konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak
merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak
dapat diubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
Fase Fase
04 environment
support 05 comforting 06 Fase improving
01…..Fase Lack of Human Need
Diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis.
Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status social dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita, sehingga keinginan klien untuk memenuhi
Ada juga klien yang secara social dan ekonomi terpenuhi, tetapi kesenjangan antara reality dan self ideal
sangat tinggi. Contoh, seorang sarjana tetapi ingin dipandang sebagai seseorang yang dianggap sangat
cerdas, berpengalaman, dan diperhitungkan dalam kelompoknya sehingga terjadi waham akibat
Dapat juga dipengaruhi oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history)
02…..Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality
serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Sedangkan, standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh, mulai dari aspek pendidikan klien,
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena belum
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengr pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
didukung, sehingga lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
Dari sinilah mulai terjadi kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi social).
06…..Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada
Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan
Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi
social.
Pohon Masalah Waham
Menurut Stuart dan Sundeen
2. Tidak mendukung atau membantah waham pasien, tetapi perlu dikembalikan pada realita
bahwa apa-apa yang dikemukakan tidak berdasar fakta dan belum dapat diterima orang
lain.
Penting bagi klien untuk mendapat konfrontasi dari lingkungannya, sebagai bargaining
position agar klien terbiasa berbeda pendapat dan menimbang mana yang baik dan
tidak baik.
Konfrontasi dilakukan dengan kontrak waktu yang jelas bahwa perawat akan
mengemukakan pendapat yang berbeda dengan klien.
Jelaskan pada klien konsekuensi dari perkataan dan perbuatannya sesuai dengan
keyakinan keagamaan klien
Tindakan Keperawatan….
3. Yakinkan bahwa klien berada dalam keadaan aman
4. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari, personal hygiene,
kebutuhan tidur, makan, interaksi social, dll.
5. Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah, misalnya yang menyangkut
masalah di masa kecil, di rumah, di kantor, hubungan dengan keluarga, atau
harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.
6. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas serta bila
klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya.
7. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat
lalu dan saat ini.
8. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
9. Libatkan dalam kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar,
bernyanyi, membuat puisi, religius terapi dll
Tindakan Keperawatan….
10. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realitas seperti
cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan keterampilan yang mendatangkan
uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan dll.
11. Jelakan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis,
dan efesk samping obat yang diminum, serta cara meminum obat yang benar).
12. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham di rumah, follow up dan keteraturan pengobatan
serta lingkungan yang tepat untuk klien.
13. Rekomendasikan klien untuk mengikuti Terapi Modalitas, terutama cognitive
therapy, psychoreligious therapy, occupational therapy, group therapy.