Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN”

MATA KULIAH : KEMANUSIAAN & KEIMANAN


DOSEN PEMBIMBING : DRS. H. MAHMUD BUNARFA,M.SI

DISUSUN OLEH :
SINTA NOVRIANTI ERIK
NIM : 152001046

PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2020
DAFTAR ISI

BAB I  PENDAHULUAN
a. Latar Belakang …………………………………………………………
b. Rumusan Masalah ……………………………………………………..
c. Tujuan Penulisan ……………………………………………………...
d. Manfaat Penulisan …………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Iman ………………………………………………………
a). Macam-macam Iman ………………………………………………
b). Bentuk-bentuk Keimanan ………………………………………...
b. Hakekat Iman …………………………………………………………
c. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal ………………………………
           a). Hubungan Iman dan Ilmu ……………………………………..
b). Hubungan Iman dan Amal …………………………………….
c). Hubungan Amal dan Ilmu ……………………………………..
d.  Karakteristik dan Sifat Orang Beriman ………………………………
e. Hal-Hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman ………………..

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan …………………………………………………………….
b. Saran ……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat kita terkadang tidak banyak mengetahui pengertian, hakikat,
maupun hubungan antara iman, ilmu serta amal. Era globalisasi yang tidak dapat dihindarkan
lagi. Seakan membawa masyarakat kita terlena sehingga mengkesampingkan prihal keagamaan.
Padahal apabila dikaji dan dipertimbangkan lebih matanga serta jauh. Ketika kita mengetahui
tentang keimanan dan hubungan antara keimanan dengan berbagai aspek dalam kehidupan kita
maka, akan ada dua atau bahkan lebih keuntungan yang kita dapat. Yang pertama adalah jelas
bahwa kita insyallah diberi keselamatan dunia dan akhirat, yang kedua adalah dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari maka perasaan damai dan tentram selalu berada dalam diri
kita. Dalam kehidupan, kita tidak hanya dituntut baik dalam beretika, namun secara spiritual pun
kita juga butuh akan hal itu. Karena apabila kita memiliki sisi spiritual yang baik, maka dapat
dipastikan kita akan menjadi orang yang baik pula. Tingkat baik maupun buruk orang dapat
diketahui salah satunya melalui sisi religiusitas atau spiritualitas. Dan tingkat spiritualitas dapat
diukur dengan paham tidaknya kita terhadap keimanan yang kita pegang sejak kita pertama
datang di dunia ini, saat ini, hingga nanti. Namun pada kenyataannya, tingkat keimanan
seseorang tidak dapat hadir karena paksaan. Hal ini disebabkan, keimanan seseorang berasal dari
jiwa, lazimnya disebut qalbu.
Seperti yang penulis katakana tadi, bahwa keimanan seseorang tidak dapat dipaksakan.
Keimanan mantap dari dalam diri sendiri, dan kepercayaan yang tidak mudah digoyahkan. Hal
ini, tidak cukup melalui ucapan saja namun memerlukan pembuktian melalui amalan. Dalam
hadist nabi disebutkan :
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam hatimu dan
dibuktikan kebenarannya dengan amal”.

B. Rumusan masalah

Maksud akan pembuatan makalah ini adalah, untuk menyelesaikan tugas pertama AIK
mengenai ‘Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan’ yang kemudian pembaca diharapkan lebih
memahami keimananannya agar lebih barokah. Lebih spesifik lagi, permasalahan dalam
makalah ini dapat dirinci :
1.   Apa yang dimaksud dengan iman?
2.   Bagaimanakah hakikat iman?
3.   Apakah hubungan antara iman, ilmu dan amal?
6.   Bagaimanakah sifat dan karakteristik seseorang yang beriman?
5. Apa saja hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas pertama AIK mengenai
‘Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan’ yang kemudian pembaca diharapkan lebih
memahami keimananannya agar lebih barokah. Lebih spesifik lagi, permasalahan dalam
makalah ini dapat dirinci :

1.   Mengetahui definisi dari iman.


2.   Mengetahui hakikat iman.
3. Memahami hubungan antara iman, ilmu dan amal.
4.   Mengetahi sifat dan karakteristik dari sesorang yang beriman
5. Mengetahui hal hal yang dapat merusak dan meniadakan iman

D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca lebih mengetahui definisi keimanan,
hakikat keimanan, dapat mengetahui korelasi antara iman, ilmu dan amal, serta pembaca
mengetahui karakteristik dan sifat dari seseorang yang beriman. Juga penulis berharap,
implementasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari dapat lebih bermakna. Aamiin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman
adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah
dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal
termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal
juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama
selainnya.Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
—QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa
berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam
Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan
amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku
telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak
pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa
bertambah dan berkurang.
Kemudian pengertian iman secara terminology, iman adalah 'aqdun bil qalbi, waiqraarun
billisaani, wa'amalun bil arkaan yang artinya diyakini dengan hati diucapkan dengan lisan dan
diwujudkan dengan amal perbuatan. Sedang berdasar akidah iman sering dikenal dengan istilah
akidah, dimana akidah artinya ikatan "ikatan hati", maksudnya seseorang yang beriman
mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya
dengan kepercayaan lain.

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa:


“Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti menganugrahkan rasa aman dan
ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama
ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha
Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat
Nabi. pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang yang beriman)
adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah
ditetapkan Tuhan”.
Dan Kita telah mengetahui jawaban Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam hadits
Jibril . Beliau juga menyebut hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati,
sabar, cinta Rasul Shalallaahu alaihi wasalam, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya. Itu
semua adalah iman yang merupakan pembenaran batin.

Seseorang tidak dapat menyempurnakan iman dan Islamnya yang telah diwajibkan atasnya
kecuali dengan mengerjakan perintah dan menjauhkan diri dari laranganNya. Sebagaimana
kesempurnaan tidak mengharuskan sampainya pada puncak yang dituju, karena adanya
bermacam-macam tingkatan sesuai dengan tingginya kuantitas dan kualitas amal serta keimanan.
Wallahu a’lam!

a). Macam-Macam Iman


  Perlu dimengerti, bahwa iman seseorang kepada Allah ada tiga macam , yaitu :
1.   Iman taqlidi
2.   Iman tahqiqi
3.   Iman istidlali

- Iman Istidlali Adalah mempercayai keesaan Allah SWT. Dengan cara taqlidi


(mengikuti) keterangan ulam tanpa mengerti dalil atau pembuktian. Iman seperti ini
rawan berubah akibat ulah orang-orang yang berusaha merusaknya.

- Iman Tahqiqi Adalah kemantapan hati pada keesaan Allah SWT. Yang jika ditentag
atau diusik oleh siapapun, maka takberubah sedikitpun.

-      Iman Istidlali Adalah iman yang disertai bukti dari makhluk yang ada di ini
membuktikan adanya yang mencipta, suatu bangunan menunjukan adanya yang
membangun, kotoran unta menunjukan akan adanya unta, karena keberadaan sesuatu
(akibat) tanpa sebab adanya sebab adanya pencipta adalah suatu yang tidak masuk akal
(muhal).

b). Bentuk Keimanan

1. Iman kepada Allah


Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal:
Mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta,
menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak
ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain
Allah Ta’ala. Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah
tetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap
menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakanNya.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada mereka. Hal
tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah
bin Umar, ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah bersabda,“iman itu engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir
serta beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik maupun yang buruk.”
Dalam hadits tersebut, percaya kepada malaikat merupakan unsur kedua keimanan dalam Islam.
Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan membebaskan
konsep tauhid dari bayangan syirik.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah ciptaanNya.
karena kalam (ucapan) merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk. Muslim wajib
mengimani bahwa Al-Qur`an merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun
sebelumnya.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih
sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah
merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan,
karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani
bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala.
Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita
ketahui namanya.
5. Iman kepada Hari Akhir
Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat) berupa fitnah kubur
(nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari
kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
6. Iman kepada Qada dan Qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk
Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Karena
seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitupula perbuatan mereka adalah
ciptaan Allah.

B. Hakekat Iman
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya." (Al-Anfal: 2-4)

"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki
(nikmat) yang mulia." (Al-Anfal: 74)

Dalam ayat-ayat yang pertama Allah menyebutkan orang-orang yang lembut hatinya dan
takut kepada Allah ketika namaNya dise-but, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar
ayat-ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selainNya, tidak menyerahkan hati mereka
kecuali kepadaNya, tidak pula meminta hajat kecuali ke-padaNya.

Mereka mengetahui, Dialah semata yang mengatur kerajaanNya tanpa ada sekutu.
Mereka menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan
sunnahnya. Mereka adalah orang mukmin yang benar-benar beriman. Allah menjanjikan mereka
derajat yang tinggi di sisiNya, sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunanNya.

Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para sahabat Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam, baik Muhajirin maupun Anshar dengan iman yang sebenar-benarnya, karena
iman mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang menjadi buah dari iman tersebut.

Telah kita ketahui bersama lafazh iman, baik secara bahasa maupun munurut istilah.
Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah memasukkan
amal ke dalam makna iman, dan bahwa iman itu bisa bertambah, juga bisa berkurang. Bertambah
karena bertambahnya amal shalih dan keyakinan dan berkurang karena berkurangnya hal
tersebut. Kemudian kita juga mengetahui sebagian besar dalil-dalilnya.

C. Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal


Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam
agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam
terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan
amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam,
sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan
pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan
sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan
yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-
malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan
amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim  menjadi kurang utuh,
bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku
lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.

 Hubungan Iman dan Ilmu


Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta
dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah
SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang
dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama
(Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan
ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat
terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan
untuk membuat kerusakan.

 Hubungan Iman Dan Amal


Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman
kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan Amal
Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu
bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan
pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman dan
Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal sholeh
yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
 Hubungan Amal Dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin
dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu.
Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal
ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan
amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan
mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam
perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu
setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–nuansa
yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran
islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu,
sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah
yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia
untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan
ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal
perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh
merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu
wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu
ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab:
"Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR. Bukhari]
“Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu
yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah
Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR.
At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.”
[HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw :
“Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi
maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ”
Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai
Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab
Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan
ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang
Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan
ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan
keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya …
QS.[10]:9.
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara
keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran
iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi
yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan
memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu dan amal) karena
pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal.

 Kaitan antara iman, ilmu dan amal


Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 –
3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam
perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
 Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat
cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
 Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir
dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”
Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt
dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang isinya
bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan
beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat
melaksanakan perintah Allah swt  dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat
kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi
orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat memberitahu
orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti dalam Q.S. Ash
– Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya menjadi contoh dan
teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya.

D. Karakteristik dan Sifat Orang-Orang Beriman


Perbedaan dari orang yang beriman dengan yang belum beriman dapat kita bedakan.
Mulai dari fisiknya dan yang paling menonjol adalah tingkah lakunya di dalam masyarakat.
Dalam Al-quran sendiri telah dijelaskan bagaimana orang yang beriman terebut seperti dalam
surat An-Nissa ayat 59
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) dan Ulil
Amri (pemerintah) diantara kamu kemudian jika kamu berlainan pendapat tentag sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), Jika kamu orany yang beriman
kepada Allah dan Hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
Iman adalah sebuah pilar yang dengannya tegaklah hujah atas fitrah seseorang kepada Rabbnya,
dalam hal penyembahan, penciptaan, pengagungan nama dan sifat-sifatNya. Dan tidaklah
seseorang dikatakan beriman dengan keimanan yang sempurna, kecuali dengan keyakinan hati,
atas diri perkataan dan perbuatanNya kepada Sang Khaliq atas pengesaanNya, keberadaanNya,
wujudNya, tentang apa-apa yang disifati tentang diriNya, tanpa penyimpangan nalar dan nafsu
yg mengelabui jiwa serta menutup hati seseorang dalam hal wujud penyembahan, sebagai
realisasi keyakinannya.

 Karakteristik Orang yang Beriman 

1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak,isteri,harta
benda dan segalanya “Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(QS.9:24) 

  2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut
berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang
bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu
bimbang dalam keraguannya.

 (QS.9:44-45) 

  3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka untuk
melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

”(QS.24:51)

  4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/ permasalahannya.


“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.”(QS.4:65) 
  5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun dan
keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya. “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15) 

6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh
persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah. “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59) 

  7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya
bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka
bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan
serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4) 

8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada
kaum kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54) 

  9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah
dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya “Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-
Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. “(QS.33:36) 
 

 Sifat Orang yang Beriman

1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat memegang teguh
keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan, tidak lemah karena cobaan. 

2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas dalam
mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat, pitutur pengarahan-
pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh mental, sak dermo, hatinya gampangan
untuk diajak maju, breprestasi yang lebih baik dan menuju kearah kesempurnaan. 

3. Imannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan tidak ragu-ragu dalam
mewujudkan kebenaran, rela berkorban demi suksesnya cita-cita kebenaran. 

4. Selalu mengharapkan bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan kebenaran. Tidak


kenyang-kenyangnya mencari ilmu selama hayat masih di kandung badan. 

5. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu belum cukup
untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk
beramal lebih banyak, tetapi juga merasa bahagia, tentram dan tenang, karena semua usahanya
itu pasti berakhir dengan kemenangan menerima keridhoan Alloh, selamat dari neraka Alloh. 

6. Tekun, telaten, tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu sabar dan haris hatinya
menerima ilmu Qur’an Hadist sebagai satu-satunya kebenaran. 

7. Sederhana dalam hidup walaupun kaya raya, mengerti haknya harta sehingga berani
ngebosi (mendanai) kelancaran agamanya Alloh. 

8. Merias diri menjaga kebersihan walaupun papa sengsaran, selalu menjaga harga diri
sebagai orang iman. 

9. Hatinya tidak tamak, ngerangsang, ngoyo, bisa menerima pembagian Alloh tetapi tidak
menimbulkan malas usaha karena menyadari bahwa suksesnya perjuangan agamanya Alloh itu
ditunjang oleh harta kekayaan. 

10. Usahanya dari usahan yang halal. 

11. Tetap istiqomah dalam melakukan kebajikan. 


12. Mau bergaul dengan manusia pada umumnya walaupun terhadap yang berbeda pendapat,
faham agama, golongan, ras, suku, marga dan mau berbicara, berdialog, bermusyawarah dengan
mereka tetapi tidak terpengaruh. 

E. Hal-hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman

Iman adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang diucapkan dengan lisan, dilakui
dengan hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Jelasnya, bahwa orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya ialah orang yang memiliki ketiga unsur tersebut.

Iman seseorang itu selalu dinamis, mengikuti gerak langkah kehidupan manusia itu
sendiri. Maksudnya iman seseorang akan bertambah atau berkurang bahkan akan rusak sebab
iman itu banyak dipengaruhi oleh perbuatan kita sendiri.

Oleh karena itu, harus hati-hati terhadap hal yang dapat merusak iman yaitu:

1) RIYA

Riya’ artinya perbuatan pura-pura. Menurut istilah dalam al-qur’an surat an-nisa’ ayat
142, riya’ adalah melakukan sesuatu amal tidak untuk mencari keridhan Allah tetapi untuk cari
pujian dimasyarakat

Firman Allah:

“Dan apabila mereka berdiri untuk solat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksudnya riya (dengan solat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.  (An-nisa’ : 142).

Macam-Macam Riya

a. Riya’ dalam niat


Niat itu letaknya dalam hati. Benar atau tidaknya. Tulus atau tidaknya suatu niat
hanya dia sendiri yang tahu dan juga allah yang maha mengetahui. Maksudnya apabila
merencanakan sesuatu tidak karena Allah, maka amal ibadahnya tidak diterima sebagai
ibadah.
b. Riya’ dalam perbuatan
Dalam perbuatanpun juga sama maksudnya yaitu mengamalkan suatu niat
dilakukan tidak karena Allah. Segala gerak geriknya hanya semata dilakukan untuk
mendapat pujian dari orang lain.

Bahaya Riya

Ditinjau dari firman Allah surat An-nisa’ 142 paling tidak terdapat 3 perkara yang
membahayakan iman, akibatnya:
 Hilangnya sikap kontinuitas atau keistiqomahan diri dalam melakukan suatu kegiatan
karena frekuensi zikir berkurang, sehingga ketenangan dan ketentraman hidup terancam
dan akhirnya jatuhlah pada perbuatan sesat.
 Hilangnya keikhlasan dalam melaksanakan perintah Allah karena merasa tidak ada orang
yang memperhatikan akhirnya malas terhadap tugas dan kewajiban.
 Mendapat siksa yang besar bagi orang yang lalai dari solatnya.

2) TAKABUR

Menurut bahasa takabur artinya sombong atau besar membesarkan. Sifat takabur selalu
menganggap mudah dan meremehkan dalam menghadapi masalah tapi jika gagal mudah pula
kecewa. Ia menilai bahwa kegagalan itu disebabkan kesalahan orang lain. Sifat takabur tidak
mau disalahkan.

 Macam-Macam takabur
a) Takabur dalam sikap

Orang takabur memiliki sifat yang enggan minta tolong pada orang lain walau
sebenarnya ia butuh pertolongan bahkan kehadapan Allahpun enggan berdoa dengan angkuhnya
ia mengira semua persoalan dapat diselesaikan sendiri.

b) Takabur dalam perbuatan

Apabila sifat takabur sudah tertanam dalam hatinya akan ingkar kepada kebenaran yang
datang dari Allah. Ia mengatakan bahwa Al-qur’an itu tiada lain hanyalah dongeng.  Dan dalam
perbuatan sehari-hari ia angkuh dan riya. Bila berpapasan dengan orang lain enggan menegur.

 Bahaya takabur

Ia tidak mempercayai dan meyakini adanya hari akhir sebagai hari sebab akibat. Ia
menyangka bahwa semua perbuatannya benar dan tidak berdampak apa-apa. Ia membenci oleh
Allah dengan diganjar masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina. Ia ingkar kepada
kebenaran yang datang dari Allah sebab kebenaran yang dapat diterima hanya dari dirinya.

3) NIFAQ

Nifaq artinya suatu sikap yang berbeda antara apa yang diucapkan dengan apa yang ada
dalam hati.

Contoh perbuatan nifaq

 Bermuka Dua
Dalam kehidupan sehari-hari bermuka ganda mengandung maksud agar memperoleh
keamanan diri untuk mencapai keuntungan pribadi, dalam kehidupan bermasyarakat dapat
disebut sebagai penjilat.

 Mulut manis berbisa


Orang nifaq atau munafiq pandai bersilat lindah. Bermanis dibibir berbisa dihati.

Bahaya nifaq
Orang munafiq sangat membahayakan banyk pihak terutama pada dirinya sendiri, nanti
dihri kiamat akibatnya dia dimasukkan ke neraka yang paling bawah.

Karena dimasa hidupnya selalu berusaha untuk menipu Allah dan orang beriman dengan
sikap dan ucapan yang menyesatkan. selain itu orang munafiq juga membahayakan bagi orang
lain karena ia selalu berusaha mengadu mengucapkan iman orang-orang mukmin dan selalu
mengadakan pengacauan, baik aqidah, ibadah, mu’amalah.

4) FASIQ

Orang yang fasiq ialah orang yang berpaling dari apa yang telah diterima sebagai
kewajiban atau tidak mengindahkan perintah Allah. Karena melalaikan untuk mengingat-Nya.
Oleh karena itu, dalam al-qur’an digambarkan bahwa orang yang fasiq itu ialah orang yang lupa
kepada Allah.

Bahaya Fasiq
 Tidak bisa dijadikan saksi, maksudnya orang fasiq tidak dapat diterima kesaksian orang
lain teeutama nama baiknya meeugikan diri sendiri dan orang lain terutama nama baiknya.
 Bila meninggal dunia tidak boleh disolatkan.
 Mendapat azab atau siksa dari langit
 Bahaya bagi orang lain adalah suka menyuruh yang munkar dan melarang berbuat
ma’aruf  serta tidak memenuhi janji.

5) PERBUATAN DOSA

Perbuatan dosa adalah melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar peraturan Allah,
rasulnya baik yang menyangkut diri sendiri terhadap manusia lain maupun Allah.

Ada beberapa perbuatan dosa manusia terhadap diri sendiri, orang lain dan kepada Allah:

 Terhadap diri sendiri


Perbuatan menganiaya diri sendiri artinya melakukan dosa yang mana mudaratnya hanya
menimpa diri sendiri baik yang besar maupun yang kecil.  Seperti bunuh diri, minum-minuman
keras.

 Terhadap orang lain


Berbuat dosa pada orang lain termasuk perbuatan keji yang mudaratnya tidak hanya mwnimoa
diri sendiri juga orang lain, seperti zina, membunuh, saksi palsu menganiaya dan lainnya.

 Terhadap Allah
Dosa terhadap Allah ialah suatu pelanggaran hukum yang langsung berkaitan dengan Allah.
Seperri  syirik, durhaka kepada orangtua.

Bahaya perbuatan dosa


 Terhadap diri  sendiri, bila kita bunuh diri maka bahaya yang diperoleh adalah
dimasukkan ke neraka kekal untuk selmanya. Karena tidak sempat menyebut nama allah.
 Terhadap orang lain, dalam perbuatan zina berakibat harga diri orng tersebut menurun.
Tidak percaya diri dan merusak moral masyarakat karena sulitnya menenurukan keturunan
dan sulit menentukan rumah tangga  dan sebagainya.
***

Dengan demikian, merusak iman dengan cara riya’ yang mencari pujian dari Allah,
takabur yang selalu bersifat sombong acuh tak acuh, nifaq yang selalu berkata munafiq berbeda
apa yang diucapakan dan apa yang ada di hati, fasiq yand selalu durhaka dan tidak mau
manjalankan perintah Allah, dan perbuatan dosa besar seperti menganiaya, bunuh diri, berzina

Semua itu adalah hal yang dsangat dapat merusak iman, dan akan mendapat siksa yang
besar nantinya. Karena akan ada hari dimana kita akan dihidupkan kembali dan dipertanyakan
segala perbuatan dan tingkah laku semasa kita hidup di dunia.

Maka dari itu hindarilah perbuatan yang bisa merugikan diri sendiri, merugikan orang
lain serta merugikan Allah, jalankanlah perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar penjabaran yang telah disampaikan, bahwa keimanan manusia telah Allah
tulisakan dalam Al-Quran dan telah disebutkan pula As-Sunnah. Tingkat keimanan seseorang
berbeda-beda. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keimanan seorang dapat berubah
menjadi lebih baik melalui beberapa tingkat, mulai dari dasar hingga tingkatan yang lebih tinggi.
Namun karena keimanan seseorang dari hati, terkadang iman ini dapat naik ataupun turun.
Tetapi, apabila masing-masing dari kita dapat beristiqomah insyallah iman kita akan tetap
terjaga.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan terutama
mengenai tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita sebagai mahasiswa semester awal menyadari
akan kekurangan itu. Maka, penulis berharap apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan
dimaafkan karena keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran, sangat diharapkan agar di
kemudian hari dapat menghasilkan makalah maupun karya tulis yang lebih baik.

Daftar Pustaka
·        http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-iman-menurut-bahasa-dan.html

·        http://ibnusalima2.blogspot.com/2013/01/sifat-sifat-orang-beriman.html

·        http://matasalman.com/keutamaan-orang-yang-berilmu/

·        http://suhailafarisablog.blogspot.com/2013/01/keimanan-dalam-agama-islam.html
·        http://id.wikipedia.org/wiki/Keimanan_dalam_agama_Islam

·        http://faizalahsan42.wordpress.com/2012/04/20/iman-dan-macam-macamnya/

·        http://nasrudiyanto.abatasa.co.id/post/detail/15721/makna--hakikat-iman.html

Anda mungkin juga menyukai