Anda di halaman 1dari 18

Hubungan Etika Dengan Berbagai Bidang Kehidupan Manusia

Disusun oleh :

Ahmad Rifki 1820202085

Ayu Sisca Okta Prianti 1820202094

Dosen Pengampu :

NOVIA BALLIANIE, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-Nya, yang
telah memberikan kepada kita kemudahan dalam menuntut ilmu pengetahuan yang
mana mudah-mudahan dapat menjadi bekal kita didunia maupun diakhirat. Aamiin.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan keharibaan junjungan
Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Tersusunya makalah ini kami menyadari masih banyak kekuranggan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritiknya demi
kesempurnaan makalah yang kami buat. Selanjutnya, semoga makalah yang kami buat
bermanfaat kepada pembaca umumnya dan kepada penulis khususnya.

Palembang,
Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan Masalah..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Etika dan Agama Kehidupan Manusia ................... 3


B. Persoalan Etika dan Agama Kehidupan Manusia .................... 7
C. Hubungan Agama dan Etika dalam konteks etika Global......... 9
D. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak ............................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................14

B. Saran ..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Etika akan selalu menjadi penting dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat


pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan adanya etika,
manusia akan berorientasi bagaimana ia menjalankan kehidupan sehari-hari dan
dapat membedakan mana yang benar atau salah dan apa yang diharapkan dalam
hidup dapat tercapai. Dalam hal ini etika berperan sebagai sarana orientasi
manusia. Dimana manusia hidup di suatu kelompok tidak hanya sekadar ikut-
ikutan saja terhadap berbagai pihak yang menghendaki atau menetapkan.

Etika dan agama adalah dua hal yang tidak harus dipertentangan. Antara
etika dan agama adalah dua hal yang saling membutuhkan. Dapat dikatakan bahwa
hubungan etika dan agama merupakan hubungan timbal balik yang saling
membutuhkan. Etika tidak dapat berjalan sendiri dengan rasionalitasnya, pun
agama tidak dapat berjalan sendiri dengan doktrinnya. Hukum dan etika memiliki
kesamaan sebagai nilai-nilai moral yang menyangkut masalah pribadi. Bedanya
terdapat bahwa etika merupakan pemahaman mengenai baik buruknya tingkah
manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang membatasi tingkah laku
manusia. Bersikap kritis dan objektif terhadapa berbagai ide-ide yang muncul.
Sepatutnya kita mengkaji, sejauh mana ide itu dapat diterima dan secara tegas
ditolak.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Hubungan Etika dan Agama Kehidupan Manusia ?


2. Apa Saja Persoalan Etika dan Agama Kehidupan Manusia ?
3. Apa yang dimaksud Hubungan Agama dan Etika dalam konteks etika Global ?
4. Adapun tujuan Konsep Etika, Moral, dan Akhlak ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Hubungan Etika dan Agama Kehidupan Manusia
2. Mengetahui Persoalan Etika dan Agama Kehidupan Manusia
3. Mengetahui Hubungan Agama dan Etika dalam konteks etika Global
4. Mengetahui Konsep Etika, Moral, dan Akhlak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Etika dan Agama Kehidupan Manusia


Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad
lamanya menghuni bumi. Dalam prosesnya, pembinaan kepribadian manusia
dipengaruhi oleh lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia
sejak lahir. Terkait dengan itu, manusia sebagai makhluk sosial, tidaklah
terlepas dari nilai- nilai kehidupan sosial. Oleh karena nilai akan selalu muncul
apabila manusia mengadakan hubungan sosial atau bermasyarakat dengan
manusia lain. Dalam pandangan sosial, etika dan agama merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan manusia.1

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, ethos (adat, kebiasaan,


praktek). Artinya sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang
yang tersusun dari sebuah sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-
gejala alamiah masyarakat atau kelompok tersebut.2 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu: pertama, Ilmu
tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Kedua, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Ketiga, Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat3
K. Bertens mengatakan etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai dan
norma- norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini disebut juga sistem nilai
dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya, etika
orang Jawa. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral yang biasa
disebut kode etik.

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002), h. 217.
2
Zakiah Daradjat, dkk.,Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hlm
264
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VIII; Jakarta: Balai Pustaka,
1985), h. 25.

3
Kemudian etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik dan buruk.
Arti etika di sini sama dengan filsafat moral4
Amsal Bakhtiar mengemukakan bahwa etika dipakai dalam dua bentuk
arti: pertama, etika merupakan suatu kumpulan mengenai pengetahuan,
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-
manusia yang lain.5 Secara spesifik, Ahmad Amin mengatakan etika adalah
suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh sebagian orang kepada lainnya, mengatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.6
Berdasarkan pemahaman di atas, etika merupakan ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan
manusia, sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran dan hati nurani
manusia.
Agama merupakan suatu realitas yang eksis di kalangan masyarakat,
sejak dulu ketika manusia masih berada dalam fase primitif, agama sudah
dikenal oleh mereka. Meskipun hanya dalam taraf yang sangat sederhana
sesuai dengan tingkat kesederhanaan masyarakat waktu itu. Dari masyarakat
yang paling sederhana sampai kepada tingkat masyarakat yang modern, agama
tetap dikenal dan dianut dengan variasi yang berbeda. Dengan demikian agama
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, kapan dan dimanapun.
Agama berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil
dari suku kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Secara lengkapnya,
agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut
maknanya, kata agama dapat disamakan dengan kata religion (Inggris), religie
(Belanda), atau berasal dari bahasa Latin religio yaitu dari akar kata religare

4
K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 2.
5
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 165.
6
Ahmad Amin, Al Akhlak, Terj. K.H. Farud Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), (Cet. VII; Jakarta:
Bulan Bintang, 1995), h. 3.

4
yang berarti mengikat. 7Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata “dien”.Yang
berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.8
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama adalah ketetapan Ilahi
yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia”.
9
Sementara itu, Syaikh Muhammad Abdullah Bardan berupaya menjelaskan
arti agama dengan merujuk pada al Qur’an dengan melalui pendekatan
kebahasaan. Emmanuel Kant mengatakan bahwa agama adalah perasaan
tentang wajibnya melaksanakan perintah- perintah Tuhan. Harun Nasution
berpandangan agama adalah kepercayaan terhadap Tuhan sebagai suatu
kekuatan gaib yang memengaruhi kehidupan manusia sehingga melahirkan
cara hidup tertentu. Sejalan dengan itu, Endang Saifuddin Ansari mengatakan
agama adalah sistem kredo (tata ritus, tata peribadatan), sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya
berdasarkan sistem keimanan dan sistem peribadatan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah
kebiasaan atau tingkah laku manusia yang didasarkan pada jalan peraturan
atau hukum Tuhan yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan demikian, relasi
antara etika dengan agama sangat erat kaitannya yakni adanya saling isi
mengisi dan tunjang menunjang antara satu dengan yang lainnya. Keduanya
terdapat persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan
ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Etika
mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan akal pikiran
dan hati nurani. Sedangkan agama mengajarkan nilai baik dan buruk kepada
manusia berdasarkan wahyu (kitab suci) yang kebenarannya absolut (mutlak)
dan dapat diuji dengan akal pikiran.

7
Dadang Ahmad, Metode Perbandingan Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan
Agama), (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 21.
8
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Cet. V; Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press), 2001), h. 21.
9
Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur’an: Peran Wahyu dalam Kehiduan
Masyarakat (Cet. XXV; Bandung: Mizan, 2003), h. 209.

5
pengertian moral, menurut Bertens yang dikutip oleh Abdul Kadir
Muhammad menyatakan bahwa kata yang sangat dekat dengan etika adalah
moral. Kata ini berasal dari bahasa latin “mos”, jamaknya mores yang juga
berarti adat kebiasaan. Secara etismologis kata etika sama dengan kata moral
yang mengandung pengertian adat kebiasaan. Perbedaannya dari bahasa
asalnya yakni etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari
bahasa Latin..
Tapi dalam kenyataanya etika perlahan-lahan mulai hilang seiring
perkembangan zaman, coba kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar
kita banyak sekali persoalan yang melanggar etika, hal ini terjadi karena
kurangnya kesadaran manusia akan pentingnya etika. Hal inilah yang
menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang melanggar moral.Apalagi dengan
adanya pluralisme moral, keberagaman moral setiap daerah bahkan negara, dan
kemajuan zaman yang ditandai munculnya modernisasi serta globalisasi.Hal ini
tentu saja, mengakibatkan banyaknya moral serta kebiasan barat masuk dan
tanpa pembatasmenjamah adat ketimur-an.
Selanjutnya apa hubungan etika dengan agama? Pada dasarnya etika
memang tidak dapat menggantikan agama. Dari sudut pandang yang lain, etika
tidak bertentangan dengan agama, bahkan diperlukan. Dengan demikian,
keduanya saling diperlukan dan tidak perlu dipermasalahkan. Dalam bahasa
Sudiarja “agama dan etika saling melengkapi satu sama lain”.Franz Magnis
Suseno menyatakan bahwaEtika memang tidak dapat menggantikan agama,
tetapi etika dapat membantu agama dalam memecahkan masalah yang sulit
dijawab oleh agama.
Dikarenakan hal-hal tersebutlah disusun makalah berjudul Peran Etika
dalam Kehidupan.

6
B. Persoalan Etika dan Agama Kehidupan Manusia
Persoalan etika dan agama adalah dua hal yang tidak perlu
dipertentangkan. Bahkan seperti disampaikan oleh Franz Magnis Suseno Etika
memang tidak dapat menggantikan agama, tetapi etika dapat membantu agama
dalammemecahkan masalah yang sulit dijawab oleh agama.

Etika adalah “ usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya
fikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau
menjadi baik. ...itulah sebabnya mengapa justru kaum agama diharapkan betul-
betul memakai rasio dan metode-metode etika.” Tetapi sebaliknya
memutlakkan etika tanpa agama adalah berbahaya. Ini yang dikatakan
A.SudiarjaSJ bahwa etika bisa merendahkan atau cenderung mengabaikan
kepekaan rasa, kehalusan adat kebiasaan,konvensi sosial dan sebagainya.
Bahkan bahaya formalisme bisa terjadi, berpikir baik buruk secara moral tetapi
tidak mampu menjalankannya. Etika bisa menjadi ilmu yang kering dan
mandul yang mempunyai kebenaran tetapi kurang mampu dilaksanakan.

Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling membutuhkan, atau
dalam bahasa Sudiarja “agama dan etika saling melengkapi satu sama lain”.
Agama membutuhkan etika untuk secara kritis melihat tindakan moral yang
mungkin tidak rasional. Sedangkan etika sendiri membutuhkan agama agar
manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa dalam dirinya. Etika menjadi
berbahaya ketika memutlakan racio, karena racio bisa merelatifkan segala
tindakan moral yang dilihatnya termasuk tindakan moral yang ada pada agama
tertentu.

Hubungan etika dan agama akan membuat keseimbangan, di mana


agama bisa membantu etika untuk tidak bertindak hanya berdasarkan racio dan
melupakan kepekaan rasa dalam diri manusia, pun etika dapat membantu
agama untuk melihat secara kritis dan rasional tindakan –tindakan moral.

Bahwa bagaian agama adalah salah satu hal yang membuat kita juga
menjadi sadar betapa pentingnya etika dalam kehidupan manusia. Tidak dapat
kita bayangkan bagaimana kehidupan manusia yang berbeda agama tanpa etika
di dalamnya. Kebenaran mungkin justru akan menjadi sangat relatif, karena
7
kebenaran moral hanya akan diukur dalam pandangan agama kita. Diluar
agama kita maka tidak ada kebenaran. Etika dapat dikatakan telah menjadi
jembatan untuk mencoba menghubungkan dan mendialogkan antara agama-
agama.

Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khusunya bagi negara-negara
yang majemuk seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu
untuk memahami dan secara kritis melihat tindakan moral agama tertentu. Kita
tidak mungkin menggunakan doktrin agama kita untuk melihat dan
menganalisis agama tertentu. Sebuah pertanyaan menarik akan muncul, jika
sekiranya agama hanya satu apakah dengan demikian etika tidak lagi
dibutuhkan? Karena agama tersebut akan menjadi moral yang mutlak dalam
kehidupan manusia. Kalau kita tetap memahami bahwa etika hadir untuk secara
rasional membantu manusia memahami tindakan moral yang dibuatnya, maka
tentu etika tetap menjadi penting dalam kehidupan manusia. Karena etika tidak
akan terikat pada apakah agama ada atau tidak etika akan tetap ada dalam
hidup manusia selama manusia masih menggunakan akal sehatnya dan
racionya dalam kehidupannya. Sekalipun manusia menjadi ateis, etika tetaplah
dibutuhkan oleh mereka yang tidak mengenal agama.

Bahwa manusia tidak hanya diciptakan sebagai mahluk rasional, tetapi


melekat dalam dirinya mahluk religius yang membuat dia mampu berefleksi
terhadap kehidupannya. Karena itu agama akan membantu manusia untuk
bertindak tidak hanya berdasarkan rasionya tetapi juga berdasarkan rasa yang
ada dalam dirinya. Satu kesatuan antara rasio dan rasa yang melekat dalam diri
manusia. Manusia bukanlah mahluk egois yang harus mengandalkan rasionya
semata-mata.

8
C. Hubungan Agama dan Etika dalam konteks etika Global

Sebuah pertanyaan menarik bagaimana etika Global melihat hubungan


Agama dan Etika. Jika melihat konsep yang disampaikan oleh Hans Kung
dalam Etic Global. Maka pertama–tama harus ada kesadaran setiap agama,
bahwa dalam perbedaan doktrin kita tetap mempunyai persamaan-persamaan
etis yang bisa mempersatukan. Untuk mempersatukan persamaan ini, maka
etika mempunyai peran sangat penting didalamnya. Bahkan bisa dikatakan
bahwa ketika agama-agama berbeda dalam doktrin, maka etika telah menjadi
pemersatu. Perbedaan keyakinan bisa terjadi pada setiap agama, tetapi rasio
melalui etika telah menjadi sarana dialog. Tidak dapat disangkal bahwa etika
telah mempunyai peran sangat penting dalam mencoba untuk mendialogkan
agama-agama.

Karena itu peran etika global dalam konteks agama-agama, sangatlah


dibutuhkan. Pun kita menyadari bahwa etika tidak akan dapat menganti peran
dari agama. Etika global seperti yang disampaikan oleh Hans Kung bahwa dia
tidak akan pernah menggantikan Taurat, Khotbah di Bukit, Alquran,
Bhagavadgita, Wacana dari Buddha atau para ungkapan Konfusius. Etika
global hanya mencoba mencari titik temu diantara agama-agamadalam nilai-
nilai tertentu dengan menggunakan pendekatan etika. Dengan demikian
keterhubungan etika dan agama dalam etika global sangat nampak dalam
pencarian nilai bersama dengan menggunakan nilai yang logis dan dapat
diterima oleh semua manusia.10

Hubungan antara etika dan agama Seperti yang sudah dijelaskan


sebelumnya, bahwa etika dan agama adalah dua hal yang tidak harus
dipertentangan. Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling
membutuhkan.Hubungan etika dan agama akan membuat keseimbangan,
dimana agama bisa membantu etika untuk tidak bertindakhanya berdasarkan
rasio dan melupakan kepekaan rasa dalam diri manusia, pun etika dapat

10
https://www.kompasiana.com/ivan_pdt/55280d656ea8340d188b45ed/hubungan-etika-
dan-agama

9
membantu agama untuk melihat secara kritis dan rasional tindakan –tindakan
moral.

Dalam pandangan Magnis Suseno, etika adalah usaha manusia untuk


memakai akal budi dan daya fikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana
ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik, itulah sebabnya mengapa justru
kaum agama diharapkan betul-betul memakai rasio dan metode-metode etika.

Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khususnya bagi negara-negara
yang majemuk seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu
untuk memahami dan secara kritis melihat tindakan moral agama tertentu.

Adapun upaya yang perlu dilakukan untuk menerapkan etika dalam


kehidupan sehari-hari, yaitu dengan memegang teguh pendirian adat ketimuran
yang sudah ada sejak dulu atau tetap menggunakan kebiasan pendahulu
kalaupun ada pengaruh dari kemajuan zaman, maka manusia hanya perlu
mengkajinya, mana yang baik dan sesuai dengan kultur yang ada, bersikap
kritis terhadap perubahan serta tidak mudah terpengaruh ideologi yang tidak
sesuai dengan ideologi pancasila, maksud bersikap kritis disini bukan
seenaknya menolak atau menerima ide-ide baru, melainkan melakukan
penilaian kritis serta objektif untuk memahami sejauh mana ide-ide tersebut
dapat diterima dan dengan tegas ditolak, dan memiliki prinsip yang kuat bahwa
dalam beretika tetap menggunakan agama sebagai landasannya karena pada
dasarnya etika sendiri membutuhkan agama agar manusia tidak mengabaikan
kepekaan rasa.

10
D. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak
1) Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya
yangmenjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran
tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Menurut paraulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkanapa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan
yang harusdituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untukmelakukan apa yang seharusnya diperbuat.Sebagai cabang
pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua : obyektivisme dan
subyektivisme.
a. Obyektivisme Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan
bersifat obyektif,terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini
melahirkan apayang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan
disebut baik,kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya,
atau karenasejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata
keputusanrasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
b. Subyektivisme Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik
manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek
tertentu.Subyek disini bisasaja berupa subyektifisme kolektif, yaitu
masyarakat, atau bisa sajasubyek Tuhan.b. Macam-Macam Etika1) Etika
deskriptif Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai
dan polaperilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang
membudayadalam kehidupan masyarakat.
2) Etika NormatifEtika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada
manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Mengenai normanorma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari hari.Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket,
padahalsebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda.
Dimanaetiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika
sendirimenegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga
terbataspada pergaulan. Dengan katalain etika adalah aturan atau pola

11
tingkah laku yang dihasilkan oleh akalmanusia.2. Morala. Pengertian
MoralAdapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin,
mores yaitujamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untukmenentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atauperbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika,untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk menggunakantolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yangdigunakan adalah norma-
norma yang tumbuh dan berkembang danberlangsung di
masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiranfilosofis dan
berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalamdataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang
dimasyarakat.Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral
untuk mengukurtingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan
lainnya yang berlakudi masyarakat.
3) Perbedaan Antara Etika dan Moral Etika dan moral sama artinya tetapi
dalam pemakaian sehari-hari ada sedikitperbedaan. Moral atau moralitas
dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian system nilai yang ada.Kesadaran moral erta pula
hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasaasing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebutdengan
qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu
suatuperbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat,
sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya
dapat disetujuiberlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang
berada dalamsituasi yang sejenis.
c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.Berdasarkan pada
uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa morallebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan

12
atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan
dengan perasaan wajib, rasional,berlaku umum dan kebebasan. Orang
yangdemikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan
tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.11

Belakang Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang


ingin dicapai denganmenjalankan syariah agama itu hanya dapat
terlaksana dengan adanya akhlak yangbaik.Kepercayaan yang hanya
berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadahyang dilakukan hanya
sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakanperaturan
yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan
jaminanuntuk tercapainya kebahagiaan tersebut.Timbulnya kesadaran akhlak
dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalanyang menetukan corak
hidup manusia.Akhlak, atau moral, atau susila adalah polatindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-
tiapperbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknyahidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan
adalah menentangkesadaran itu.Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia
tentang dirinya sendiri, dimana manusiamelihat atau merasakan diri
sendiri sebagai berhadapan dengan baik danburuk.Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak bolehdilakukan,
meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus
manusiawi.Dalamdunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut
tidak patut, karena hanyamanusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya
manusialah yang sebagai subjekmenginsafi bahwa dia berhadapan pada
perbuatannya itu, sebelum, selama dansesudah pekerjaan itu
dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalamiperbuatannya dia bisa
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

11
https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_AKHLAk

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan antara etika dengan agama sangat erat kaitannya, yakni
adanya saling isi mengisi dan tunjang menunjang. Keduanya terdapat
persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan ukuran baik
dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Etika mengajarkan
nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan akal pikiran dan hati nurani
sedangkan agama mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia
berdasarkan wahyu (kitab suci) yang kebenarannya absolut (mutlak) dan
dapat diuji dengan akal pikiran.
Fungsi etika dan agama dalam kehidupan sosial tetap berlaku dan
dibutuhkan dalam suatu masyarakat, keduanya berfungsi menyelidiki dan
menentukan ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan
manusia. Etika mengukur seseorang dengan argumen rasional sedangkan
agama mengukur seseorang dengan berdasarkan wahyu Tuhan dan ajaran
agama. Dalam agama ada etika dan sebaliknya agama merupakan salah satu
norma dalam etika.

B. Saran

Seperti yang sudah tertera pada rumusan masalah, bahwa peran etika
pada masa yang semakin modern ini perlu dibatasi atau perlu adanya sikap
kritis serta objektif dari manusia. Jika suatu ketika muncul ide, bukan berarti
kita menolak mentah-mentah, melainkan mengkaji dan melihat baik buruknya.
Sehingga manusia tidak seenaknya mengadopsi ide-ide yang muncul

14
Daftar Pustaka

Bagus Lorens, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002).

Daradjat Zakiah, dkk.,Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Universitas Terbuka,


1999),
Poerwadarminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VIII; Jakarta: Balai
Pustaka, 1985),

Bertens.K, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994),

Bahtiar Amsal, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),

Amin Ahmad, Al Akhlak, Terj. K.H. Farud Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), (Cet. VII;
Jakarta: Bulan Bintang, 1995)
Ahmad Dadang, Metode Perbandingan Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan
Agama), (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000),
Nasution Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Cet. V; Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press), 2001),
Shihab Quraisy, Membumikan Al Qur’an: Peran Wahyu dalam Kehiduan Masyarakat
(Cet. XXV; Bandung: Mizan, 2003),
https://www.kompasiana.com/ivan_pdt/55280d656ea8340d188b45ed/hubungan-etika-dan-
agama

https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_AKH
LAk

15

Anda mungkin juga menyukai