Sistem Manajemen Energi adalah suatu sistem, cara atau upaya manusia untuk
mengatur pemakaian energi guna memenuhi kebutuhan mereka. Ada beberapa definisi
berkaitan dengan istilah Sistem Manajemen Energi (SME) ini, di antaranya adalah:
- SME adalah adalah suatu sistem dengan peralatan yang dilengkapi komputer untuk
mengawasi, mengatur dan mengoptimalkan kinerja peralatan yang terpasang serta
mengatur pemakaian energi pada suatu sistem.
- SME adalah sebuah sistem yang diaplikasikan dalam sebuah organisasi melalui
prosedur dan metode yang tepat dan untuk memastikan pengembangan yang
berkelanjutan yang akan memperluas kesadaran akan efisiensi energi dalam
organisasi secara keseluruhan.
- SME adalah sistem komputer yang didesain secara spesifik untuk pengaturan dan
pengawasan otomatis terhadap pemanfaatan pemanas, ventilasi, dan keperluan
penerangan sebuah bangunan atau sekelompok bangunan seperti kampus-kampus
pada sebuah universitas, bangunan-banguan kantor, atau pabrik-pabrik.
Pada umumnya, teknologi SME tersebut dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca
penggunaan listrik, gas, dan air. Kemudian, data-data yang diperoleh dari pembacaan
tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan analisa kecenderungan (trend analysis)
serta ramalan konsumsi tahunan.
Secara garis besar, manajemen energi dimulai dari audit energi, yang mengukur kinerja
dan tolok ukur serta mengevaluasi ketersediaan dan kehandalan pasokan energi dalam
suatu industri/instansi/organisasi. Audit ini meliputi penilaian terhadap semua asset,
pelayana, serta kebiasaan atau budaya kerja dalam yang berlaku dalam
industri/instansi/organisasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
energi yang diperlukan untuk menunjang aktivitas dan produktivitas sehari-hari. Dari
data-data yang diperoleh, selanjutnya akan dilakukan analisa untuk menentukan solusi
yang tepat bagi permasalahan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan energi.
Salah satu solusi yang dapat diberikan adalah dengan memastikan adanya efisiensi
energi melalui: (i) pengaturan, pemantauan dan penggunaan energi dan peralatan, (ii)
penerapan dan program praktek kesadaran energi, dan atau (iii) memberikan saran
mengenai aplikasi teknologi efisiensi energi baru [11].
Menurut Ian Mills [11], salah satu factor yang juga berpengaruh dalam kesuksesan
sebuah aplikasi sistem manajemen energi adalah adanya perubahan pada budaya dan
perilaku perusahaan. Menurutnya, keterlibatan karyawan dan kosumen di dalam
merubah sikap dalam bekerja dan gaya hidup sangat diperlukan untuk menjangkau
seluruh organisasi atau fasilitas. Jika perubahan yang telah dilakukan dapat dikelola
dengan baik dan semua yang terlibat membuat perubahan ke arah yang lebih baik,
meskipun dalam skala kecil, maka ini akan bisa berujung pada penghematan besar.
Perubahan perilaku sederhana seperti mematikan alat pencuci piring saat tidak
digunakan, menggunakan kapasitas oven yang tersisa untuk memasak, mematikan
lampu yang tidak terpakai, ataupun mematikan AC ketika suhu udara sudah dingin akan
berdampak besar terhadap pengurangan biaya energi.
Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana
manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit. Penghematan
energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatkan efisiensi dan
keuntungan.
3.3. AUDIT ENERGI
Untuk menghasilkan program efisiesi energi yang sukses, audit energi mutlak
dilaksanakan. Proses energi audit juga merupakan langkah awal dalam
mengidentifikasi potensi-potensi penghematan energi.
Audit ini akan menghasilkan data-data penggunaan energi yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam program efisiensi energi. Secara otomatis, hasil audit juga akan
memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang tepat untuk menjalankan
program efisiensi energi. Proses ini juga menjadi dasar dari penentuan target efisiensi
yang akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana aksi yang berisi berbagai
rekomendasi penghematan energi [14].
a. Melakukan identifikasi berapa jumlah dan biaya energi menurut jenis energi
kelengkapannya.
c. Mengoreksi masukan energi dan keluaran produksi atau biasa disebut dengan
intensitas energi
Hasil dari audit energi awal berupa langkah-langkah “housekeeping” yang tanpa biaya
atau dengan biaya rendah, dan daftar sumber-sumber pemborosan energi nyata. Audit
energi memberi identifikasi tentang perlunya dilakukan audit energi rinci ruang
lingkupnya
Audit energi rinci merupakan survey dengan memakai instrumen untuk menyelidiki
peralatan-peralatan pemakaian energi, yang selanjutnya diteruskan dengan analisa
secara rinci terhadap masing-masing komponen, peralatan, grup-grup komponen yang
melengkapi bangunan guna mengidentifikasi jumlah energi yang dikonsumsi oleh
peralatan, komponen, bagian-bagian tertentu dari bangunan, sehingga pada akhirnya
dapat disusun aliran energi keseluruhan bangunan.
Secara lengkap, prosedur audit energi rinci dapat dibagi ke dalam delapan langkah
utama sebagai berikut [14]:
memerlukan investasi.
rekomendasi.
produksi. Dimulai dari bahan mentah, proses awal, hingga finishing atau
per jenis peralatan. Setelah diketahui total penggunaan energi listrik oleh
setiap peralatan, dapat pula diketahui tingkat susut (losses) dari suatu sistem.
d. Rekomendasi efisiensi
untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik dimasa mendatang. Ada tiga
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
besarnya jumlah penggunaan energi tiap meter persegi luas kotor (gross) bangunan
dalam suatu kurun waktu tertentu. Penggunaan energi dapat dihitung jika diketahui
(SNI, 2000) [15]:
1. Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2).
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi nilai IKE dari suatu bangungan
gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk gedung ber-AC dan gedung tidak
ber-AC maka standar yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Standar IKE untuk gedung ber-AC dan gedung tidak ber-AC [16]
George R. Terry [17] mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengendalian/pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2012 [18], Manajemen Energi adalah kegiatan terpadu untuk
mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan
efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara
terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan
pendukung.
Semua organisasi baik dalam skala besar atau kecil, kompleks atau sederhana,
berorientasi keuntungan atau nirlaba, pasti memiliki sistem pengelolaan. Sistem
pengelolaan ini bisa diatur secara formal atau informal. Semua peraturan internal serta
tanggung jawab dan prosedur di perusahaan dianggap sebagai sistem pengelolaan.
Saat ini pengaturan pemakaian energi secara otomatis telah menjadi standard praktek.
Hampir semua bangunan mempunyai pengontrol otomatis dengan suatu komputer
sebagai pengolah pusat. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
mendiskripsikannya. Umumnya, sistem ini disebut sebagai Energy Management
System (SME), Energy Management Control System (EMCS), atau Building
Automation System (BAS) [20].
Para manajer maupun pemilik fasilitas gedung menempatkan isu manajemen energi
sebagai bagian penting di dalam bisnisnya. Sudah barang tentu, untuk memudahkan
pekerjaan, sistem ini harus terkomputerisasi untuk memudahkan analisa terhadap
sistem yang berjalan, menetapkan dan mengawasi sistem baru, mengevaluasi kontrak
jasa pilihan, atau mengoptimalkan SME yang sedang beroperasi.
Teknologi berkembang dengan sangat cepat. Bahkan untuk SME, ada beberapa
kemungkinan yang dapat dilakukan terhadap sistem yang sedang berjalan, di antaranya
adalah penggantian sistem ataupun upgrade sistem, misalkan dengan mengganti
komputer dengan spesifikasi yang lebih tinggi, meningkatkan level kendali yang lebih
tinggi, penggunaan sensor yang lebih akurat, penggunaan program kendali yang lebih
rumit, peningkatan jasa/layanan yang lebih baik, serta beberapa peningkatan yang lain.
Banyak corak SME yang dikembangkan dan dipakai. Sebagai contoh, adalah
kemampuan SME untuk mengatur tingkat pemanasan, ventilasi, proses pengaturan
suhu dan penerangan, serta untuk mengurangi penggunaan energi. Akan tetapi
kebanyakan manajer dan operator sistem tidak mempunyai waktu khusus untuk
menguasai sumber daya ini. Sehingga mereka lebih bergantung pada penyedia peralatan
yang memiliki spesifikasi seperti pada produk mereka. Hal ini berarti mereka belum
bisa menemukan sistem yang optimal untuk bangunan mereka. Lagipula, pengawasan
proses, yang dapat dilaksanakan oleh aplikasi SME, secara relatif tidak dikuasai bahkan
tidak dikenal oleh kebanyakan karyawan dalam suatu fasilitas.
Sebagai contoh pada aplikasi SME pada sebuah gedung atau bangunan, SME lebih
berpengaruh dibanding peralatan lain untuk menentukan berhasil atau tidaknya operasi
suatu fasilitas. Karena alasan ini, pemilik, manajer fasilitas, dan operator sistem perlu
bekerja sama atas aspek manajemen seperti halnya aspek teknis SME untuk
mengoptimalkan penghematan energi. Dengan dicapainya penghematan energi, maka
pengeluaran untuk biaya energi dapat ditekan.
Manajemen energi yang sistematis merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan
efisiensi energi pada suatu perusahaan atau organisasi. Di samping efisiensi energi,
aplikasi manajemen energi akan dapat mengurangi biaya sehingga dapat membantu
memperkuat daya saing perusahaan di pasar, baik dalam skala nasional maupun
internasional.
ISO 50001 adalah sebuah standar internasional yang berkaitan dengan aplikasi sistem
manajemen energi yang bertujuan untuk membangun sistem dan proses untuk
meningkatkan performa kerja, efisiensi, dan pemakaian energi untuk semua jenis dan
ukuran perusahaan/industri/organisasi. Standar ini, merupakan standar yang pada
awalnya berlaku di bawah naungan sebuah di bawah PBB, yaitu United Nations
Industrial Development Organization (UNIDO) [21]
ISO 50001 adalah standar sistem manajemen yang tidak berorientasi pada sektor
tertentu serta dapat diadopsi oleh organisasi yang berbeda, dari usaha skala kecil dan
menengah hingga perusahaan ataupun industri besar. Standar tersebut menetapkan
kerangka kerja di mana keterlibatan personel sangat diperlukan.
ISO 9000 adalah seri standar untuk Sistem Manajemen Mutu (SMM). Hal ini juga
memungkinkan untuk mengintegrasikan Sistem Manajemen Lingkungan (SME) atau
sistem manajemen keamanan ke dalam SMM. Standar ISO 14001 terutama
berkonsentrasi pada pengembangan dan peningkatan fungsi SME dalam sebuah
organisasi. Dengan demikian diasumsikan bahwa SME aktif meningkatkan karakter
ramah lingkungan dari sebuah perusahaan.
Standar untuk sistem manajemen tidak boleh diobservasi secara terpisah: Struktur
standar pengelolaan lingkungan ISO 14000 sesuai dengan struktur manajemen mutu
standar ISO 9000. ISO 14001 berfungsi sebagai dasar EMAS dan merupakan bagian
darinya. Struktur standar manajemen energi internasional ISO 50001: 2011 sangat
didasarkan pada standar ISO 14001: 2009.
Manajemen energi sistematis digunakan di seluruh dunia di banyak perusahaan.
Implementasi manajemen energi dikatakan baik jika potensi penghematan energi akan
banyak dihasilkan. Pemanfaatan potensi semacam itu mengurangi biaya administrasi
dan meningkatkan daya saing perusahaan atau organisasi. Maka diperlukan suatu
konsensus lintas sektor untuk pengembangan standar yang bertindak sebagai panduan
pengelolaan energi yang efektif.
Contoh lain bagi perkembangan standar untuk aplikasi SME adalah di Eropa [19], di
mana negara Denmark dianggap sebagai pelopor. Pada tahun 2000, sebuah prakarsa
bersama dari Konfederasi Industri Denmark, Federasi Usaha Kecil dan Menengah
Denmark, Danish Energy Agency, berbagai perusahaan ilmiah, serta peserta lainnya,
merancang standar nasional pertama di Denmark. Kemudian diikuti oleh banyak
negara-negara anggota Euro lainnya di antaranya Swedia, meluncurkan suatu standar
nasional pada tahun 2003, diikuti oleh Irlandia pada tahun 2005 dan Spanyol pada tahun
2007.
Keberhasilan sebuah standar nasional ditentukan oleh tingkat partisipasi yang tinggi,
persetujuan dan konsensus semua pihak terkait. Hal ini dibutuhkan untuk
pengembangan standar yang telah disusun.
Dengan bekerja sama erat dengan negara-negara Uni Eropa, Komite Teknis (TC) ISO
/ TC 242 "Manajemen Energi" Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO)
menyiapkan standar ISO 50001 berdasarkan EN ISO 16001: 2009. Standar
internasional yang berlaku baru ini diterbitkan pada tanggal 15 Juni 2011.
ISO adalah Organisasi Internasional untuk Sandardisasi. ISO memiliki anggota sekitar
160 badan standarisasi nasional dari negara-negara besar dan kecil, industri,
berkembang dan dalam transisi, di semua wilayah di dunia. Portofolio ISO lebih dari
18600 standar berkaitan dengan bisnis, pemerintah dan masyarakat yang mencakup tiga
dimensi pembangunan berkelanjutan, yakni ekonomi, lingkungan dan sosial [24].
Standar ISO memberikan kontribusi positif bagi dunia tempat kita tinggal. Mereka
memfasilitasi perdagangan, menyebarkan pengetahuan, menyebarkan kemajuan
inovatif dalam teknologi, dan berbagi praktik pengelolaan dan penilaian kesesuaian
yang baik.
Standar ISO memberikan solusi dan meraih keuntungan untuk hampir semua sektor
kegiatan, termasuk pertanian, konstruksi, teknik mesin, manufakturing, distribusi,
transportasi, peralatan medis, teknologi informasi dan komunikasi, lingkungan, energi,
manajemen mutu, penilaian kesesuaian dan layanan.
ISO hanya mengembangkan standar yang memiliki persyaratan pasar yang jelas.
Pekerjaan dilakukan oleh para ahli dalam mata pelajaran yang diambil langsung dari
sektor industri, teknis dan bisnis yang telah mengidentifikasi kebutuhan akan standar
tersebut, dan yang kemudian menggunakan standar untuk digunakan. Pakar ini
mungkin bergabung dengan orang lain dengan pengetahuan yang relevan, seperti
perwakilan instansi pemerintah, laboratorium penguji, asosiasi konsumen dan lembaga
demokratik, dan oleh organisasi pemerintah dan nonpemerintah internasional.
ISO 50001: 2011 [25], Sistem manajemen energi merupakan Standar Internasional
yang dikembangkan oleh ISO (International Organisasi Standardisasi), di mana ISO
50001 memberi organisasi atau perusahaan persyaratan untuk sistem manajemen energi
(SME).
Gambar 22. Ruang Lingkup ISO 50001 [25]
ISO 50001 memberikan manfaat bagi organisasi besar dan kecil, baik di sektor publik
maupun swasta, di bidang manufaktur dan jasa, di dunia.
ISO 50001 akan membangun kerangka kerja bagi pabrik industri; komersial,
institusional, dan fasilitas pemerintah; dan seluruh organisasi untuk mengelola energi.
Menargetkan penerapan yang luas di seluruh sektor ekonomi nasional, diperkirakan
bahwa standar tersebut dapat mempengaruhi hingga 60% penggunaan energi dunia.
Energi sangat penting untuk operasional organisasi dan bisa menjadi biaya utama untuk
organisasi, apapun aktivitas mereka. Penggunaan energi dalam suatu industri adalah
melalui rantai pasokan suatu bisnis mulai dari bahan baku hingga daur ulang.
Selain biaya ekonomis energi untuk sebuah organisasi, energi dapat menimbulkan biaya
lingkungan dan sosial dengan menghabiskan sumber daya dan berkontribusi terhadap
masalah seperti perubahan iklim. Di samping itu, pengembangan dan penyebaran
teknologi untuk sumber energi baru dan sumber terbarukan dapat memakan waktu.
Organisasi individu tidak dapat mengendalikan harga energi, kebijakan pemerintah atau
ekonomi global, namun mereka dapat memperbaiki cara mereka mengelola energi di
sini dan saat ini. Peningkatan kinerja energi dapat memberikan manfaat yang cepat bagi
sebuah organisasi dengan memaksimalkan penggunaan sumber energi dan aset terkait
energi, sehingga mengurangi biaya energi dan konsumsi. Organisasi ini juga akan
memberikan kontribusi positif untuk mengurangi penipisan sumber energi dan
mengurangi efek penggunaan energi di seluruh dunia, seperti pemanasan global.
ISO 50001 didasarkan pada model sistem manajemen yang sudah kurang berdiri dan
diimplementasikan oleh organisasi di seluruh dunia. Ini dapat membuat perbedaan yang
positif bagi organisasi dari semua jenis dalam waktu dekat, sekaligus mendukung upaya
jangka panjang untuk teknologi energi yang lebih baik.
ISO 50001 akan memberikan organisasi sektor publik dan swasta dengan strategi
mengelola untuk meningkatkan efisiensi energi, mengurangi biaya dan meningkatkan
kinerja energi.
Standar ini dimaksudkan untuk menyediakan kerangka kerja bagi kerangka organisasi
yang diakui untuk mengintegrasikan kinerja energi ke dalam praktik manajemen
mereka. Organisasi multinasional akan memiliki akses terhadap standar tunggal yang
harmonis untuk diterapkan di seluruh organisasi dengan metodologi yang logis dan
konsisten untuk mengidentifikasi dan menerapkan perbaikan.
ISO 50001 didasarkan pada model sistem manajemen ISO yang akrab bagi lebih dari
satu juta organisasi di seluruh dunia yang menerapkan standar seperti ISO 9001
(manajemen mutu), ISO 14001 (manajemen lingkungan), ISO 22000 (keamanan
pangan), ISO / IEC 27001 (informasi keamanan). Secara khusus, ISO 50001 mengikuti
proses Plan-Do-Check-Act untuk perbaikan terus-menerus sistem manajemen energi.
ISO 50001 menyediakan kerangka kerja yang memungkinkan organisasi untuk [26]:
ISO 50001 dapat diimplementasikan secara individual atau terintegrasi dengan standar
sistem pengelolaan lainnya.
Seperti semua standar sistem manajemen ISO, ISO 50001 dirancang untuk
diimplementasikan oleh organisasi manapun, berapapun ukuran atau aktivitasnya, baik
di sektor publik maupun swasta, terlepas dari letak geografisnya.
ISO 50001 tidak memperbaiki target untuk meningkatkan kinerja energi. Ini terserah
pada organisasi pengguna, atau pihak berwenang. Ini berarti dari pada organisasi
manapun, terlepas dari penguasaan manajemen energi saat ini, dapat menerapkan ISO
50001 untuk menetapkan garis dasar dan kemudian memperbaiki ini pada ritme yang
sesuai dengan konteks dan kapasitasnya.
Seperti semua standar sistem manajemen ISO, ISO 50001 dapat diimplementasikan
semata-mata untuk keuntungan internal dan eksternal yang diberikannya kepada
organisasi pengguna dan pemangku kepentingan dan pelanggan terakhir. Sertifikasi
oleh auditor independen mengenai kesesuaian sistem manajemen energi pengguna
dengan ISO 50001 bukanlah persyaratan standar itu sendiri. Mengesahkan atau tidak
adalah keputusan yang harus diambil oleh pengguna ISO 50001, kecuali jika
dipaksakan oleh peraturan.
ISO 50001 menetapkan persyaratan sistem manajemen energi (SME) bagi suatu
organisasi untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan energi, menetapkan
tujuan, sasaran, dan rencana aksi, yang memperhitungkan persyaratan hukum dan
informasi yang berkaitan dengan energi yang signifikan menggunakan. SME
memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai komitmen kebijakannya, mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja energinya dan menunjukkan
kesesuaian sistem dengan persyaratan standar ini. Penerapan standar ini dapat
disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan/industri/organisasi termasuk
kompleksitas sistem, tingkat dokumentasi, dan sumber daya. Semuanya berlaku untuk
kegiatan di bawah kendali organisasi.
Standar Internasional ini dapat digunakan untuk sertifikasi, pendaftaran dan deklarasi
SME suatu perusahaan/industri/organisasi. Standar ini tidak menetapkan persyaratan
mutlak untuk kinerja energi melebihi komitmen dalam kebijakan energi suatu
perusahaan/industri/organisasi dan kewajibannya untuk mematuhi persyaratan hukum
dan persyaratan lainnya yang berlaku.
Dokumen ini didasarkan pada elemen umum yang terdapat dalam semua standar sistem
manajemen ISO , memastikan tingkat kompatibilitas yang tinggi dengan ISO 9001
(manajemen mutu) dan ISO 14001 (manajemen lingkungan). Organisasi dapat memilih
untuk mengintegrasikan ISO 50001 dengan sistem manajemen lainnya seperti kualitas,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lainnya.
Selain itu, ISO 50001 mencakup lampiran informatif yang memberi panduan tentang
bagaimana menerapkan persyaratan di atas dan tabel yang membandingkan persyaratan
ISO 50001 dengan standar sistem manajemen ISO lainnya.
ISO, pada gilirannya, telah mengidentifikasi manajemen energi sebagai salah satu dari
lima bidang teratas untuk pengembangan Standar Internasional dan, pada tahun 2008,
menciptakan komite pro-ject, ISO / PC 242, manajemen energi , untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. ISO / PC 242 dipimpin oleh anggota ISO untuk Amerika Serikat
(American Nation-al Standards Institute - ANSI) dan Brazil (Associação Brasileira de
Normas Técnicas - ABNT). Para ahli dari badan standar nasional dari 44 negara anggota
ISO berpartisipasi dalam ISO / PC 242 dalam pengembangan ISO 50001, dan 14 negara
lainnya sebagai pengamat. Standar ini juga diuntungkan dari participation organisasi
pembangunan termasuk UNIDO dan Dewan Energi Dunia (WEC) [26].
ISO 50001 telah mampu menarik banyak manajemen energi nasional atau regional
standar, spesifikasi dan peraturan, termasuk yang de - dikembangkan dalam China,
Denmark, Irlandia, Jepang, Republik Korea, Belsuatu perusahaan atau industri,
Swedia, Thailand, Amerika Serikat dan Uni Eropa .
Di dalam prakteknya, sistem manajemen energi yang berbasis ISO 50001 dapat
diimplementasikan secara terpisah dari sistem manajemen lain yang sudah ada dalam
suatu perusahaan/industri/organisasi, atau SME dapat pula diintegrasikan ke dalam
sistem manajemen yang sudah berjalan dalam suatu perusahaan/industri/organisasi.
ISO 50001 dirancang sedemikian rupa sehingga bisa dikombinasikan dengan sistem
manajemen lainnya, terutama yang menyangkut pengelolaan kualitas dan lingkungan,
dengan didasarkan pada siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA). Dengan demikian,
berbagai sistem manajemen dapat dengan mudah dikonsolidasikan atau disesuaikan
dengan sistem manajemen yang ada dengan tujuan mengembangkan sistem manajemen
sesuai dengan ISO 50001 [26].
Menurut ukuran perusahaan, akan merupakan suatu ide yang bagus untuk menunujuk
satu orang yang bertanggung jawab atas semua sistem manajemen. Kejelasan lebih
lanjut bisa tercapai jika semua aspek dikonsolidasikan pada tingkat manajerial yang
lebih tinggi yang bertanggung jawab atas semua sistem manajemen serta perlu ditunjuk
penanggung jawab pad level departemen yang bertanggung jawab atas masing-masing
aspek teknis.