Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI STERIL

NUTRISI PARENTERAL TOTAL

DISUSUN OLEH:

LARAS PERMATA HATI


61608100817012

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusi menggunakan makanan untuk


membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL,
2004).Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi
memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua
organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan


langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu
Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi
Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah.
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike
1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).

Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi


bukan untuk penyebab penyakitnya.Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit
memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi
parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih
membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang menderita
kelaparan tanpa komplikasi.
B.       TUJUAN

1.      Mengetahui pengertian dari nutrisi parenteral

2.      Mengetahui indikasi nutrisi parenteral

3.      Mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi parenteral

C.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu nutrisi parenteral?

2.      Apakah indikasi pemberian nutrisi parenteral?

3.      Apa sajakah hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian  nutrisi parenteral?
BAB II
PEMBAHASAN

A.      DEFINISI NUTRISI PARENTERAL

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan


fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-
proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses
dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.

Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme


menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan


langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu
Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi
Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah.
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike
1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).
B.       DASAR PEMBERIAN

Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada


kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :

a.         Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.

b.        Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.

c.         Pankreatitis akut ringan.

d.        Kolitis akut.

e.         AIDS.

f.          Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.

g.         Luka bakar.

h.        Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).

C.      CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi menjadi 2 yaitu :

1.        Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) :

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi


sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak
dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung
karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti
Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid

2.        Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral Parsial )

Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian


kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang
biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
D.      HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PEMBERIAN

Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-


bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non
diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.

Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:

       24 jam pasca-bedah/trauma

       gagal napas

       shock

       demam tinggi

       brain death (alasan cost-benefit)

Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian
melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber kalori.
Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada dekstrose, sehingga
mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori lain adalah emulsi lemak.
Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak dalam hal jumlah
kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200 maka perhitungannya sebagai
berikut:

            600 kcal           = glukosa 150 gram

            600 kcal           = fat 70 gram

Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia.


Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali.
Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur.
 

Contoh:

Hari I  : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer Asetat)

            Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:

                        Cairan            : 2000 cc

                        Asam amino   : 17,5 gram

                        Energi             : 870 kcal

                        Na+                  : 30,8 mEq

                        K+                   : 15 mEq

                        Osmolaritas    : 745 mOsm

Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu dapat
ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data laboratorium, sedangkan
natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang mengandung 105 mEq Na+. NaCl
3%=513 mEq Na+/L

Hari III           : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc + Ivelip   
10% 100 cc.

Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu diingat
larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan demikian
dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan selang seling.
Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan komposisi
berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya.
E.       JENIS- JENIS  NUTRISI PARENTERAL

·         Lemak

Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena
perifer .  Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak.
Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya adalah
linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids.

Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke


dalam larutan emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah
menjadi lapisan lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan
kembalikan ke farmasi, jangan menggunakan IV filter karena partikel di emulsi
lemak terlalu besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar
digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.

Gunakan lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol kaca.
Berikan TPN ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10 menit dan
observasi efek samping pada 30 menit pertama pemberian.  Jika ada reaksi yang tidak
diharapkan , segera hentikan pemberian dan beritahu dokter. Tetapi jika tidak ada
reaksi yang tidak diharapkan, lanjutkan kecepatan pemberian sesuai resep.  Monitor
serum lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta monitor terhadap tes fungsi
hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati dan ketidakmampuan hati melakukan
metabolism lemak.

Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial


(terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat
terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam
program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak
rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan
sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak
10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.
·         Karbohidrat

Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan


perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose,
xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol
untuk menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak
memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses  intraselluler mutlak masih
memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel.
Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat kurang baik.

Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :

1)    Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.

2)    Fruktosa / Sarbitol    : 3 gram / Kg BB/hari.

3)    Xylitol / maltose       : 1,5 gram /KgBB /hari.

Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik


adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1

·         Protein/ Asam Amino

Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian
protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian
protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang
diberikan ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan
asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.

Diperlukan perlindungan 150 kcal  ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen


atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak
ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram
asam amino atau protein  jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka
diperlukan  karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.

·         Mikronutrien dan Immunonutrien

Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari,


masing-masing:

1)  Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari

2)  Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari

3)  Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari

4)  Zink  : 3 – 10 mg/ hari

Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam  immunonutrient adalah:

1)  Amino acids (arginine, glutamin, glycin )

2)  Fatty acid.

3)  Nucleotide.

Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran


penting dalam proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan mencegah
proses inflamasi kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-
pasien critical ill sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas,
saat ini ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating
Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.

Contoh larutan mikronutrien standar:

Elemen dasar Jumlah


Zinc 5 mg
copper 1 mg
manganese 0.5 mg
chromium 10 mcg
selenium 60 mcg
iodide 75 mcg

F.       TUJUAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:

- Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya


saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.

- Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang
berat, pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel
disease,ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease,
pembedahan dan cancer.

- Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan
katabolisme energy.

- Mempertahankan kebutuhan nutrisi

Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis,


yakni:

-    Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,kekurangan


kalori dan nitrogen dapat terjadi.

-    Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan berlangsung dalam


tubuh untuk mengubah protein menjadi karbohidrat.

-    Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa


untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
-    Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit
hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan 10.000
kalori/hari.

-     Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang langsung
ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi nutrisi yang tepat
sesuai toleransi tubuh.

G.      INDIKASI NUTRISI PARENTERAL

Indikasi dari nutrisi parenteral sebagai berikut :

a.      Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia


intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.

b.       Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status
pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.

c.       Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.

d.      Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum


(Wiryana, 2007).

H.      KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN MENGENAI NUTRISI


PARENTERAL

a.      Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.

Osmolritas plasma  300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima


sampai maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis)
maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan
> 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia,
jugularis) dimana aliran darah besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan
cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika
tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah
(larutan encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum
memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut
( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat
mudah deep vein trombosis  dengan resiko teromboemboli yang tinggi.

b.      Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup

Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak
dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg.
Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral
protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar  asam
amino  tersebut tidak  dibakar  menjadi  energi (glukoneogenesis) Tiap gram
Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen
setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak
ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino
jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.

c.       Tidak melakukan perawatan aseptik

Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/


infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan
adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka
infuse.
I.         CONTOH SEDIAAN

a.      Nutrisi Parenteral Total

1.      Clinimix N9G15E

Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam


satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan
elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan kalsium.  Tersedia dalam
ukuran 1 liter

Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal)
410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30
Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida
(mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845

2.      Minofusin Paed

larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan


vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi
parenteral pada prematur dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit,
vitamin dan air pada kasus di mana pemberian peroral tidak cukup atau tidak
memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi
protein atau katabolisme protein. Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:

L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
L-Aspartic acid 4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
L-Glutamic acid 9.500 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Piridoksin hidroklorida 0.040 g
Riboflavin-5′-phosphate
0.0025 g
sodium salt
Kalium hidroksida 1.403 g
Natrium hidroksida 1.200 g

Kalsium klorida 0.735 g

  

b. Nutrisi Parenteral parsial

1.      Cernevit

adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak


(kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid dan
lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang
karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat
memperlambat proses penyembuhan. Composition
Setiap vial mengandung:

Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU,


Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount
corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam Askorbat 125.000 mg,
Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine
3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount
corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500
mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006
mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount corresponding
to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg,
Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg,
Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.

J.        METODE PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

1.      Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui


intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui
enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam
amino

2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika


kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat
digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000,
cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang
mengandung lemak seperti Intralipid

3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat


melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis
interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat
dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki.
K.      REKOMENDASI JADWAL PEMANTAUAN PASIEN YANG MENDAPAT
NUTRISI PARENTERAL

ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST, aspartate


transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood count
Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil.  Setelah
stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.

     - Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah petanda independen dari prognosis buruk dalam


berbagai setting klinis, termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung, dan
persalinan.

Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh glukosa
parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju ini diterjemahkan
kedalam  ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam atau  3.2 ml
glukosa 7.5% /kg/jam. 

Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung glukosa  7.5%  (misal
Aminofluid®) tidak akan menginduksi hiperglikemia pada pasien 60 kg sepanjang
laju pemberian 80 ml/jam  (yang jauh di bawah maksimum  192 ml/jam).

Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid,


gatifloxacin, atypical antipsychotics (dengan pengecualian  Abilify®), protease
inhibitors, diuretik tiazid, niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat injeksi
yang dicampur ke larutan dekstrosa.

     - Hipertrigliseridemia

Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma lipid 


(trigliserida) yang diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini memiliki
kepentingan khusus pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk gangguan bersihan
lemak, misal  hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien dengan gangguan fungsi
ginjal atau hati, dan pasien sakit kritis.

Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak dari


50:50 menjadi 60:40 atau bahkan  70:30 total NPC, karena masalah-masalah yang
dijumpai mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang kadang-kadang diikuti
oleh kolestasis dan pada sebagian pasien dapat berlanjut menjadi steatohepatitis non-
alkoholik(Grade C).

Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan hipertrigliseridemia


belum diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa hipertrigliseridemia merupakan
faktor risiko untuk berkembangnya arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak
yang berisi trigliserida rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi
kemampuan relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak  bisa
mengganggu respons imun tidak didukung oleh meta-analisis terbaru. Namun, banyak
ahli menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih dari  5 mmol/dL, walaupun
data yang mendukung kurang.  Bila kadar ini dicapai dianjurkan oleh banyak ahli di
bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak (terutama omega-6) pada nutrisi
parenteral atau untuk sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit energi tidak
dianjurkan menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui kapasitas
oksidasi pasien.

L.       PENGHENTIAN NUTRISI PARENTAL

Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk


mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah
mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan
kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah
kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan


langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi
parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang
normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric
feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.

Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman yang
tepat. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme
baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan.

Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral


lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera
dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena
tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka
selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai