M
DENGAN ARTHRITIS REUMATOID
OLEH:
LARASATI AKJULIMA
20131035
KELOMPOK : D2
DOSEN PEMBIMBING:
MERIA KONTESA, SKp, M.Kep
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan
sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.
3. Perubahan Psikososial
Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu
perubahan biologis, psikologis, sosiologis.
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan
jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.
Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan
gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn
dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena
adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan
fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang
dapat menyebabkan wasir .
Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi
lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu
aktivitas/ kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa
kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia
dan ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya
abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
yang disebut dimensia atau pikun.
Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering
kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.
2. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma
lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
3. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman
usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi
kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan
membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan
yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya
diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
4. Perawatan Lansia
Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:
5. Pendekatan Psikis.
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan
sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.
6. Pendekatan Sosial.
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton
televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa
persaudaraan.
7. Pendekatan Spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.'
II. KONSEP DASAR KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur
internal maupun lingkungan eksternalnya. Keluarga terdiri atas individu yang
bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam
suatu rumah tangga yang sama (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga. Defenisi ini mencakup berbagai hubungan di luar perspektif legal, termasuk
didalamnya adalah keluarga yang tidak ada hubungan darah, pernikahan, atau adopsi
dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedman,
2010).
B. Struktur Keluarga
a) Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu
menyelesaikan konflik keluarga, (3) berfikir positif, dan (4) tidak mengulang-
ulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi
dan ada yang tidak, hal ini bias disebabkan oleh beberapa factor yang ada dalam
komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, entvirontment
dan receiver.( friedman 2010)
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
1) Karakteristik pengirim yang berfungsi
Yakin ketika menyamoaikan pendapat
Jelas dan berkualitas
Meminta feedback
Menerima feedback
2) Pengirim yang tidak berfungsi
Lebih menonjolkan asumsi
Ekspresi yang tidak jelas
Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan
sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang
Tidak mampu mengemukakan kebutuhan atau keinginannya
Komunikasi yang tidak sesuai
3) Karakteristik penerima yang berfungsi
Mendengar
Feedback
Memvalidasi
4) Penerima yang tidak berfungsi
Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
Diskualifikasi
Offensive
Kurang mengekplorasi
Kurang memvalidasi
5) Pola komunikasi didalam keluarga yang berfungsi
Menggunakan emosional
Komunikasi terbuka dan jujur
Hirarki dan kekuatan dan peraturan keluarga
Konflik keluarga dan penyelesaiannya
6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
Focus pembicaraan hanya pada seseorang (tertentu)
Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
Kurang empati
Selalu mengulang isu dan mendapat sendiri
Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
Komunikasi tertutup
Bersifat negative
Mengembangkan gossip
b) Struktur peran
Peran adalah serangakaian perilaku yang di harapkan sesuai dengan posisi
social yang diberikan. Yang di maksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak
(Friedman 2010).
Perilaku peran anggota keluarga
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
Peran ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bias berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental social dan spiritual.
c) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau actual) dari individu untuk
mengendalikan atau empengaruhi untuk merubah orang alain kearah positif.
Tipe structural kekuatan:
d) Nilai nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sitem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma
peraturan.
Norma adalah adalah pola perilaku yang abik, menurut system nilai dalam
keluarga, budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan denhgan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
C. Tipe atau bentuk keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dngan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari : (friedman 2010)
a) The Nuclear Family (Keluarga inti)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau
angkat)
b) The Extended Family (keluarga besar)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.
c) The Dyad Family (Keluarga “Dyad”)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tampa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
d) Single-parent (Orang tua tunggal)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian
e) The Single Adult Living Alon/Single Adult Family
Yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
f) Blended Family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
g) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh : dapur,
kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-lain)
h) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah
i) Commter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat “weekend”
j) Keluarga Usila
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang berusia lanjut dengan
anak yang sudah memisahkan diri
k) Composit Family
Keluarga yang perkawinannya berpoligami & hidup bersama
l) The Childless Family
Keluarga tampa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier atau pendidikan
yang terjadi pada wanita
Tipe keluarga Non Tradisional :
a) The unmarried teenage mother,
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu ) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
b) Commune family,
Beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
c) The nonmarital heterosexsual cohabiting family,
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa memalui
pernikahan.
d) Gay and lesbian family
Dua individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
dalam satu rumah tangga sebagaimana “ marital pathners”
e) Chohabitating couple,
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan
tertentu.
f) Group- marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
paling merasa telah saling menikah satu dengan lainnya, berbagi termasuk sexsual
dan membesarkan anak.
g) Group network family,
Keluraga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barag-barang rumah tangga bersama, pelanyaan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h) Foster family
Kelurga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali kelurga yang aslinya.
i) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
j) Gang/together family,
Sebuah bentuk kelurga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
D. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
1. TAHAP I : KELUARGA PASANGAN BARU
Pembentukan pasangan menandkana permulaan suatu keluarga brau dengan
pergerakkan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang
baru.Tahap ini juga disebut tahap pernikahan.
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA. Membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan sevara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, dan pada periode ini, perencanaan keluarga meliputi tiga
tugas kritis :
MEMBENTUK PERNIKAHAN YANG MEMUASKAN BAGI
KEDUA BELAH PIHAK
Perhatian keluarga pada tahap ini dimulai dengan persiapan menjadi orang tua.
Konseling keluarga berencana harus dimulai selama periode prenatal atau
pascapartum karena banyak pasangan yang tidak menunggu untuk memulai
kembali hubungan seksual sampai pemerksaan pascapartum tradisional yang
berlangsunng selama enam minggu.
3. TAHAP III : KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
dua setengah tahun dan di akhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah,
istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi
lebih kompleks dan berbeda
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
b) PERHATIAN KESEHATAN
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah seringnya penyakit menular yang
dialami oleh anak dan umumnya cidera akibat jatuh, luka bakar, keracunan,
dan cidera lain yang terjadi selama masa prasekolah.
4. TUGAS IV : KELUARGA DENGAN ANAK SEKOLAH
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanyan pada usia 5 tahun, dan di akhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar
usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal
dan hubungan keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
Salah satu tugas kritis orang tua dalam menyosialisasikan anak-nak mereka
pada saat ini adalah ermasuk meningkatkan prestasi sekolah.tugas yang
lainnya adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
b) PERHATIAN KESEHATAN
Kondisi cacat pada anak dapat menjadi ringan selama periode kehidupan anak
ini. Perawat dan guru akan mendeteksi banyak defek visual, pendengaran, dan
bicara selain mempelajari masalah gangguan perilaku, perawatan gigi yang
tidak adekuat, penganiyaan anak, penyalah gunaan zat, dan penyakit.
Tidak ada gunanya mengatakan bahwa tugas membesarkan anak remaja saat
ini adalah tugas orang tua yang tersulit. Meski demikian, orang tua harus
berhadapan dengan uji keterbatasan yang tidak beralasan yang telah ditetapkan
dalam keluarga pada saat keluarga tersebut melalui proses “melepaskan”
secara bertahap
b) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA
Tugas perkembangna keluarga yang pertama dan utama pada thap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi.
c) PERHATIAN KESEHATAN
Pada tahap ini, kesehtan fisik anggota keluarga biasanya baik, tetapi promosoi
kesehatan tetap merupakan perhatian yang penting.
6. TAHAP VI : KELUARGA MELEPASKAN ANAK DEWASA MUDA
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika
anak terkahir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup siingkat atau
bertahan lama, bergantung jumlah anak dalm keluarga
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELURGA,
Pada saat keluarga membantu anak tertua untuk ke dunia luar, orang tua juga
terlibat dengan anak terkecilnya , yaitu membantu mereka menjadi mandiri.
Dan ketika anak yang telah “terjun ke dunia luar tersebut” menikah,
keluarga adalah memperluas lingkaran keluarga untuk memasukkan anggota
baru dari pernikahan dan menerima gaya hidup dan nilai pasangan itu sendiri.
b) PERHATIAN KESEHATAN
Perhatian kesehatan utama melibatkan masalah komunikasi antara anak
dewasa muda dan orang tua mereka, maslah transisi peran bagi istri dan suami,
perhatian pemberi asuhan, dan kegawatan kondisi kesehtan kronik atau factor-
faktor predisposisi seperti tingginya kadar kolesterol, obesitas, dan tekanan
darah tinggi.
7. TAHAP VII: ORANG TUA PARUH BAYA
Tahap ketujuh dari sirkus kehidupan keluarga, merupakan tahap masa
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakir meninggalkan rumah dan
berakir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya
dimulai ketika orang tua berusia 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan
pensiunnya pasangan, biasanya 16 sampai sampai 18 tahun kemudian. Biasanya,
pasangan baru di tahun-tahun pertengahan mereka merupakan keluarga inti,
walaupun tetap berinteraksi dengan orang tua lansia mereka dan dengan anggota
keluarga lain dafri keluarga asalnya, dan dengan keluarga baru yang didapat dari
pernikahan anak cucu (keturunan) mereka. Pasangan pasca-menjadi orang tua saat
ini tidak lagi terisolasi, semakin banyak pasangan paruh baya yang tidak lagi
melaksanakan kesibukan harian mereka dan meluangkan waktu lebih banyak
dalam fase pascaparental, dengan perluasan hubungan kekeluargaaan antara empat
generasi bukanlah hal yamg jaramg (Roth, 1997).
a) TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA.
E. FUNGSI KELUARGA
Friedman (2002) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
1. Fungsi efektif dan koping
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang
positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah:
a. Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih
sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubugan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar
dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Panus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis
(Black & Hawks, 2014).
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor reumatoid (seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Black &
Hawks, 2014).
E. WOC KEPERAWATAN
Pemecahan
Terbentuk Kolagen Kekakuan sendi
nodul- nodul
rematoid
ekstrasinoviu
m
Edema, poliferasi Rentang Gerak
membrane sinovial Berkurang
Kerusakan sendi
Progresif
Ndx: Gangguan
Ndx: Kerusakan Citra Tubuh
Mobilitas Fisik Panus
Kartilago Hambatan
dirusak Aliran Darah
Nekrosis Sel
Penurunan
elastisitas dan
kontraksi otot
Ndx: Kurang Ndx: Kurang
Perawatan diri Pengetahuan
Mengenai penyakit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Faktor rematoid: positif pada 80%-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
5. Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
7. JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
11. Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
12. Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
perdarahan, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
13. Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Biodata
a. Umur : Artritis Reumatoid dapat terjadi kapan saja selama hidup, namun
insidennya meningkat seiring pertambahan usia, puncaknya antara usia 40-60
tahun (Black & Hawks, 2014).
b. Jenis kelamin : wanita berpotensi dua hingga tiga kali lebih besar dari pria
(Black & Hawks, 2014).
2. Riwayat keperawatan sekarang
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan
atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan sendi.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien sudah menderita penyakit Artritis reumatoid sejak lama.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Predisposisi genetik terlihat lebih tinggi pada 32 % untuk kembar identik
dibandingkan 9 % pada kembar fraternal (Black & Hawks, 2014).
5. Pemeriksaan Fisik
Pada ekstremitas, Artritis Reumatoid sering memengaruhi kaki dan lutut. Kaki
ayam merupakan hasil dari subluksasi kepala metatarsal. Berjalan akan sulit
karena keterbatasan fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
Terjadi deformitas pada jari-jari tangan : penyimpangan ulnar, deformitas
Boutonneire, deformitas leher angsa. Terdapat nodulus reumatoid subkutan di
lengan.
6. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami deformitas
pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
7. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat,
dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
8. Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
9. Integritas Ego
Faktorstresakut/kronis,misalnyafinansial,pekerjaan,ketidakmampuan,keputusasaan
dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
10. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat: mual,
anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti: kacang-kacangan,
daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi
11. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain
12. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
13. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
14. Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa.
15. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3. Resiko cedera b.d perubahan fungsi psikomotor
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
K. INTERVENSI
NO DX KEP SLKI SIKI
1 Nyeri kronis Tingkat nyeri Manajemen nyeri
b.d kondisi Kriteria hasil : Tindakan :
muskuloskelet Keluhan nyeri Identifikasi lokasi, karakterisitik,
al kronis Kesulitan tidur durasi, frekuensi, kualitas,
Meringis intensitas nyeri
Ketegangan otot Identifikasi skala nyeri
Frekuensi nadi Identifikasi respon nyeri non
Fungsi verbal
berkemih Identifikasi faktor yang
Nafsu makan memperberat dan memperingan
nyeri
Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hionosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
2 Gangguan Mobilitas fisik Dukungan ambulasi
mobilitas fisik Kriteria hasil : Tindakan :
b.d penurunan Pergerakan Identifikasi adanya nyeri atau
kekuatan otot ekstremitas keluhan fisik lainnya
Kekuatan otot Identifikasi toleransi fisik
Rentang gerak melakukan ambulasi
Nyeri Fasilitasi aktivitas ambulasi
Gerakan dengan alat bantu
terbatas Fasilitasi melakukan mobilitas
Kelemahan fisik fisik, jika perlu
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi
dini
Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
3 Resiko cedera Tingkat cedera Pencegahan cedera
b.d perubahan Kriteria hasil: Tindakan :
fungsi Toleransi Identifikasi area lingkungan
psikomotor aktivitas yang berpotensi menyebabkan
Kejadian cedera cedera
Gangguan Identifikasi kesesuaian alas kaki
mobilitas atau stoking elastis pada
Tekanan darah ekstremitas bawah
Pola Sediakan pencahayaan yang
istirahat/tidur memadai
Gunakan lampu tidur selama
jam tidur
Gunakan alas lantai jika berisiko
mengalami cedera serius
Sediakan alas kaki antislip
Pastikan barang-barang pribadi
mudah terjangkau
Pertahankan posisi tempat tidur
di posisi terendah saat
digunakan
Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang diperlukan
Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yang sesuai
Diskusi bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien
A. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga : Ny. M
2. Usia Kepala Keluarga : 65 tahun
3. Alamat : Kambang
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SD
5. Pekerjaan : Dagang
6. Komposisi Keluarga :
Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Bercerai
a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu single adult family. Ibu M tinggal sendiri karena bercerai
dengan suaminya saat anaknya SMP, Ibu M mengatakan anaknya tinggal terpisah
bersama keluarganya. Ibu M dan anaknya mengatakan jarang mengalami
percekcokan atau selisih paham dengan apabila mereka berkumpul bersama.
Mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain, anak Ibu M kadang-
kadang mengirimkan uang untuk Ibu M dan cucu ibu M masih kuliah.
b. Suku
Ibu M berasal dari suku minang, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa minang. Budaya sosial khusus dalam keluarga adalah saling menghormati
antar anggota keluarga dan masyarakat. Budaya keluarga Ibu M yaitu sering
membantu antara keluarga satu sama lain apabila ada yang mengalami kesulitan.
Keluarga Ibu M tidak memiliki kebiasaan dalam budaya yang bertentangan
dengan kesehatan seperti pantangan terhadap makanan ataupun anggapan negatif
terhadap penyakit yang diderita oleh Ibu M.
c. Agama
Kepercayaan yang dianut Ibu M adalah Islam. Ibu M mengatakan saat ini lebih
sering shalat di rumah karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan
untuk pergi shalat ke masjid. Ibu M juga jarang mengikuti majelis taklim yang
diadakan di masjid dekat rumah karena kondisi kesehatannya yang tidak sanggup
berjalan ke masjid. Ibu M mengatakan setiap selesai shalat selalu mengaji.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Ibu M tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja lagi. Ibu I M mendapat
kiriman belanja dari anaknya setiap minggu, namun hanya cukup untuk
kebutuhan makan saja. Ibu M kadang mendapat bantuan untuk usia lanjut setiap
bulan berupa sembako dan uang. Ibu M mengatakan jika tidak ada kiriman dari
anakya atau bantuan sosial, maka Ibu M meminjam uang dari tetangganya dan
menggantinya jika dia punya cukup uang.
e. Aktivitas rekreaksi keluarga
Ibu M mengatakan jarang pergi rekreasi ke luar rumah karena tidak sanggup
untuk pergi jauh. Ibu M kadang pergi ke rumah anaknya jika merasa takut untuk
sendirian di rumah. Ibu M mengatakan jika hari lebaran maka anaknya akan
berkunjung kerumah.
1. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan lansia dengan
masalah artritis reumatoid.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Ibu M yang belum terpenuhi, yaitu memikirkan
rumah dan tanah yang dia tinggali setelah meninggal, karena itu satu-satunya
warisan yang dia punya untuk anak cucunya. Ibu M memiliki cekcok dengan
sanak famili disekitar rumahnya sehingga takut jika dia meninggal nanti sanak
familinya akan mengambil rumah dan tanah yang diperuntukkan untuk anaknya.
Ibu M juga mencemaskan siapa yang akan merawatnya nanti jika dia mulai sakit-
sakitan dan hanya di tempat tidur karena tinggal terpisah dengan anaknya.
c. Riwayat keluarga inti
Ibu M mengatakan pernikahannya dengan suaminya tidak ada riwayat
dijodohkan. Ibu M dan suaminya sudah bercerai sejak anaknya masih SMP.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Orang tua Ibu M ada memiliki riwayat penyakit kronik/genetik yaitu riwayat
hipertensi.
2. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah Ibu M yang ditempati saat ini adalah rumah pribadi. Tipe bangunan
rumah Ibu M adalah rumah permanen. Terdapat 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar
mandi, 1 ruang tengah tempat berkumpulnya keluarga sekaligus ruang tamu.
Cukupnya ventilasi atau jendela di dalam kamar dan ruangan sehingga ruangan
tampak terang pada siang hari, rumah Ibu M juga tampak bersih dan rapi.
Denah rumah:
Pintu
utama
Kamar
mandi Kamar
1
Kamar kamar
2
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan
Konsultasi
a. Berikan konsultasi kepada klien
dan keluarga dengan hasil
skrining yang abnormal untuk
rencana tindak lanjut yang
harus dilakukan
Rujukan:
a. Rujuk klien (lansia) ke
pelayanan kesehatan bila perlu
2 DS: Gangguan pola tidur Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal
masalah gangguan pola tidur
Ibu M mengatakan kadang setiap masalah gangguan pola tidur
tidur merasa tidak nyenyak karena
nyeri yang dirasakan saat malam Pengetahuan kesehatan
Mengajarkan proses terjadinya
hari Indikator
Ibu M mengatakan mudah terbangun gangguan pola tidur
mengetahui tentang kebutuhan
dipertengahan jam tidurnya karena tidur : 1. Menilai pemahaman klien dan
sering BAK 1. jam tidur (1-5) keluarga tentang gangguan
Ibu M mengatakan susah tidur lagi 2. pola tidur (1-5) tidur
jika sudah terbangun 1. kualitas tidur (1-5) 2. Jelaskan patofisiologi
2. tidur rutin (1-5) terjadinya gangguan pola tidur
DO:
3. tidur dari awal sampai habis dan bagaimana hubungan
Mata Ibu M tampak sayu dan dimalam hari (1-5) antara anatomi dan fisiologi
berkantung 4. perasaan segar setelah bangun 3. Jelaskan tanda dan gejala
tidur (1-5) tentang gangguan pola tdiur
Ibu M tampak menahan kantuk pada
5. suhu ruangan yang nyaman (1- yang dialami
saat siang 4. Berikan informasi yang akurat
5)
TD :130/70 mmHg Nadi : 82x/mnt 6. tempat tidur yang nyaman (1-5) tentang gangguan pola tidur
7. kesulitan memulai tidur (1-5) 5. Identifikasi perubahan pada
8. nyeri (1-5) kondisi fisik klien akibat
gangguan pola tidur
6. Diskusikan perubahan gaya
Keluarga mampu memutuskan hidup yang bisa dilakukan
untuk memperbaiki kesehatan untuk mencegah komplikasi
atau mengontrol gangguan pola
Perilaku kesehatan. tidur
1. Manfaat perawatan gangguan 7. Diskusikan perawatan yang
pola tidur dibutuhkan untuk ganguan pola
2. Menjelaskan rasional perawatan tidur dan jelaskan alasannya
gangguan pola tidur 8. Gali sumberdaya/ dukungan
3. Melakukan skrining kesehatan yang memungkinkan bagi klien
seperti penyebab gangguan pola dan keluarga
tidur pada tenaga kesehatan Kemampuan keluarga
memutuskan untuk
Keluarga mampu melakukan
memperbaiki kesehatan
perawatan
Dukungan membuat keputusan :
Partisipasi latihan
2. Bantu keluarga untuk
1. Identifikasi faktor penghambat menjelaskan nilai dan harapan
2. Buat tujuan jangka pendek dan yang dapat diperoleh dari
panjang
perawatan gangguan tidur
3. Keseimbangan aktivitas rutin
termasuk latihan 3. Bantu keluarga
4. Partisipasi dalam latihan rutin mengidentifikasi keuntungan
5. Pakaian yang sesuai untuk dan kerugian apabila tidak
latihan melakukan perawatan
6. Menampilkan latihan dengan gangguan tidur
benar 4. Pertahankan komunikasi
7. Pantau perkembangan latihan dengan keluarga dari awal
yang sudah dilakukan 5. Fasilitasi keluarga terkait
tujuan perawatan
Keluarga mampu memodifikasi 6. Berikan informasi yang
dibutukan dan ditanyakan oleh
faktor penyebab gangguan pola keluarga
tidur 7. Gunakan teknologi komputer,
web, atau handphone untuk
perilaku promosi kesehatan : mendukung keputusan
1. memonitor lingkungan terkait 8. Manfaatkan dukungan keluarga
dengan risiko (1-5) atau kelompok lain untuk
2. memonitor perilaku personal pengambilan keputusan
terkait dengan risiko
3. keseimbangan aktivitas dan
Kemampuan keluarga merawat
istirahat
4. mempertahankan tidur yang anggota keluarga yang sakit
adekuat Peningkatan tidur :
5. menggunakan teknik-teknik 1. tentukan pola tidur/aktivitas
pengurangan stres yang efektif pasien
6. mengikuti diet sehat 2. perkirakan tidur/siklus bangun
7. menggunakan latihan rutin yang pasien didalam perawatan
efektif perencanaan
3. jelaskan pentingnya tidur yang
cukup selama sakit
Keluarga mampu memanfaatkan
4. jelasakan efek dari obat yang
fasilitas kesehatan dikonsumsi pasien terhadap
pola
Perilaku mencari pelayanan
5. anjurkan pasien untuk
kesehatan memonitor pola tidurnya dan
jumlah jam tidur
1. Menampilkan perawatan
6. bantu untuk menghilangkan
penyebab gangguan pola tidur
situasi stres sebelum tidur
yang dianjurkan
7. pantau makanan sebelum tidur
2. Mendeskripsikan strategi untuk
dan intake minuman yang dapat
memaksimalkan kesehatan
mengganggu tidur
3. Upaya mencari tenaga
8. anjurkan pasien untuk
kesehatan/pelayanan kesehatan
menghindari tidur siang
jika diperlukan
9. ajarkan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi
progresif untuk memancing
tidur
10. anjurkan untuk
meningkatkan kenyamanan
seperti pijat, pengaturan posisi
dan sentuhan afektif
Manajemen energi
1. kaji
status fisiologi lansia yang
menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan
perkembangan
2. anjur
kan lansia mengunkapkan
perasaan secara verbal
mengenai keterbatasan yang
dimiliki
3. guna
kan instrumen yang valid untuk
mengukur kelelahan
4. tentu
kan persepsi lansia/orang
terdekat dengan lansia
mengenai penyebab kelelahan
5. pilih
intervensi untuk mengurangi
kelelahan secara
nonfarmakologis
6. tentu
kan jenis dan banyaknya
aktivitas yang dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan fisik
7. moni
tor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi
yang adekuat
8. moni
tor/catat waktu an lama
istirahat dan tidur lansia
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan
Panduan pelayanan kesehatan
1. Bantu keluarga untuk memilih
pelayanan kesehatan yang
sesuai
2. Informasikan kepada keluarga
tentang perbedaan pelayanan
kesehatan beserta fasilitasnya
Analisis:
TUK 1 tercapai, keluarga mampu mengenal
masalah anggota keluarga yang sakit
Perencanaan
Lanjutkan TUK 2, kemampuan keluarga
mengambil keputusan untuk mengatasi
rematik