Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-Nya, yang
telah memberikan kepada kita kemudahan dalam menuntut ilmu pengetahuan yang
mana mudah-mudahan dapat menjadi bekal kita didunia maupun diakhirat. Aamiin.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan keharibaan junjungan
Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Tersusunya makalah ini kami menyadari masih banyak kekuranggan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritiknya demi
kesempurnaan makalah yang kami buat. Selanjutnya, semoga makalah yang kami buat
bermanfaat kepada pembaca umumnya dan kepada penulis khususnya.
Palembang,
Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................14
B. Saran ..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika dan agama adalah dua hal yang tidak harus dipertentangan. Antara
etika dan agama adalah dua hal yang saling membutuhkan. Dapat dikatakan bahwa
hubungan etika dan agama merupakan hubungan timbal balik yang saling
membutuhkan. Etika tidak dapat berjalan sendiri dengan rasionalitasnya, pun
agama tidak dapat berjalan sendiri dengan doktrinnya. Hukum dan etika memiliki
kesamaan sebagai nilai-nilai moral yang menyangkut masalah pribadi. Bedanya
terdapat bahwa etika merupakan pemahaman mengenai baik buruknya tingkah
manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang membatasi tingkah laku
manusia. Bersikap kritis dan objektif terhadapa berbagai ide-ide yang muncul.
Sepatutnya kita mengkaji, sejauh mana ide itu dapat diterima dan secara tegas
ditolak.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Mengetahui Hubungan Etika dan Agama Kehidupan Manusia
2. Mengetahui Persoalan Etika dan Agama Kehidupan Manusia
3. Mengetahui Hubungan Agama dan Etika dalam konteks etika Global
4. Mengetahui Konsep Etika, Moral, dan Akhlak
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: Gramedia, 2002), h. 217.
2
Zakiah Daradjat, dkk.,Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hlm
264
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VIII; Jakarta: Balai Pustaka,
1985), h. 25.
3
Kemudian etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik dan buruk.
Arti etika di sini sama dengan filsafat moral4
Amsal Bakhtiar mengemukakan bahwa etika dipakai dalam dua bentuk
arti: pertama, etika merupakan suatu kumpulan mengenai pengetahuan,
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-
manusia yang lain.5 Secara spesifik, Ahmad Amin mengatakan etika adalah
suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh sebagian orang kepada lainnya, mengatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.6
Berdasarkan pemahaman di atas, etika merupakan ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan
manusia, sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran dan hati nurani
manusia.
Agama merupakan suatu realitas yang eksis di kalangan masyarakat,
sejak dulu ketika manusia masih berada dalam fase primitif, agama sudah
dikenal oleh mereka. Meskipun hanya dalam taraf yang sangat sederhana
sesuai dengan tingkat kesederhanaan masyarakat waktu itu. Dari masyarakat
yang paling sederhana sampai kepada tingkat masyarakat yang modern, agama
tetap dikenal dan dianut dengan variasi yang berbeda. Dengan demikian agama
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, kapan dan dimanapun.
Agama berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil
dari suku kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Secara lengkapnya,
agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut
maknanya, kata agama dapat disamakan dengan kata religion (Inggris), religie
(Belanda), atau berasal dari bahasa Latin religio yaitu dari akar kata religare
4
K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 2.
5
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 165.
6
Ahmad Amin, Al Akhlak, Terj. K.H. Farud Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), (Cet. VII; Jakarta:
Bulan Bintang, 1995), h. 3.
4
yang berarti mengikat. 7Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata “dien”.Yang
berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.8
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama adalah ketetapan Ilahi
yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia”.
9
Sementara itu, Syaikh Muhammad Abdullah Bardan berupaya menjelaskan
arti agama dengan merujuk pada al Qur’an dengan melalui pendekatan
kebahasaan. Emmanuel Kant mengatakan bahwa agama adalah perasaan
tentang wajibnya melaksanakan perintah- perintah Tuhan. Harun Nasution
berpandangan agama adalah kepercayaan terhadap Tuhan sebagai suatu
kekuatan gaib yang memengaruhi kehidupan manusia sehingga melahirkan
cara hidup tertentu. Sejalan dengan itu, Endang Saifuddin Ansari mengatakan
agama adalah sistem kredo (tata ritus, tata peribadatan), sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya
berdasarkan sistem keimanan dan sistem peribadatan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah
kebiasaan atau tingkah laku manusia yang didasarkan pada jalan peraturan
atau hukum Tuhan yang telah ditetapkan oleh Allah. Dengan demikian, relasi
antara etika dengan agama sangat erat kaitannya yakni adanya saling isi
mengisi dan tunjang menunjang antara satu dengan yang lainnya. Keduanya
terdapat persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan
ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Etika
mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan akal pikiran
dan hati nurani. Sedangkan agama mengajarkan nilai baik dan buruk kepada
manusia berdasarkan wahyu (kitab suci) yang kebenarannya absolut (mutlak)
dan dapat diuji dengan akal pikiran.
7
Dadang Ahmad, Metode Perbandingan Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan
Agama), (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 21.
8
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Cet. V; Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press), 2001), h. 21.
9
Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur’an: Peran Wahyu dalam Kehiduan
Masyarakat (Cet. XXV; Bandung: Mizan, 2003), h. 209.
5
pengertian moral, menurut Bertens yang dikutip oleh Abdul Kadir
Muhammad menyatakan bahwa kata yang sangat dekat dengan etika adalah
moral. Kata ini berasal dari bahasa latin “mos”, jamaknya mores yang juga
berarti adat kebiasaan. Secara etismologis kata etika sama dengan kata moral
yang mengandung pengertian adat kebiasaan. Perbedaannya dari bahasa
asalnya yakni etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari
bahasa Latin..
Tapi dalam kenyataanya etika perlahan-lahan mulai hilang seiring
perkembangan zaman, coba kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar
kita banyak sekali persoalan yang melanggar etika, hal ini terjadi karena
kurangnya kesadaran manusia akan pentingnya etika. Hal inilah yang
menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang melanggar moral.Apalagi dengan
adanya pluralisme moral, keberagaman moral setiap daerah bahkan negara, dan
kemajuan zaman yang ditandai munculnya modernisasi serta globalisasi.Hal ini
tentu saja, mengakibatkan banyaknya moral serta kebiasan barat masuk dan
tanpa pembatasmenjamah adat ketimur-an.
Selanjutnya apa hubungan etika dengan agama? Pada dasarnya etika
memang tidak dapat menggantikan agama. Dari sudut pandang yang lain, etika
tidak bertentangan dengan agama, bahkan diperlukan. Dengan demikian,
keduanya saling diperlukan dan tidak perlu dipermasalahkan. Dalam bahasa
Sudiarja “agama dan etika saling melengkapi satu sama lain”.Franz Magnis
Suseno menyatakan bahwaEtika memang tidak dapat menggantikan agama,
tetapi etika dapat membantu agama dalam memecahkan masalah yang sulit
dijawab oleh agama.
Dikarenakan hal-hal tersebutlah disusun makalah berjudul Peran Etika
dalam Kehidupan.
6
B. Persoalan Etika dan Agama Kehidupan Manusia
Persoalan etika dan agama adalah dua hal yang tidak perlu
dipertentangkan. Bahkan seperti disampaikan oleh Franz Magnis Suseno Etika
memang tidak dapat menggantikan agama, tetapi etika dapat membantu agama
dalammemecahkan masalah yang sulit dijawab oleh agama.
Etika adalah “ usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya
fikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau
menjadi baik. ...itulah sebabnya mengapa justru kaum agama diharapkan betul-
betul memakai rasio dan metode-metode etika.” Tetapi sebaliknya
memutlakkan etika tanpa agama adalah berbahaya. Ini yang dikatakan
A.SudiarjaSJ bahwa etika bisa merendahkan atau cenderung mengabaikan
kepekaan rasa, kehalusan adat kebiasaan,konvensi sosial dan sebagainya.
Bahkan bahaya formalisme bisa terjadi, berpikir baik buruk secara moral tetapi
tidak mampu menjalankannya. Etika bisa menjadi ilmu yang kering dan
mandul yang mempunyai kebenaran tetapi kurang mampu dilaksanakan.
Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling membutuhkan, atau
dalam bahasa Sudiarja “agama dan etika saling melengkapi satu sama lain”.
Agama membutuhkan etika untuk secara kritis melihat tindakan moral yang
mungkin tidak rasional. Sedangkan etika sendiri membutuhkan agama agar
manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa dalam dirinya. Etika menjadi
berbahaya ketika memutlakan racio, karena racio bisa merelatifkan segala
tindakan moral yang dilihatnya termasuk tindakan moral yang ada pada agama
tertentu.
Bahwa bagaian agama adalah salah satu hal yang membuat kita juga
menjadi sadar betapa pentingnya etika dalam kehidupan manusia. Tidak dapat
kita bayangkan bagaimana kehidupan manusia yang berbeda agama tanpa etika
di dalamnya. Kebenaran mungkin justru akan menjadi sangat relatif, karena
7
kebenaran moral hanya akan diukur dalam pandangan agama kita. Diluar
agama kita maka tidak ada kebenaran. Etika dapat dikatakan telah menjadi
jembatan untuk mencoba menghubungkan dan mendialogkan antara agama-
agama.
Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khusunya bagi negara-negara
yang majemuk seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu
untuk memahami dan secara kritis melihat tindakan moral agama tertentu. Kita
tidak mungkin menggunakan doktrin agama kita untuk melihat dan
menganalisis agama tertentu. Sebuah pertanyaan menarik akan muncul, jika
sekiranya agama hanya satu apakah dengan demikian etika tidak lagi
dibutuhkan? Karena agama tersebut akan menjadi moral yang mutlak dalam
kehidupan manusia. Kalau kita tetap memahami bahwa etika hadir untuk secara
rasional membantu manusia memahami tindakan moral yang dibuatnya, maka
tentu etika tetap menjadi penting dalam kehidupan manusia. Karena etika tidak
akan terikat pada apakah agama ada atau tidak etika akan tetap ada dalam
hidup manusia selama manusia masih menggunakan akal sehatnya dan
racionya dalam kehidupannya. Sekalipun manusia menjadi ateis, etika tetaplah
dibutuhkan oleh mereka yang tidak mengenal agama.
8
C. Hubungan Agama dan Etika dalam konteks etika Global
10
https://www.kompasiana.com/ivan_pdt/55280d656ea8340d188b45ed/hubungan-etika-
dan-agama
9
membantu agama untuk melihat secara kritis dan rasional tindakan –tindakan
moral.
Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khususnya bagi negara-negara
yang majemuk seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu
untuk memahami dan secara kritis melihat tindakan moral agama tertentu.
10
D. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak
1) Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya
yangmenjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran
tenatang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Menurut paraulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkanapa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan
yang harusdituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untukmelakukan apa yang seharusnya diperbuat.Sebagai cabang
pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua : obyektivisme dan
subyektivisme.
a. Obyektivisme Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan
bersifat obyektif,terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini
melahirkan apayang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan
disebut baik,kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya,
atau karenasejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata
keputusanrasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.
b. Subyektivisme Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik
manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subyek
tertentu.Subyek disini bisasaja berupa subyektifisme kolektif, yaitu
masyarakat, atau bisa sajasubyek Tuhan.b. Macam-Macam Etika1) Etika
deskriptif Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai
dan polaperilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang
membudayadalam kehidupan masyarakat.
2) Etika NormatifEtika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada
manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Mengenai normanorma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari hari.Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket,
padahalsebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda.
Dimanaetiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan.Sementa etika
sendirimenegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga
terbataspada pergaulan. Dengan katalain etika adalah aturan atau pola
11
tingkah laku yang dihasilkan oleh akalmanusia.2. Morala. Pengertian
MoralAdapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin,
mores yaitujamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untukmenentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atauperbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika,untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk menggunakantolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yangdigunakan adalah norma-
norma yang tumbuh dan berkembang danberlangsung di
masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiranfilosofis dan
berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalamdataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang
dimasyarakat.Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral
untuk mengukurtingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan
lainnya yang berlakudi masyarakat.
3) Perbedaan Antara Etika dan Moral Etika dan moral sama artinya tetapi
dalam pemakaian sehari-hari ada sedikitperbedaan. Moral atau moralitas
dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian system nilai yang ada.Kesadaran moral erta pula
hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasaasing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebutdengan
qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu
suatuperbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat,
sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya
dapat disetujuiberlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang
berada dalamsituasi yang sejenis.
c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.Berdasarkan pada
uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa morallebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan
12
atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan
dengan perasaan wajib, rasional,berlaku umum dan kebebasan. Orang
yangdemikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan
tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.11
11
https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_AKHLAk
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antara etika dengan agama sangat erat kaitannya, yakni
adanya saling isi mengisi dan tunjang menunjang. Keduanya terdapat
persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan ukuran baik
dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Etika mengajarkan
nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan akal pikiran dan hati nurani
sedangkan agama mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia
berdasarkan wahyu (kitab suci) yang kebenarannya absolut (mutlak) dan
dapat diuji dengan akal pikiran.
Fungsi etika dan agama dalam kehidupan sosial tetap berlaku dan
dibutuhkan dalam suatu masyarakat, keduanya berfungsi menyelidiki dan
menentukan ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan
manusia. Etika mengukur seseorang dengan argumen rasional sedangkan
agama mengukur seseorang dengan berdasarkan wahyu Tuhan dan ajaran
agama. Dalam agama ada etika dan sebaliknya agama merupakan salah satu
norma dalam etika.
B. Saran
Seperti yang sudah tertera pada rumusan masalah, bahwa peran etika
pada masa yang semakin modern ini perlu dibatasi atau perlu adanya sikap
kritis serta objektif dari manusia. Jika suatu ketika muncul ide, bukan berarti
kita menolak mentah-mentah, melainkan mengkaji dan melihat baik buruknya.
Sehingga manusia tidak seenaknya mengadopsi ide-ide yang muncul
14
Daftar Pustaka
Bahtiar Amsal, Filsafat Ilmu (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),
Amin Ahmad, Al Akhlak, Terj. K.H. Farud Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), (Cet. VII;
Jakarta: Bulan Bintang, 1995)
Ahmad Dadang, Metode Perbandingan Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan
Agama), (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2000),
Nasution Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Cet. V; Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press), 2001),
Shihab Quraisy, Membumikan Al Qur’an: Peran Wahyu dalam Kehiduan Masyarakat
(Cet. XXV; Bandung: Mizan, 2003),
https://www.kompasiana.com/ivan_pdt/55280d656ea8340d188b45ed/hubungan-etika-dan-
agama
https://www.researchgate.net/publication/335867889_MAKALAH_ETIKA_MORAL_DAN_AKH
LAk
15