Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN

ANEMIA

KELAS : C
KELOMPOK 3
1. Halim B. Nasir841419055
2. Mohammad Prajab Baderan 841419098
3. Ingrid Putri Regita Isa 841419099
4. Sitria Puteri Indah 841419125
5. Ramlah P. Usman 841419127
6. Debby Tri Vani Pangulimang 841419124
7. Selvi Pakaya 841419130
8. Deisty Junica 841419105
9. Neziha Yusuf 841419097
10. Ade Pratiwi Suma 841419118
11. Sukamsi Tomayahu 841419126
12. Rezki Virginia Mokodompit 841419101

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Pujisyukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa,karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bias selesai pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenyasehinggamakalahinibiastersusundenganbaik dan rapi.

Kamiberharapsemogamakalahinibiasmenambahpengetahuan para
pembaca. Namunterlepasdariitu, kami memahamibahwamakalahinimasihjauhdari
kata sempurna, sehingga kami sangatmengharapkankritikserta saran yang
bersifatmembangun demi terciptanyamakalahselanjutnya yang lebihbaiklagi.

19 Oktober2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I KONSEP MEDIS.......................................................................................1

A.Definisi.............................................................................................................1

B.Etiologi.............................................................................................................1

C.Manifestasi Klinis.............................................................................................1

D. Patofisiologi....................................................................................................2

E. Klasifikasi........................................................................................................7

F. Prognosis..........................................................................................................9

G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9

H. Penatalaksanaan............................................................................................10

I. Komplikasi......................................................................................................11

J. Pencegahan.....................................................................................................12

BAB II KONSEP KEPERAWATAN.................................................................13

A. Pengkajian...............................................................................................13

B. Pathway.........................................................................................................19

C. DiagnosaKeperawatan...................................................................................21

D. Intervensi.......................................................................................................21

E. Implementasi&Evaluasi.................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

iii
iv
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrid atau hitung
eritrosit (Red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen gula darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu di mana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
pendarahan akut, dan kehamilan.

B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (Disease entity) , tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (Underlying disease) . pada
dasarnya anemia di sebabkan oleh karena:
1).Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2). Kehilangan darah keluar tubuh (Pendarahan)
3). Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

C. Manifestasi Klinis
1) Manifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang –kunang
c. Lesu
d. Aktivitas berkurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun

1
2) Gejala khas masing-masing anemia:
a. Pendarahan berulang /kronik pada anemia pasca pendarahan, anemia
defisiensi besi.
b. Ikterus,urin berwarna kuning tua/coklat ,perut mrongkol/makin buncit
pada anemia hemolitik
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.

D. Patofisiologi
1. Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jia pada sel
induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya di[roduksi dalam jumlah yang
tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat kongenital idiopatik (penyebabnya tidak
diketahui), atau sekunder akibat penyebab-penyebab industri atau virus. Individu
dengan anemia aplastik mengalami pansitopenia (kekurangan semua jenis sel-sel
darah. Secar morfologis, SDM (Sel Darah Merah) terlihat normositik dan
normokromik, jumlah retikulasi rendah atau tidak ada, dan biopsi sumsung tulang
menunjukkan keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hiplasia nyata dan
penggantian dengan jaringan lemak. Pada sumsung tulang tidak dijumpai sel-sel
abnormal. Anemia aplastik idiopatik diyakini dimediasi secara imunologis,
dengan Limfosit T pasien menekan sel-sel induk hematopoietik.
Penyebab-penyebab sekunder anemia aplastik (sementara atau permanen)
meliputi berikut ini :
1. Lupus eritematosus sistemik yang berbasia auotimun
2. Agen anti neoplastik atau sitotoks
3. Terapi radiasi
4. Anti biotik tertentu
5. Berbagai obat seperti antikonvulsan, obat-obat tiroid, senyawa emas dan
fenilbutazonan
6. Zat-zat kimia seperti benzena, pelarut organik, dan insektisida (agen yang
diyakini merusak sumsung tulang secara langsung)

2
7. Penyakit-penyakit virus seperti mononuleosis, inveksiosa, dan HIV
(Himan Immunodeficiency Syndrom)
Anemia aplastik setelah hepatitis virus tertama berat, dan cenderung fatal
Kompleks gejala anemia aplastik disebabkan oleh derajat per pansitopenia.
Tanda dan Gejala meliputi anemia, disertai kelelahan, kelemahan, dan
napas pendek saat latihan fisik
Tanda dan gejala lain diakibatkan oleh defisiensi trombosit dan sel-sel darah
putih. Defisiensi trombosis dapat menyebabkan
1. Ekimosis dan petekie (perdarahan di dalam kulit)
2. Epistaksis (perdarahan hidung)
3. Perdarahan saluran cerna
4. Perdarahan saluran kemih dan kelamin
5. Perdarahan sistem saraf pusat

Defisiensi sel darah putih meningkatkan kerentanan dan keparahan, termasuk


infeksi bakteri, virus dan jamur.
Aplasia berat disertai dengan penurunan (<1%) a tidak adanya eikulosit,
jumlah granulosit kurang dari 500/mm 3 dann jumlah trombosit kurang dari
20.000 menyebabkan kematian akibat infeksi da/atau perdarahan dalam beberapa
minggu atau beberapa bulan. Sepsis merupakan penyebab tersering kematian.
Namun, pasien dengan penyakit yang lebih ringan dapat hidup bertahun-tahun.
Pengobatan anemia aplastik jika diketahui penyebabnya ditujukan untuk
menghilangkan agen penyebab. Fokus utama pengobatan adalah perawatana
suportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan
perdaraahna merupakan penyebab utama kematian, maka pencegahan merupakan
hal yang penting. Faktor-faktor penyembuhan seperti G-CSF dapat digunakan
untuk meningkatkan jumlah neutrofil dan mencegah atau meminimalkan infeksi.
Tindakan pencegahan sebaiknya meliputi lingkungan yang dilindungi dan higiene
keseluruhan yang baik. Pada perdarahan atau infeksi penggunaan yang bijaksana
terapi komponen darah (SDM dan platelet) serta antibiotik menjadi penting.
Agen-agen perangsang sumsum tulang belakang seperti androgen dapat

3
menginduksi eritropoiesis, walaupun efektivitasnya tidak pasti. Pasien-pasien
anemia aplastik kronis beradaptasi dengan baik dan dapat dipertahankan pada
kadar hemoglobin antara 8-9 g/dl dengan tranfusi darah periodik.
Pada individu muda dengan anemia aplastik berat yang sekunder akibat
kerusakan sel induk, diindikasikan untuk melakukan transpalasi sle alogenik
dengan donor yang cocok . angka keberhasilan secara keseluruhan melebihi 80%
pada pasien-pasien yang sebelumnya tidak di tranfusi. Pada pasien-pasien yang
lebih tua dengan anemia aplastik atau pada kasus –kasus yang diyakini dimediasi
secara imunologis, antibodi yang mengandung globulin antihimosit (ATG)
terhadap selsiklosporin memberi manfaat pada 50% hingga 60% pasien. Respon
dapat diharapkan dalam waktu 4-12 minggu. Secara umum respon ini parsial
tetapi cukup tinggi untuk meningkatkan perlindungan pada pasien-pasien dan
memungkinkan kehidupan yang lebih nyaman (Linker, 2001)
2. Anemia defisiensi besi

Secara morfologi, keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik


hipokromik dengan penurunan kuantitatif sintesis hemoglobin. Difisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada
perempuan usia subur, disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan penyebab-penyebab lain difisiensi
besi adalah: (1) asupan besi yang tidak cukup, misal, pada bayi-bayi yang hanya
diberi diet susu saja selama 12-24 bulan dan pada individu-individu tertentu yang
vegetarian ketat; (2) gangguan absorbsi setelah gastrektomi; dan (3) kehilangan
darah menetap, seperti pada pendarahaan saluran cerna lambat akibat polip,
neoplasma, gastritis, varises esophagus, ingesti aspirin, dan hemoroid.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 4 sampai
5g besi bergantung pada jenis kelamin dan ukuran tubuhnya . lebih dari dua
tertiga besi terdapat didalam hemoglobin. Besi dilepas dengan semakin tua dan
matinya sel dan diangkut melalui transferian plasma ke sumsum tulang belakang
untuk eritropoiesis. Dengan pengecualian mioglobin (otot) dan enzim-enzim heme
dalam jumlah yang sangat sedikit, sisa zat besi disimpan didalam hati, limfa, dan

4
sumsum tulang belakang sebagai feritin dan hemosiderin untuk kebutuhan-
kebutuhan lebih lanjut.
Walaupun dalam diet rata-rata mengandung 10 smpai 20mg besi, hanya
sekitar 5% hingga 10% (1 sampai 2 mg) yang sebenarnya diabsorpsi. Pada saat
persediaan besi berkurang, maka lebih banyak besi diabsorbsi dari diet. Besi yang
diingesti diubah menjadi ferro didalam lambung dan duodenum serta diabsorbsi
dari duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin
plasama kesumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ketempat penyimpanan
dijaringan.
Tiap milliliter darah mengandung 0,5mg besi. Kehilangan besi umunya sedikit
sekali, dari 0,5 smpai 1mg/hari. Namun, yang mengalami menstruasi kehilangan
tambahan sebanyak 15 sampai 28mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena
menstruasi berhenti selama kehamilan , kebutuhan besi harian meningkat untuk
mencukupi permintaan karena meningkatnya volume darah ibu dan pembentukan
plasenta, tali pusat, dan janin, serta mengimbangi darah yang hilang selama
kehamilan.
Segala tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada anemia, individu
dengandeisiensi besi yang berat (besu plasma kurang dari 40mg/dl; hemoglobin 6
sampai 7 g/dl) memiiki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata-rata
mudah patah dan mingkin berbentuk sendok (koilonikia). Selain itu, atropi papilla
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, berwarna merah-
daging, dan meradang serta sakit. Dapat juga terjadi stomatitis angularis, pecah-
pecah disertai kemerahan dan nyeri disudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukan jumlah SDM normal atau hamper normal dan
kadar hemoglobin berkurang. Pada apusan darah perifer, SDM mikrositik dan
hipokromik (MCV, MCHC, dan MCH berkurang) disertai poikilositosis dan
anisositosis. Jumlah retikulosis dapat berkurang atau normal. Kadar besi
berkurang sedangkan kapasitas mengikat-besi serum total meningkat.
Untuk mengobati defisiensi besi, penyebab mendsar anemia harus
diidentifikasi dan dihilangkan. Intervensi pembedahan mungkin diperlukan untuk
menghambat perdarahan aktif akibat polip, ulkus, keganasan, dan hemoroid;

5
perubahan diet dapat diperlukan untuk bayi-bayi yang hanya di beri susu atau
individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam
jumlai dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat meningkatkan besi yang
tersedia (misalnya, dengan menambahkan hati), suplementasi besi diperlukan
untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan cadangan besi. Besi tersedia
dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian besar oral berespon baik terhadap
senyawa-senyawa oral seperti ferosulfat, 325mg 3x sehari selama paling sedikit 6
bulan untuk menggantikan cadangan besi. Sediaan besi parenteral digunakan pada
pasien-pasien yang tidak dapat menoleransi sediaan obat atau yng tidak patuh.
Besi paranteral memiliki insiden terjadinya reaksi-reaksi yang merugikan relative
tinggi. Pasien tersebut ddiberikan dosis uji dan dipantau selama satu jam. Jika
pasien tersebut tidak mengalami efek samping, sisa dosisnya diberikan 2 jam
kemudian.
3. Anemia Megablastik

Anemia meganlostik (SDM besar) diklasifikasikan secara morffologis sebagai


anemia makrostik normokronik. Anemia megablostik sering disebabkan oleh
defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan gangguan sintesis
DNA, disertai kegagalan mestruasi dan pembelahan inti (guyton, 2001).
Defisiensi-defisiensi ini dapat sekunder akibat malnutrisi, defisiensi asam folat,
malobsorpsi, kekurangan factor iritrinsik (seperti pasa anemia pernisiosa dan
pasca gratrektomi), infestasi parasit, penyakit usus, dan keganasan,. Serta sebagai
akibat agrns-agens kemoterapeutik. Pada individu dengan infksi cacing pita yang
disebabkan oleh ingesti ikan segar yang terinfeks, cacing pita berkompetisi
dengan pejamunya untuk mendapatkan fitamin B12 didalam makanan yang
diingsti, yang menyebabkan anemia megaloblastic.
Walaupun anemia pernisiosa khas pada anemia megaloblastik, defisiensi folat
lebih sering ditemiukan dalam praktik klinis. Anemia megaloblastik sering terlihat
sebagai malnutrisi pada orang yang lebih tua, pecandu alkohaol, atau remaja, atau
perempuan selama masa kehamilan, saat permintaan untuk mencukupi kebutuhan
janin dan laktasi meningkat pada anemia hemolitik, keganasan, dan

6
hipertiroidisme. Penyakit seliak dan stomatis tropic juga menyebabkan
malabsorbsi, dan obat-obat yang bekerja sebagai antagaonis asam folat juga
mempengaruhi.
Kebutuhan minimal olat sehari hari kira-kira 50mg, dengan muudah diperoleh
dari diet rata-rata. Sumber yang paling banyak adalah daging merah, seperti hati
dan ginjal, serta sayuran yang berwarna hijau. Akan tetapi, menyiapkan makanan
yang benar juga diperlukan untuk memastikan nutrisi yang adekuat. Misalnya,
50% sampai 90% folat dapat hilang dengan cara memasak yang menggunakan
banyak air. Folat diabsorbsi dari duodenum dan jejunum bagian atas, terikat
lemah pada protein plasma, dan disimpan di hati. Pada keadaan tidak adanya
asupan folat, cadangan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
Selain gejala-gejaa anemia yng telah dijelaskan, pasien-pasien anemia
megaloblastik yang sekunder akibat defisiensi folat dapat terlihat malnutrisi dan
mengalami glositis berat(lidah meradang, nyeri), diare, dan kehilangan nafsu
makan. Kadar folat serum juga menurun (kurang dari 4mg/ml).

E. Klasifikasi
1) Klasifikasi anemia menurut Etiopagotesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia deisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin B12
2) Gangguan penggunaan (utiliasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sidebrolastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastikAnemia mielopsitik
b) Anemia pada keganasan hematologi
c) Anemia diseritropik

7
d) Anemia pada sindrom mielodisplastik
e) Anemia akibat kekurangan eritropoiten: anemia pada gagal ginjal kronik
b. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca pendarahan akut
2) Anemia akibat pendarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskural
a) Gangguan membram eritrosit (membranopati)
b) Gangguan ensim eritrosit (enzimipati)
c) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
(1) Thalassemia
(2) Hemoglobinopati struktual : HbS, HbE, dll
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
c) Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak di ketahui atau dengan pathogenesis yang
kompleks
2) Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi.
a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
1) Anemia defisiensi besi
a) thalassemia major
b) Anemia akibat penyakit kronis
c) Anemia sideroblastik
2) Anemia normokromik normositer bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
a) Anemia paska pendarahan akut Anemia aplastik
b) Anemia hemolitik di dapat
c) Anemia akibat penyakit kronik
d) Anemia pada sindrom mielodispatik
e) Anemia pada keganasan hematologic
3) Anemia makrositer,bila MCV >95 fl

8
a) Bentuk megalobastik
(1) Anemia defisiensi asam folat
(2) Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b) Bentuk non-megalobastik
(1) Anemia pada penyakit hati kronik
(2) anemia pada hipotiroidisme
(3) Anemia pada sindrom melodiplastik

F. Prognosis
Prognosis pada penderita anemia jika ditangani dengan cepat maka prognosisnya
baik. Anemia berat yang tidak diobati dapat menyebabkan syok hingga koma dan
meninggal.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV [Mean Corpuscular Volume] dan MCHC [Mean
Corpusculaar Hemoglobin Consentration]), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoesis
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut
ini:
1) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC (Total Iron Binding
Capacity), saturasi transferin, dan feritin serum.

9
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12.
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes koombs, dan
elektroforesis Hb.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG [Ultra Sonografi], atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Raction, FISH
= Fluorescence n Situ Hybridization)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu;
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang belakang dan terapi immunosupresif
dengan antithimocyte globulin (ATG) yang di perlukan melalui jalur sentral
selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang belakang
tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC [Right Blood
Cell] rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penangnan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

10
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10mg/hari. Transfusi diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr
%
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dangan injeksi IM (Intra Muskular)
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderitan anemia pernisiosa atau
malobsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan 3x5mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1mg/hari secara
IM.
6. Anemia pasca pendarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intervena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian tranfusi darah mengantikan darah yang hemolisis

I. Komplikasi
Komplikasi dari anemia yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi
kanker; Penyakit ginjal; Gondok; Gangguan pembentukan heme; Penyakit
infeksi kuman; Thalasemia; Kelainan jantung; Rematoid; Meningitis;
Gangguan sistem imun.

J. Pencegahan
Upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai berikut:

11
1) Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran
yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
2) Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas.
3) Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
mengalami haid.
4) Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan
ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

12
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a) Anamnesa
1. Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,umur, pekerjaan, nama ayah/ ibu,
pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a) Keluhan Utama : satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang
menyebabkan pasien mencari perawatan.pada umumnya klien dengan
anemia Pasien mengatakan pusing.
b) Riwayat penyakit sekarang : menjelaskan keluhan utama; gambaran
bagaimana perkembangan asetiap gejala, termasuk pikiran dan perasaan
klien mengenai penyakitnya. Poin pengkajian dapat mencakup medikasi,
alergi, kebiasaan merokok dan alkohol, karena hal ini kerap kali terkait
dengan penyakit yang sedang diderita. Merupakan pengembangan dari
keluhan utama
c) Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak,
penyakit yang dialami saat dewasa lengkap dengan waktunya yang
sedikitnya mencakup empat kategori, yaitu medis, pembedahan, obstertik/
ginekologik dan psikiatrik. Termasuk praktik pemeliharaan kesehatan,
seperti imunisasi, uji skrining, masalah gaya hidup dan keamanan rumah.
d) Riwayat Keluarga : Gambaran atau diagram usia dan keadaan kesehatan,
atau usia dan penyebab kematian, dari saudara kandung, orang tua, dan
kakek-kakek. Dokumen yang menunjukkan ada atau tidak adanya
penyakit khusus dalam keluarga,
e) Riwayat Individu dan sosial : Menjelaskan tentang tingkat pendidikan,
suku bangsa keluarga, keadaan rumah tangga saat ini, minat individu, dan
gaya hidup.

13
f) Pola nutrisi:dikaji melalui makanan pokok,frekuensi makan nafsu makan
serta diet
g) Istrahat dan tidur: dikaji pola tidur klien mengenai waktu tidur lama tidur
kebiasaan mengatur tidur serta keseluruhan dalam tidur. Biasanya klien
dengan anemia akan mengalami kurangnya istrahat atau tidur
h) Pola aktivitas: klien dengan anemia akan mengalami kesulitanuntuk
melakukan aktivitas karena kelamahan kehilangan sensasi atau paralisis
serta mudah lelah susah beristrahat
3. Pola Fungsi Kesehatan
1. Nadi
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis.Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi.Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,

14
kesulitan menelan (ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas mengunyah
atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.Riwayat kanker,
terapi kanker.Tidak toleran terhadap dingin dan panas.Transfusi darah
sebelumnya.Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.

15
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita).Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

b) Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Respirasi
Pemeriksaa paru, lihat adanya dispnea atau tidak
2. Sistem kardiovaskuler
Takikardia, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
3. Sistem Gastrointestinal
Anoreksia
4. Sistem muskuloskeletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi
5. Sistem persarafan
Nyeri kepala, bingung, depresi mental, cemas
6. Sistem integumen
Kulit kering, anemis (pucat)
7. Sistem indra
Mata: penglihatan kabur, perdarahan retina, konjungtiva anemis
8. Sistem perkemihan
Tidak dapat dikaji
9. Sistem hematologi
Sel darah merah rendah, platelet rendah, sel darah putih rendah,
hemogblobin rendah
10. Sistem endokrin
Tidak dapat dikaji
11. Sistem imun
Sel darah putih menurun

16
c) Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Darah Lengkap
Anemia biasanya dideteksi dari tes darah rutin. Tes ini disebut tes darah
lengkap dan akan menghitung jumlah serta proporsi sel darah dalam pembuluh
darah.Pada penderita anemia, beberapa komponen tes darah lengkap akan
menunjukkan hasil tidak normal. Komponen ini meliputi:

 Kadar sel darah merah yang rendah


 Kadar hemoglobin yang rendah
 Kadar hematokrit yang rendah
 Indeks sel darah merah yang tidak normal

Indeks sel darah merah terdiri atas mean corpuscular


volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), dan mean corpuscular
hemoglobin concentration (MCHC).Indeks sel darah merah dapat memberi
gambaran terkait ukuran sel darah merah dan kadar hemoglobin dalam sel
darah merah. Karakteristik ini akan membantu dokter untuk menentukan jenis
anemia.
2. Apus Darah Tepid dan Hitung Jenis
Ketika hasil tes darah lengkap menunjukkan adanya anemia, dokter akan
melakukan pemeriksaan lanjutan berupa apus darah tepi dan hitung jenis sel
darah putih.Lewat kedua pemeriksaan tersebut, dokter dapat melihat bentuk
sel darah merah sekaligus ada tidaknya sel abnormal dalam darah. Dengan ini,
dokter dapat mendiagnosis jenis anemia yang dialami oleh pasien.
3. Hitung Kadar Retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda. Pemeriksaan ini juga
bertujuan menentukan penyebab dan jenis anemia. Misalnya, pasien dengan
kadar retikulosit rendah bisa menandakan gangguan produksi sel darah merah
di sumsum tulang belakang.
4. Tes Zat Besi

17
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi.
Secara umum, tiga jenis tes zat besi berikut yang bisa dijalani oleh pasien:

 Tes besi serum untuk mengukur jumlah zat besi dalam darah.
 Tes feritin serum untuk mengukur jumlah protein yang membantu dalam
menyimpan zat besi dalam tubuh.
 Tes transferin untuk memeriksa seberapa baik zat besi diangkut dalam
darah. Tes ini juga dikenal dengan nama total iron-binding capacity
test (TIBC).

5. Hitung Kadar Vitamin B12 dan asam folat


Vitamin B12 dan B9 (folat) diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah. Jika kadar kedua vitamin ini menunjukan angka di bawah
normal, dokter bisa mendiagnosis pasien dengan anemia defisiensi B12
dan folat.

6. Elektroforesis Hemoglobin
Tes elektroforesis hemoglobin dilakukan untuk mengevaluasi
bentuk hemoglobin yang tidak normal. Hal ini ditemukan pada
penderita talasemia dan anemia sel sabit.

18
B. Pathway

Faktor penyebab

Gangguan Keganasan Absorpsi Fe, Trauma


fungsi ginjal B12, & asam (robeknya
folat jaringan
berkurang
Timbulnya
Gangguan jaringan parut
produksi di sumsum Perdarahan
hormone tulang berlebihan
eritropoetin Kehilangan
komponen
pembentukan
Sumsum eritrosit Tidak
Stimulasi tulang terkontrol
pembentukan terdepresi
eritrosit
Eritrosit
terbentuk tak Kehilangan
Gangguan sempurna komponen
pembentukan darah
eritrosit
Eritrosit
mudah pecah

Hemolisis

Produksi eritrosit
menurun

Anemia

Factor Factor
pembekuan pembekuan Produksi Hematopoesis
darah darah plafelet terganggu
terganggu terganggu

Porduksi eritrosit
menurun

19
Benang Darah Resiko
fibrin tak sukar perdarahan HB Menurun
terbentuk membeku

Penurunan
kadar O2 ke
jaringan perifer

Pucat, Akral
dingin
Merangsang Metabolism
sistem saraf anaerob
simpatis Perfusi Perifer
Tiidak Efektif
ATP
Aliran Penumpukan berkurang
darah GIT asam laktat
(Gastrio-
intestinal- Kelelahan
tract) Krama atau
nyeri otot Energi untuk
membentuk
Krama tau
Peristaltic anribodi
nyeri otot
usus Gangguan Rasa berkurang
menurun Nyaman
Resiko
infeksi
regurgitasi

Mual/muntah

anoreksia

Intake
menurun

BB Defisit nutrisi
menurun

20
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. penurunan konsentrasi Hb d.d. warna
kulit pucat dan akral dingin
2. Intoleransi Aktifitas b.d. Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2 d.d
mengeluh Lelah , frekuensi jantung meningkat dari kondisi istirahat
3. Resiko Perdarahan d.d. Gangguan Koagulasi(Trombositopenia)
4. Resiko Infeksi d.d. ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(Penurunan Hemoglobin)
5. Gangguang Rasa Nyaman b.d. Gejala Penyakit d.d. Mengeluh Tidak
Nyaman
6. Defisit nutrisi b.d. Kurangnya asupan makan d.d. BB menurun

D. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

21
Gangguan Rasa Tingkat Nyeri (L. 08066)
Manajemen Nyeri
Nyaman (D.0074)
(I.08238)
Definisi : perasaan Setelah di lakukan tindakan
kurang senang, lega keperawatan selama 3x24 Definisi :
dan sempurna dalam jam tingkat nyeri menurun Mengidentifikasi dan
dimensi fisik, dengan kriteria hasil : mengelola Penggunaan
psikospiritual, - Keluhan nyeri menurun energi untuk mengatasi
lingkungan dan sosial atau mencegah
- Gelisah menurun
kelelahan dan
Gejala dan Tanda - Anoreksia menurun mengoptimalkan proses
Mayor pemulihan.
- Muntah menurun
Subjektif :
1. Mengeluh tidak - Mual menurun
nyaman Observasi
- Frekuensi nadi membaik
- Identifikasi lokasi,

Objektif : - Pola napas membaik karakteristik durasi,

1. Gelisah frekuensi, kualitas,


- Proses berpikir membaik
intensitas nyeri
- Fokus membaik - Identifikasi skala nyeri

Gejala dan Tanda - Identifikasi respons


- Nafsu makan membaik
Minor nyeri non verbal

Subjektif : - Pola tidur membaik - Identifikasi faktor

1. mengeluh mual yang memperberat dan

2. mengeluh Lelah memperingan


- Identifikasi

Objektif : pengetahuan dan

- keyaninan tentang nyeri


identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh

22
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi

23
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Risiko Pendarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan


(D.0012) (L.02017) Perdarahan (I.02067)
Setelah di lakukan tindakan
Definisi: keperawatan selama 3x24 Definisi :
Beresiko mengalami jam tingkat perdarahan Mengidentifikasi dan
kehilangan darah baik menurun dengan kriteria menurunkan risiko atau
internal ( terjadi di hasil : komplikasi stimulus
salam tubuh ) maupun - Memb yang menyebabkan
eksternal ( terjadi ran mukosa perdarahan atau risiko
hingga keluar tubuh ) lembap perdarahan.
meningkat
Faktor Resiko - Kelem Observasi
-Gangguan bapan kulit - Monitor tanda dan
Koagolasi(Trombositop meningkat gejala perdarahan
enia) - Hemo -Monitor nilai
globin hematokrit/hemoglobin
membaik sebelum dan setelah
- Tekan kehilangan darah
an darah - Monitor koagulasi
membaik
- Frekue Edukasi
nsi nadi -Jelaskan tanda dan
membaik gejala perdarahan
-Anjurkan menghindari
aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan segera

24
melapor jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu

Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi


(D.0142) (L.14539)
Setelah di lakukan tindakan
Definisi : keperawatan selama 3x24 Definisi
Beresiko mengalamai jam tingkat infeksi menurun :Mengindentifikasi dan
peningkatan terserang dengan kriteria hasil : menurunkan resiko
organisme patogenik - Nyeri terangsang organisme
menurun patogenik
Faktor Resiko - Bengk
-Ketidakadekuatan ak menurun Observasi
pertahanan tubuh - Kadar -Monitor tanda dan
sekunder: sel darah gejala infeksi lokal dan
Penurunan Hemoglobin putih sistematik
membaik
- Kultur Terapeutik
darah - Berikan perawatan
membaik kulit pada area edema
- Nafsu
makan Edukassi
membaik -jelaskan tanda dan
gejala infeksi

25
-Ajarkan mencuci
tangan dengan benar
-Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L. Manajemen Energi
(D.0056) 05047) (L.05178)
Definisi : Setelah di lakukan tindakan
Ketidakcukupan energi keperawatan selama 3x24 Definisi :
untuk melakukan jam toleransi aktivitas Mengidentifiksi dan
aktivitas sehari – hari. meningkat dengan kriteria mengelolah penggunaan
Gejala dan tanda hasil : energi untuk mengatasi
mayor - Kemu atau mencegah
Subjektif : dahan kelelahan dan
1. Mengeluh lelah melakukan mengoptimalkan proses
Gejala dan tanda aktivitas pemulihan.
minor sehari-hari
Subjektif : meningkat Observasi
1.Dispnea saat/setelah - Kecep - Identifikasi gangguan
aktivitas atan berjalan fungsi tubuh yang
2. merasa tidak nyaman meningkat mengakibatkan
setelah beraktivitas - Jarak kelelahan
3. Merasa lemah berjalan - monitor kelelahan fisik
Objektif : meningkat dan emosional
1. sianosis - Kekua - monitor pola dan jam

tan tubuh tidur


bagian atas - monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan

26
- Kekua selamam melakukan
tan tubuh aktivitas
bagian bawah
meningkat Terapeutik
- Tolera - sediakan lingkungan
nsi menaiki nyaman dan rendah
tangga stimulus
meningkat - anjurkan melakukan
- Keluh aktivitas secara bertahap
an lelah - ajarkan strategi koping
menurun unutuk mengurangi
- Dispn
ea saat Kolaborasi
aktivitas - Kolaborasi dengan ahli

menurun gizi tentang cara

- Dispn meningkatkan asupan

ea setelah makanan.
aktivitas
menurun
- Sianos
is menurun
- Perasa
an lemah
menurun
- Frekue
nsi nadi
membaik
- Warna
kulit
membaik

27
- Tekan
an darah
membaik
- Frekue
nsi nafas
membaik

Perfusi Perifer tidak Perfusi Perfier (L.02011) Perawatan Sirkulasi


Efektif (D.0005) Setelah di lakukan tindakan (L.02079)
keperawatan selama 3x24
Definisi : jam perfusi perifer Definisi :
Penurunan sirkulasi meningkat dengan kriteria Mengidentifikasi dan
darah pada level kapiler hasil : merawat area lokal
yang dapat - Warna dengan keterbatasan
mengganggu kulit pucat sirkulasi perifer
metabolism tubuh menurun
- Parast Observasi
Gejala dan Tanda esia menurun - Periksa sirkulasi
Mayor - Kelem perifer
Subjektif : ahan otot -identifikasi factor
- menurun resiko gangguan
1. Dispnea - Kram sirkulasi
Objektif : otot menurun - monitor panas, nyeri,

- Akral kemerahan, atau


1. Akral Dingin membaik bengkak pada
2. warna kulit pucat - Turgor ekstremitas
3. Turgor kulit kulit
menurun membaik Terapeutik
4. turgor kulit menurun -Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
Gejala dan Tanda darah di area

28
Minor keterbatasan perfusi
Subjektif : -Hindari pengukuran
1. Parastesia TD pada ekstremitas
2. Klaudikasi dengan keterbatasan
Intermitten perfusi

Objektif : Edukasi
- -anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
-Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan

Kolaborasi
- Kolaborasi Pemberian
analgesic, Jika Perlu
-Pemberian Produk Darah

Difisit Nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi


(D.0019) Setelah di lakukan tindakan ( L.03119)
keperawatan selama 3x24
Definisi : jam status nutrisi membaik Definisi :
Asupan nutrisi tidak dengan kriteria hasil : Mengidentifikasi dan
cukup untuk memenuhi - Perasaan cepat kenyang mengelola asupan
kebutuhan metabolisme menurun nutrisi yang seimbang.

- Sariawan menurun
Gejala dan Tanda Observasi
Mayor - Berat badan membaik - Identifikasi status
Subjektif : nutrisi
- Indeks Massa Tubuh (IMT)
- - Monitor asupan

29
Objektif : membaik makanan
- Berat badan menurun - Monitor hasil
- Frekuensi makan membaik
10% di bawah rentang pemeriksaan
ideal - Nafsu makan membaik laboratorium
- sajikan makanan
- Bising usus membaik
secara menarik dan suhu
Gejala dan Tanda yang sesuai
Minor - Berikan suplemen
Subjektif : maknan, jika perlu
- Cepat kenyang stelah Edukasi
maka - Anjurkan posisi
- Nafsu makan duduk, jika mamapu
menurun Kolaborasi
Objektif : - Kolaborasi pemeberian
- Bising usus hiperaktif medikasi sebelum
- sariawan makan
- kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di
butuhkan, jika perlu.

E. Implementasi & Evaluasi


Dx Implementasi Evaluasi
Gangguan Rasa S = klien mengatakan
Manajemen Nyeri
Nyaman (D.0074) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami

Observasi klien telah normal

- Mengidentifikasi lokasi, A = Masalah Telah

karakteristik durasi, teratasi


P = intervensi dihentikan
frekuensi, kualitas,

30
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Mengidentifikasi
respons nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Memonitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Memonitor efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi

31
meredakan nyeri

Edukasi
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi

Kolaborasi
- Mengkolaborasikan
pemberian analgetik, jika
perlu

Risiko Pendarahan Pencegahan S = klien mengatakan


( D.0012) Perdarahan keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
Observasi klien telah normal
- Memonitor tanda dan A = Masalah Telah
gejala perdarahan teratasi
-Memonitor nilai
P = intervensi dihentikan
hematokrit/hemoglobin
sebelum dan setelah

32
kehilangan darah
- Memonitor koagulasi

Terapeutik
- Mempertahankan bed
rest selama perdarahan -
Batasi tindakan invasif,
jika perlu
- Menggunakan kasur
pencegah dekubitus
-Menghindari
pengukuran suhu rektal

Edukasi
- Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Menganjurkan
menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
- Menganjurkan
menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Menganjurkan segera
melapor jika terjadi

33
perdarahan

Kolaborasi
-Mengkolaborasikan
pemberian obat
pengontrol perdarahan,
jika perlu
-Mengkolaborasikan
pemberian produk darah,
jika perlu
Resiko infeksi (D.0142) Pencegahan Infeksi S = klien mengatakan
(L.14539) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
Observasi klien telah normal
-Memonitor tanda dan A = Masalah Telah
gejala infeksi lokal dan teratasi
sistematik P =intervensi dihentikan

Terapeutik
- Membatasi jumlah
pengunjung
- Memberikan perawatan
kulit pada area edema

Edukassi
-Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
-Mengajarkan mencuci
tangan dengan benar
-Menganjurkan
meningkatkan asupan

34
nutrisi

Kolaborasi
-Mengkolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu
Intoleransi aktivitas Manajemen Energi S = klien mengatakan
(D.0056) (L.05178) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
Observasi klien telah normal
-Mengidentifikasi A = Masalah Telah
gangguan fungsi tubuh teratasi
yang mengakibatkan P = intervensi dihentikan
kelelahan
- Memonitor kelelahan
fisik dan emosional
- Memonitor pola dan
jam tidur
- Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selamam melakukan
aktivitas

Terapeutik
- Menyediakan
lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- Mengajarkan strategi

35
koping unutuk
mengurangi

Kolaborasi
- Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.

Perfusi Perifer tidak Perawatan Sirkulasi S = klien mengatakan


Efektif (D.0005) (L.02079) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
Observasi klien telah normal
- memeeriksa sirkulasi A = Masalah Telah
perifer teratasi
-mengidentifikasi factor P=intervensi dihentikan
resiko gangguan sirkulasi
- memonitor panas, nyeri,
kemerahan, atau bengkak
pada ekstremitas

Terapeutik
-menghindari
pemasangan infus atau
pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
-menghindari pengukuran
TD pada ekstremitas
dengan keterbatasan
perfusi

36
Edukasi
-menganjurkan
melakukan perawatan
kulit yang tepat
-menginformasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan

Kolaborasi
-mengkolaborasi
Pemberian analgesic,
Jika Perlu

Difisit Nutrisi (D.0019) Manajemen Nutrisi S = klien mengatakan


( L.03119) keluhannya telah teratasi
O = Tanda yang dialami
Observasi klien telah normal
- Mengidentifikasi status A = Masalah Telah
nutrisi teratasi
- Memonitor asupan P =intervensi dihentikan
makanan
- Memonitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
- Menyajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Memberikan suplemen
maknan, jika perlu

Edukasi

37
- Menganjurkan posisi
duduk, jika mamapu

Kolaborasi
- Mengkolaborasikan
pemeberian medikasi
sebelum makan
-Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang di
butuhkan, jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA
Ningtyas, Arum Wulan. 2011. Peningkatan Pengetahuan Siswa tentang Anemia

38
melalui Penyuluhan di SMPN 37 Semarang. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang
Rakhim, Arlini. 2018. Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Prooksidan
Eksogen Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas
Kaligangsa Kabupaten Brebes. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang
Tim Pokja PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperwatan Indonesia Edisi 1. Cetakan
II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
II. Jakarta: DPP PPNI

39

Anda mungkin juga menyukai