Anda di halaman 1dari 24

BAB III

PERKEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN


ENERGI

Sistem Manajemen Energi adalah suatu sistem, cara atau upaya manusia untuk
mengatur pemakaian energi guna memenuhi kebutuhan mereka. Ada beberapa definisi
berkaitan dengan istilah Sistem Manajemen Energi (SME) ini, di antaranya adalah:

- SME adalah adalah suatu sistem dengan peralatan yang dilengkapi komputer untuk
mengawasi, mengatur dan mengoptimalkan kinerja peralatan yang terpasang serta
mengatur pemakaian energi pada suatu sistem.
- SME adalah sebuah sistem yang diaplikasikan dalam sebuah organisasi melalui
prosedur dan metode yang tepat dan untuk memastikan pengembangan yang
berkelanjutan yang akan memperluas kesadaran akan efisiensi energi dalam
organisasi secara keseluruhan.
- SME adalah sistem komputer yang didesain secara spesifik untuk pengaturan dan
pengawasan otomatis terhadap pemanfaatan pemanas, ventilasi, dan keperluan
penerangan sebuah bangunan atau sekelompok bangunan seperti kampus-kampus
pada sebuah universitas, bangunan-banguan kantor, atau pabrik-pabrik.

Pada umumnya, teknologi SME tersebut dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca
penggunaan listrik, gas, dan air. Kemudian, data-data yang diperoleh dari pembacaan
tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan analisa kecenderungan (trend analysis)
serta ramalan konsumsi tahunan.

3.1. EFISIENSI ENERGI

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan tekanan ekonomi serta semakin


tingginya biaya operasi dan pemeliharaan, maka banyak industri/instansi/organisasi
yang mengupayakan pemakaian energi yang lebih efisien serta berkelanjutan jangka
panjang dalam aktifitas dan produktivitasnya. Sehingga manajemen energi menjadi
bagian penting dalam strategi jangka panjang mereka.
Gambar 16. Efisiensi Energi [10]

Secara garis besar, manajemen energi dimulai dari audit energi, yang mengukur kinerja
dan tolok ukur serta mengevaluasi ketersediaan dan kehandalan pasokan energi dalam
suatu industri/instansi/organisasi. Audit ini meliputi penilaian terhadap semua asset,
pelayana, serta kebiasaan atau budaya kerja dalam yang berlaku dalam
industri/instansi/organisasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
energi yang diperlukan untuk menunjang aktivitas dan produktivitas sehari-hari. Dari
data-data yang diperoleh, selanjutnya akan dilakukan analisa untuk menentukan solusi
yang tepat bagi permasalahan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan energi.

Salah satu solusi yang dapat diberikan adalah dengan memastikan adanya efisiensi
energi melalui: (i) pengaturan, pemantauan dan penggunaan energi dan peralatan, (ii)
penerapan dan program praktek kesadaran energi, dan atau (iii) memberikan saran
mengenai aplikasi teknologi efisiensi energi baru [11].

Menurut Ian Mills [11], salah satu factor yang juga berpengaruh dalam kesuksesan
sebuah aplikasi sistem manajemen energi adalah adanya perubahan pada budaya dan
perilaku perusahaan. Menurutnya, keterlibatan karyawan dan kosumen di dalam
merubah sikap dalam bekerja dan gaya hidup sangat diperlukan untuk menjangkau
seluruh organisasi atau fasilitas. Jika perubahan yang telah dilakukan dapat dikelola
dengan baik dan semua yang terlibat membuat perubahan ke arah yang lebih baik,
meskipun dalam skala kecil, maka ini akan bisa berujung pada penghematan besar.

Perubahan perilaku sederhana seperti mematikan alat pencuci piring saat tidak
digunakan, menggunakan kapasitas oven yang tersisa untuk memasak, mematikan
lampu yang tidak terpakai, ataupun mematikan AC ketika suhu udara sudah dingin akan
berdampak besar terhadap pengurangan biaya energi.

3.2. KONSERVASI ENERGI

Gambar 17. Konservasi Energi [12]

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Sedangkan untuk konservasi energi


menurut PP 70 Tahun 2009 [13] adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk
melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya. Tujuan konservasi energi adalah untuk memelihara kelestarian
sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi
dan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional.

Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana
manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit. Penghematan
energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatkan efisiensi dan
keuntungan.
3.3. AUDIT ENERGI

Untuk menghasilkan program efisiesi energi yang sukses, audit energi mutlak
dilaksanakan. Proses energi audit juga merupakan langkah awal dalam
mengidentifikasi potensi-potensi penghematan energi.

Gambar 18. Audit Energi [10]

Audit ini akan menghasilkan data-data penggunaan energi yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam program efisiensi energi. Secara otomatis, hasil audit juga akan
memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang tepat untuk menjalankan
program efisiensi energi. Proses ini juga menjadi dasar dari penentuan target efisiensi
yang akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana aksi yang berisi berbagai
rekomendasi penghematan energi [14].

3.3.1. Audit Energi Awal

Audit energi awal merupakan pengumpulan data awal, tidak menggunakan


instrumentasi yang canggih dan hanya menggunakan data yang tersedia. Dengan kata
lain audit energi awal merupakan pengumpulan data dimana, bagaimana, berapa, dan
jenis energi apa yang dipergunakan oleh suatu fasilitas. Daya ini diperoleh dari catatan
penggunaan energi pada tahun-tahun/bulan-bulan sebelumnya pada bangunan dari
keseluruhan sistem kelengkapannya.
Audit energi awal mempunyai tiga tahap pelaksanaan yaitu [14]:

a. Melakukan identifikasi berapa jumlah dan biaya energi menurut jenis energi

yang dipergunakan oleh bangunan dan kelengkapannya.

b. Melakukan identifikasi konsumsi energi per bagian/sistem dari bangunan dan

kelengkapannya.

c. Mengoreksi masukan energi dan keluaran produksi atau biasa disebut dengan

intensitas energi

Hasil dari audit energi awal berupa langkah-langkah “housekeeping” yang tanpa biaya
atau dengan biaya rendah, dan daftar sumber-sumber pemborosan energi nyata. Audit
energi memberi identifikasi tentang perlunya dilakukan audit energi rinci ruang
lingkupnya

3.3.2. Audit Energi Rinci

Audit energi rinci merupakan survey dengan memakai instrumen untuk menyelidiki
peralatan-peralatan pemakaian energi, yang selanjutnya diteruskan dengan analisa
secara rinci terhadap masing-masing komponen, peralatan, grup-grup komponen yang
melengkapi bangunan guna mengidentifikasi jumlah energi yang dikonsumsi oleh
peralatan, komponen, bagian-bagian tertentu dari bangunan, sehingga pada akhirnya
dapat disusun aliran energi keseluruhan bangunan.

Secara lengkap, prosedur audit energi rinci dapat dibagi ke dalam delapan langkah
utama sebagai berikut [14]:

a. Perencanaan: merencanakan audit secara teliti, mengidentifikasi bagian-bagian

atau peralatan-peralatan utama pengguna energi dan merencanakan pemakaian

waktu yang tersedia secara efisien bagi tim audit.

b. Pengumpulan data dasar: mengumpulkan data dasar yang tersedia, meliputi

penggunaan energi dan kegiatan produksi dan jadwal penggunaan gedung.


c. Data pengujian peralatan: melakukan pengujian operasi dan mendapatkan data

baru pada kondisi operasi sebenarnya.

d. Analisa data: menganalisa data yang telah dikumpulkan, termasuk

menggambarkan grafik energi spesifik, menghitung efisiensi peralatan dan

membuat system balance dan electricity balance.

e. Rekomendasi tanpa biaya atau dengan biaya rendah : mengidentifikasi cara-

cara operasi, pemeliharaan dan housekeeping yang akan menghilangkan

pemborosan energi atau memperbaiki efisiensi.

f. Investasi modal: mengidentifikasi peluang penghematan energi yang

memerlukan investasi.

g. Rencana pelaksanaan: menggambarkan dengan jelas rencana pelaksanaan yang

memuat semua langkah yang diperlukan oleh perusahaan untuk menerapkan

rekomendasi.

h. Laporan: menyusun laporan untuk manajemen, menyimpulkan temuan hasil

audit, rekomendasi yang dibuat dan rencana pelaksanaan implementasi.

3.3.3. Elemen Audit Energi Listrik

Elemen-elemen energi listrik antara lain [14]:

a. Diagram proses produksi (pada konsumen industri)

Diagram proses produksi merupakan skema yang menggambarkan alur proses

produksi. Dimulai dari bahan mentah, proses awal, hingga finishing atau

produk yang dihasilkan.

b. Data produksi (pada konsumen industri)

Data produksi mencakup output yang dihasilkan serta perhitungan biaya

energi/ output. Melalui perhitungan ini diharapkan dapat diketahui berapa

biaya energi yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan output.


c. Analisa konsumsi energi listrik spesifik

Analisa konsumsi energi spesifik mencakup analisa penggunaan energi listrik

per jenis peralatan. Setelah diketahui total penggunaan energi listrik oleh

setiap peralatan, dapat pula diketahui tingkat susut (losses) dari suatu sistem.

d. Rekomendasi efisiensi

Rekomendasi efisiensi berisi saran dan langkah-langkah yang harus dilakukan

untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik dimasa mendatang. Ada tiga

skenario dalam rekomendasi efisiensi:

• Low Cost: apabila perubahan yang dilakukan bersifat pemeliharaan

atau prubahan pada pola konsumsi tiap jenis peralatan.

• Medium Cost: apabila perubahan yang dilakukan menyangkut

penggantian sebagian elemen peralatan yang dinilai kurang optimal.

• High Cost: apabila perubahan yang dilakukan merupakan investasi

yang cukup besar, misalnya menambah peralatan atau mengubah

sistem instalasi energi listrik.

3.4. INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE)

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
besarnya jumlah penggunaan energi tiap meter persegi luas kotor (gross) bangunan
dalam suatu kurun waktu tertentu. Penggunaan energi dapat dihitung jika diketahui
(SNI, 2000) [15]:

1. Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2).

2. Konsumsi Energi bangunan gedung per tahun (kWh/tahun).

3. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per tahun (kWh/m2/tahun).

4. Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh).

𝑘𝑊ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑊ℎ)


Dengan rumus : IKE ( 𝑚2 ) = (2.1)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚2)
Menurut modul Pelatihan Audit Energi, pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai
negara ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-
USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, standar
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWh/m2/tahun

b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/m2/tahun

c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWh/m2/tahun

d. IKE untuk rumah sakit / industri : 380 kWh/m2/tahun

Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi nilai IKE dari suatu bangungan
gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk gedung ber-AC dan gedung tidak
ber-AC maka standar yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Standar IKE untuk gedung ber-AC dan gedung tidak ber-AC [16]

Gedung Tidak ber-AC Gedung ber-AC


IKE IKE
Kriteria Kriteria
(kWh/m2/Tahun) (kWh/m2/Tahun)
10-20 . Efisien 50-95 Sangat Efisien
20-30 Cukup Efisien 95-145 Efisien
30-40 Boros 145-175 Cukup Efisien
40-50 Sangat Boros 175-285 Boros
285-450 Sangat Boros

3.5. MANAJEMEN ENERGI DAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI

George R. Terry [17] mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengendalian/pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.

Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2012 [18], Manajemen Energi adalah kegiatan terpadu untuk
mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan
efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara
terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan
pendukung.

Manajemen energi mencakup semua ukuran yang direncanakan dan diimplementasikan


untuk memastikan konsumsi energi minimum untuk aktivitas yang dilakukan.
Manajemen energi mempengaruhi prosedur organisasi dan teknis, serta pola perilaku,
untuk mengurangi total konsumsi energi yang diperlukan untuk beraktivitas dan
berproduksi, serta untuk terus meningkatkan efisiensi energi di perusahaan/
industri/organisasi. Sistem Manajemen Energi (SME) secara sistematis juga mencatat
energi dan berfungsi sebagai dasar perhitungan investasi dalam meningkatkan efisiensi
energi. Fungsi SME membantu perusahaan mematuhi komitmen yang dibuat dalam
kebijakan energinya dan untuk terus meningkatkan efisiensi energinya [19].

SME mencakup semua elemen organisasi yang diperlukan untuk menciptakan


kebijakan energi, dan menentukan dan mencapai tujuan strategis. Dengan demikian, di
dalam struktur organisasi dan informasi diperlukan untuk menerapkan manajemen
energi, termasuk sumber daya. Ini merumuskan dan menerapkan kebijakan energi
(termasuk tujuan strategis dan operasional dan rencana tindakan), perencanaan,
pendahuluan dan operasi, pemantauan dan pengukuran, pengendalian dan koreksi, audit
internal, serta tinjauan manajemen reguler.

3.6. KEUNTUNGAN DARI SISTEM MANAJEMEN ENERGI

Pengenalan SME pada dasarnya membutuhkan sistematisasi metode hemat energi.


Istilah ini juga terkait dengan upaya untuk menghasilkan penghematan energi terukur
dan perbaikan terkait biaya, serta efisiensi dalam suatu proses. Pada tingkat makro, ini
sangat berkontribusi untuk memperbaiki situasi lingkungan. Ada berbagai keunggulan
mengenalkan sebuah SME. Alasan utama pengenalan suatu SME di antaranya adalah
[19]:
1. Pengurangan biaya

Meningkatnya biaya energi mengurangi keseluruhan keuntungan di hampir setiap


perusahaan karena ada potensi untuk mengurangi konsumsi energi. Dengan
memperkenalkan SME, dapat menghemat biaya energi di tahun-tahun awal setelah
diimplementasikan dengan mengidentifikasi secara sistematis titik lemah dalam
konsumsi energi dan mengatasinya dengan ukuran dasar. Selain itu, investasi dalam
teknologi hemat energi sangat berharga, misalkan dalam investasi pada sistem udara
tekan dan sistem pompa, serta sistem ventilasi, teknologi pendinginan dan
penanganan material. Hal ini akan dapat mengurangi konsumsi daya yang dipakai
selama proses produksi dan dapat dapat dibandingkan dengan pengembalian rata-
rata dalam waktu yang lebih singkat.
2. Perlindungan lingkungan
Perubahan iklim sudah menjadi salah satu penyebab utama bencana alam seperti
banjir dan kekeringan. Dan bahkan sampai hari ini, konsekuensi bagi manusia dan
lingkungannya cukup besar. Namun, kenaikan suhu yang semakin merajalela lebih
besar, misalnya banjir daerah pesisir dan negara pulau dataran rendah, meningkatnya
daerah gurun pasir, pencairan glaciers, dan lain-lain. Sementara perubahan iklim
terjadi di seluruh dunia, perlindungan iklim harus terjadi secara lokal. Hanya ketika
semua rumah tangga dan perusahaan bekerja untuk mencari, risiko yang tidak
diinginkan dari perubahan iklim dapat dikurangi. Manajemen energi yang efisien
ada di sana sebagai elemen penting karena dapat berkontribusi untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca.
3. Pengelolaan yang berkelanjutan
Efisiensi sumber daya di semua bidang, dan terutama berkenaan dengan energi,
adalah topik yang banyak dibahas di zaman kita. Cadangan bahan bakar fosil
terbatas. Mereka yang terus mengsuatu perusahaan atau industrilkan sumber daya
ini tidak membaktikan diri untuk masa depan. Manajemen energi yang efisien,
konsep energi baru dan teknologi energi inovatif merupakan kunci keberhasilan
operasi di pasar dalam tahun-tahun dan dekade mendatang.
4. Peningkatan citra publik
Dengan sertifikasi ISO 50001: 2011, perusahaan atau industri dapat dengan mudah
menunjukkan kepada publik bahwa perusahaan tersebut beroperasi dengan wajar
sehubungan dengan efisiensi energi dan dengan demikian melindungi lingkungan.
Kebutuhan lingkungan semakin menjadi faktor penting dalam proposal publik,
termasuk, antara lain, pembelian ramah iklim. Baik dari perspektif pemasok dan
pemasok, sebuah SME mendukung pengukuran emisi CO2.
5. Penerapan insentif keuangan
Sejak Januari 2009, di Jerman, manajemen energi adalah persyaratan untuk
perusahaan dengan tingkat pemakaian energi yang tinggi. Bagi perusahaan dengan
konsumsi energi lebih dari 10 giga watt hour (GWh) per tahun dan biaya energi
mencapai lebih dari 14 persen dari nilai tambah kotor, sertifikasi sesuai ISO 50001
atau yang lain [19].
6. Kebijakan berkaitan dengan perubahan iklim
Karena potensi penghematan yang besar, pengelolaan energi sangat erat kaitannya
dengan kebijakan suatu negara berkaitan dengan perubahan iklim. Sebagai contoh,
pemerataan puncak dalam pajak energi dan listrik hanya akan diberikan jika
perusahaan memberikan kontribusi terhadap penghematan energi.

3.7. PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI

Semua organisasi baik dalam skala besar atau kecil, kompleks atau sederhana,
berorientasi keuntungan atau nirlaba, pasti memiliki sistem pengelolaan. Sistem
pengelolaan ini bisa diatur secara formal atau informal. Semua peraturan internal serta
tanggung jawab dan prosedur di perusahaan dianggap sebagai sistem pengelolaan.

Sistem manajemen harus memastikan bahwa semua tujuan perusahaan secara


signifikan dapat diterapkan secara sistematis dan dapat dinilai pada setiap tahap. Sistem
manajemen yang digunakan secara tepat berkontribusi terhadap peningkatan struktur
organisasi dan operasional perusahaan, sesuai dengan kebutuhan pasar, pelanggan,
investor, masyarakat dan negara. Langkah-langkah organisasi seperti menetapkan
tanggung jawab, wewenang, prosedur operasional dan sistem pemantauan merupakan
dasar dari sistem ini. Dengan menentukan akuntabilitas dalam rencana aksi dan menilai
sistem secara obyektif baik secara internal atau dilakukan oleh auditor eksternal, maka
akan dapat dipantau apakah tujuan perusahaan/industri/organisasi telah tercapai pada
waktunya. Audit ini dapat pula menemukan atau merekomendasikan siapa atau apa
yang bertanggung jawab atas penyimpangan ataupu kegagalan yang terjadi. Sehingga
akan diperoleh suatu cara untuk melakukan perbaikan.

Saat ini pengaturan pemakaian energi secara otomatis telah menjadi standard praktek.
Hampir semua bangunan mempunyai pengontrol otomatis dengan suatu komputer
sebagai pengolah pusat. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
mendiskripsikannya. Umumnya, sistem ini disebut sebagai Energy Management
System (SME), Energy Management Control System (EMCS), atau Building
Automation System (BAS) [20].
Para manajer maupun pemilik fasilitas gedung menempatkan isu manajemen energi
sebagai bagian penting di dalam bisnisnya. Sudah barang tentu, untuk memudahkan
pekerjaan, sistem ini harus terkomputerisasi untuk memudahkan analisa terhadap
sistem yang berjalan, menetapkan dan mengawasi sistem baru, mengevaluasi kontrak
jasa pilihan, atau mengoptimalkan SME yang sedang beroperasi.

Gambar 19. Penerapan Sistem Manajemen Energi [20]

Teknologi berkembang dengan sangat cepat. Bahkan untuk SME, ada beberapa
kemungkinan yang dapat dilakukan terhadap sistem yang sedang berjalan, di antaranya
adalah penggantian sistem ataupun upgrade sistem, misalkan dengan mengganti
komputer dengan spesifikasi yang lebih tinggi, meningkatkan level kendali yang lebih
tinggi, penggunaan sensor yang lebih akurat, penggunaan program kendali yang lebih
rumit, peningkatan jasa/layanan yang lebih baik, serta beberapa peningkatan yang lain.

Banyak corak SME yang dikembangkan dan dipakai. Sebagai contoh, adalah
kemampuan SME untuk mengatur tingkat pemanasan, ventilasi, proses pengaturan
suhu dan penerangan, serta untuk mengurangi penggunaan energi. Akan tetapi
kebanyakan manajer dan operator sistem tidak mempunyai waktu khusus untuk
menguasai sumber daya ini. Sehingga mereka lebih bergantung pada penyedia peralatan
yang memiliki spesifikasi seperti pada produk mereka. Hal ini berarti mereka belum
bisa menemukan sistem yang optimal untuk bangunan mereka. Lagipula, pengawasan
proses, yang dapat dilaksanakan oleh aplikasi SME, secara relatif tidak dikuasai bahkan
tidak dikenal oleh kebanyakan karyawan dalam suatu fasilitas.

Sebagai contoh pada aplikasi SME pada sebuah gedung atau bangunan, SME lebih
berpengaruh dibanding peralatan lain untuk menentukan berhasil atau tidaknya operasi
suatu fasilitas. Karena alasan ini, pemilik, manajer fasilitas, dan operator sistem perlu
bekerja sama atas aspek manajemen seperti halnya aspek teknis SME untuk
mengoptimalkan penghematan energi. Dengan dicapainya penghematan energi, maka
pengeluaran untuk biaya energi dapat ditekan.

3.8. PERATURAN PENDUKUNG

Manajemen energi yang sistematis merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan
efisiensi energi pada suatu perusahaan atau organisasi. Di samping efisiensi energi,
aplikasi manajemen energi akan dapat mengurangi biaya sehingga dapat membantu
memperkuat daya saing perusahaan di pasar, baik dalam skala nasional maupun
internasional.

Untuk menunjang perkembangan sistem manajemen energi, maka disusun suatu


standar internasional yang berkaitan dengan manajemen energi, yakni standar ISO
50001, yang diterbitkan pada bulan Juni 2011 [19][21]

ISO 50001 adalah sebuah standar internasional yang berkaitan dengan aplikasi sistem
manajemen energi yang bertujuan untuk membangun sistem dan proses untuk
meningkatkan performa kerja, efisiensi, dan pemakaian energi untuk semua jenis dan
ukuran perusahaan/industri/organisasi. Standar ini, merupakan standar yang pada
awalnya berlaku di bawah naungan sebuah di bawah PBB, yaitu United Nations
Industrial Development Organization (UNIDO) [21]

ISO 50001 disusun untuk membantu perusahaan/industri/organisasi di dalam


memperbaiki proses pemanfaatan energi, mengevaluasi pemanfaatan teknologi hemat
energi, serta mencapai efisiensi energi pada seluruh aktivitas. Standar ini juga mengatur
syarat-syarat pengukuran, pencatatan dan penyusunan pelaporan, serta perencanaan dan
praktek pengadaan untuk peralatan, sistem, proses dan pelaksana yang terkait dengan
pemakaian dan pengaturan energi di dalam perusahaan/industri/organisasi tersebut.

ISO 50001 adalah standar sistem manajemen yang tidak berorientasi pada sektor
tertentu serta dapat diadopsi oleh organisasi yang berbeda, dari usaha skala kecil dan
menengah hingga perusahaan ataupun industri besar. Standar tersebut menetapkan
kerangka kerja di mana keterlibatan personel sangat diperlukan.

Perusahaan/industri/organisasi mempunyai keleluasaan untuk mengambil apa yang


dibutuhkan dari beragam pilihan untuk mengembangkan sistem manajemen energi,
sesuai dengan persyaratan yang dijelaskan dalam ISO 50001, dikarenakan persyaratan
formal dalam hal fungsi dan tanggung jawab mencakup spektrum yang luas.

3.9. STANDAR INTERNASIONAL

Gambar 20. Proses Sertifikasi ISO [22]

Berdasarkan data, didapatkan bahwa pendekatan standar pertama untuk sistem


manajemen dikembangkan pada tahun 1970-an dari Quality Management (QM) [19].
Standar internasional pertama untuk QM, seri standar ISO 9000, kemudian diterbitkan
pada tahun 1980an. Sejak awal tahun 1990an, panduan lebih banyak diperkenalkan
untuk sistem pengelolaan khusus, misalnya British Standard BS 8800 atau Indikator
Penilaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS) 18001 sebagai sistem
manajemen untuk keselamatan kerja, Hazard Analysis and Critical Control
Pointsconcept (HACCP) untuk pengelolaan kebersihan, ISO 14001 untuk manusia
lingkungan pengelolaan, serta 9100 A dan 9100 B untuk American Petroleum Institute
for Occupational Safety, Environmental Protection and Plant Safety.

ISO 9000 adalah seri standar untuk Sistem Manajemen Mutu (SMM). Hal ini juga
memungkinkan untuk mengintegrasikan Sistem Manajemen Lingkungan (SME) atau
sistem manajemen keamanan ke dalam SMM. Standar ISO 14001 terutama
berkonsentrasi pada pengembangan dan peningkatan fungsi SME dalam sebuah
organisasi. Dengan demikian diasumsikan bahwa SME aktif meningkatkan karakter
ramah lingkungan dari sebuah perusahaan.

Gambar 21. Proses ISO 14001 [23]

Standar untuk sistem manajemen tidak boleh diobservasi secara terpisah: Struktur
standar pengelolaan lingkungan ISO 14000 sesuai dengan struktur manajemen mutu
standar ISO 9000. ISO 14001 berfungsi sebagai dasar EMAS dan merupakan bagian
darinya. Struktur standar manajemen energi internasional ISO 50001: 2011 sangat
didasarkan pada standar ISO 14001: 2009.
Manajemen energi sistematis digunakan di seluruh dunia di banyak perusahaan.
Implementasi manajemen energi dikatakan baik jika potensi penghematan energi akan
banyak dihasilkan. Pemanfaatan potensi semacam itu mengurangi biaya administrasi
dan meningkatkan daya saing perusahaan atau organisasi. Maka diperlukan suatu
konsensus lintas sektor untuk pengembangan standar yang bertindak sebagai panduan
pengelolaan energi yang efektif.

Contoh lain bagi perkembangan standar untuk aplikasi SME adalah di Eropa [19], di
mana negara Denmark dianggap sebagai pelopor. Pada tahun 2000, sebuah prakarsa
bersama dari Konfederasi Industri Denmark, Federasi Usaha Kecil dan Menengah
Denmark, Danish Energy Agency, berbagai perusahaan ilmiah, serta peserta lainnya,
merancang standar nasional pertama di Denmark. Kemudian diikuti oleh banyak
negara-negara anggota Euro lainnya di antaranya Swedia, meluncurkan suatu standar
nasional pada tahun 2003, diikuti oleh Irlandia pada tahun 2005 dan Spanyol pada tahun
2007.

Keberhasilan sebuah standar nasional ditentukan oleh tingkat partisipasi yang tinggi,
persetujuan dan konsensus semua pihak terkait. Hal ini dibutuhkan untuk
pengembangan standar yang telah disusun.

Keberhasilan standar nasional di beberapa negara Eropa tersebut di atas, menyebabkan


terbentuknya kelompok kerja Komite Eropa untuk Standardisasi (CEN) pada tahun
2006 untuk membahas topik SME. Didukung oleh Komisi Eropa, yang melihat
standarisasi SME sebagai langkah penting untuk meningkatkan efisiensi energi di
industri Eropa, standar EN 16001: 2009 diterbitkan pada 10 September 2009 di bawah
kepemimpinan Swedia.

Dengan bekerja sama erat dengan negara-negara Uni Eropa, Komite Teknis (TC) ISO
/ TC 242 "Manajemen Energi" Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO)
menyiapkan standar ISO 50001 berdasarkan EN ISO 16001: 2009. Standar
internasional yang berlaku baru ini diterbitkan pada tanggal 15 Juni 2011.

3.9.1. ISO secara singkat

ISO adalah Organisasi Internasional untuk Sandardisasi. ISO memiliki anggota sekitar
160 badan standarisasi nasional dari negara-negara besar dan kecil, industri,
berkembang dan dalam transisi, di semua wilayah di dunia. Portofolio ISO lebih dari
18600 standar berkaitan dengan bisnis, pemerintah dan masyarakat yang mencakup tiga
dimensi pembangunan berkelanjutan, yakni ekonomi, lingkungan dan sosial [24].

Standar ISO memberikan kontribusi positif bagi dunia tempat kita tinggal. Mereka
memfasilitasi perdagangan, menyebarkan pengetahuan, menyebarkan kemajuan
inovatif dalam teknologi, dan berbagi praktik pengelolaan dan penilaian kesesuaian
yang baik.

Standar ISO memberikan solusi dan meraih keuntungan untuk hampir semua sektor
kegiatan, termasuk pertanian, konstruksi, teknik mesin, manufakturing, distribusi,
transportasi, peralatan medis, teknologi informasi dan komunikasi, lingkungan, energi,
manajemen mutu, penilaian kesesuaian dan layanan.

ISO hanya mengembangkan standar yang memiliki persyaratan pasar yang jelas.
Pekerjaan dilakukan oleh para ahli dalam mata pelajaran yang diambil langsung dari
sektor industri, teknis dan bisnis yang telah mengidentifikasi kebutuhan akan standar
tersebut, dan yang kemudian menggunakan standar untuk digunakan. Pakar ini
mungkin bergabung dengan orang lain dengan pengetahuan yang relevan, seperti
perwakilan instansi pemerintah, laboratorium penguji, asosiasi konsumen dan lembaga
demokratik, dan oleh organisasi pemerintah dan nonpemerintah internasional.

3.9.2. ISO 50001

ISO 50001: 2011 [25], Sistem manajemen energi merupakan Standar Internasional
yang dikembangkan oleh ISO (International Organisasi Standardisasi), di mana ISO
50001 memberi organisasi atau perusahaan persyaratan untuk sistem manajemen energi
(SME).
Gambar 22. Ruang Lingkup ISO 50001 [25]

ISO 50001 memberikan manfaat bagi organisasi besar dan kecil, baik di sektor publik
maupun swasta, di bidang manufaktur dan jasa, di dunia.

ISO 50001 akan membangun kerangka kerja bagi pabrik industri; komersial,
institusional, dan fasilitas pemerintah; dan seluruh organisasi untuk mengelola energi.
Menargetkan penerapan yang luas di seluruh sektor ekonomi nasional, diperkirakan
bahwa standar tersebut dapat mempengaruhi hingga 60% penggunaan energi dunia.

3.9.3. Manfaat ISO 50001

Energi sangat penting untuk operasional organisasi dan bisa menjadi biaya utama untuk
organisasi, apapun aktivitas mereka. Penggunaan energi dalam suatu industri adalah
melalui rantai pasokan suatu bisnis mulai dari bahan baku hingga daur ulang.

Selain biaya ekonomis energi untuk sebuah organisasi, energi dapat menimbulkan biaya
lingkungan dan sosial dengan menghabiskan sumber daya dan berkontribusi terhadap
masalah seperti perubahan iklim. Di samping itu, pengembangan dan penyebaran
teknologi untuk sumber energi baru dan sumber terbarukan dapat memakan waktu.
Organisasi individu tidak dapat mengendalikan harga energi, kebijakan pemerintah atau
ekonomi global, namun mereka dapat memperbaiki cara mereka mengelola energi di
sini dan saat ini. Peningkatan kinerja energi dapat memberikan manfaat yang cepat bagi
sebuah organisasi dengan memaksimalkan penggunaan sumber energi dan aset terkait
energi, sehingga mengurangi biaya energi dan konsumsi. Organisasi ini juga akan
memberikan kontribusi positif untuk mengurangi penipisan sumber energi dan
mengurangi efek penggunaan energi di seluruh dunia, seperti pemanasan global.

ISO 50001 didasarkan pada model sistem manajemen yang sudah kurang berdiri dan
diimplementasikan oleh organisasi di seluruh dunia. Ini dapat membuat perbedaan yang
positif bagi organisasi dari semua jenis dalam waktu dekat, sekaligus mendukung upaya
jangka panjang untuk teknologi energi yang lebih baik.

3.9.4. Fungsi ISO 50001

ISO 50001 akan memberikan organisasi sektor publik dan swasta dengan strategi
mengelola untuk meningkatkan efisiensi energi, mengurangi biaya dan meningkatkan
kinerja energi.

Standar ini dimaksudkan untuk menyediakan kerangka kerja bagi kerangka organisasi
yang diakui untuk mengintegrasikan kinerja energi ke dalam praktik manajemen
mereka. Organisasi multinasional akan memiliki akses terhadap standar tunggal yang
harmonis untuk diterapkan di seluruh organisasi dengan metodologi yang logis dan
konsisten untuk mengidentifikasi dan menerapkan perbaikan.

ISO 50001 dimaksudkan untuk mencapai hal berikut [26]:

- Membantu perusahaan/industri/organisasi untuk memanfaatkan aset mereka


sehingga konsumsi energi mereka menjadi lebih efisien
- Menciptakan transparansi dan komunikasi pengelolaan sumber energi
- Mempromosikan pengelolaan energi dan memperkuat perilaku manajemen
energi yang baik
- Membantu fasilitas dalam mengevaluasi dan memprioritaskan penerapan
teknologi hemat energi terbaru
- Menyediakan kerangka kerja untuk mempromosikan efisiensi energi di seluruh
rantai pasokan
- Memfasilitasi perbaikan manajemen energi untuk proyek pengurangan emisi gas
rumah kaca
- Mengizinkan integrasi dengan sistem manajemen organisasi lainnya seperti
lingkungan, dan kesehatan dan keselamatan.

3.9.5. Cara kerja ISO 50001

ISO 50001 didasarkan pada model sistem manajemen ISO yang akrab bagi lebih dari
satu juta organisasi di seluruh dunia yang menerapkan standar seperti ISO 9001
(manajemen mutu), ISO 14001 (manajemen lingkungan), ISO 22000 (keamanan
pangan), ISO / IEC 27001 (informasi keamanan). Secara khusus, ISO 50001 mengikuti
proses Plan-Do-Check-Act untuk perbaikan terus-menerus sistem manajemen energi.

Karakteristik ini memungkinkan organisasi mengintegrasikan manajemen energi


sekarang dengan keseluruhan upaya mereka untuk memperbaiki kualitas, pengelolaan
lingkungan dan tantangan lainnya yang ditangani oleh sistem manajemen mereka.

ISO 50001 menyediakan kerangka kerja yang memungkinkan organisasi untuk [26]:

- Mengembangkan sebuah kebijakan untuk penggunaan energi yang lebih efisien


- Memperbaiki sasaran dan sasaran untuk memenuhi kebijakan
- Menggunakan data untuk lebih memahami dan membuat keputusan mengenai
penggunaan dan konsumsi energi
- Mengukur hasilnya
- Meninjau kembali keefektifan kebijakan tersebut
- Terus memperbaiki manajemen energi.

ISO 50001 dapat diimplementasikan secara individual atau terintegrasi dengan standar
sistem pengelolaan lainnya.

3.9.6. Keuntungan ISO 50001

Seperti semua standar sistem manajemen ISO, ISO 50001 dirancang untuk
diimplementasikan oleh organisasi manapun, berapapun ukuran atau aktivitasnya, baik
di sektor publik maupun swasta, terlepas dari letak geografisnya.

ISO 50001 tidak memperbaiki target untuk meningkatkan kinerja energi. Ini terserah
pada organisasi pengguna, atau pihak berwenang. Ini berarti dari pada organisasi
manapun, terlepas dari penguasaan manajemen energi saat ini, dapat menerapkan ISO
50001 untuk menetapkan garis dasar dan kemudian memperbaiki ini pada ritme yang
sesuai dengan konteks dan kapasitasnya.

Seperti semua standar sistem manajemen ISO, ISO 50001 dapat diimplementasikan
semata-mata untuk keuntungan internal dan eksternal yang diberikannya kepada
organisasi pengguna dan pemangku kepentingan dan pelanggan terakhir. Sertifikasi
oleh auditor independen mengenai kesesuaian sistem manajemen energi pengguna
dengan ISO 50001 bukanlah persyaratan standar itu sendiri. Mengesahkan atau tidak
adalah keputusan yang harus diambil oleh pengguna ISO 50001, kecuali jika
dipaksakan oleh peraturan.

Alternatif untuk sertifikasi adalah untuk mengundang organisasi untuk memverifikasi


implementasi dari ISO 50001 sesuai dengan standar (verifikasi pihak kedua), atau untuk
mendeklarasikan kesesuaiannya.

3.9.7. Tujuan ISO 50001

Tujuan Standar Internasional ini adalah untuk memungkinkan organisasi membangun


sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi, termasuk
efisiensi energi, penggunaan, dan konsumsi. Penerapan standar ini dimaksudkan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca, biaya energi, dan dampak lingkungan lainnya,
melalui pengelolaan energi secara sistematis. Standar ini berlaku untuk semua jenis dan
ukuran organisasi terlepas dari kondisi geografis, budaya atau sosial. Implementasi
yang berhasil bergantung pada komitmen dari semua tingkatan dan fungsi organisasi,
dan terutama dari manajemen puncak [26].

ISO 50001 menetapkan persyaratan sistem manajemen energi (SME) bagi suatu
organisasi untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan energi, menetapkan
tujuan, sasaran, dan rencana aksi, yang memperhitungkan persyaratan hukum dan
informasi yang berkaitan dengan energi yang signifikan menggunakan. SME
memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai komitmen kebijakannya, mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja energinya dan menunjukkan
kesesuaian sistem dengan persyaratan standar ini. Penerapan standar ini dapat
disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan/industri/organisasi termasuk
kompleksitas sistem, tingkat dokumentasi, dan sumber daya. Semuanya berlaku untuk
kegiatan di bawah kendali organisasi.

Standar Internasional ini didasarkan pada kerangka kerja perbaikan Plan-Do-Check


yang terus-menerus dan menggabungkan manajemen energi ke dalam praktik
organisasi sehari-hari.

Penerapan Standar Internasional di seluruh dunia ini berkontribusi pada penggunaan


sumber energi yang tersedia secara lebih efisien, peningkatan daya saing, dan
pengurangan emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan lainnya. Standar ini berlaku
terlepas dari jenis energi yang digunakan.

Standar Internasional ini dapat digunakan untuk sertifikasi, pendaftaran dan deklarasi
SME suatu perusahaan/industri/organisasi. Standar ini tidak menetapkan persyaratan
mutlak untuk kinerja energi melebihi komitmen dalam kebijakan energi suatu
perusahaan/industri/organisasi dan kewajibannya untuk mematuhi persyaratan hukum
dan persyaratan lainnya yang berlaku.

Dokumen ini didasarkan pada elemen umum yang terdapat dalam semua standar sistem
manajemen ISO , memastikan tingkat kompatibilitas yang tinggi dengan ISO 9001
(manajemen mutu) dan ISO 14001 (manajemen lingkungan). Organisasi dapat memilih
untuk mengintegrasikan ISO 50001 dengan sistem manajemen lainnya seperti kualitas,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lainnya.

Selain itu, ISO 50001 mencakup lampiran informatif yang memberi panduan tentang
bagaimana menerapkan persyaratan di atas dan tabel yang membandingkan persyaratan
ISO 50001 dengan standar sistem manajemen ISO lainnya.

3.9.8. Perkembangan ISO 50001

Permintaan ISO untuk mengembangkan standar manajemen energi internasional


berasal dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) yang telah
mengakui kebutuhan industri untuk melakukan respon yang efektif terhadap perubahan
keadaan dan dengan berkembangnya manajemen energi nasional. .

ISO, pada gilirannya, telah mengidentifikasi manajemen energi sebagai salah satu dari
lima bidang teratas untuk pengembangan Standar Internasional dan, pada tahun 2008,
menciptakan komite pro-ject, ISO / PC 242, manajemen energi , untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. ISO / PC 242 dipimpin oleh anggota ISO untuk Amerika Serikat
(American Nation-al Standards Institute - ANSI) dan Brazil (Associação Brasileira de
Normas Técnicas - ABNT). Para ahli dari badan standar nasional dari 44 negara anggota
ISO berpartisipasi dalam ISO / PC 242 dalam pengembangan ISO 50001, dan 14 negara
lainnya sebagai pengamat. Standar ini juga diuntungkan dari participation organisasi
pembangunan termasuk UNIDO dan Dewan Energi Dunia (WEC) [26].

ISO 50001 telah mampu menarik banyak manajemen energi nasional atau regional
standar, spesifikasi dan peraturan, termasuk yang de - dikembangkan dalam China,
Denmark, Irlandia, Jepang, Republik Korea, Belsuatu perusahaan atau industri,
Swedia, Thailand, Amerika Serikat dan Uni Eropa .

3.10. INTEGRASI SISTEM MANAGEMEN ENERGI

Di dalam prakteknya, sistem manajemen energi yang berbasis ISO 50001 dapat
diimplementasikan secara terpisah dari sistem manajemen lain yang sudah ada dalam
suatu perusahaan/industri/organisasi, atau SME dapat pula diintegrasikan ke dalam
sistem manajemen yang sudah berjalan dalam suatu perusahaan/industri/organisasi.

ISO 50001 dirancang sedemikian rupa sehingga bisa dikombinasikan dengan sistem
manajemen lainnya, terutama yang menyangkut pengelolaan kualitas dan lingkungan,
dengan didasarkan pada siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA). Dengan demikian,
berbagai sistem manajemen dapat dengan mudah dikonsolidasikan atau disesuaikan
dengan sistem manajemen yang ada dengan tujuan mengembangkan sistem manajemen
sesuai dengan ISO 50001 [26].

Saat ini, banyak perusahaan/industri/organisasi yang telah menerapkan dan


mendapatkan sertifikat berkaitan dengan standar manajemen mutu ISO 9001 dan juga
telah telah menerapkan persyaratan untuk pengelolaan lingkungan sesuai dengan
standar ISO 14001. Maka, untuk perusahaan/industri/organisasi yang telah menerapkan
model kedua sistem manajemen tersebut akan lebih mudah di dalam menerapkan
standar ISO 50001 dan mengintegrasikannya ke dalam sistem manajemen yang sudah
ada. Hal ini dikarenakan, dari sudut pandang perusahaan/industri/organisasi, akan jauh
lebih logis dan lebih efisien untuk mengintegrasikan berbagai sistem manajemen
daripada mengenalkannya secara bersamaan satu sama lain.
Ketika mengintegrasikan persyaratan SME ke dalam sistem manajemen yang ada,
perusahaan/industri/organisasi akan memperoleh beberapa keuntungan di antaranya
adalah pengurangan personil, pengurangan pengeluaran temporal serta yang terutama
adalah dari pengurangan pengeluaran keuangan.

Integrasi SME yang sukses mensyaratkan konsolidasi tanggung jawab perusahaan


untuk mendapatkan energi, keselamatan, kualitas dan perlindungan lingkungan. Akan
tetapi, permasalahan akan selalu muncul saat mempertemukan kemampuan suatu
sistem dan, bila diperlukan, beberapa posisi juga perlu diubah atau bahkan dihilangkan.

Gambar 23. Integrasi SME ke Sistem Manajemen Lain [19]

Menurut ukuran perusahaan, akan merupakan suatu ide yang bagus untuk menunujuk
satu orang yang bertanggung jawab atas semua sistem manajemen. Kejelasan lebih
lanjut bisa tercapai jika semua aspek dikonsolidasikan pada tingkat manajerial yang
lebih tinggi yang bertanggung jawab atas semua sistem manajemen serta perlu ditunjuk
penanggung jawab pad level departemen yang bertanggung jawab atas masing-masing
aspek teknis.

Anda mungkin juga menyukai