Anda di halaman 1dari 12

Kafaah

Rasulullah saw bersabda :


‫ال فضل لعربي على أعجمي وال لعجمي على عربي وال ألحمر على أسود وال أسود على أحمر إال بالتقوى‬
Tiada keutamaan bagi arab atas ajam, atau bagi ajam atas arab, tiada pula keutamaan bagi yang
berkulit merah atas yang berkulit hitam atau yang berkulit hitam atas yang berkulit merah kecuali
dengan ketakwaan (HR Ahmad)(1)
Mereka berkata
Islam tidak mengenal kasta sosial, semua muslim adalah bersaudara dan setara yang membedakan
mereka hanyalah ketakwaan kepada Allah SWT, inilah kandungan hadits di atas sekaligus juga makna
firman Allah SWT :
[11 :‫ِإ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم ِع ْندَ اللَّ ِه أَتْقَاكُ ْم [الحجرات‬
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu (QS Al Hujurat : 11)
Ketetapan ini diimplementasikan dalam semua aspek kehidupan, salah satunya adalah pernikahan.
Dalam Islam, ketakwaan merupakan satu-satunya tolok ukur untuk menilai pasangan hidup.
Sedangkan nasab, pekerjaan, dan lainnya hanyalah pelengkap yang tiada nilainya tanpa ketakwaan.
Rasulullah menikahkan bekas budaknya Zaid bin Haritsah dengan Zainab, sepupunya yang bernasab
tinggi. Begitu juga Sayidina Ali menikahkan putrinya Umu Kultsum dengan Umar yang nasabnya
lebih rendah, dan masih banyak sahabat bernasab biasa yang menikahi para wanita yang bernasab
tinggi. Ini menunjukkah bahwa kafaah (kesetaraan) dalam nasab sama sekali tidak ada nilainya. Oleh
sebab Itu Rasulullah bersabda :
‫إذا جاءكم من ترضــون دينه وخلقه فأنكــحوه إال تفعلوا تكن فتنة في األرض وفســاد‬
Jika datang kepada kalian orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia jika
kalian tidak melakukannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan.(HR Turmudzi)(2)
Kami menjawab
Makna dan Dalil-Dalil Adanya Kafaah
Kafaah dalam pernikahan adalah setaranya mempelai pria kepada mempelai wanita dalam beberapa
hal(1). Banyak orang memiliki persepsi salah dalam memahami esensi kafaah, pada hakikatnya kafaah
(kesetaraan) dalam pernikahan bukanlah ditujukan sebagai bentuk pengkastaan atau pembeda status
sosial, tetapi justru untuk membantu mewujudkan tujuan pernikahan, yaitu terjadinya keharmonisan
di antara kedua belah mempelai dan keluarga mereka. Pernikahan tanpa ada kesetaraan antara pihak
pria dan wanita cenderung menimbulkan ketidak-nyamanan, rasa malu atau bahkan gangguan bagi
pihak wanita dan keluarganya karena pandangan rendah masyarakat. Hal itu tentu bertentangan dengan
tujuan asal pernikahan yaitu agar terjadi kenyamanan antara kedua mempelai dan keluarganya masing-
masing. Oleh sebab itu Islam menjadikan kafaah sebagai hak bagi wanita dan walinya, agar mereka
terhindar dari hal-hal tersebut(4).
Asal dari kafaah adalah hadits Bariroh. Al Imam Syafi`i berkata :
.-‫صلى الله عليه وسلم‬- ‫فءٍ لَ َها فَ َخي ََّرهَا َرسُو ُل اللَّ ِه‬
ْ ُ‫غي َْر ك‬
َ ‫يرة َ َكانَ زَ ْو ُج َها‬ ِ ‫ص ُل ْال َكفَا َءةِ ُم ْست َ ْنبَطٌ م ِْن َحدِي‬
َ ‫ث بَ ِر‬ ْ َ‫أ‬
Asal kafaah diambil berdasarkan hadits Bariroh, Status suaminya tidak setara dengannya sehingga
Rasulullah saw memberi pilihan kepadanya (untuk melanjutkan pernikahan atau membatalkannya)
(Al Baihaqi)(5)
Bariroh adalah seorang budak wanita yang telah menikah dengan budak bernama Mughits, ketika
Bariroh merdeka, Rasulullah memberikan pilihan baginya untuk tetap meneruskan ikatan

1
pernikahannya atau melepaskan ikatan itu. Bariroh pun memilih menyudahi pernikahannya. Hal ini
karena wanita merdeka dipandang rendah jika memiliki suami seorang budak.(6)
Hadits Bariroh tersebut menunjukkan bahwa Islam memberikan hak bagi wanita dan para wali untuk
menolak pasangan yang tidak setara dalam hal-hal yang dapat menimbulkan ketidak-nyamanan dan
rasa malu. Jadi, pada hakikatnya kafaah sebenarnya merupakan bentuk perlindungan islam bagi
mereka agar tercegah dari gunjingan orang dan rasa malu dan bukan sebagai bentuk pengkastaan
sebagaimana disangka sebagian orang.
Al-Imam Turmudzi meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berkata ke Imam Ali Bin
Abi Tholib R. A yang berbunyi:
151 / 6( ‫)نيل األوطار‬:
‫ َو ْاألَيِ ُم إذَا‬،‫ت‬ َ ‫ َو ْال ِجنَازَ ة ُ إذَا َح‬،‫َت‬
ْ ‫ض َر‬ ْ ‫ص ََلة ُ إذَا أَت‬ ٌ ‫ «ث َ ََل‬:ُ‫ قَا َل لَه‬- ‫سلَّ َم‬
َّ ‫ ال‬:‫ث َال ت ُ َؤ َّخ ُر‬ َ ُ‫صلَّى اللَّه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ِ‫علِي ٍ ِع ْندَ الت ِْر ِمذِي ِ أ َ َّن ال َّنب‬
َ -‫ي‬ َ ‫ع ْن‬َ ‫َو‬
‫ت ل َها كُفُؤًا» صححه الحاكم و المناوي‬ َ ْ َ‫َو َجد‬
“Ada tiga hal yang tidak boleh ditunda-tunda: Sholat jika telah tiba waktunya, Jenazah jika sudah
datang(siap dikebumikan) dan wanita jika sudah mendapatkan pasangan yang se-kufu. Hadist ini
sohih menurut Al-Hakim dan Al-Manawi.
Imam Ibn Taimiah menyebutkan dalam kitabnya Iqtidho’ Assirotil Mustaqim Li Mukholafati Ashabil
Jahim :
445 / 1( ‫)اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم‬:
،‫ حكم الزم‬:‫ فإنشاؤه صلى الله عليه وسلم‬،‫ فإما إنشاء وإما إخبارا‬،‫وقد أخبر سلمان أن رسول الله صلى الله عليه وسلم فضل العرب‬
‫ حديث صادق‬:‫وخبره‬.
‫) عن سلمان الفارسي‬2( ‫ عن أبي ليلى الكندي‬،‫ رواه الثوري عن أبي إسحاق‬،‫وتمام الحديث قد روي عن سلمان من غير هذا الوجه‬
)6( ‫) وسعيد‬5( ‫) وال ننكح نساءكم " رواه محمد بن أبي عمر العدني‬4( ‫ ال نؤمكم‬،‫) العرب باثنتين‬1( ‫ " فضلتمونا يا معاشر‬:‫أنه قال‬
‫ وغيرهما‬،‫في سننه‬.
‫ واحتج به أحمد في إحدى الروايتين على أن‬،‫وهذا مما احتج به أكثر الفقهاء الذين جعلوا العربية من الكفاءة بالنسبة إلى العجمي‬
‫ حتى إنه يفرق بينهما عند عدمها‬،‫ بل هي من الحقوق المطلقة في النكاح‬،‫الكفاءة ليست حقا لواحد معين‬.

Salman mengabarkan bahwa Rosulullah SAW mengunggullan orang arab, maka (apa yang dilakukan
Rosulullah SAW) bisa berarti hukum bisa berarti kabar. Hukum dari Rosulullah sudah jelas bersifat
pasti dan kabar darinya jelas adalah kabar yang benar.
Teks Utuh Hadist tersebut adalah :
Wahai orang-orang Arab kalian mengungguli kami dengan dua hal, kami tidak akan mengimami
kalian didalam sholat dan tidak pula menikahi perempuan-perempuan kalian
Dari hadist ini banyak diantara Fuqoha’ mengambil dalil dengan menjadikan kaum arab masuk dalam
kriteria didalam kafaah jika dinisbatkan dengan orang yang selain arab. Dan Imam Ahmad bin
Hanbal menjadikan ini sebagai hujjah bahwa kafaah itu bukanlah hak satu orang atau personal tetapi
termasuk hak-hak secara umum didalam pernikahan, sehingga jika tidak ditemukan kafaah didalam
suatu pernikahan wajib untuk memisahkan kedua mempelai.

2
Bahkan disebutkan didalam kitab Rohmatul Ummah:
:)‫(رحمة األمة‬

‫ و قال مالك يبطل النكاح و للشافعي‬،‫و هل فقد الكفاءة يؤثر في بطَلن النكاح أم ال؟ قال أبو حنيفة يوجب لألولياء حق اإلعتراض‬
‫ و عن أحمد روايتان أظهرهما البطَلن اهـ‬،‫قوالن أصحهما البطَلن إال إذا حصل معه رضا الزوجة و األولياء‬

Apakah tidak adanya kafaah didalam pernikahan berakibat batalnya pernikahan tersebut?

Berkata Imam Abu Hanifah: para wali berhak untuk menentangnya(pernikahan tsb), Berkata Imam
Malik: Pernikahannya Batal, Adapun Menurut Imam Syafi’i ada dua pendapat dan pendapat yang
paling kuat adalah batalnya pernikahan tersebut.

Mengenai point-point kafaah yang dianggap di dalam Islam, Al Imam Khatabi berkata :
‫إن الكفاءة معتبرة في قول أكثر العلماء بأربعة أشياء الدين والحرية والنسب والصناعة ومنهم من أعتبر السَلمة من العيوب وأعتبر‬
‫بعضهم اليسار‬
Sesungguhnya point-point kafaah yang dijadikan patokan kebanyakan ulama adalah empat yaitu
agama, kemerdekaan, nasab dan pekerjaan. Sebagian ulama ada yang menganggap selamat dari aib-
aib (penyakit semacam lepra, atau lainnya) bagian dari kafaah, sebagian lagi menganggap kekayaan
sebagai bagian kafaah.(7)
Meskipun demikian, masalah kafaah bisa gugur jika pihak wanita dan walinya rela untuk
menggugurkannya. Artinya seorang wanita boleh menikahi lelaki yang nasab, pekerjaan dan statusnya
berada di bawahnya, jika dia dan walinya menyetujuinya. Karena ini berarti mereka siap untuk
menanggung resiko yang akan terjadi di kemudian hari(8).
Kafaah dalam nasab
Jumhur ulama menetapkan nasab sebagai salah satu kriteria kafaah. Artinya seorang wanita yang
memiliki nasab mulia berhak menolak pria yang tidak memiliki nasab mulia. hanya Imam Malik saja
yang tidak menganggap nasab sebagai kriteria kafaah dalam pernikahan(9).
Mengenai ayat takwa atau hadits :
‫إذا جاءكم من ترضــون دينه وخلقه فأنكــحوه إال تفعلوا تكن فتنة في األرض وفســاد‬
Jika datang kepada kalian orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia jika
kalian tidak melakukannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan.(HR Turmudzi)
Hal tersebut tidak relevan untuk dijadikan alasan untuk menafikan adanya kafaah selain dalam agama,
di atas sudah berlalu bagaimana Rasulullah memberikan pilihan kepada Bariroh terkait pernikahannya
hanya karena suaminya memiliki status budak dan bukan karena masalah ketakwaan.
Lagipula menjadikan nasab sebagai salah satu point kafaah bukan berarti mengenyampingkan agama,
bahkan semua ulama yang menganggap nasab sebagai point kafaah menjadikan agama sebagai poit
pertama yang harus ditinjau dalam masalah kafaah.
Sedangkan mengenai pernikahan para sahabat dengan wanita yang lebih tinggi derajatnya dalam
nasab. Telah dibahas bahwa kafaah bisa gugur jika pihak wanita dan walinya rela untuk
menggugurkannya.
Adapun dalil-dalil yang menunjukkan mengenai kafaah nasab di antaranya adalah :
َ ‫ص‬
‫طفَانِي من بَنِي هَاش ٍِم )صحيح‬ ْ ‫طفَى من قُ َري ٍْش بَنِي هَاش ٍِم َوا‬
َ ‫ص‬
ْ ‫طفَى قُ َر ْيشًا من ِكنَانَةَ َوا‬
َ ‫ص‬
ْ ‫طفَى ِكنَانَةَ من َو َل ِد إسماعيل َوا‬ ْ ‫إِ َّن اللَّهَ ا‬
َ ‫ص‬
)1782 / 4 - ‫مسلم‬

1
“Sesungguhnya Allah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari
Kinanah dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy dan memilih aku dari Bani Hasyim.” (HR Muslim)(11)
Al Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut :
‫استدل به أصحابنا على أن غير قريش من العرب ليس بكفء لهم وال غير بني هاشم كفؤ لهم إال بني المطلب فانهم هم وبنو هاشم شيء‬
‫واحد كما صرح به في الحديث الصحيح والله أعلم‬
Para ashab (ulama) kami (Syafi`iyah) menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa selain kaum Quraisy
dari orang-orang arab tidaklah sekufu dengan kaum Quraisy, dan selain Bani Hasyim tidaklah sekufu
dengan Bani Hasyim kecuali Bani Mutholib, mereka dan Bani Hasyim adalah satu kesatuan
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shohih, wallahu `alam(11)
Di antara dalil kafaah yang lain adalah sabda Rasulullah saw :
‫تخيروا لنطفكم وانكحوا األكفاء‬
Pilihlah (tempat) untuk nutfah-nutfah kalian, dan nikahkanlah (putri-putri kalian) kepada orang-
orang yang setara (HR Ibnu Majah)(12)
Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan
dishohihkan oleh Al Hakim, Imam Ibnu Nuaim meriwayatkan hadits serupa dari Umar dalam sanadnya
terdapat tinjauan tetapi saling menguatkan(11).
Penetapan kafaah dalam nasab juga bisa kita fahami dari peryataan para sahabat, Sayyidina Umar
berkata :
‫مِن ْاأل َ ْكفَا ِء‬
ْ ‫ب فُ ُرو َج ُه َّن َّإال‬ َ ‫َأل َ ْمنَ َعن ذَ َواتَ ْاأل َ ْح‬
ِ ‫سا‬
Sungguh aku akan mencegah pernikahan wanita yang memiliki kemuliaan nasab kecuali dari yang
sekufu. (HR Baihaqi) (14)
Salman Al Farisi juga pernah berkata :
‫سا َءكُ ْم َوالَ نَ ُؤ ُّمكُ ْم‬ ِ ‫ض ْلت ُ ُمونَا بِ َها يَا َم ْعش ََر ْالعَ َر‬
َ ِ‫ب الَ نَ ْن ِك ُح ن‬ َ ‫ثِ ْنت َانَ َف‬
Dua hal yang kalian mengungguli kami wahai orang-orang arab, kami tidak diperkenankan menikahi
wanita-wanita kalian, dan tidak pula menjadi Imam dari kalian.(HR Baihaqi)(15)
Dalil-dalil ini dan dalil serupa yang tidak mungkin kami sebut seluruhnya menunjukkan bahwa nasab
merupakan hal yang diperhatikan dalam pernikahan. Maka tidak heran jika jumhur ulama
menetapkannya sebagai salah satu point penting kafaah.
Al Imam Abu Hanifah berkata:
‫قريش أكفاء بعضهم بعضا والعرب كذلك وليس أحد من العرب كفؤا لقريش كما ليس أحد من غير العرب كفؤا للعرب‬
Kaum Quraisy setara satu sama lainnya, begitu juga orang arab. Seorang arab tidak sekufu dengan
kaum Quraisy dan seorang bukan arab tidak sekufu dengan orang arab.(16)

Hal yang sama juga diutarakan Oleh Al-imam Shaukani didalam kitabnya Nailul Awtor :
154 / 6( ‫)نيل األوطار‬:
ِ ‫ْس أ َ َحد ٌ م ِْن ْالعَ َر‬
،‫ب كُفُؤًا ِلقُ َري ٍْش‬ َ ‫ َولَي‬، َ‫ب َكذَلِك‬ ُ ‫ َو ْالعَ َر‬،‫ض ِه ْم بَ ْعضًا‬
ِ ‫ْش أ َ ْكفَا ُء بَ ْع‬
ٌ ‫ قُ َري‬:َ‫ور َوقَا َل أَبُو َحنِيفَة‬ ُ ‫ب ْال ُج ْم ُه‬
ِ ‫س‬ َ َّ‫َوا ْعتَبَ َر ْال َكفَا َءة َ فِي الن‬
َ ‫علَى‬
‫غي ِْر ِه ْم‬ َ ‫ب‬ َّ ‫ َوالصَّحِ ي ُح ت َ ْقدِي ُم بَنِي هَاش ٍِم َو ْال ُم‬:ِ‫شافِ ِعيَّ ِة قَا َل فِي ْالفَتْح‬
ِ ‫ط ِل‬ ِ ‫ب كُفُؤًا ل ِْلعَ َر‬
َّ ‫ َوه َُو َو ْجه ٌ لِل‬،‫ب‬ ِ ‫غي ِْر ْالعَ َر‬َ ‫ْس أ َ َحد ٌ م ِْن‬ َ ‫َك َما لَي‬
Menganggap nasab sebagai suatu kriteria kafaah adalah pendapat sebagian besar ulama. Berkata Al-
Imam Abu Hanifah sesama kaum Quraisy adalah kufu, begitu juga kaum arab(secara umum), tetapi
tidak satupun dari kaum arab(selain Quraisy) kufu dengan kaum Quraisy. Bahkan disebutkan di kitab

4
Alfath : menurut pendapat yang sohih Bani Hasyim dan Bani Muttolib diunggulkan dari kaum (arab)
lainnya.

Al Imam Sufyan At Tsauri dan Al Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya berkata :
‫إذا تزوج المولى العربية فرق بينهما‬
Jika seorang maula (bekas budak) menikahi wanita arab maka keduanya harus dipisahkan (17)
Al Imam Ibnu Abi Laila berkata :
.‫ب‬ ِ ‫ِين َو ْال َم ْن‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫ْالكُ ْف ُؤ فِى الد‬
Kesetaraan itu ada di dalam agama dan Mansib (nasab) (HR Daruqutni)(18)

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa nasab merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
pernikahan menurut jumhur ulama. Menyalahkan mereka yang menjadikan nasab sebagai point kafaah
sama dengan menyalahkan jumhur ulama yang mu`tabar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad,
Imam Syafi`i dan lain sebagainya.
Kafaah keturunan Rasulullah saw
Yang dimaksud dengan keturunan Rasulullah adalah mereka yang bersambung nasabnya dari pihak
ayah sampai kepada Sayidina Hasan dan Husain, sedangkan keturunan wanita syarifah (keturunan
salah satu dari keduanya) yang menikah dengan bukan syarif maka nasabnya tidak tersambung
dengan Rasulullah saw akan tetapi kepada ayahnya(91).
Mengenai bersambungnya nasab Sayidina Hasan dan Husain kepada Rasulullah melalui jalur Ibunda
Fatimah hal tersebut merupakan sebuah kekhususan yang difahami berdasarkan sabda Rasulullah saw
:
‫ص َبت َ ُه ْم وأنا أَبُو ُه ْم‬ َ ‫ص َبت َ ُه ْم أل َ ِبي ِه ْم ما خََل َولَدَ فَاطِ َمةَ فَإِنِي أنا‬
َ ‫ع‬ َ ‫كُ ُّل بني أ ُ ْنثَى فإن‬
َ ‫ع‬
”Setiap anak dari seorang wanita dinisbatkan kepada ayahnya kecuali anak Fatimah, karena
sesungguhnya akulah ashabah mereka dan akulah ayah mereka.”(HR Thabrani), (21)
Al-Imam Suyuti dalam fatawanya menjelaskan panjang lebar akan masalah ini yang nashnya sbb:
18 / 2( ‫)الحاوي للفتاوي‬:
‫صبَةٌ إِ َاّلااباَنيْاا‬ َ ‫ع‬َ ‫ « ِلكُ ِل بَنِي أ ُ ٍم‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى اللَّه‬ َ ‫ قَا َل َرسُو ُل اللَّ ِه‬:‫ت‬ ْ َ‫ع ْن َها قَال‬ َ ُ‫ي اللَّه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن فاطمة َر‬ َ ‫َوأ َ ْخ َر َج أبو يعلى فِي ُم ْسنَ ِد ِه‬
َ ُ
َ‫ د ُونَ أ ْخت َ ْي ِه َما ِأل َ َّن أ ْو َالد‬،‫يب بالحسن والحسين‬ َ ‫ص‬ ِ ‫اب َوالت َّ ْع‬ َ ‫س‬ َ ِ‫َص ِاال ْنت‬ َّ ‫ْف خ‬ َ ‫ث َكي‬ ْ
ِ ‫ظ ْر ِإلَى لَ ْفظِ ال َحدِي‬ ُ ‫صبَت ُ ُه َما» فَا ْن‬ َ ‫فاطمة أَنَا َو ِليُّ ُه َما َو‬
َ ‫ع‬
‫عا َّمةً فِي‬ َ ُ‫وص َّية‬ ِ ‫ص‬ ُ ‫ت ْال ُخ‬ ِ َ‫ َولَ ْو كَان‬،‫ش ِريفَ ِة َال َيكُو ُن ش َِريفًا‬ َّ ‫علَى أَ َّن ابْنَ ال‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ف َو ْال َخ َل‬ ُ َ‫سل‬ َّ ‫ َو ِل َهذَا َج َرى ال‬.‫سبُونَ ِإلَى آ َبا ِئ ِه ْم‬ َ ‫أ ُ ْخت َ ْي ِه َما ِإنَّ َما يُ ْن‬
َُّ‫صلَّى الله‬ ُ َ
َ ‫ َو ِل َهذَا َحك ََم‬،‫ َك َما ه َُو َم ْعلو ٌم‬، َ‫ َوإِ ْن لَ ْم يَكُ ْن أبُوهُ َكذَلِك‬،‫صدَ َقة‬ ُ َّ ‫علَ ْي ِه ال‬ َ ‫َحْر ُم‬ُ ‫سفَلنَ لَ َكانَ ابْنُ كُ ِل ش َِريفَ ٍة ش َِريفًا ت‬ ْ َ ‫ َوإِ ْن‬،ِ‫أ َ ْو َال ِد بَنَاتِه‬
َ‫سلَّ َم لَ ْم ت ُ ْعقِبْ ذَك ًَرا َحتَّى َيكُون‬ َ ُ‫صلَّى اللَّه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫غي ِْرهَا م ِْن َبنَا ِت ِه ; ِأل َ َّن أ ُ ْخت َ َها زينب بنت رسول الله‬ َ َ‫سلَّ َم ِبذَلِكَ ِال ْبن َْي فاطمة د ُون‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
ْ‫سلَّ َم بِ َهذَا ْال ُحك ِم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ
َ ُ‫صلى الله‬ َّ َ ‫ فَلَ ْم يَ ْحكُ ْم لَ َها‬،‫ِي أمامة بنت أبي العاصي بن الربيع‬ َ ‫ه‬ ‫و‬
َ ‫ا‬ً ‫ت‬ ْ
‫ن‬ ‫ب‬
ِ ْ
‫ت‬ ‫ب‬
َ َ ‫ق‬‫ع‬ْ َ ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬َ َّ ‫ن‬ ‫إ‬
ِ ‫و‬َ ، َ‫ِك‬ ‫ل‬َ ‫ذ‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫والحسين‬ ‫كالحسن‬
‫علَى أ َ َّن أ َ ْو َالدَ َبنَاتِ ِه‬ َ ‫ ِبنَا ًء‬.‫ب ِإلَ ْي ِه‬ ُ ‫س‬َ ‫َت ت ُ ْن‬
ْ ‫ِي فَكَان‬ َ ‫ َوأ َ َّما ه‬،ِ‫سبُونَ ِإلَ ْي َها ِألَنَّ َها ِب ْنتُ ِب ْنتِه‬ َ ‫علَى أ َ َّن أ َ ْو َالدَهَا َال يُ ْن‬ َ ‫ فَدَ َّل‬،ِ‫َم َع ُو ُجو ِدهَا فِي زَ َمنِه‬
َ
‫سبُونَ إِل ْي ِه‬ ْ َ َ ْ ْ
َ ‫سل َم َولد ٌ ذَك ٌَر ل َكانَ ُحك ُمه ُ ُحك ُم الحسن والحسين فِي أ َّن َولدَهُ يُن‬ َ َ َّ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ َّ
َ ُ‫صلى الله‬ َّ َ ‫ َولَ ْو َكانَ لزينب ابنة رسول الله‬،ِ‫سبُونَ إِلَ ْيه‬ َ ‫يُ ْن‬
.‫ َولَ ْم َيت َ َكلَّ ُموا فِي ِه ِبع ِْل ٍم‬، َ‫عةٌ م ِْن أ َ ْه ِل ْال َعص ِْر فِي ذَلِك‬ َ ‫ط َج َما‬ َ ‫ َوقَدْ َخ َب‬،ِ‫ير ْالقَ ْو ِل فِي َه ِذ ِه ْال َم ْسأَلَة‬ ُ ‫َحْر‬ ِ ‫ َهذَا ت‬،‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى اللَّه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ

Abu Ya’la Menyebutkan dalam musnadnya dari Fatimah R.A berkata Rosulullah SAW: “Setiap putra
seorang ibu mempunyai ‘asobah (yang bersambung kepadanya) kecuali dua putra Fatimah karena
aku adalah wali dan ‘asobah keduanya.
Perhatikan baik-baik bunyi redaksi hadist diatas bagimana Rosulullah SAW mengkhususkan
ketersambungan nasab dan asobah hanya terbatas kepada Hasan dan Husain, dan tidak memasukkan
kedua saudara perempuan mereka, hal ini dikarenakan nasab anak-anak mereka bersambung kepada
ayah mereka.
5
Berdasar dari hadist diatas para Salaf dan Kholaf berpendapat bahwa anak syarifah(dengan suami
yang bukan syarif) tidak dikatakan syarif. Jika seandainya kekhususan nasab tersebut mencakup ke
semua cucu dari anak perempuannya Nabi SAW, itu berarti semua anak dari Syarifah adalah Syarif
yang mana haram bagi mereka menerima sedekah sekalipun ayah mereka bukan Syarif.
Karena sebab itulah Nabi Muhammad SAW hanya Mengkhususkan kedua anak Fatimah saja tidak
kepada cucu dari anak perempuannya yang lain, Hal ini dikarenakan saudara perempuan Fatimah
yaitu Zainab binti Rosulillah SAW tidak mempunyai anak laki-laki - sebaimana Hasan dan Husian –
tetapi mempunyai anak perempuan saja yaitu Umamah binti Abi Al’ash bin Robi’ dan Nabi SAW tidak
menghukumi atau tidak memperlakukan hal yang sama seperti kepada anak-anak Fatimah sedangkan
dia(Sayyidah Zainab Putri Rosulullah SAW) hidup di zaman Nabi.
Maka Jelaslah dengan dasar ini bahwa cucu perempuan dari anak perempuan Nabi SAW tidak
bersambung nasabnya kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun dia (Sayyidah Zainab Putri Rosulullah
SAW) maka jelas nasabnya bersambung dengan Nabi SAW
Mengacu pada kadiah bahwa cucu laki-laki dari anak-anak perempuan Nabi SAW bersambung
kepada Nabi Muhammad SAW, Maka seandainya Zainab putri Rosulullah SAW mempunya anak laki-
laki tentunya hukumnya akan sama seperti Hasan dan Husain bahwa nasab mereka bersambung
kepada Nabi SAW.
Demikianlah kajian tentang permasalahan ini, meski kami saksikan tedapat banyak orang yang yang
mengutarakan pendapat mereka tentang permasalahan ini secara serampangan tanpa didasari ilmu

Di antara kekhususan nasab kepada Rasulullah adalah tetap bermanfaatnya hubungan nasab tersebut
hingga hari kiamat, berbeda dengan nasab lain yang akan terputus (tidak berguna) di hari kiamat.
Rasulullah saw bersabda :
(61 / 7( - ‫سبِى )سنن البيهقي الكبرى‬
َ َ‫كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة إال ما كان من سببي َون‬
“Setiap sebab dan nasab akan terputus di Hari Kiamat kecuali sebabku dan nasabku.”(HR
Baihaqi)(21)
Karena kekhususan tersebut, para ulama membedakan status mereka dalam masalah kafaah dengan
keturunan Bani Hasyim lainnya. Imam Ibnu Hajar Al Haitsami menyatakan :
‫سبُونَ إلَ ْي ِه فِي ْال َكفَا َء ِة‬
َ ‫س َّل َم أ َ َّن أ َ ْو َالد َ َبنَا ِت ِه يُ ْن‬ َ ُ‫ص َّلى ال َّله‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ِص ِه‬
ِ ‫صائ‬ َ ‫نَ َع ْم أ َ ْو َالد ُ فَاطِ َمةَ مِ ْن ُه ْم َال يُكَا ِفئ ُ ُه ْم‬
ْ ‫غي ُْرهُ ْم م ِْن َب ِق َّي ِة َبنِي هَاش ٍِم ِأل َ َّن‬
َ ‫مِن َخ‬
‫غي ِْرهَا‬ َ ‫َو‬
Benar, keturunan Fatimah adalah termasuk Bani Hasyim tetapi tidak lah Bani Hasyim selainnya
sekufu dengan mereka karena termasuk kekhususan Rasulullah saw bahwa keturunan putri-putrnya
dinisbatkan kepadanya dalam masalah kafaah dan selainnya.(22)
Melihat ini semua, maka bukanlah hal yang mengherankan jika sebagian dari para asyrof (keturunan
Rasulullah) berusaha untuk menjaga nasab ini, tujuannya bukan hanya sekedar agar memiliki nasab
yang mulia akan tetapi agar anak-cucu mereka nasabnya tersambung dengan Rasulullah yang
manfaatnya tidak terputus sampai di hari kiamat. Tentunya dengan dibarengi usaha untuk
meningkatkan ketakwaannya.
Sebagian mereka bahkan menetapkan tidak sahnya pernikahan yang berlangsung antara Syarifah
Alawiyah dengan selain Syarif. Al Imam Abdurahman Al Masyhur dalam kitabnya Bughyah
Mustarsidin menyebutkan :
‫ ألن هذا النسب الشريف الصحيح ال يسامى وال‬، ‫شريفة علوية خطبها غير شريف فَل أرى جواز النكاح وإن رضيت ورضي وليها‬
.... ، ‫ وأتى بجمعهم ورضاهم‬، ‫ ولكل من بني الزهراء فيه حق قريبهم وبعيدهم‬، ‫يرام‬
“Seorang Syarifah Alawiyah dilamar oleh selain syarif, Aku tidak melihat bolehnya nikah (dalam
masalah ini), walaupun wanita tersebut dan walinya rela, karena ini merupakan nasab mulia yang
tinggi dan tak tergapai. Bagi setiap keturunan Az Zahro (Sayyidatuna Fatimah) di dalamnya ada hak

6
baik yang dekat (kekerabatannya) maupun yang jauh sehingga mereka semua harus diminta
kerelaannya.
Lalu beliau melanjutkan :
‫ فسلَّم تسلم‬، ‫ وإن قال الفقهاء إنه يصح برضاها ورضا وليها فلسلفنا رضوان الله عليهم اختيارات يعجز الفقيه عن إدراك أسرارها‬،
.‫ وال تعترض فتخسر وتندم‬، ‫وتغنم‬
“Walaupun para fuqaha berkata bahwa pernikahan itu sah dengan kerelaan wanita dan walinya, akan
tetapi para salaf ra kami memiliki ijtihad yang sukar bagi seorang faqih untuk memahami rahasianya,
maka serahkanlah saja pada mereka, kamu akan selamat dan jangan kamu mennetang mereka maka
kamu akan rugi dan menyesal”(21)
Pendapat ini bukan tanpa dasar, bahkan pendapat tersebut adalah salah satu daripada pendapat Imam
Ahmad bin Hanbal yang menganggap kafaah sebagai syarat sah dalam pernikahan sehingga tidaklah
sah pernikahan yang dilakukan antara kedua mempelai yang tidak sekufu meskipun wali dan wanita
tersebut rela dengannya.
Hal ini berdasarkan perkataan Sayidina Umar :
ِ‫ب َّإال م ِْن ْاأل َ ْكفَاء‬ َ ْ‫َأل َ ْمنَ َعن ذَ َواتَ ْاألَح‬
ِ ‫سا‬
Sungguh aku akan mencegah wanita yang memiliki kemuliaan nasab kecuali dari yang sekufu.

Disamping itu, hal ini juga bisa dipahami dan dibuktikan secara nalar, Nabi Muhammad SAW –
bersabda sebagaimana telah disebutkan diatas - bahwa :
“Setiap sebab dan nasab akan terputus di Hari Kiamat kecuali sebabku dan nasabku.”(HR
Baihaqi)(21)
Perhatikan hadist yang digaris bawahi diatas, sudah jelas bahwa penjagaan nasab keturunan Rosulullah
SAW tidak akan terealisasikan kecuali dengan menjaga pernikahan diantara sesama asyrof.
Maka tentunya bagi yang merasa mencintai Nabi Muhammad SAW akan memperhatikan makna yang
terkandung didalam hadist tersebut, sebagaimana yang dilakukan Salman Alfaarisi didalam hadist
yang telah disebutkan diatas dengan tidak menikahi orang arab secara umum lebih-lebih keluarga
Rosulullah SAW secara khusus padahal beliau bukan orang biasa melainkan termasuk dari pembesar-
pembesar sahabat yang notabene jauh lebih afdhol dari kita, dan sebagai bentuk pengamalan dari apa
yang diperintahkan Sayyiduna Abu Bakar Asshiddiq R.A untuk memperhatikan keluarga Nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang disebutkan Imam Ahmad bin Hanbal didalam kitabnya Fadhoilus
Sohabah:
574 / 2( ‫)فضائل الصحابة ألحمد بن حنبل‬:
- ‫ع ْن أ َ ِبي‬
َ ،‫ع َم َر‬
ُ ‫ع ِن اب ِْن‬ ُ ‫س ِم َع أ َ َباهُ يُ َحد‬
َ ،‫ِث‬ َ ُ ‫ أَنَّه‬،ٍ‫ع ْن َوا ِق ِد ب ِْن ُم َح َّم ِد ب ِْن زَ ْيد‬ َ ،ُ‫ قثنا ُم َح َّمد ُ ْب ُن َج ْعف ٍَر قثنا شُ ْع َبة‬،‫ قثنا أ َ ِبي‬،ِ‫ع ْبد ُ اللَّه‬
َ ‫َحدَّثَنَا‬
َ
‫ارقُبُوا ُم َح َّمدًا فِي أ ْه ِل بَ ْيتِ ِه‬
ْ ،‫اس‬ َ َ
ُ ‫ َيا أيُّ َها ال َّن‬:‫ق أنَّهُ قَا َل‬ ِ ‫بَ ْك ٍر‬.
ِ ‫الصدِي‬

“Wahai Para Manusia, perhatikanlah keluarga Nabi Muhammad SAW”

Sehingga kita tidak tergolong sebagai umat yang menyakiti Nabi Muhammad SAW karena lalai dan
tidak memperhatikan keluarganya lebih-lebih menyakiti mereka sebagimana yang dikatakan Sayyidah
Zainab binti Aqil bin Abi Tholib
118 / 1( ‫)المعجم الكبير للطبراني‬:
‫ِي تَقُو ُل‬
َ ‫ َوه‬،‫ف‬ َّ ‫اس ِب ْال َبقِيع ت َ ْبكِي قَتْ ََلهَا ِبال‬
ِ ‫ط‬ ِ َّ‫علَى الن‬
َ ‫ب‬ َ ‫عقِي ِل ب ِْن أ َ ِبي‬
ٍ ‫طا ِل‬ َ ُ‫ص ْغ َرى ِب ْنت‬
ُّ ‫َب ال‬
ُ ‫زَ ْين‬
ِ
[‫]البحر البسيط‬
‫ َماذَا فَعَ ْلت ُ ْم َوكُ ْنت ُ ْم آخِ َر ْاأل ُ َم ِم‬... ‫ي لَكُ ْم‬
ُّ ‫َماذَا تَقُولُو ُن إِ ْن قَا َل النَّ ِب‬
7
‫ارى وقَتْلَى ض ُِر ُجوا ِبدَ ِم‬ ‫اري َوذ ُ ِريَّتِي ‪ِ ...‬م ْن ُه ْم أ ُ َ‬
‫س َ‬ ‫ص ِ‬‫ِبأ َ ْه ِل َب ْيتِي َوأ َ ْن َ‬
‫يارحِ مِْ‬‫سوءاافِْاذي ِو ي‬ ‫يمااكيا ينااذياكياا يج يزائِْا ِإذاا ينصيحتُاا يلكُماا‪...‬اأيناات يخلُفُونِْا ِب ُ‬
‫***‬
‫‪Apa yang kau katakan jika Nabi berkata pada kalian:‬‬
‫‪“Apa yang kalian lakukan padahal kalian adalah umat terakhir‬‬
‫‪Terhadap keluargaku penolongku dan keturunanku‬‬
‫‪Diantara mereka dijadikan tawanan, dan ada pula yang gugur berlumuran darah‬‬
‫‪Bukanlah ini ganjaran untukku setelah aku menasehati kalian‬‬
‫”‪Kalian meninggalkanku dan berbuat buruk terhadap keluargaku‬‬

‫‪Dalil-dalil diatas dan yang lainnya(24), semua ini menunjukkan bahwa pendapat mengenai larangan‬‬
‫‪bagi syarifah untuk menikah dengan selain syarif bukanlah pendapat yang berasal dari hawa nafsu‬‬
‫‪akan tetapi berdasarkan dalil-dalil dan perkataan ulama-ulama yang mu`tabar, meskipun mungkin‬‬
‫‪pendapat itu lemah menurut sebagian fuqoha, akan tetapi memang dalam masalah pernikahan kita‬‬
‫‪dianjurkan untuk memperhatikan pendapat yang paling berat sebagai bentuk kehati-hatian agar‬‬
‫‪pernikahan tersebut dianggap sah menurut semua ulama. Dan bagi mereka yang tidak setuju tidak‬‬
‫‪selayaknya untuk menyalahkan pendapat ini dengan memaksakan pendapatnya sendiri, karena‬‬
‫‪permasalahan disini adalah permasalahan ijtihadiyah yang tidak layak untuk dijadikan bahan‬‬
‫‪perselisihan umat muslim.‬‬
‫‪Referensi‬‬
‫)‪ (9‬مسَنداأحمدا(‪/19‬اا‪)422‬‬
‫ول الل ِه ‪-‬صلى الله‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫سمِ َع ُخطبَة َرسُ ِ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ى َعن أ ِبى نَض َْرة َ َحدَّثنِى َمن َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫سعِيد ٌ ال ُج َري ِْر ُّ‬ ‫ع ْبد ُ اللَّ ِه َحدَّثَنِى أ ِبى َحدَّثنَا إِ ْس َماعِي ُل َحدَّثنَا َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪َ -24214‬حدَّثَنَا َ‬
‫مِى َوالَ ِل َع َجمِ ٍى‬ ‫ع َلى أ َ ْع َج ٍ‬ ‫ض َل ِل َع َر ِب ٍى َ‬‫اس أَالَ ِإ َّن َربَّكُ ْم َواحِ د ٌ َو ِإ َّن أ َ َباكُ ْم َواحِ د ٌ أَالَ الَ فَ ْ‬ ‫ق فَقَا َل « َيا أَيُّ َها النَّ ُ‬ ‫سطِ أَي َِّام الت َّ ْش ِري ِ‬ ‫عليه وسلم‪ -‬فِى َو َ‬
‫ى‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫على أ ْح َم َر إِال بِالتَّق َوى أبَل ْغتُ »‪ .‬قَالوا بَل َغ َرسُو ُل الل ِه ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪ -‬ث َّم قَالَ « أ ُّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫على أس َْودَ َوالَ أس َْودَ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫علَى َع َربِ ٍى َوالَ أل َ ْح َم َر َ‬ ‫َ‬
‫ى َبلَ ٍد َهذَا »‪ .‬قَالُوا َبلَد ٌ َح َرا ٌم‪ .‬قَالَ « َفإ ِ َّن اللَّ َه قَ ْد‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫«‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫م‬‫ُ‬ ‫ث‬ ‫ل‬
‫ْ ٌ َ َ ٌ َ َّ الَ‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ق‬ ‫‪.‬‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫وا‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫»‪.‬‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ذ‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ش‬
‫َ‬
‫ُّ ْ ٍ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫«‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ُ‬ ‫ث‬
‫َ ْ ٌ َ َ ٌ َّ َ‬‫‪.‬‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ر‬‫ح‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫وا‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫ا‬‫َ‬ ‫ق‬ ‫»‪.‬‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ذ‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫م‬
‫َي ْ ٍ‬
‫و‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ش ْه ِركُ ْم َهذَا فِى بَلَ ِدكُ ْم َهذَا أبَل ْغتُ »‪ .‬قَالوا‬ ‫ضكُ ْم أ ْم الَ « َك ُح ْر َم ِة يَ ْو ِمكُ ْم َهذَا فِى َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َح َّر َم بَ ْينَكُ ْم ِد َما َءكُ ْم َوأ ْم َوالَكُ ْم »‪ .‬قَا َل َوالَ أد ِْرى قَا َل أ ْو أع َْرا َ‬
‫ِب »‪ .‬معتلى ‪ 11211‬مجمع ‪266/1‬‬ ‫شا ِهد ُ ْالغَائ َ‬ ‫بَلَّ َغ َرسُو ُل اللَّ ِه ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪ .-‬قَا َل « ِليُبَلِغِ ال َّ‬
‫)‪ (4‬سَنناالترمذىا(‪/2‬اا‪)633‬‬
‫سعِي ٍد ا ْبنَ ْى عُبَ ْي ٍد‬ ‫و‬ ‫د‬
‫ٍ‬
‫ُ َ ُ َ َ َ‬ ‫م‬‫َّ‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫زَ‬‫م‬ ‫ُر‬
‫ْ‬ ‫ه‬ ‫ْن‬
‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ِم‬‫ِ‬ ‫ل‬‫س‬ ‫ْ‬ ‫م‬‫ِ ُ‬ ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫ه‬‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫الل‬ ‫د‬ ‫ِ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫ع‬
‫َ َ‬ ‫ن‬ ‫ْ‬ ‫ع‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ِي‬ ‫ع‬‫ا‬ ‫م‬
‫ِ َ‬‫س‬
‫ْ‬ ‫إ‬ ‫ن‬‫ُ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫م‬
‫َ ُ‬‫ت‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ح‬ ‫َا‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫ث‬‫َّ‬ ‫د‬ ‫ح‬
‫ُّ َ‬ ‫ى‬ ‫خِ‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ب‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ُ‬
‫ق‬ ‫ا‬‫َّو‬
‫َّ‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫‪َ - 1118‬حدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن َ‬
‫ع ْم ٍر‬
‫ٌ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫ض ْونَ دِينَه ُ َو ُخلقَهُ فَأن ِك ُحوهُ إِال تَفعَلوا تَكن فِتنَة فِى‬‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ع ْن أَبِى َحات ٍِم ْال ُمزَ ن ِِى قَا َل قَا َل َرسُو ُل الل ِه ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪ « -‬إِذا َجا َءك ْم َمن ت َْر َ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫سى‬ ‫َ‬ ‫ِي‬
‫ع‬ ‫ُو‬ ‫ب‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫الَ‬‫َ‬ ‫ق‬ ‫ٍ‪.‬‬
‫ت‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫َ َّ‬ ‫م‬ ‫َثَ‬ ‫َل‬‫َ‬ ‫ث‬ ‫»‪.‬‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫و‬ ‫ح‬
‫ُ‬ ‫ك‬
‫ِ‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫أ‬‫َ‬ ‫ف‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫خ‬‫ُ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ِي‬
‫د‬ ‫نَ‬ ‫و‬ ‫ض‬
‫َْ‬ ‫َر‬
‫ْ‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ْ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ُ‬
‫ك‬
‫ِ َ َ ْ َ‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ج‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫«‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ه‬
‫ِ‬ ‫ِي‬‫ف‬ ‫انَ‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫إ‬
‫َِ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ل‬‫ال‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫و‬ ‫س‬
‫ُ‬ ‫ر‬‫َ َ‬‫ا‬‫ي‬ ‫وا‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫ا‬‫ق‬‫َ‬ ‫»‪.‬‬ ‫ٌ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫َ‬
‫ِ َ َ‬‫ف‬‫و‬ ‫ض‬ ‫ر‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫أل‬ ‫ا‬
‫ْ‬
‫غي َْر َهذَا ال َحدِيثِ‪.‬‬ ‫ع ِن النَّ ِب ِى ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪َ -‬‬ ‫ف له ُ َ‬‫َ‬ ‫ٌ‬
‫ص ْحبَة َوالَ نَ ْع ِر ُ‬ ‫ى له ُ ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫س ٌن غ َِريبٌ ‪َ .‬وأبُو َحات ٍِم ال ُمزَ نِ ُّ‬ ‫ٌ‬
‫َهذَا َحدِيث َح َ‬
‫)‪ (6‬مجمعااألنهرافْاشرحاملتقىااألبحرا(‪/6‬اا‪)19‬‬
‫َّ‬
‫ور َوإِن َما‬ ‫ُ‬
‫وِ أ ُم ٍ‬ ‫ص ِ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ير َوال ُم َراد ُ هنَا ال ُم َماثلة بَيْنَ الز ْو َجي ِْن فِي خ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫فءِ بِ َم ْعنَى النظِ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫صدَ ُر الك ْ‬ ‫ص ٌل فِي ْال َكفَا َءةِ ( ت ُ ْعتَبَ ُر ْال َكفَا َءة ُ ) بِ ْالفَتْحِ َو ْال َم ِد َم ْ‬ ‫فَ ْ‬
‫ْ‬
‫اش َهذَا ِع ْندَ الكُ ِل فِي‬ ‫ْ‬
‫ش فَ ََل يَغِيظُهُ دَنَا َءة ُ الف َِر ِ‬ ‫الر ُج ِل ؛ ِألَنَّهُ ُم ْست َ ْف ِر ٌ‬
‫اش َم ْن د ُونَ َها ِبخِ ََلفِ َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫الر ُج ِل ؛ ِأل َ َّن ال َم ْرأة َ ت ُ َعي َُّر ِبا ْستِ ْف َر ِ‬
‫ِب َّ‬ ‫ا ُ ْعتُبِ َر َجان ُ‬
‫ص ِحيحِ ‪.‬‬‫ال َّ‬
‫حاشيةاالبجيرمْاعلىاالمَنهجا(‪/94‬اا‪)6‬‬
‫ج‬
‫الز ْو ِ‬‫اواة ُ َّ‬
‫س َ‬‫ضابِطُ َها ُم َ‬‫ارا ‪َ ،‬و َ‬ ‫ع ً‬ ‫عدَ ُمهُ َ‬
‫ب َ‬ ‫وج ُ‬ ‫سا ِوي َواصْطِ ََل ًحا أ َ ْم ٌر يُ ِ‬ ‫ِي لُغَةً التَّعَاد ُ ُل َوالت َّ َ‬
‫َاح ) َوه َ‬ ‫ص ٌل ‪ :‬فِي ْال َكفَا َءةِ ْال ُم ْعتَبَ َرةِ فِي النِك ِ‬ ‫( فَ ْ‬
‫َاح‬
‫ِ‬ ‫ك‬ ‫الن‬
‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ُو‬
‫ُ ِ‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ِن‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ََّل‬
‫س‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫د‬ ‫ع‬
‫َ ََ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ة‬
‫ٍ‬ ‫س‬
‫َّ‬ ‫خِ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫أ‬
‫َ ٍ ْ‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫م‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫ج‬ ‫ل َّ‬
‫ِلز ْو َ‬
‫)‪ (2‬فتحاالقديرا(‪/9‬اا‪(24‬‬
‫مِن ا ْأل َ ْكفَاءِ‬
‫سا َء َّإال ْاأل َ ْو ِل َيا ُء ‪َ ،‬و َال يُزَ َّوجْنَ َّإال ْ‬ ‫ج النِ َ‬‫سلَّ َم { أ َ َال َال يُزَ ِو ُ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫َاح ُم ْعت َ َب َرة ٌ ) قَا َل َ‬ ‫ص ٌل فِي ْال َكفَا َءةِ ( ْال َكفَا َءة ُ فِي النِك ِ‬ ‫فَ ْ‬
‫ارهَا ‪ِ ،‬بخِ ََلفِ َجانِ ِب َها ؛ ِأل َ َّن‬ ‫ِيس فَ ََل بُدَّ م ِْن ا ْعتِبَ ِ‬ ‫شةً ل ِْل َخس ِ‬ ‫ْ‬
‫ش ِريفَةَ ت َأبَى أ َ ْن تَكُونَ ُم ْست َ ْف َر َ‬ ‫عادَة ً ‪ِ ،‬أل َ َّن ال َّ‬ ‫ِح َبيْنَ ْال ُمتَكَافِئَي ِْن َ‬ ‫ام ْال َم َ‬ ‫} َو ِأل َ َّن ا ْنتِ َ‬
‫صال ِ‬ ‫ظ َ‬
‫اش‬ ‫ْ‬
‫ش فَ ََل تَغِيظُهُ دَنَا َءة ُ الف َِر ِ‬ ‫الز ْو َج ُم ْست َ ْف ِر ٌ‬ ‫َّ‬
‫نهايةاالمحتاجاإلىاشرحاالمَنهاجا(‪/44‬اا‪(241‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ضا ِم ْن‬ ‫ْث َال ِر َ‬ ‫ش ُروطِ بَ ْل َحي ُ‬ ‫ت ِب ْ ِ‬
‫اإل ْسقَاطِ َكبَ ِقيَّ ِة ال ُّ‬ ‫ط ْ‬‫سقَ َ‬‫ِص َّحتِ ِه ُمطلَقًا َو ِإ َّال لَ َما َ‬ ‫ار َال ل ِ‬ ‫َاح دَ ْفعًا لِل َع ِ‬
‫ِي ُم ْعتَبَ َرة ٌ فِي النِك ِ‬ ‫ص ٌل ) فِي ْال َكفَا َءةِ َوه َ‬ ‫(فَ ْ‬
‫ْ‬
‫علَى َما يَأتِي‬ ‫ب فِي َما س َِواهُ َما َ‬ ‫ب َوعُنَّ ٍة َو َم َع َولِيِ َها ْاأل َ ْق َر ِ‬‫ْال َم ْرأَةِ َو ْحدَهَا فِي َج ٍ‬
‫‪8‬‬
‫مجمعااألنهرافْاشرحاملتقىااألبحرا(‪/6‬اا‪)19‬‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ح َو ْال َم ِد َم ْ‬
‫ور َوإِنَّ َما‬ ‫وِ أ ُم ٍ‬ ‫ص ِ‬ ‫الز ْو َجي ِْن فِي ُخ ُ‬ ‫ُ‬
‫ير َوال ُم َراد ُ هُنَا ال ُم َماثَلَة بَيْنَ َّ‬ ‫فءِ بِ َم ْعنَى النَّظِ ِ‬ ‫صدَ ُر الكُ ْ‬ ‫ص ٌل فِي ْال َكفَا َءةِ ( ت ُ ْعتَبَ ُر ْال َكفَا َءة ُ ) بِ ْالفَتْ ِ‬ ‫فَ ْ‬
‫اش َهذَا ِع ْندَ ْالكُ ِل فِي‬ ‫َ ِ‬ ‫ِر‬ ‫ف‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ُ‬ ‫ة‬‫ء‬‫َ َ‬‫َا‬
‫ن‬ ‫د‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ظ‬ ‫ِي‬
‫غ‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫َل‬ ‫َ‬ ‫ف‬ ‫ش‬ ‫ر‬
‫ُ ْ ِ ٌ‬ ‫ْ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫ت‬‫س‬ ‫م‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫أل‬ ‫؛‬ ‫ل‬ ‫ج‬‫الر‬
‫َ ِخِ فِ َّ ُ ِ ِ‬ ‫َ‬
‫َل‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ُو‬ ‫د‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫اش‬ ‫ر‬ ‫ْ‬
‫ف‬ ‫ت‬
‫َ ُ ِ ِْ َ ِ َ‬ ‫س‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫َّر‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ُ‬ ‫ت‬ ‫َ‬ ‫ة‬‫َ‬ ‫أ‬‫ر‬ ‫م‬
‫َْ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫ا ُ ْعت ُ ِ َ َ ُ َّ ُ ِ ِ‬
‫أل‬ ‫؛‬ ‫ل‬ ‫ج‬ ‫الر‬ ‫ِب‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ب‬
‫يح ‪.‬‬
‫ص ِح ِ‬‫ال َّ‬
‫شرحاالبهجةاالورديةا(‪/92‬اا‪)642‬‬
‫ار َو ْال ِح ْرفَ ِة َو ْال ِعفَّ ِة َو ْال ُح ِريَّ ِة‬ ‫ِ‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫خِ‬‫ِل‬ ‫ْ‬ ‫ل‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ت‬‫ب‬ ‫ْ‬
‫ُ ِ‬ ‫ث‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ُو‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ْ‬
‫ِن‬‫م‬ ‫ة‬
‫ِ‬ ‫م‬‫َ‬ ‫َ‬
‫ََّل‬ ‫س‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ب‬
‫َ َ‬‫ِ‬ ‫س‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ِي‬‫ه‬
‫َ ِ َ َ‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ار‬ ‫ر‬ ‫الض‬
‫ِ‬ ‫و‬ ‫ار‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫َاح ِلدَ ْف ِ َ ِ َ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ان ْال َكفَا َءةِ ْال ُم ْعتَبَ َرةِ فِي النِك ِ‬ ‫بَيَ ِ‬
‫الحاوياالكبيرا‪-‬ا(‪1‬ا‪/‬ا‪)944‬‬
‫وروى محمد بن عمر بن علي بن أبي طالب عن أبيه عن جده ‪ ،‬أن النبي [ ] قال ‪ ' :‬ثَلثة ال تؤخرهم الصَلة إذا أتت ‪ ،‬والجنازة إذا‬
‫حضرت ‪ ،‬واأليم إذا وجدت كفؤا ً ' ‪ ،‬وألن في نكاح غير الكفء عار يدخل على الزوجة واألولياء وعضاضة تدخل على األوالد‬
‫يتعدى إليهم نقصا ً فكان لها ولألولياء دفعة عنهم وعنها ‪.‬‬
‫)‪ (1‬سَنناالبيهقىا(‪/4‬اا‪)43‬‬
‫يرة َ َكانَ زَ ْو ُج َها َ‬
‫غي َْر‬ ‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ص ُل ال َكفَا َءةِ ُم ْستَنبَط مِن َحدِي ِ‬
‫ث َب ِر َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ار ْال َكفَا َءةِ {ش} قا َل الشافِ ِع ُّ‬
‫ى َرحِ َمهُ اللهُ فِى ِر َوايَ ِة الب َُويْطِ ِى ‪ :‬أ ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫‪ -114‬باب ا ْعتِبَ ِ‬
‫فءٍ لَ َها فَ َخي ََّرهَا َرسُو ُل اللَّ ِه ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪.-‬‬ ‫كُ ْ‬
‫)‪ (3‬صحيحاالبخاريا(‪/1‬اا‪)4446‬‬
‫‪ - 4979‬حدثنا محمد أخبرنا عبد الوهاب حدثنا خالد عن عكرمة عن ابن عباس ‪ :‬أن زوج بريرة عبد أسود يقال له مغيث كأني أنظر‬
‫إليه يطوف خلفها يبكي ودموعه تسيل على لحيته فقال النبي صلى الله عليه و سلم لعباس ( يا عباس أال تعجب من حب مغيث بريرة‬
‫ومن بغض بريرة مغيثا ) ‪ .‬فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( لو راجعته ) ‪ .‬قالت يا رسول الله تأمرني ؟ قال ( إنما أنا أشفع ) ‪ .‬قالت‬
‫ال حاجة لي فيه‬
‫)‪ (9‬نيلااألوطارا‪-‬ا(جا‪3‬ا‪/‬اصا‪)981‬‬
‫قال الخطابي إن الكفاءة معتبرة في قول أكثر العلماء بأربعة أشياء الدين والحرية والنسب والصناعة ومنهم من أعتبر السَلمة من‬
‫العيوب وأعتبر بعضهم اليسار ويدل على ذلك ما أخرجه أحمد والنسائي وصححه ابن حبان والحاكم من حديث بريدة رفعه أن احساب‬
‫أهل الدنيا الذين يذهبون إليه المال وما أخرجه أحمد والترمذي وصححه هو والحاكم من حديث سمرة رفعه " الحسب المال والكرم‬
‫التقوي " قال في الف تح أن يكون المراد أنه حسب من الحسب له فيقوم النسب الشريف لصاحبه مقام المال لمن النسب له أو أن شأن‬
‫أهل الدنيا رفعة من كان كثير المال ولو كان وضيعا وضعة من كان مقَل ولو كان رفيع النسب كما هو موجود مشاهد فعلى االحتمال‬
‫األول يمكن أن يؤخذ من الحديث اعتبار الكفا ءة بالمال ال على الثاني وقد قدمنا األشارة إلى شيء من هذا في باب صفة المرأة التي‬
‫تستحب خطبتها‬
‫)‪ (8‬مغَنْاالمحتاجاإلىامعرفةاألفاظاالمَنهاجا(‪/94‬اا‪(913‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َاح دَ ْفعًا ل ِْلعَ ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ِي َح ٌّق لِل َم ْرأةِ َوال َولِي ِ فَل ُه َما إ ْسقَاط َها‬
‫َاح ‪ ،‬بَ ْل ه َ‬
‫ص َّح ِة النِك ِ‬ ‫ً‬ ‫ار ‪َ ،‬ولَ ْي َ‬
‫س ْ‬
‫ت ش َْرطا فِي ِ‬ ‫ص ٌل فِي ْال َكفَا َءةِ ْال ُم ْعتَبَ َرةِ فِي النِك ِ‬
‫فَ ْ‬
‫)‪ (1‬فتحاالبارياّلبناحجرا(‪/92‬اا‪)649‬‬
‫عبْد‬
‫َ‬ ‫ْن‬‫ب‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ِير‬
‫ِ ينَ َ ُ َ‬ ‫س‬ ‫ْن‬
‫ب‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ع‬
‫ِ ِينَ َ ُ َ َّ‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫ا‬‫َّ‬ ‫ت‬‫ال‬ ‫ْ‬
‫ِن‬‫م‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ود‬ ‫ع‬
‫َ ْ ُ‬‫س‬ ‫م‬ ‫ْن‬
‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ر‬
‫َُ َ‬‫م‬ ‫ع‬ ‫ْن‬ ‫ب‬‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ع‬
‫َ ِلَ َ‬‫ق‬‫ُ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫كٌ‬ ‫َوقَدْ َجزَ َم ِبأ َ َّن اِ ْع ِت َبار ْال َكفَا َءة ُم ْخت َص ِبالد ِ َ ِ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ِين‬
‫سب ْال ُج ْم ُهور ‪،‬‬ ‫ْالعَ ِزيز ‪َ .‬وا ْعتَبَ َر ْال َكفَا َءة فِي النَّ َ‬
‫)‪ (94‬صحيحامسلما‪-‬ا(‪2‬ا‪/‬ا‪)9984‬‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫س ْه ٍم جميعا عن ال َولِي ِد قال بن مِ ْه َرانَ حدثنا ال َو ِليد ُ بن ُم ْسل ٍِم حدثنا‬ ‫ي َو ُم َح َّمد ُ بن عبد الرحمن بن َ‬ ‫الر ِاز ُّ‬
‫‪ 2276‬حدثنا محمد بن ِم ْه َرانَ َّ‬
‫طفَى ِكنَانَةَ من‬ ‫شدَّا ٍد أَنَّهُ سمع َواثِلَةَ بن األ ْسقَ ِع يقول سمعت َرسُو َل الل ِه صلى الله عليه وسلم يقول إِ َّن اللهَ ا ْ‬
‫ص َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ار َ‬‫ع َّم ٍ‬
‫اعِي عن أبي َ‬ ‫ْاأل َ ْوزَ ُّ‬
‫طفَانِي من بَنِي هَاش ٍِم‬ ‫ص َ‬
‫طفَى من قُ َر ْي ٍش بَنِي هَاش ٍِم َوا ْ‬ ‫ص َ‬ ‫طفَى قُ َر ْيشًا من ِكنَانَةَ َوا ْ‬ ‫ص َ‬‫َولَ ِد إسماعيل َوا ْ‬
‫)‪ (99‬شرحاالَنووياعلىامسلما(‪/9‬اا‪)299‬‬
‫س بِ ُك ْ‬
‫فءٍ‬ ‫مِن ْالعَ َرب لَ ْي َ‬ ‫ص َحابنَا َعلَى أَ َّن َ‬
‫غيْر قُ َريْش ْ‬ ‫طفَى ِكنَانَة ) إِلَى آخِ ره اِ ْستَدَ َّل بِ ِه أَ ْ‬ ‫سلَّ َم ‪ ( :‬إِ َّن اللَّه اِ ْ‬
‫ص َ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلَّى اللَّه َ‬
‫‪ - 4221‬قَ ْوله َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ش ْي ٌء َواحِ د ٌ ك َما َ‬
‫ص َّر َح بِ ِه فِي ال َحدِيث الصَّحِ يح َواللهُ أ ْعل ُم ‪.‬‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫غيْر بَنِي هَاشِم كفؤ ل ُه ْم إِال بَنِي ال ُمطلِب ‪ ،‬فإِن ُه ْم ه ْم َوبَنو هَاشِم َ‬ ‫لَ ُه ْم ‪َ ،‬و َال َ‬
‫)‪ (94‬سَنناابناماجها(‪/9‬اا‪)366‬‬
‫‪ - 1968‬حدثنا عبد الله بن سعيد ‪ .‬حدثنا الحارث بن عمران الجعفري عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة قالت ‪ - :‬قال رسول‬
‫الله صلى الله عليه و سلم ( تخيروا لنطفكم وانكحوا األكفاء وأنكحوا إليهم )‬
‫)‪ (96‬فتحاالباريا‪-‬اابناحجرا(‪/1‬اا‪)941‬‬
‫وقد ورد في الحكم الثالث حديث صريح أخرجه بن ماجة وصححه الحاكم من حديث عائشة مرفوعا تخيروا لنطفكم وانكحوا األكفاء‬
‫وأخرجه أبو نعيم من حديث عمر أيضا وفي إسناده مقال ويقوى أحد اإلسنادين باالخر‬
‫)‪(92‬سَنناالبيهقىا(‪/4‬اا‪)62‬‬
‫ع ْب ِد ْال َو َّها ِ‬
‫ب أ َ ْخبَ َرنَا َج ْعف َُر‬ ‫‪ -14115‬أ َ ْخبَ َرنَا أَبُو زَ ك َِريَّا ْب ُن أ َ ِبى إِ ْس َحاقَ ْال ُمزَ كِى أَ ْخبَ َرنَا أَبُو َ‬
‫ع ْب ِد اللَّ ِه ‪ُ :‬م َح َّمد ُ ْب ُن يَ ْعقُ َ‬
‫وب َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ بْنُ َ‬
‫ب‬ ‫سا ِ‬ ‫ت األَحْ َ‬ ‫ى اللَّهُ َ‬
‫ع ْنهُ ‪ :‬أل َ ْمنَ َع َّن ِلذَ َوا ِ‬ ‫ض َ‬ ‫ط ْل َحةَ قَالَ قَالَ ُ‬
‫ع َم ُر َر ِ‬ ‫ِيم ب ِْن ُم َح َّم ِد ب ِْن َ‬‫ع ْن ِإب َْراه َ‬‫ِيم َ‬ ‫ع ْن َ‬
‫س ْع ِد ب ِْن ِإب َْراه َ‬ ‫ع ْو ٍن أ َ ْخ َب َرنَا ِم ْس َع ٌر َ‬
‫بْنُ َ‬
‫َ‬ ‫َّ‬
‫فُ ُرو َج ُه َّن إِال مِنَ األ ْكفَاءِ ‪.‬‬
‫‪9‬‬
‫جامعااألحاديثا‪-‬ا(جا‪48‬ا‪/‬اصا‪)486‬‬
‫‪ -‬عن عمر قال ‪ :‬ألمنعن تزوج ذوات األحساب من النساء إال من األكفاء (عبد الرزاق ‪ ،‬وابن أبى شيبة ‪ ،‬والدارقطنى ‪ ،‬والبيهقى) [كنز‬
‫العمال ‪ ]45785‬أخرجه عبد الرزاق (‪ ، 152/6‬رقم ‪ ، )11124‬وابن أبى شيبة (‪ ، 52/4‬رقم ‪ ، )17712‬والدارقطنى (‪، )298/1‬‬
‫والبيهقى (‪ ، 111/7‬رقم ‪. )11541‬‬
‫)‪ (91‬سَنناالبيهقىا(‪/4‬اا‪)29‬‬
‫ار يَ ْعنِى‬‫ع َّم ٌ‬ ‫َ‬
‫ب َحدَّثنَا َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫وب َحدَّثنَا ُم َح َّمد ُ ْبن إِ ْس َحاقَ َحدَّثنَا أبُو ال َج َوا ِ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َّاس ‪ُ :‬م َح َّمد ُ ْبن يَ ْعق َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ع ْب ِد اللَّ ِه ال َحافِظ َحدَّثنَا أبُو العَب ِ‬
‫‪ -14141‬أ َ ْخ َب َرنَا أَبُو َ‬
‫سا َءكُ ْم َوالَ نَ ُؤ ُّمكُ ْم‪ .‬هَذَا‬
‫ب الَ نَ ْن ِك ُح نِ َ‬ ‫ش َر ْالعَ َر ِ‬
‫ض ْلت ُ ُمونَا بِ َها يَا َم ْع َ‬
‫س ْل َمانَ قَالَ ‪ :‬ثِ ْنت َانَ فَ َ‬
‫ع ْن َ‬ ‫ع ْن أ َ ْو ِس ب ِْن َ‬
‫ض ْمعَجٍ َ‬ ‫ع ْن أَبِى إِ ْس َحاقَ َ‬ ‫ق َ‬ ‫ابْنَ ُرزَ ْي ٍ‬
‫وف‪.‬‬
‫َْ ٌ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬‫و‬ ‫م‬ ‫ُ‬ ‫ظ‬‫و‬ ‫ه َُو ْال َمحْ فُ‬
‫مجمعاالزوائداومَنبعاالفوائدا‪.‬امحققا(‪/2‬اا‪)699‬‬
‫‪ -7447‬وعن سلمان الفارسي قال‪ :‬نهانا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن ننكح نساء العرب‪ .‬رواه الطبراني في األوسط‪-7448 .‬‬
‫وله في الكبير‪ :‬نفضلكم بفضل رسول الله صلى الله عليه وسلم ‪ -‬يعني العرب ‪ -‬ال ننكح نساءكم‪.‬ورجال الكبير ثقات وفي إسناد األوسط‬
‫السري بن إسماعيل وهو متروك‪.‬‬
‫)‪ (93‬فتحاالباريا‪-‬اابناحجرا(‪/1‬اا‪)964‬‬
‫وقال أبو حنيفة قريش أكفاء بعضهم بعضا والعرب كذلك وليس أحد من العرب كفأ لقريش كما ليس أحد من غير العرب كفأ للعرب‬
‫وهو وجه للشافعية والصحيح ت قديم بني هاشم والمطلب على غيرهم ومن عدا هؤالء أكفاء بعضهم لبعض‬
‫)‪ (99‬الشرحاالكبيراّلبناقدامةا(‪/9‬اا‪)234‬‬
‫( الخامس) كون الرجل كفؤا لها في احدي الروايتين فلو رضيت المرأة واالولياء بغيره لم يصح) اختلفت الرواية عن أحمد في اشتراط‬
‫الكفاءة لصحة النكاح فروي عنه انها شراط فانه قال إذا تزوج المولى العربية فرق بينهما وهذا قول سفيان‬
‫فتحاالباريا‪-‬اابناحجرا(‪/1‬اا‪)964‬‬
‫وقال الثوري إذا نكح المولى العربية يفسخ النكاح وبه قال أحمد‬
‫)‪ (98‬مصَنفاابناأبْاشيبةا(‪/2‬اا‪)16‬‬
‫‪ - 17716‬حدثنا يحيى بن آدم قال نا حسن قال سألت بن أبي ليلى عن الكفو في النكاح فقال في الدين والمنصب قال قلت في المال قال‬
‫ال‬
‫سَنناالدارقطَنْا(‪/6‬اا‪)411‬‬
‫‪ - 211‬نا الحسين نا إسحاق قال سألت وكيعا عن الكفؤ فقال حدثني الحسن بن صالح عن بن أبي ليلى قال الكفؤ في الدين والمنصب‬
‫قال وكيع سمعت أبا حنيفة يقول ‪ :‬الكفؤ في الدين والمنصب والمال‬
‫)‪ (91‬الفتاوىاالحديثيةاّلبناحجراالهيتمْا(ص‪:‬ا‪)691‬‬
‫" لكل بني أم عصبة إال بني قاطمة فأنا وليهما وعصبتهما " فخص االنتساب والتعصيب بهما دون أختيهما ولهذا جرى الخلف كالسلف‬
‫على أن ابن الشريفة من غير شريف غير شريف ولو عمت الخصوصية أن كل ابن شريفة شريف تحرم عليه الصدقة وليس كذلك ‪،‬‬
‫وال يختص ذلك بالحسن والحسين إال نحصار األمر فيهما وإال لو فرض إدخال زينب وأهقبت ذكرا كان مثلها وإن لم يكن أبوه شريفا‬
‫هاشميا ألن الشرف لم يأت إليهما إال من جهته صلى الله عليه وسلم ال غيره ‪ .‬واعلم أن اسم الشريف كان يطلق في الصدر األول‬
‫ععلى من كان من أهل البيت ولو عباسيا أو عقيليا ‪ ،‬زمنه قول المؤرخ الشريف العباسي والشريف الزينبي ؛ فلما ولي الفاطميون‬
‫بمصر قصروا الشرف على ذرية الحسن والحسين فقط واستمر ذلك إلى اآلن ‪.‬‬
‫التيسيرابشرحاالجامعاالصغيرا‪-‬ا(‪4‬ا‪/‬ا‪)494‬‬
‫وقال ك صحيح فقال الذهبي بل فيه لين ( كل بني أم ينتمون إلى عصبة إال ولد فاطمة فأنا وليهم وأنا عصبتهم ) ومن خصائصه أن‬
‫أوالد بناته ينسبون إليه بخَلف غيره وأوالد بنات بناته ال يشاركون أوالد الحسنين في االنتساب إليه وإن كانوا من ذريته ( طب عن‬
‫فاطمة الزهراء ) ‪ +‬بإسناد ضعيف ‪ +‬ووهم المؤلف ( كل بني أنثى فإن عصبتهم ألبيهم ما خَل ولد فاطمة فإني أنا عصبتهم وأنا أبوهم‬
‫) انظر كيف خص التعصيب بأوالدها دون أختيها ولذلك ذهب جمع إلى أن ابن الشريفة غير شريف إذا لم يكن أبوه شريفا ً‬
‫)‪ (44‬المعجماالكبيراللطبرانْا‪-‬ا(جا‪6‬ا‪/‬اصا‪(96‬‬
‫ع ِن ْال ُم ْست َظِ ِل بن‬ ‫ب بن غ َْرقَدَة َ ‪َ ،‬‬ ‫ع ْب ِد اللَّ ِه ‪َ ،‬‬
‫ع ْن َ‬
‫شبِي ِ‬ ‫ي ‪َ ،‬حدَّثَنَا بِ ْش ُر بن مِ ْه َرانَ ‪َ ،‬حدَّثَنَا ش َِريكُ بن َ‬ ‫‪َ 2565-‬حدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ بن زَ ك َِريَّا ْالغََلبِ ُّ‬
‫ص َبت َ ُه ْم أل َ ِبي ِه ْم‬ ‫سلَّ َم ‪َ ،‬يقُو ُل ‪ " :‬كُلُّ بني أ ُ ْنثَى فَإ ِ َّن َ‬
‫ع َ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫س ِم ْعتُ َرسُولَ اللَّ ِه َ‬
‫ع ْنهُ ‪ ،‬قَالَ ‪َ :‬‬‫ي اللَّهُ ت َ َعالَى َ‬ ‫ض َ‬
‫ع َم َر َر ِ‬ ‫ع ْن ُ‬ ‫صي ٍْن ‪َ ،‬‬
‫ُح َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫صبَت َ ُه ْم ‪َ ،‬وأنَا أبُوهُ ْم‪".‬‬ ‫َ‬
‫‪َ ،‬ما خََل َولَد َ فَاطِ َمةَ فَإِنِي أنَا َ‬
‫ع َ‬
‫المقاصداالحسَنةاالسخاوي‪-‬ا(جا‪9‬ا‪/‬اصا‪)994‬‬
‫حديث‪ :‬كل بني آدم ينتمون إلى عصبة أبيهم إال ولد فاطمة فإني أنا أبوهم وأنا عصبتهم‪ ،‬الطبراني في الكبير من طريق عثمان بن أب ي‬
‫شيبة عن جرير عن شيبة بن نعامة عن فاطمة ابنة الحسين عن جدتها فاطمة الكبرى به مرفوعاً‪ ،‬وكذا أخرجه أبو يعلى ومن طريقه‬
‫الديلمي في مسنده عن عثمان بن أبي شيبة بلفظ‪ :‬لكل بني آدم عصبة ينتمون إليه إال ولدي فاطمة فأنا وليهما وعصبتهما‪ ،‬ولم ينفرد به‬
‫ابن أبي شيبة بل رواه الخطيب في تاريخه من طريق محمد ابن أحمد بن يزيد بن أبي العوام حدثنا أبي حدثنا جرير بلفظ‪ :‬كل بني آدم‬
‫ينتمون إلى عصبتهم إال ولد فاطمة فإني أنا أبوهم وأنا عصبتهم‪ ،‬ومن طريق حسين األشقر عن جرير بنحوه ولكن شيبة ضعيف‪،‬‬
‫ورواية فاطمة عن جدتها مرسلة‪ ،‬ولكن له شاهد عند الطبراني في ترجمة الحسن من الكبير أيضا ً من طريق يحيى بن العَلء الرازي‬
‫عن جعفر بن محمد عن أبيه عن جابر مرفوعا ً‪ :‬إن الله جعفر ذرية كل نبي في صله وإن الله جعل ذريتي في صلب علي‪ ،‬ويروى‬
‫‪11‬‬
‫أيضا ً عن ابن باس كما كتبته في ارتقاء الغرف وبعضها يقوي بعضا ً وقول ابن الجوزي في العلل المتناهية‪ :‬إنه ال يصح ليس بجيد‪،‬‬
‫و فيه دليل الختصاصه صلى الله عليه وسلم بذلك كما أوضحته في بعض األجوبة بل وفي مصنفي في أهل البيت‪.‬‬
‫)‪ (49‬سَنناالبيهقىا‪-‬ا(جا‪4‬ا‪/‬اصا‪)942‬‬
‫ب‬‫س ٍد َحدَّثَنَا ُو َه ْي ُ‬ ‫ى بْنُ ُخزَ ْي َمةَ َحدَّثَنَا ُم َعلَّى ْب ُن أ َ َ‬ ‫ُّ‬ ‫َّر‬
‫ِ‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ث‬ ‫َّ‬ ‫د‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ق‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ص‬
‫ْ‬ ‫ع‬‫ِ‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫م‬ ‫ِي‬
‫ه‬
‫َِ َ ُ‬ ‫ا‬‫ْر‬‫ب‬‫إ‬ ‫و‬ ‫وب‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬‫ع‬‫ْ‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫س ُن‬ ‫ع ْبدِاللَّ ِه ْال َحافِظُ َحدَّثَنَا ْال َح َ‬ ‫‪ -‬أ َ ْخبَ َرنَا أَبُو َ‬
‫وب َحدَّثَنَا‬ ‫َّاس ‪ُ :‬م َح َّمد ُ ْب ُن يَ ْعقُ َ‬ ‫ع ْب ِد اللَّ ِه ْال َحافِظُ َحدَّثَنَا أَبُو ْالعَب ِ‬ ‫سي ِْن ح َوأ َ ْخبَ َرنَا أَبُو َ‬ ‫عل ِِى ْب ِن ْال ُح َ‬ ‫ع ْن َ‬ ‫ع ْن أَبِي ِه َ‬ ‫ع ْن َج ْعف َِر ب ِْن ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ْب ُن خَا ِل ٍد َ‬
‫َّ‬ ‫ْ‬
‫سي ِْن قَا َل ‪ :‬لَ َّما تَزَ َّو َج عُ َم ُر بْنُ ال َخطا ِ‬
‫ب‬ ‫ْ‬
‫عل ِِى ب ِْن ال ُح َ‬ ‫َ‬
‫ع ْن أبِي ِه َ‬ ‫َ‬
‫ع ِن اب ِْن إِ ْس َحاقَ َحدَّثَنِى أبُو َج ْعف ٍَر َ‬ ‫س ْب ُن بُ َكي ٍْر َ‬ ‫َّار َحدَّثَنَا يُونُ ُ‬ ‫ْ‬
‫ع ْب ِد ال َجب ِ‬ ‫أ َ ْح َمد ُ بْنُ َ‬
‫اج ِرينَ‬ ‫سو ِل اللَّ ِه ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪َ -‬بيْنَ ْالقَب ِْر َو ْال ِم ْن َب ِر ل ِْل ُم َه ِ‬ ‫سا فِى َمس ِْج ِد َر ُ‬ ‫ع ْن ُه ْم أَت َى َمجْ ِل ً‬ ‫ى اللَّهُ َ‬ ‫ض َ‬ ‫عل ٍِى َر ِ‬ ‫وم ِب ْنتَ َ‬ ‫ع ْنهُ أ ُ َّم كُ ْلث ُ ٍ‬‫ى اللَّهُ َ‬‫ض َ‬ ‫َر ِ‬
‫س ِم ْعتُ َرسُولَ الل ِه ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪-‬‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫يج َها إِال أنِى َ‬ ‫عانِى إِلى ت َْز ِو ِ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ع ْوا لهُ بِالبَ َر َكةِ‪ .‬فَقَا َل ‪ :‬أ َما َوالل ِه َما دَ َ‬ ‫َ‬ ‫غي ُْرهُ ْم فَدَ َ‬ ‫ِس فِي ِه َ‬ ‫لَ ْم يَكُ ْن يَ ْجل ُ‬
‫مِن‬‫ى ْ‬ ‫س ٌن َوقَدْ ُر ِو َ‬ ‫س ٌل َح َ‬ ‫ث اب ِْن ِإ ْس َحاقَ َوه َُو ُم ْر َ‬ ‫س ِبى »‪ .‬لَ ْفظُ َحدِي ِ‬ ‫س َب ِبى َونَ َ‬ ‫ب ُم ْنقَ ِط ٌع َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ِإالَّ َما َكانَ م ِْن َ‬ ‫س ٍ‬ ‫ب َونَ َ‬ ‫س َب ٍ‬ ‫َيقُو ُل ‪ «:‬كُ ُّل َ‬
‫سَل‪ً.‬‬
‫صوال َو ُم ْر َ‬‫ً‬ ‫أ َ ْو ُج ٍه أُخ ََر َم ْو ُ‬
‫)‪ (44‬تحفةاالمحتاجافْاشرحاالمَنهاجا(‪/64‬اا‪)948‬‬
‫ب كَ َما َيأ ْتِي‬ ‫ر‬
‫ََ ِ‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ْ‬
‫مِن‬ ‫ف‬
‫ِينَ‬ ‫َ‬
‫ط‬ ‫ص‬
‫ْ‬ ‫م‬
‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫"‬ ‫َ‬ ‫ة‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ك‬‫ِ‬ ‫"‬ ‫ْ‬
‫ِن‬ ‫م‬ ‫ًا‬ ‫ش‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ر‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫َى‬ ‫ف‬‫ط‬‫َ‬ ‫ص‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ع‬‫َ‬
‫َ َ‬‫ت‬ ‫ه‬ ‫َّ‬ ‫ل‬‫ال‬ ‫ن‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫أل‬ ‫ِ‬ ‫ة‬
‫ٍ‬ ‫ي‬
‫َّ‬ ‫ش‬
‫ِ‬ ‫ي كُف ُ َؤ قُ َر‬ ‫ب ( قُ َر ِشيَّةً ) أ َ ْ‬ ‫غي ُْر قُ َرشِي ٍ ) م ِْن ْال َع َر ِ‬ ‫( َو َال َ‬
‫طفَى ْ‬
‫مِن‬ ‫ص َ‬ ‫مِن ِكنَانَةَ قُ َر ْيشًا َوا ْ‬ ‫طفَى ْ‬ ‫ص َ‬ ‫ب ِكنَانَةَ َوا ْ‬ ‫ْ‬
‫طفَى م ِْن العَ َر ِ‬ ‫ص َ‬
‫إن اللهَ ا ْ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫غي ُْر هَاشِمِي ٍ َو ُمط ِلبِي ٍ ) كُفُؤًا ( لَ ُه َما ) ِل َخبَ ِر ُم ْسل ٍِم { َّ‬ ‫( َو َال َ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬
‫غي ُْره ْم مِن بَ ِقيَّ ِة بَنِي هَاش ٍِم‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َان نَعَ ْم أ ْوالد ُ فاطِ َمة ِمن ُه ْم ال يُكَافِئ ُه ْم َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬
‫ش ْي ٌء َواحِ د ف ُه َما ُمتكَافِئ ِ‬ ‫ب َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ص َّح َخبَ ُر نَ ْحن َوبَنو ال ُمط ِل ِ‬ ‫قُ َري ٍْش بَنِي هَاش ٍِم } َو َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫علَى َما َقالَ أنَّ ُه ْم أ ْكفَا ٌء‬ ‫ص َّر ُحوا بِ ِه َوبِ ِه ي َُردُّ َ‬ ‫غ ْي ِرهَا َك َما َ‬ ‫ْ‬
‫سبُونَ إلَ ْي ِه فِي ال َكفَا َءةِ َو َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سل َم أ َّن أ ْو َالدَ بَنَاتِ ِه يُ ْن َ‬‫َّ‬ ‫صلَّى اللهُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫َّ‬ ‫ِص ِه َ‬‫صائ ِ‬ ‫ِأل َ َّن م ِْن َخ َ‬
‫عا ٌّم فِي ِه ْم‬ ‫ْ‬
‫ب ال َم ْعد ِِن َوه َُو َ‬ ‫َ‬
‫على طيِ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ار ث َّم َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ِْل َما َم ِة العُظ َمى بِأن ال َمدَ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫اب َويُف ََّر ُق بَيْنَ َهذا َوا ْست َِوا ِء ق َري ٍْش ك ِل ِه ْم بِالنِ ْسبَ ِة ل ِ‬ ‫ص َح ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫لَ ُه ْم َك َما أ َ ْ‬
‫طلَقَهُ األ ْ‬
‫ش َرفِ ْال ُم ْقت َِضي‬ ‫علَى ال َّ‬ ‫َوهُنَا َ‬
‫)‪ (46‬بغيةاالمسترشدينا(ص‪:‬ا‪)261‬‬
‫(مسألة) ‪ :‬شريفة علوية خطبها غير شريف فَل أرى جواز النكاح وإن رضيت ورضي وليها ‪ ،‬ألن هذا النسب الشريف الصحيح ال‬
‫يسامى وال يرام ‪ ،‬ولكل من بني الزهراء فيه حق قريبهم وبعيدهم ‪ ،‬وأتى بجمعهم ورضاهم ‪ ،‬وقد وقع أنه تزوج بمكة المشرفة عربي‬
‫بشريفة ‪ ،‬فقام عليه جميع السادة هناك وساعدهم العلماء على ذلك وهتكوه حتى إنهم أرادوا الفتك به حتى فارقها ‪ ،‬ووقع مثل ذلك في‬
‫بلد أخرى ‪ ،‬وقام األشراف وصنفوا في عدم جواز ذلك حتى نزعوها منه غيرة على هذا النسب أن يستخف به ويمتهن ‪ ،‬وإن قال الفقهاء‬
‫إنه يصح برضاها ورضا وليها فلسلفنا رضوان الله عليهم اختيارات يعجز الفقيه عن إدراك أسرارها ‪ ،‬فسلَّم تسلم وتغنم ‪ ،‬وال تعترض‬
‫فتخسر وتندم‪ .‬وفي ي المتقدم ما يومىء إلى ما أشرنا إليه من اتباع السلف ‪ ،‬إذ هم األسوة لنا والقدوة ‪ ،‬وفيهم الفقهاء بل المجتهدون‬
‫واألولياء بل األقطاب ‪ ،‬ولم يبلغنا فيما بلغنا أنه قد تجرأ غيرهم ممن هو دونهم في النسب أو لم تتحقق نسبته على التزوج بأحد من‬
‫بناتهم قط ‪ ،‬اللهم إال إن تحققت المفسدة بعدم التزويج فيباح ذلك للضرورة ‪ ،‬كأكل الميتة للمضطر ‪ ،‬وأعني بالمفسدة خوف الزنا ‪ ،‬أو‬
‫اقتحام الفجرة أو التهمة ولم يوجد هناك من يحصنها ‪ ،‬أو لم يرغب من أبناء جنسها ارتكابا ً ألهون الشرين وأخف المفسدتين ‪ ،‬بل قد‬
‫يجب ذلك من نحو الحاكم بغير الكفء كما في التحفة‪.‬‬
‫)‪ (42‬الكافْافْافقهاابناحَنبلا(‪/6‬اا‪(99‬‬
‫وفي الكفاءة روايتان ‪ :‬إحداهما ‪ :‬هي شرط لصحة النكاح فإذا فاتت لم يصح وإن رضوا به لما روى الدارقطني بإسناده عن جابر قال‬
‫‪ :‬قال النبي صلى الله عليه و سلم ‪ [ :‬ال ينكح النساء إال األكفاء وال يزوجهن إال األولياء ] وقال عمر ‪ :‬ألمنعن فروج ذوي األحساب‬
‫إال من األكفاء وألنه تصرف يتضرر به من لم يرض به فلم يصح كما لو زوجها وليها بغير رضاها والثانية ‪ :‬ليست شرطا ألن النبي‬
‫صلى الله عليه و سلم زوج زيدا مواله ابنة عمته زينب بنت جحش وزوج أسامة فاطمة بنت قيس الفهرية القرشية رواه مسلم وقال‬
‫عائشة ‪ :‬إن أبا حذيفة تبنى سالما وأنكحه ابنة أخيه هند بنت الوليد بن عتبة بن ربيعة أخرجه البخاري لكن إن لم ترض المرأة ولم يرض‬
‫بعض األولياء ففيه روايتان ‪ :‬إحداهما ‪ :‬العقد باطل ألن الكفاءة حقهم تصرف فيه بغير رضاهم فلم يصح كتصرف الفضولي والثانية‬
‫‪ :‬يصح ولمن لم يرض الفسخ فلو زوج األب بغير الكفء فرضيت البنت كان لألخوة الفسخ ألنه ولي في حال يلحقه العار بفقد الكفاءة‬
‫فملك الفسخ كالمتساويين‬
‫الشرحاالكبيراّلبناقدامةا(‪/9‬اا‪(234‬‬
‫)الخامس) كون الرجل كفؤا لها في احدي الروايتين فلو رضيت المرأة واالولياء بغيره لم يصح) اختلفت الرواية عن أحمد في اشتراط‬
‫الكفاءة لصحة النكاح فروي عنه انها شراط فانه قال إذا تزوج المولى العربية فرق بينهما وهذا قول سفيان قال احمد في الرجل يشرب‬
‫الشراب ما هو بكف ء لها يفرق بينهما وقال لو كان المتزوج حائكا فرقت بينهما لقول عمر رضي الله عنه المنعن تزويج ذوات‬
‫االحساب االمن االكفاء رواه الخَلل باسناده وعن أبي اسحاق الهمداني قال خرج سلمان وجرير في سفر فأقيمت الصَلة فقال جرير‬
‫لسلمان تقدم فقال سلمان بل انت تقدم فانكم معشر العرب ال نتقدم في صَلتكم وال تنكح نساءكم ان الله فضلكم علينا بمحمد صلى الله‬
‫عليه وسلم وجعله فيكم والن التزويج مع فقد الكفاءة تصرف في حق من يحدث في االولياء بغير اذنه فلم يصح كما لو زوجها بغير‬
‫اذنها وقد روي الدارقطني عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ((ال تنكحوهن إال االكفا ء وال يزوجهن إال االولياء) إال أن ابن عبد البر‬
‫قال‪ :‬هذا ضعيف ال أصل له وال يحتج بمثله‪ ،‬ولو رضيت المرأة واالولياء بغير كف لم يصح النكاح لفوات شرط وهذا اختيار الخرقي‬
‫وإذا اقلنا باشتراطها فانما يعتبر جودها حال العقد فان عدمت بعده يبطل النكاح فان كانت معدومة حال العقد فهو فاسد حكمه حكم العقود‬
‫الفاسدة على ما نذكره إن شاء الله تعالى (والثانية) ليست شرطا في النكاح وهي أصح‪ ،‬وهو قول أكثر أهل العلم روى نحوه عن عمر‬
‫وابن مسعود وعمر بن عبد العزيز وعبيد بن عمير وحماد بن أبي سليمان وابى سبرين وابن عون ومالك والشافعي وأصحاب الرأي‬
‫لقول الله تعالى (إن أكرمكم عند الله أتقاكم) وقالت عائشة ان أبا حذيفة ابن عتبة بن ربيعة تبني سالما وأنكحه ابنة أخيه هند ابنة الوليد‬

‫‪11‬‬
‫بن عتبة وهو مولى المرأة من االنصار‪ ،‬أخرجه البخاري وأمر النبي صلى الله عليه وسلم فاطمة بنت قيس أن تنكح أسامة بن زيد‬
‫مو اله فنكحها بأمره متفق عليه وزوج زيد بن حارثة ابنة عمه زينب بنت جحش االسدية‪ ،‬وقال ابن مسعود الخيه أنشدك الله أن ال‬
‫تزوج إال مسلما وإن كان أحمر روميا أو أسود حبشيا والن الكفاءة ال تخرج عن كونها حقا للمرأة أو لَلولياء أولهما فلم يشترط وجودها‬
‫كالسَلمة من العيو ب وروي أن أبا هند حجم النبي صلى الله عليه وسلم في اليافوخ فقال النبي صلى الله عليه وسلم (يا بني بياضة‬
‫انكحوا أبا هند وانكحوا إليه) رواه أبو داود إال أن أحمد ضعفه وأنكره إنكارا شديدا‪.‬‬

‫‪12‬‬

Anda mungkin juga menyukai