola
Perilaku kesehatan. tidur
1. Manfaat perawatan gangguan 7. Diskusikan perawatan yang
pola tidur dibutuhkan untuk ganguan pola
2. Menjelaskan rasional perawatan tidur dan jelaskan alasannya
gangguan pola tidur 8. Gali sumberdaya/ dukungan
3. Melakukan skrining kesehatan yang memungkinkan bagi klien
seperti penyebab gangguan pola dan keluarga
tidur pada tenaga kesehatan Kemampuan keluarga
memutuskan untuk
Keluarga mampu melakukan
memperbaiki kesehatan
perawatan
Dukungan membuat keputusan :
Partisipasi latihan
2. Bantu keluarga untuk
1. Identifikasi faktor penghambat menjelaskan nilai dan harapan
2. Buat tujuan jangka pendek dan yang dapat diperoleh dari
panjang
perawatan gangguan tidur
3. Keseimbangan aktivitas rutin
termasuk latihan 3. Bantu keluarga
4. Partisipasi dalam latihan rutin mengidentifikasi keuntungan
5. Pakaian yang sesuai untuk dan kerugian apabila tidak
latihan melakukan perawatan
6. Menampilkan latihan dengan gangguan tidur
benar 4. Pertahankan komunikasi
7. Pantau perkembangan latihan dengan keluarga dari awal
yang sudah dilakukan 5. Fasilitasi keluarga terkait
tujuan perawatan
Keluarga mampu memodifikasi 6. Berikan informasi yang
dibutukan dan ditanyakan oleh
faktor penyebab gangguan pola keluarga
tidur 7. Gunakan teknologi komputer,
web, atau handphone untuk
 perilaku promosi kesehatan : mendukung keputusan
1. memonitor lingkungan terkait 8. Manfaatkan dukungan keluarga
dengan risiko (1-5) atau kelompok lain untuk
2. memonitor perilaku personal pengambilan keputusan
terkait dengan risiko
3. keseimbangan aktivitas dan
Kemampuan keluarga merawat
istirahat
4. mempertahankan tidur yang anggota keluarga yang sakit
adekuat  Peningkatan tidur :
5. menggunakan teknik-teknik 1. tentukan pola tidur/aktivitas
pengurangan stres yang efektif pasien
6. mengikuti diet sehat 2. perkirakan tidur/siklus bangun
7. menggunakan latihan rutin yang pasien didalam perawatan
efektif perencanaan
3. jelaskan pentingnya tidur yang
cukup selama sakit
Keluarga mampu memanfaatkan
4. jelasakan efek dari obat yang
fasilitas kesehatan dikonsumsi pasien terhadap
pola
Perilaku mencari pelayanan
5. anjurkan pasien untuk
kesehatan memonitor pola tidurnya dan
jumlah jam tidur
1. Menampilkan perawatan
6. bantu untuk menghilangkan
penyebab gangguan pola tidur
situasi stres sebelum tidur
yang dianjurkan
7. pantau makanan sebelum tidur
2. Mendeskripsikan strategi untuk
dan intake minuman yang dapat
memaksimalkan kesehatan
mengganggu tidur
3. Upaya mencari tenaga
8. anjurkan pasien untuk
kesehatan/pelayanan kesehatan
menghindari tidur siang
jika diperlukan
9. ajarkan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi
progresif untuk memancing
tidur
10. anjurkan untuk
meningkatkan kenyamanan
seperti pijat, pengaturan posisi
dan sentuhan afektif

Keluarga mampu memodifikasi


faktor risiko gangguan pola
tidur seperti kelelahan

Manajemen energi
1. kaji
status fisiologi lansia yang
menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan
perkembangan
2. anjur
kan lansia mengunkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang
dimiliki
3. guna
kan instrumen yang valid untuk
mengukur kelelahan
4. tentu
kan persepsi lansia/orang
terdekat dengan lansia
mengenai penyebab kelelahan
5. pilih
intervensi untuk mengurangi
kelelahan secara
nonfarmakologis
6. tentu
kan jenis dan banyaknya
aktivitas yang dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan fisik
7. moni
tor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi
yang adekuat
8. moni
tor/catat waktu an lama
istirahat dan tidur lansia

Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan
Panduan pelayanan kesehatan
1. Bantu keluarga untuk memilih
pelayanan kesehatan yang
sesuai
2. Informasikan kepada keluarga
tentang perbedaan pelayanan
kesehatan beserta fasilitasnya

Konseling tentang gangguan pola


tidur:
1. Fasilitasi dalam
mengidentifikasi perilaku
perawatan gangguan tidur yang
dilakukan
2. Sediakan informasi yang
dibutuhkan tentang pentingnya
perawatan gangguan pola tidur
3. Evaluasi kemajuan dari
penurunan faktor risiko
terjadinya gangguan pola tidur
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
1 Ketidakefektifan Senin 9 TUK 1 : Subjektif:
pemeliharaan November  Ibu M mengatakan bahwa rematik dapat
a. Mengidentifikasi karakteristik lansia
kesehatan 2020, jam disebabkan karena keturunan dan banyak
yang mempengaruhi strategi
14.00 WIB pikiran yang dirasakan oleh lansia,
pembelajaran
terpapar udara dingin
b. Tentukan pengetahuan kesehatan
terkini dan gaya hidup lansia maupun  Ibu M mengatakan bahwa nyeri lutut yang
keluarga disebabkan rematik sering terjadi pada
c. Membantu lansia dan keluarga untuk lansia
mengklarifikasi keyakinan dan nilai  Ibu M mengatakan rematik yang dialami
kesehatan berkaitan dengan rematik lansia dapat disebabkan oleh faktor
d. Menentukan tujuan program kelelahan, diet yang tidak teratur, dan
pendidikan kesehatan tentang rematik oalahraga tidak teratur
e. Menghindari penggunaan teknik yang  Ibu M mengatakan jika mengalami nyeri
menakutkan sebagai strategi untuk lutut karena rematik maka hindari
memotivasi dalam mengubah perilaku makanan yang memperparah kondisi
hidup sehat seperti makanan yang bersantan
f. Menggunakan media menarik
perhatian lansia dan keluarga Objektif
 TD Ibu I : 130/70 mmHg
 Nadi Ibu I: 82x/mnt
 Ibu M terlihat memperhatikan penjelasan
dari perawat tentang rematik
 Sesekali Ibu M tidak fokus saat
berbincang-bincang dengan perawat

Analisis:
TUK 1 tercapai, keluarga mampu mengenal
masalah anggota keluarga yang sakit
Perencanaan
 Lanjutkan TUK 2, kemampuan keluarga
mengambil keputusan untuk mengatasi
rematik

Rabu, 11 TUK 2: Subjektif:


November a. Ibu M mengetahui tanda dan gejala  Ibu M dapat menyebutkan kembali tanda
2020 pukul awal penyakit rematik awal rematik yaitu nyeri pada lutut dan
14.00 b. Ibu M mengetahui tanda dan gejala kelelahan
penyakit rematik yang semakin  Ibu M mengatakan penyebab terjadinya
memburuk rematik yang paling sering adalah makan
c. Mengetahui strategi untuk mencegah tidak teratur dan saat udara dingin
kekambuhan rematik  Ibu M mengatakan dampak buruk dari
d. Mengetahui modifikasi diet yang tepat rematik adalah susah tidur dan bahkan
untuk rematik sampai lumpuh
e. Mengetahui dampak buruk akibat dari Objektif :
sakit rematik  Ibu M aktif dalam bertanya dan
f. Mengetahui sumber informasi yang menjawab pertanyaan evaluasi
terpercaya terkait rematik  Terdapat kontak mata selama proses
diskusi
Analisis:
 TUK 2 tercapai, dimana mampu
mengambil keputusan untuk lebih serius
merawat Ibu M dengan rematik
 Mengetahui sifat spesifik penyakit
rematik
 Mengetahui penyebab rematik
 Mengetahui rematik
 Mengetahui cara mencegah dan merawat
rematik
Perencanaan:
 Lanjutkan ke TUK 3 kemampuan
keluarga merawat Ibu M dengan rematik
2 Gangguan pola Senin, 9 TUK 1 Subyektif :
tidur November
Dengan menggunakan lembar balik dan  Ibu M mengatakan bersedia
2020, jam
booklet: mengikuti kegiatan yang akan
14.00 WIB
1. Membina hubungan baik dengan ibu direncanakan oleh perawat
M
 Ibu M mengatakan kalau gangguan
2. Menjelasakan maksud dan tujuan
impelentasi tidur sering dialami dan biasa terjadi oleh
3. Melakukan pendidikan kesehatan kebanyakan orang yang sudah tua
mengenai gangguan tidur dan  Ibu M mengatakan gangguan tidur
karakteristik gangguan tidur seharusnya diobati supaya tidak lebih parah
4. Memberikan reinforcement positif kondisinya
terhadap keluarga atas pencapaian  Ibu M mengatakan ingin mendapatkan
hasil yang baik
pengetahuan yang lebih banyak tentang
gangguan tidur supaya bisa menjaga
kondisinya
Objektif :
 Ibu M aktif dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan evaluasi
 Terdapat kontak mata selama proses
diskusi
 Sesekali menganggukkan kepala saat
diberi penguatan atau penjelasan.
Analisis :
 TUK 1 tercapai, dimana ibu M bersedia
mengikuti kegiatan yang akan dilakukan
oleh perawat bersama dan keluarga
memiliki pandangan yang lebih terbuka
tentang gangguan tidur
Perencanaan :
 Lanjutkan ke TUK 1 kemampuan
keluarga mengenal masalah lebih lanjut
tentang gangguan tidur
Selasa, 10 TUK : 1 Subjektif:
November Dengan menggunakan media lembar  Ibu M dapat menyebutkan kembali
2020 pukul balik penyebab gangguan tidur yang sering
14.00 1. Menjelaskan kepada keluarga tentang terjadi pada ibu M akibat sering BAK dan
penyebab, faktor risiko, pencegahan banyak pikiran
dan perawatan gangguan tidur  Ibu M mengatakan usia yang mulai tua,
2. Meminta keluarga untuk menyebutkan masih banyak aktivitas, dan banyak
kembali informasi yang telah pikiran bisa meningkatkan gangguan
disampaikan tidur
2. Memberi pujian atas pencapaian yang Objektif :
benar  Ibu M aktif dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan evaluasi
 Terdapat kontak mata selama proses
diskusi
Analisis:
 TUK 1 tercapai, dimana mampu
mengenal masalah gagguan tidur
 Mengetahui sifat spesifik penyakit
gangguan tidur
 Mengetahui penyebab gangguan tidur
 Mengetahui akibat lanjut dari gangguan
tidur
 Mengetahui cara mencegah dan merawat
gangguan tidur
Perencanaan:
 Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan
keluarga mengambil keputusan
Rabu, 11 TUK : 2 Subjektif:
Oktober 2020  Ibu M mampu menyebutkan akibat
1. Menjelaskan pada Ibu M tentang
pukul 14.00 akibat lanjut dari gangguan tidur lanjut dari gangguan pemenuhan
2. Menjelaskan kepada Ibu M mengenai kebutuhan tidur yaitu kepala pusing, sulit
alternatif pemecahan masalah konsentrasi, dan risiko kecelakaan
gangguan tidur  Ibu M mampu menyebutkan alternatif
3. Memberikan motivasi/dukungan Ibu pemecahan gangguan tidur seperti
M memilih alternatif untuk mengatasi minum susu sebelum tidur, menyiapkan
gangguan tidur jenis makanan dan buah-buahan yang
4. Memberi pujian atas pilihan yang dapat membantu mengatasi gangguan
tepat tidur seperti tidak makan makanan tinggi
kalori sebelum tidur, anjurkan makan
buah pisang, markisa, atau buah naga
 Ibu M mampu memilih tindakan
perawatan gangguan tidur di rumah
dengan menerapkan lingkungan tempat
tidur bersih setiap hari, mentati jadwal
tidur, diet, kegiatan olahraga lansia dan
meminum obat herbal
Objektif:
 Ibu M tampak mempertimbangkan setiap
keputusan
 Ibu M tampak siap mengatasi masalah
gangguan tidur
Analisis:
 Keluarga mampu memutuskan tindakan
yang tepat dalam merawat anggota
keluarga dengan gangguan istirahat dan
tidur dapat tercapai.
 Membuat keputusan terkait perawatan
lansia dengan gangguan tidur
Perencanaan:
 Lanjutkan TUK 3 kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
DAFTAR PUSTAKA
Friedman,Marilyn.2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori Dan Praktik Edisi 5.
Jakarta:ECG
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 1.Singapura:Elsevier.
Riasmini,Ni Made dkk.2017.Panduan Suhan Keperawatan
Individu,Keluarga,Kelompok,Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA,ICNP,NOC,dan
NIC Di Puskesmas Dan Masyarakat.Jakarta:UI

Anda mungkin juga menyukai