DISUSUN OLEH :
SINTA NOVRIANTI ERIK
NIM : 152001046
BAUBAU
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang …………………………………………………………
b. Rumusan Masalah ……………………………………………………..
c. Tujuan Penulisan ……………………………………………………...
d. Manfaat Penulisan …………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Iman ………………………………………………………
a). Macam-macam Iman ………………………………………………
b). Bentuk-bentuk Keimanan ………………………………………...
b. Hakekat Iman …………………………………………………………
c. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal ………………………………
a). Hubungan Iman dan Ilmu ……………………………………..
b). Hubungan Iman dan Amal …………………………………….
c). Hubungan Amal dan Ilmu ……………………………………..
d. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman ………………………………
e. Hal-Hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman ………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat kita terkadang tidak banyak mengetahui pengertian, hakikat,
maupun hubungan antara iman, ilmu serta amal. Era globalisasi yang tidak dapat dihindarkan
lagi. Seakan membawa masyarakat kita terlena sehingga mengkesampingkan prihal keagamaan.
Padahal apabila dikaji dan dipertimbangkan lebih matanga serta jauh. Ketika kita mengetahui
tentang keimanan dan hubungan antara keimanan dengan berbagai aspek dalam kehidupan kita
maka, akan ada dua atau bahkan lebih keuntungan yang kita dapat. Yang pertama adalah jelas
bahwa kita insyallah diberi keselamatan dunia dan akhirat, yang kedua adalah dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari maka perasaan damai dan tentram selalu berada dalam diri
kita. Dalam kehidupan, kita tidak hanya dituntut baik dalam beretika, namun secara spiritual pun
kita juga butuh akan hal itu. Karena apabila kita memiliki sisi spiritual yang baik, maka dapat
dipastikan kita akan menjadi orang yang baik pula. Tingkat baik maupun buruk orang dapat
diketahui salah satunya melalui sisi religiusitas atau spiritualitas. Dan tingkat spiritualitas dapat
diukur dengan paham tidaknya kita terhadap keimanan yang kita pegang sejak kita pertama
datang di dunia ini, saat ini, hingga nanti. Namun pada kenyataannya, tingkat keimanan
seseorang tidak dapat hadir karena paksaan. Hal ini disebabkan, keimanan seseorang berasal dari
jiwa, lazimnya disebut qalbu.
Seperti yang penulis katakana tadi, bahwa keimanan seseorang tidak dapat dipaksakan.
Keimanan mantap dari dalam diri sendiri, dan kepercayaan yang tidak mudah digoyahkan. Hal
ini, tidak cukup melalui ucapan saja namun memerlukan pembuktian melalui amalan. Dalam
hadist nabi disebutkan :
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam hatimu dan
dibuktikan kebenarannya dengan amal”.
B. Rumusan masalah
Maksud akan pembuatan makalah ini adalah, untuk menyelesaikan tugas pertama AIK
mengenai ‘Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan’ yang kemudian pembaca diharapkan lebih
memahami keimananannya agar lebih barokah. Lebih spesifik lagi, permasalahan dalam
makalah ini dapat dirinci :
1. Apa yang dimaksud dengan iman?
2. Bagaimanakah hakikat iman?
3. Apakah hubungan antara iman, ilmu dan amal?
6. Bagaimanakah sifat dan karakteristik seseorang yang beriman?
5. Apa saja hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas pertama AIK mengenai
‘Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan’ yang kemudian pembaca diharapkan lebih
memahami keimananannya agar lebih barokah. Lebih spesifik lagi, permasalahan dalam
makalah ini dapat dirinci :
D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca lebih mengetahui definisi keimanan,
hakikat keimanan, dapat mengetahui korelasi antara iman, ilmu dan amal, serta pembaca
mengetahui karakteristik dan sifat dari seseorang yang beriman. Juga penulis berharap,
implementasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari dapat lebih bermakna. Aamiin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman
adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah
dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal
termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal
juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama
selainnya.Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
—QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa
berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam
Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan
amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku
telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak
pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa
bertambah dan berkurang.
Kemudian pengertian iman secara terminology, iman adalah 'aqdun bil qalbi, waiqraarun
billisaani, wa'amalun bil arkaan yang artinya diyakini dengan hati diucapkan dengan lisan dan
diwujudkan dengan amal perbuatan. Sedang berdasar akidah iman sering dikenal dengan istilah
akidah, dimana akidah artinya ikatan "ikatan hati", maksudnya seseorang yang beriman
mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya
dengan kepercayaan lain.
Seseorang tidak dapat menyempurnakan iman dan Islamnya yang telah diwajibkan atasnya
kecuali dengan mengerjakan perintah dan menjauhkan diri dari laranganNya. Sebagaimana
kesempurnaan tidak mengharuskan sampainya pada puncak yang dituju, karena adanya
bermacam-macam tingkatan sesuai dengan tingginya kuantitas dan kualitas amal serta keimanan.
Wallahu a’lam!
- Iman Tahqiqi Adalah kemantapan hati pada keesaan Allah SWT. Yang jika ditentag
atau diusik oleh siapapun, maka takberubah sedikitpun.
- Iman Istidlali Adalah iman yang disertai bukti dari makhluk yang ada di ini
membuktikan adanya yang mencipta, suatu bangunan menunjukan adanya yang
membangun, kotoran unta menunjukan akan adanya unta, karena keberadaan sesuatu
(akibat) tanpa sebab adanya sebab adanya pencipta adalah suatu yang tidak masuk akal
(muhal).
B. Hakekat Iman
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya." (Al-Anfal: 2-4)
"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki
(nikmat) yang mulia." (Al-Anfal: 74)
Dalam ayat-ayat yang pertama Allah menyebutkan orang-orang yang lembut hatinya dan
takut kepada Allah ketika namaNya dise-but, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar
ayat-ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selainNya, tidak menyerahkan hati mereka
kecuali kepadaNya, tidak pula meminta hajat kecuali ke-padaNya.
Mereka mengetahui, Dialah semata yang mengatur kerajaanNya tanpa ada sekutu.
Mereka menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan
sunnahnya. Mereka adalah orang mukmin yang benar-benar beriman. Allah menjanjikan mereka
derajat yang tinggi di sisiNya, sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunanNya.
Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para sahabat Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam, baik Muhajirin maupun Anshar dengan iman yang sebenar-benarnya, karena
iman mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang menjadi buah dari iman tersebut.
Telah kita ketahui bersama lafazh iman, baik secara bahasa maupun munurut istilah.
Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah memasukkan
amal ke dalam makna iman, dan bahwa iman itu bisa bertambah, juga bisa berkurang. Bertambah
karena bertambahnya amal shalih dan keyakinan dan berkurang karena berkurangnya hal
tersebut. Kemudian kita juga mengetahui sebagian besar dalil-dalilnya.
1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak,isteri,harta
benda dan segalanya “Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(QS.9:24)
2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut
berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang
bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu
bimbang dalam keraguannya.
(QS.9:44-45)
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka untuk
melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
”(QS.24:51)
6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh
persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah. “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya
bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka
bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan
serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada
kaum kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah
dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya “Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-
Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. “(QS.33:36)
1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat memegang teguh
keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan, tidak lemah karena cobaan.
2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas dalam
mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat, pitutur pengarahan-
pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh mental, sak dermo, hatinya gampangan
untuk diajak maju, breprestasi yang lebih baik dan menuju kearah kesempurnaan.
3. Imannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan tidak ragu-ragu dalam
mewujudkan kebenaran, rela berkorban demi suksesnya cita-cita kebenaran.
5. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu belum cukup
untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk
beramal lebih banyak, tetapi juga merasa bahagia, tentram dan tenang, karena semua usahanya
itu pasti berakhir dengan kemenangan menerima keridhoan Alloh, selamat dari neraka Alloh.
6. Tekun, telaten, tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu sabar dan haris hatinya
menerima ilmu Qur’an Hadist sebagai satu-satunya kebenaran.
7. Sederhana dalam hidup walaupun kaya raya, mengerti haknya harta sehingga berani
ngebosi (mendanai) kelancaran agamanya Alloh.
8. Merias diri menjaga kebersihan walaupun papa sengsaran, selalu menjaga harga diri
sebagai orang iman.
9. Hatinya tidak tamak, ngerangsang, ngoyo, bisa menerima pembagian Alloh tetapi tidak
menimbulkan malas usaha karena menyadari bahwa suksesnya perjuangan agamanya Alloh itu
ditunjang oleh harta kekayaan.
Iman adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang diucapkan dengan lisan, dilakui
dengan hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Jelasnya, bahwa orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya ialah orang yang memiliki ketiga unsur tersebut.
Iman seseorang itu selalu dinamis, mengikuti gerak langkah kehidupan manusia itu
sendiri. Maksudnya iman seseorang akan bertambah atau berkurang bahkan akan rusak sebab
iman itu banyak dipengaruhi oleh perbuatan kita sendiri.
Oleh karena itu, harus hati-hati terhadap hal yang dapat merusak iman yaitu:
1) RIYA
Riya’ artinya perbuatan pura-pura. Menurut istilah dalam al-qur’an surat an-nisa’ ayat
142, riya’ adalah melakukan sesuatu amal tidak untuk mencari keridhan Allah tetapi untuk cari
pujian dimasyarakat
Firman Allah:
“Dan apabila mereka berdiri untuk solat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksudnya riya (dengan solat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali. (An-nisa’ : 142).
Macam-Macam Riya
Bahaya Riya
Ditinjau dari firman Allah surat An-nisa’ 142 paling tidak terdapat 3 perkara yang
membahayakan iman, akibatnya:
Hilangnya sikap kontinuitas atau keistiqomahan diri dalam melakukan suatu kegiatan
karena frekuensi zikir berkurang, sehingga ketenangan dan ketentraman hidup terancam
dan akhirnya jatuhlah pada perbuatan sesat.
Hilangnya keikhlasan dalam melaksanakan perintah Allah karena merasa tidak ada orang
yang memperhatikan akhirnya malas terhadap tugas dan kewajiban.
Mendapat siksa yang besar bagi orang yang lalai dari solatnya.
2) TAKABUR
Menurut bahasa takabur artinya sombong atau besar membesarkan. Sifat takabur selalu
menganggap mudah dan meremehkan dalam menghadapi masalah tapi jika gagal mudah pula
kecewa. Ia menilai bahwa kegagalan itu disebabkan kesalahan orang lain. Sifat takabur tidak
mau disalahkan.
Macam-Macam takabur
a) Takabur dalam sikap
Orang takabur memiliki sifat yang enggan minta tolong pada orang lain walau
sebenarnya ia butuh pertolongan bahkan kehadapan Allahpun enggan berdoa dengan angkuhnya
ia mengira semua persoalan dapat diselesaikan sendiri.
Apabila sifat takabur sudah tertanam dalam hatinya akan ingkar kepada kebenaran yang
datang dari Allah. Ia mengatakan bahwa Al-qur’an itu tiada lain hanyalah dongeng. Dan dalam
perbuatan sehari-hari ia angkuh dan riya. Bila berpapasan dengan orang lain enggan menegur.
Bahaya takabur
Ia tidak mempercayai dan meyakini adanya hari akhir sebagai hari sebab akibat. Ia
menyangka bahwa semua perbuatannya benar dan tidak berdampak apa-apa. Ia membenci oleh
Allah dengan diganjar masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina. Ia ingkar kepada
kebenaran yang datang dari Allah sebab kebenaran yang dapat diterima hanya dari dirinya.
3) NIFAQ
Nifaq artinya suatu sikap yang berbeda antara apa yang diucapkan dengan apa yang ada
dalam hati.
Bermuka Dua
Dalam kehidupan sehari-hari bermuka ganda mengandung maksud agar memperoleh
keamanan diri untuk mencapai keuntungan pribadi, dalam kehidupan bermasyarakat dapat
disebut sebagai penjilat.
Bahaya nifaq
Orang munafiq sangat membahayakan banyk pihak terutama pada dirinya sendiri, nanti
dihri kiamat akibatnya dia dimasukkan ke neraka yang paling bawah.
Karena dimasa hidupnya selalu berusaha untuk menipu Allah dan orang beriman dengan
sikap dan ucapan yang menyesatkan. selain itu orang munafiq juga membahayakan bagi orang
lain karena ia selalu berusaha mengadu mengucapkan iman orang-orang mukmin dan selalu
mengadakan pengacauan, baik aqidah, ibadah, mu’amalah.
4) FASIQ
Orang yang fasiq ialah orang yang berpaling dari apa yang telah diterima sebagai
kewajiban atau tidak mengindahkan perintah Allah. Karena melalaikan untuk mengingat-Nya.
Oleh karena itu, dalam al-qur’an digambarkan bahwa orang yang fasiq itu ialah orang yang lupa
kepada Allah.
Bahaya Fasiq
Tidak bisa dijadikan saksi, maksudnya orang fasiq tidak dapat diterima kesaksian orang
lain teeutama nama baiknya meeugikan diri sendiri dan orang lain terutama nama baiknya.
Bila meninggal dunia tidak boleh disolatkan.
Mendapat azab atau siksa dari langit
Bahaya bagi orang lain adalah suka menyuruh yang munkar dan melarang berbuat
ma’aruf serta tidak memenuhi janji.
5) PERBUATAN DOSA
Perbuatan dosa adalah melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar peraturan Allah,
rasulnya baik yang menyangkut diri sendiri terhadap manusia lain maupun Allah.
Ada beberapa perbuatan dosa manusia terhadap diri sendiri, orang lain dan kepada Allah:
Terhadap Allah
Dosa terhadap Allah ialah suatu pelanggaran hukum yang langsung berkaitan dengan Allah.
Seperri syirik, durhaka kepada orangtua.
Dengan demikian, merusak iman dengan cara riya’ yang mencari pujian dari Allah,
takabur yang selalu bersifat sombong acuh tak acuh, nifaq yang selalu berkata munafiq berbeda
apa yang diucapakan dan apa yang ada di hati, fasiq yand selalu durhaka dan tidak mau
manjalankan perintah Allah, dan perbuatan dosa besar seperti menganiaya, bunuh diri, berzina
Semua itu adalah hal yang dsangat dapat merusak iman, dan akan mendapat siksa yang
besar nantinya. Karena akan ada hari dimana kita akan dihidupkan kembali dan dipertanyakan
segala perbuatan dan tingkah laku semasa kita hidup di dunia.
Maka dari itu hindarilah perbuatan yang bisa merugikan diri sendiri, merugikan orang
lain serta merugikan Allah, jalankanlah perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar penjabaran yang telah disampaikan, bahwa keimanan manusia telah Allah
tulisakan dalam Al-Quran dan telah disebutkan pula As-Sunnah. Tingkat keimanan seseorang
berbeda-beda. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keimanan seorang dapat berubah
menjadi lebih baik melalui beberapa tingkat, mulai dari dasar hingga tingkatan yang lebih tinggi.
Namun karena keimanan seseorang dari hati, terkadang iman ini dapat naik ataupun turun.
Tetapi, apabila masing-masing dari kita dapat beristiqomah insyallah iman kita akan tetap
terjaga.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan terutama
mengenai tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita sebagai mahasiswa semester awal menyadari
akan kekurangan itu. Maka, penulis berharap apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan
dimaafkan karena keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran, sangat diharapkan agar di
kemudian hari dapat menghasilkan makalah maupun karya tulis yang lebih baik.
Daftar Pustaka
· http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-iman-menurut-bahasa-dan.html
· http://ibnusalima2.blogspot.com/2013/01/sifat-sifat-orang-beriman.html
· http://matasalman.com/keutamaan-orang-yang-berilmu/
· http://suhailafarisablog.blogspot.com/2013/01/keimanan-dalam-agama-islam.html
· http://id.wikipedia.org/wiki/Keimanan_dalam_agama_Islam
· http://faizalahsan42.wordpress.com/2012/04/20/iman-dan-macam-macamnya/
· http://nasrudiyanto.abatasa.co.id/post/detail/15721/makna--hakikat-iman.html