Alan Bab 1 S.D 3
Alan Bab 1 S.D 3
PENDAHULUAN
Hak anak merupakan salah satu issu Hak Asasi Manusia (HAM) yang
khusus pemerintah dan masyarakat indonesia. Sangat banyak saat ini kondisi ideal
yang butuhkan guna melindunngi hak-hak anak Indonesia, tapi sayangnya kondisi
edal itu tidak mampu diwujudkan oleh negara dalam hal ini pemerintah Republik
Indonesia.
Berbagai ikhtiar diupayakan demi melindungi hak-hak anak, dan salah satu
bentuk perlindungan itu tidak lain pengangkatan anak. Dimana salah satu sisi
terus dicegah pelaksanaannya, namun pada sisi lainnya diharapkan bisa menjadi
tidak bisa dinafikan oleh semua elemen masyarakat dimana mereka diarahkan dan
dibimbing kehidupannya oleh orang tuanya atau walinya sampai mereka dewasa
kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas anak itu. Sejak anak masih dalam kandungan maka segala
1
yang berhubungan akan hak-hak anak tersebut sekaligus merupakan Hak Asasi
Manusia yang perlu dilindungi oleh hukum. Hal ini pun dipertegas oleh
terindah dalam kehidupan setiap orang, namun tidak semua keluarga memiliki
nikmat dan amanah itu terutama sosok anak kandung. Sederet faktor menjadi
penyebab banyak keluarga dalam satu ikatan bernikahan yang belum dikaruniai
anak atau keturunan. Berbagai alasan muncul misalnya karena alasan medis,
faktor usia pasangan suami istri, atau bahkan faktor rejeki yang belum diberikan
Allah untuk memiliki sang buah hati. Fakta adanya keluarga yang belum
dikaruniai anak itu tentu memilih untuk melakukan mengangkat anak dimana hal
itu merupakan salah satu solusi jalan terbaik bagi keluarga. Mengangkat anak
pengangkatan anak yang akhirnya akan memperoleh hubungan hukum yang baru.
Dimana jelas dalam undang-undang telah disebutkan tentang syarat dan proses
1
Nashriana, 2012, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Penerbit. PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 3.
2
Mutasir, 2017 “Dampak Hukum Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Desa Terantang
Kec.Tambang Kabupaten Kampar Ditinjau Dari Hukum Islam”, Jurnal: Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Edisi Desember, Vol. 41 No. 2, hlm. 174.
2
Pengangkatan anak secara umum berdasarkan hukum merupakan
keseluruhan dan dilakukan menurut aturan setempat agar sah. Jadi orangtua
kandung sudah lepas tangan terhadap anak itu, dan tanggung jawab beralih kepada
orang yang mengangkatnya. Disini orangtua kandung tidak serta merta lepas
tangan, hanya saja masih akan tetap memiliki hubungan dengan anaknya. Dalam
dibidang nasab, wali mawali dan mewaris. Pengangkatan anak dalam hukum
pengangkatan anak ini hanya bersifat pengasuhan, pemberian kasih sayang dan
pemberian pendidikan.
anak dari lingkungan kekuasaan orangtua, wali yang sah atau orang lain yang
anak yang dilakukan oleh beberapa pasang suami isteri bukan hanya berasal dari
anak yatim piatu saja, ada juga yang melakukan pengangkatan anak terhadap
3
anak-anak di kalangan keluarga. Dan timbul hubungan hukum antara orang tua
angkat dengan anak angkat, sama dengan hubungan orangtua dengan anak
kandung. Jumlah anak yang diangkat tidak terbatas, sesuai dengan kemampuan
tersebut.
pengasuhan anak dengan masksud agar seorang anak tidak terlantar, menderita
proses hukum dan ketentuan hukum yang berlaku, yang telah ditetapkan dalam
suatu peraturan tertentu. Pengangkatan anak hanya dapat dibenarkan oleh hukum
3
Dikky Fatrin, 2015, “Akibat Hukum Pengangkatan Anak melalui Prosedur Adopsi
diluar Putusan Pengadilan Ditinjau dari Prespektif Anak dan Orang Tua Angkat (Studi Kasus
Panti Asuhan Palembang)”, SKRIPSI: Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
4
Muderis Zaini, 2002, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum. Jakarta: Sinar
Grafika, hlm. 54.
4
4. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan
terhadap anak angkatnya.
melahirkan peristiwa hukum baru yang hal ini tentu dipengaruhi oleh minimnya
proses adopsi dinilai banyak pihak cukup menyita biaya dan waktu untuk
prosesnya, lebih-lebih bagi orang tua angkat yang memiliki keterbatasan dari sisi
pembiayaan.
Tata cara adopsi anak sebenarnya sudah diatur dalam ketentuan Undang-
anak tidak memenuhi prosedur bahkan ada yang tidak memperhatikan hak-hak
terlantar mendapatkan pemenuhan hak seperti yang terdapat dalam Pasal 52 ayat
(1) Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, yang
menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua,
penulis tesis ini, penulis mengkaji seputar pengangkatan anak dengan judul
5
PENGANGKATAN ANAK TANPA MELALUI PENGADILAN DALAM
prespektif HAM?
sebagai berikut:
manfaat untuk:
6
1. Sumbangsih pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada
Sementara disisi praktis, penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat
bermanfaat:
1. Salah satu syarat mutlat untuk memperoleh gelar Pasca Sarjana ilmu
peraturan perundang-undangan.
hukum Islam tidak mengenal pengangkatan anak dalam arti menjadi anak
7
Surat Al-Ahzab ayat 4,5,37, dan 40. Hal ini kelak berkaitan dengan akibat
tidak termasuk ahli waris begitu juga sebaliknya, yang besarnya adalah 1/3
perundang-undangan termasuk di
8
perundangundangan tentang perlindungan anak dan undang-undang
hukum.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
Machtstaat dan Rechtsta- at, namun yang urgens ialah konsep tentang suatu
daan klasik diantara kedua rezim hukum ini, merupakan salah satu masalah
perbedaan pendapat yang terdapat dalam hukum dan negara, masalah substansi
dan prosedural, hukum dan keadilan, membuat konsep Rule of Law (aturan
pedoman untuk menyatukan teori- teori yang sangat berbeda. Terhadap masalah
5
lmer B. Flores, 2013, Law, Liberty and the Rule of Law (in a Constitutional
Democracy), Georgetown Public Law and Legal Theory Research Paper No. 12-161, page. 78.
10
stretching from political sloganeering to the protection of individual rights
from the power of government”.6
menegaskan adanya negara hukum yang tentu menjamin tinggi supremasi hukum
itu sendiri, yang terefleksi dalam penegakan hukum (enforcement of law) dan
1945.7
merupakan aspirasi dari para pendiri Negara Republik Indonesia. Hal itu nampak
nyata bila kita membaca pokok-pokok pikiran yang termuat dalam pembukaan
lain bahwa Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat),
11
Negara hukum berkaitan dengan jaminan perlindungan hukum terhadap
pemerintahan adalah :9
b. Perlindungan hak asasi (grondrechten), yaitu hak klasik dan hak sosial.
ketentuan yang berlaku dapat ditaati. Penegakan hukum secara konkret adalah
tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur
9
Titik Triwulan T, Kombes Ismu Gunadi Widodo, 2011, Hukum Tata Usaha Negara Dan
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Tata Usaha Negara Indonesia: Kencana Prenada
Media Group, Jakarta. hal, 13-14.
10
Fenty U. Puluhulawa, 2013, Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Perspektif
Hukum, Penerbit. Interpena Yogyakarta, hlm. 65.
12
Roscoe Pound, maka LaFavre menyatakan, bahwa pada hakikatnya diskresi
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan karsa yang
merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur dari
dan menakutkan anak. Anak yang menjadi korban kekerasan menderita kerugian,
tidak saja bersifat material, tetapi juga ebrsifat inmaterial seperti goncangan
11
Soerjono Soekanto, 2013, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Penerbit. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta.hlm. 7.
12
Fence M. Wantu, 2011, Idee Des Recht, Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan
(Implementasi Dalam Proses peradilan Perdata ) Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 5.
13
Soerjono Soekanto, op cit., hlm 9.
13
emosional dan psikologis yang dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan
anak.14
Anak sangat perlu dilindungi dari berbagai bentuk kejahatan yang dapat
diperlukan adanya peraturan yang dapat melindungi anak dari berbagai bentuk
kejahatan.
14
Maidin Gultom, 2013, Perlindungan terhadap Anak dan Perempuan”, Penerbit: Refika
Aditama, Bandung, hlm. 1.
15
H.R Abdussalam dan Andri Desasfuryanto, 2014, Hukum Perlindungan Anak, Penerbit.
PTIK Jakarta, hlm.11.
14
2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang, Pasal 1 ayat (2)
bahwa Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
Manusia (HAM), perlindungan yang diberikan kepada anak terdapat pada Pasal
kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, perdagangan anak, serta dari berbagai
tulisannya mengemukakan bahwa hak asasi manusia adalah suatu deklarasi yang
15
dirumuskan oleh PBB pada tahun 1946, dimana pernyataan ini meliputi
kebebasan yang fundamental untuk setiap orang baik laki-laki dan perempuan
tanpa adanya diskriminasi. Pada hakekatnya HAM telah ada sejak seorang
manusia masih berada dalam kandungan ibunya hingga lahir dan sepanjang
Hak asasi merupakan hak dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh
manusia sejak lahir, tanpa memandang ras, jenis kelamin, warna kulit, dan agama.
Dapat dikatakan, bahwa hak asasi manusi merupakan hak dasar atau hak pokok
secara kodrati melekat pada diri setiap orang, yang memiliki sifat asasi dan
universal. Konsekwensi dari hak tersebut, maka setiap orang memiliki hak untuk
manusia. Hak asasi manusia, ada bukan disebabkan oleh masyarakat dan kebaikan
dari negara, melainkan atas dasar martabatnya sebagai manusia. Pengakuan atas
keberadaan manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
16
Lusiana Margaleth Tijow, 2017, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEREMPUAN
KORBAN JANJI KAWIN, Malang, Inteligensia Media, hlm 17.
17
Jimly Asshiddiqie dan Hafid Abbas, 2015, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia, Cetakan ke- 5, Kharisma Putra Utama, Jakarta, hlm. 1.
16
Berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa hak asasi manusia bukan
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia memperoleh hak
kebebasan untuk menyatakan cipta, karsa dan rasa dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
dasar yang melekat pada jati diri manusia secara kodrati dan secara universal serta
kesejahteraan, dan hak untuk maju sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
tidak boleh diabaikan atau dirampas. Di samping hak dasar tersebut mempunyai
hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupan dalam
masyarakat.
merupakan hak dasar yang melekat pada manusia, baik secara kodrati maupun
gugat. Selain memiliki hak dasar tersebut juga memiliki hak dan kewajiban yang
18
M. Ali Zaidan, 2015, Menuju Perubahan Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
259.
17
prinsip yang terdapat di hampir semua perjanjian internasional dan diaplikasikan
ke dalam hak-hak yang lebih luas, yaitu pertama prinsip kesetaraan, merupakan
Hal yang sangat fundamental dari hak asasi manusia kontemporer adalahide yang
meletakkan semua orang terlahir bebas dan memiliki kesetaraan dalam hak asasi
seharusnya tidak ada perlakuan yang diskriminatif (selain tindakan afirmatif yang
dimana menurut hukum hak asasi manusia internasional, suatu negara tidak boleh
HAM merupakan hak asasi yang integral yang diberikan oleh Allah untuk
manusia yang patut untuk dihormati dan dilindungi. Konsep hak asasi yang
bersumber pada pancasila mengakui hak-hak yang langsung diberikan Tuhan yang
esa kepada manusia sebagai hak yang kodrat dan menghormati harkat dan
martabat manusia sekaligus sebagai makhluk sosial dan makhluk pribadi. Hal
tersebut di atas juga hampir sama dengan apa yang dikemukakan John Locke yang
menyatakan bahwa manusia dalam hukum alam adalah bebas dan sederajat,
19
Lusiana Margaleth Tijow, Op., Cit hlm 24.
20
Ibid.
18
mempunai hak-hak almiah yag tidak dapat diserahkan (atau bahkan diambil) oleh
masing individu tetap memiliki hak prerogatif fundamental yang didapat dari
alam. Hak tersebut merupakan bagian tak terpisahkan sebagai bagian utuh dari
memeperkuat premis tentang kekuatan hak asasi bagi perempuan yang didapat
dari alam sebagai hak yang harus dihargai dan dijamin oleh Negara.
Piagam hak asasi manusia, yang antara lain berisi ; hak untuk hidup, hak
Lebih jauh dijelaskan Lusiana Margaleth Tijow bahwa Semua hak alami
manusia yang diatas semuanya ada dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998 dan
terdapat juga dalam UUD seperti hak kebebasan dan kemerdekaan dan hak lainya
19
sejak lahir telah mempunyai hak-hak kodrat, hak-hak alamiah, dan yang oleh John
Locke disebut hak-hak dasar, atau hak-hak asasi. Hak-hak alamiah manusia yang
dikemukakan oleh Jhon Locke yang terdiri dari 3 hak tersebut dipandang sebagai
hak yang melekat dan tidak dapat dicabut pada setiap individu. Hak-hak ini
dimiliki oleh manusia semata-mata karena mereka adalah manusia, bukan karena
menetapka suatu ukuran objektif yang dapat digunakan untuk menilai dan
maka akan lebih “menggugah” masyarakat untuk menjunjung tinggi hukum itu
sendiri.23
Landasan Hukum :
UUD Tahun 1945 ;
UU No. 35/2014
PP No. 54 tahun 2007;
20
Perlindungan Hukum terhadap Akibat hukum terhadap pengangkatan anak
pengangkatan anak di Kecamatan di Kecamataan Mootilango tanpa melalui
Mootilango tanpa melalui pengadilan dalam pengadilan dalam prespektif HAM:
Prespektif HAM: 1. Status hukum anak
1. Pemenuhan Hak-hak anak 2. Aspek hukum pada orang tua angkat
2. Kepastian Hukum Anak yang diangkat
teori yang ada dalam penelitian ini, maka akan ditentukan beberapa definisi
1. Pengertian HAM
HAM adalah suatu deklarasi yang dirumuskan oleh PBB pada tahun
adanya manusia.
21
2. Pengertian Anak
BAB III
METODE PENELITIAN
ilmu pengetahuan yang benar atau secara ilmiah karena hasil dari pencarian
22
kembali secara ilmiah tersebut akan dimanfaatkan guna menjawab permasalahan
tertentu.24
Penelitian yang objeknya hukum tidak lain adalah penelitian tentang ilmu
bermasyarakat (law in action) akan tetapi penelitian yang juga mengarah pada
Kaitannya terhadap definisi penelitian hukm ini, dimana oleh Mukti Fajar
disebutkan :
hukum”.26
ditetapkan tipe penelitian ini adalah penelitian empiris. Jika diprhatikan dari
sifatnya dimana peneltian ini dapat dikatakan pada penelitian deskriptif kualitatif.
situasi yang akan dikaji secara menyeluruh luas dan dalam disebut sebagai
penelitian deskriptif”.
24
Aminudin dan Zainal Asikin, “Pengantar Metode Penelitian Hukum”, Penerbit: PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 19.
25
Suratman dan Philips Dillah, 2013, “Metode Penelitian Hukum, Penerbit. Alfabeta :
Bandung, hlm. 39.
26
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013, “Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris", Penerbit. Pustaka Pelajar – Yogyakarta, hlm. 27.
23
3.2 Pendekatan Penelitan
Sumber data Primer dan Sekunder adalah sumber data yang digunakan
penulis.
penulis.27
disebut sebagai bahan hukum.28 Sumber data sekunder ini dapat berupa
kamus ilmu hukum, majalah atau media baik media cetak, maupun
27
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op., Cit, hlm. 156.
28
Ibid.
24
media online dan berbagai literatur lainnya yang dibutuhkan penulis
3.4.1 Populasi
“Sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang
sama”.29
3.4.2 Sampel
adalah contoh dari suatu populasi atau sub-pupolasi yang cukup besar jumlahnya
suatu cara penentuan sampel yang oleh penulis sendiri sudah ditentukan karena
1. Tehnik Wawancara :
ditentukan sebelumnya.
29
Soerjono Soekanto, 2010, "Pengantar Penelitian Hukum", Penerbit: UI Press Jakarta,
hlm. 172.
30
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op., Cit, hlm. 172.
31
Ibid. hlm. 173.
32
Ibid, hlm. 160-162.
25
2. Tehnik Angket atau Kusioner :
3. Observasi :
3.6 Analisis
Penulis melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang
mana pengolahan ini akan dibantu oleh teori yang sudah diperoleh sebelumnya.
Pada prinsifnya, analisis data ini tidak lain aktifitas dalam member telaah, bisa
masukan yang diakhir oleh suatu kesimpulan terhadap apa yang penulis sudah
dapatkan dengan pikiran sendiri dan tentu di bantu oleh penguasaan teori para ahli
hukum.33
hasil penelitian. Dengan demikian, maka data yang penulis peroleh selanjutnya
peneliti menganalisa dengan metode berpikir yang mendasar dari suatu fakta yang
33
Ibid, hlm. 183.
26
sifatnya umum kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya khusus sehingga
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
Abdoel Djamali, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi 2. PT. Radja Grafindo
Persada, Jakarta.
Muderis Zaini, 2002, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika, hlm. 54.
Titik Triwulan Tutik, 2011, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta. hlm. 1.
34
Ibid, hlm. 192.
27
Titik Triwulan T, Kombes Ismu Gunadi Widodo, 2011, Hukum Tata Usaha
Negara Dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Tata Usaha
Negara Indonesia: Kencana Prenada Media Group, Jakarta. hal, 13-14.
Fence M. Wantu, 2011, Idee Des Recht, Kepastian Hukum, Keadilan dan
Kemanfaatan (Implementasi Dalam Proses peradilan Perdata ) Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hlm. 5.
Jimly Asshiddiqie dan Hafid Abbas, 2015, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia, Cetakan ke- 5, Kharisma Putra Utama, Jakarta, hlm. 1.
M. Ali Zaidan, 2015, Menuju Perubahan Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 259.
J. A, Denny, 2013, Menjadi Indonesia tanpa Diskriminasi, ctk. Pertama (Jakarta:
Gramedia, hlm. 8.
Rhona K.M Smith, et. al., 2012, Hukum Hak Asasi Manusia, ctk. Pertama
(Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam, Indonesia,
hlm.13.
Pranoto Iskandar, 2012, Hukum HAM Internasional, ctk. Pertama (Jakarta: IMR
Press, hlm. 57-58
Suratman dan Philips Dillah, 2013, “Metode Penelitian Hukum, Penerbit. Alfabeta
: Bandung, hlm. 39.
28
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013, “Dualisme Penelitian Hukum Normatif
& Empiris", Penerbit. Pustaka Pelajar – Yogyakarta, hlm. 27.
B. Jurnal Internasional :
lmer B. Flores, 2013, Law, Liberty and the Rule of Law (in a Constitutional
Democracy), Georgetown Public Law and Legal Theory Research Paper
No. 12-161, page. 78.
Nadia E. Nedzel, 2010, The Rule of Law: Its History and Meaning in Common
Law, Civil Law, and Latin American Judicial Systems, Richmond Journal
of Global Law and Business, page. 61.
C. Jurnal Nasional :
Dikky Fatrin, 2015, “Akibat Hukum Pengangkatan Anak melalui Prosedur Adopsi
diluar Putusan Pengadilan Ditinjau dari Prespektif Anak dan Orang Tua
Angkat (Studi Kasus Panti Asuhan Palembang)”, SKRIPSI: Fakultas
Hukum Universitas Sriwijaya.
29