Anda di halaman 1dari 39

 

Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli
melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
1.      Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.
2.      Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah pemisahan atau
patahnya tulang.
3.      Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang
normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
4.      Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya.
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya, misalnya
Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula merupakan suatu gangguan
integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dikarenakan tekanan yang berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka. Hal ini
sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi
jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung
ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat
penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.

B.     Etiologi 
Secara umum, menurut Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh
namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
1.      Fraktur akibat peristiwa trauma.
2.      Fraktur akibat kelelahan atau tekanan.
3.      Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada di antara tulang
dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah untuk merasakan klavikula, karena
tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot tapi tulang ini hanya tertutup oleh kulit
yang mencakup sebagian besar tulang Klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada bayi (biasanya
pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula tidak sepenuhnya mengeras atau
mengembang sampai akhir remaja), atlet (karena risiko dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh
kecelakaan dan jatuh.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari
pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya
mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini
dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulang klavikula karena jatuh
dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan
yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari
trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling
sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10–16 % dari semua kejadian patah tulang, sedangkan
pada orang dewasa sekitar 2,6–5 %.

C.    Insiden
Pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan
perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur pada midclavicula yang paling sering
terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar
10% dan bagian proximal sekitar 5% (Hahn B, 2007).
Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula. Menurut
American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula sekitar 1 kasus dari
1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus trauma pada kasus
obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran anak yang hidup (Trurnble TE, et
al, 2006).

D.    Patofisiologi
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau
penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut dimana
arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor. (Rasjad C.,2009)
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament
seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga merupakan
transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada
daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. (Rasjad
C.,2009)
 

Gambar 1. Fraktur Clavicula

E.     Gambaran Klinis


Gambaran klinis pada patah tulang  klavikula biasanya penderita datang  dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan
lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-
kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat
desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk
memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

F.     Klasifikasi
Lokasi patah tulang  pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967 dan dimodifikasi
oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok:
1.      Kelompok 1:  patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 75-80%).
a.       Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b.      Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2.      Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi
ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid
a.       Tipe 1.
Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament
coracoclevicular.
b.              Tipe 2A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c.               Tipe 2 B.
Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya.
d.             Tipe 3.
Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e.               Tipe 4.
Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal berpindah keatas.
f.                Tipe 5.
Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3.              Kelompok 3 :  patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini biasanya berhubungan
dengan cidera neurovaskuler.

Gambar 2. Klasifikasi Fraktur Clavicula

G.    Pemeriksaan Penunjang
1.              Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap
darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat
didalam darah.
2.              Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram menggambarkan arus
vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang kompleks. Pemeriksaan rontgen untuk menentukan
lokasi, luas dan jenis fraktur.
3.              Scan tulang, CT-scan/ MRI :
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

H.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah atau
operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka
tetap menempelsebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses
penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat. Proses penyembuhan pada fraktur
clavicula memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan
pemasangan silang selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu,
siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali
berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau
mobilisasi pada tulang untuk mempercepat proses penyembuhan. Bagian tulang lainnya harus
benar-benar tidak boleh digerakkan (immobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
1.      Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Modifikasi spika
bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan
untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi
ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah
cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
Gambar 3. Pemasangan Gips
2.      Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya.
3.      Fikasasi :
a.       Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau batanglogam
pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with internal fixation (ORIF).
b.      Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan
menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1.      Fraktur terbuka.
2.      Terdapat cedera neurovaskuler.
3.      Fraktur comminuted.
4.      Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5.      Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6.      Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obat-obat yang dapat
digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat
golongan NSAIDs seperti ibuprofen.

I.       Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena atau arteria
subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah
kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
1.              Komplikasi akut :
a.       Cedera pembuluh darah
b.      Pneumouthorax
c.       Haemothorax
2.              Komplikasi lambat  :
a.       Mal union :  proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan
bentuk aslinya atau abnormal.
b.      Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

J.      Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat ringannya
trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia penderita. Pada anak prognosis
sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis
tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir. Fraktur
clavicula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih buruk daripada pognosis fraktur
clavicula murni (Trurnble TE, et al, 2006).

II.    ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN FRAKTUR KLAFIKULA


Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan
asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi
masalah secara bertahap maupun mendadak.
Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik
ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan keperawatan spesifik yang
sesuai dengan keadaan ruangan.
      Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan Keperawatan di
ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat darurat.

A.    Pengkajian
1.      Standar
      Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di awal dan secara
berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
2.      Keluaran
      Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat darurat.
3.      Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan
gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :
a.       Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual/potensial dari kondisi life
threatning (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian
tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
-          Bersihan jalan nafas
-          Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
-          Distress pernafasan
-          Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
-          Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
-          Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
-          Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji :
-          Denyut nadi karotis
-          Tekanan darah
-          Warna kulit, kelembaban kulit
-          Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
-          Tingkat kesadaran
-          Gerakan ekstremitas
-          GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P =  pain/respon nyeri, U =
unresponsive.
-          Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji :
-          Tanda-tanda trauma yang ada.
b.      Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada pengkajian
primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat
keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,
riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
1)            Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
a.       Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
b.      Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
c.       Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
d.      Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
e.       Waktu makan terakhir
f.       Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yang
dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian :
a.       Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (signs and symptoms) : tanda dan gejala yang
diobservasi dan dirasakan klien
A (Allergis) : alergi yang dipunyai klien
M (medications) : tanyakan obat yang telah
diminum klien untuk mengatasi
nyeri
P (pertinent past : riwayat penyakit yang diderita
medical hystori) klien
L (last oral intake solid : makan/minum terakhir; jenis
or liquid) makanan, ada penurunan atau
peningkatan kualitas makan
E (event leading to : pencetus/kejadian penyebab
injury or illnes) keluhan
b.      Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P (provoked) : Pencetus nyeri, tanyakan hal
yang menimbulkan dan
Q (quality) : Mengurangi nyeri
R (radian) : Kualitas nyeri
S (severity) : Arah penjalaran nyeri
T (time) : Skala nyeri ( 1 – 10 )
lamanya nyeri sudah dialami
klien
2)            Tanda-tanda vital dengan mengukur :
a.       Tekanan darah
b.      Irama dan kekuatan nadi
c.       Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
d.      Suhu tubuh
3)            Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
a.       Pengkajian kepala, leher dan wajah
-          Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda
asing.
-          Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau keluaran lain seperti cairan
otak.
-          Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau tidak, distensi vena leher,
perdarahan, edema dan kesulitan menelan.
b.      Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
-          Kelainan bentuk dada
-          Pergerakan dinding dada
-          Amati penggunaan otot bantu nafas
-          Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
c.       Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
-          Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
-          Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi, distensi abdomen dan jejas
-          Masa : besarnya, lokasi  dan mobilitas
-          Nadi femoralis
-          Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
-          Distensi abdomen
d.      Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
-          Tanda-tanda injuri eksternal
-          Nyeri
-          Pergerakan
-          Sensasi keempat anggota gerak
-          Warna kulit
-          Denyut nadi perifer
e.       Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji :
-          Deformitas
-          Tanda-tanda jejas perdarahan
-          Jejas
-          Laserasi
-          Luka
f.       Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
-          Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
-          Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan,
kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga
-          Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan
darah meningkat dan hiperventilasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1.      Radiologi dan Scanning
2.      Pemeriksaan laboratorium
3.      USG dan EKG

B.     Diagnosa Keperawatan


Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai dengan kategori urgensi
masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan. Prioritas
ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan : Airway, Breathing dan Circulation.
Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus Fraktur Kalvikula antara
lain :
1.      Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fargmen tulang, edema, dan cedera pada
jaringan lunak, alat traksi atau immobilisasi, stress, ansietas.
2.      Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan atau
interupsi aliran darah, hepovolemia.
3.      Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan aliran darah, perubahan
membran alveolar atau kapiler.
4.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
nyeri/ketidaknyamanan, terapi restriktif, immobilisasi tungkai.

C.    Rencana Keperawatan


Setelah diagnosa ditegakkan, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatan untuk meminimalisir masalah tersebut. Adapun rencana keperawatan untuk masing-
masing diagnosa antara lain :
1.      Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fargmen tulang, edema, dan cedera pada
jaringan lunak, alat traksi atau immobilisasi, stress, ansietas.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1)      Keluhan nyeri.
2)      Distraksi, fokus pada diri sendiri atau fokus menyempit, wajah menunjukkan nyeri.
3)      Perilaku berhati-hati, melindungi, perubahan tonus otot, respon otnomik.
Tujuan    :  Menyatakan nyeri hilang.
Kriteria   :
1)      Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/istirahat dengan tepat.
2)      Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk
situasi individual.
NO INTERVENSI RASIONAL
1) Pertahankan mobilisasi
1)      Menghilangkan nyeri dan
bagian yang sakit dengan mencegah kesalahan posisi
tirah baring, gips, pembebat, tulang/tegangan jaringan
atau traksi (Rujuk ke DK : yang cedera.
Trauma, risiko tinggi
terhadap).
2) Hindari penggunaan sprei/ 2)      Meningkatkan aliran balik
bantal plastik di bawah vena, menurunkan edema,
ekstremitas dalam gips. dan menurunkan nyeri.
3)      Dapat meningkatkan
3) Tinggikan penutup tempat ketidaknyamanan karena
tidur; pertahankan linen peningkatan produksi panas
terbuka pada ibu jari kaki. dalam gips yang kering.
4)      Mempengaruhi pilihan/
pengawasan keefektifan
4) Evaluasi keluhan nyeri/ intervensi. Tingkat ansietas
ketidaknyamanan, perhatikan dapat mempengaruhi
lokasi dan karakteristik, persepsi/ \reaksi terhadap
termasuk intensitas (skala 0- nyeri.
10)/Perhatikan petunjuk nyeri
nonverbal (perubahan pada
tanda vital dan emosi/ 5)      Membantu untuk
perilaku) menghilangkan ansietas.
5) Dorong pasien untuk Pasien dapat merasakan
mendiskusikan masalah kebutuhan untuk
sehubungan dengan cedera. menghilangkan pengalaman
kecelakaan.
6)      Memungkinkan pasien
untuk siap secara mental
6) Jelaskan prosedur sebelum untuk aktivitas juga
memulai. berpartisipasi dalam
mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
NO INTERVENSI RASIONAL
7)      Meningkatkan relaksasi otot
dan meningkatkan
7) Beri obat sebelum perawatan partisipasi.
aktivitas. 8)      Mempertahankan
kekuatan/mobilitas otot yang
8) Lakukan dan awasi latihan sakit dan memudahkan
rentang gerak pasif/aktif. resolusi inflamasi pada
jaringan yang cedera.
9)      Meningkatkan sirkulasi
umum; menurunkan area
tekanan lokal dan kelalahan
9) Berikan alternatif tindakan otot.
kenyamanan, contoh pijatan, 10)  Memfokuskan kembali
pijatan punggung, perubahan perhatian, meningkatkan rasa
posisi. kontrol, dan dapat
10) Dorong menggunakan teknik meningkatkan kemampuan
manajemen stres, contoh koping dalam manajemen
relaksasi progresif, latihan nyeri, yang mungkin
napas dalam, imajinasi menetap untuk periode labih
visualisasi. Sentuhan lama.
teraputik. 11)  Mencegah kebosanan,
menurunkan tegangan, dan
dapat meningkatkan
11) Identifikasi aktivitas kekuatan otot; dapat
terapeutik yang tepat untuk meningkatkan harga diri dan
usia pasien, kemampuan fisik, kemampuan koping.
dan penampilan pribadi. 12)  Dapat menandakan
terjadinya komplikasi,
contoh infeksi, iskemia
12) Selidiki adanya keluhan nyeri jaringan, sindrom
yang tak biasa/tiba-tiba atau kompartemen (Rujuk ke
dalam, lokasi progresif/buruk DK : Perfusi jaringan,
tidak hilang dengan perubahan : perifer, risiko
analgesik. tinggi terhadap)
13)  Menurunkan edema/
pembentukan hematoma,
menurunkan sensasi nyeri.
13) Lakukan kompres dingin/es 14)  Diberikan untuk
24-48 jam pertama dan sesuai menurunkan nyeri dan/atau
keperluan. spasme otot. Penelitian
NO INTERVENSI RASIONAL
Toradol telah diperbaiki
14) Berikan obat sesuai menjadi lebih efektif dalam
inbdikasi : narkotik dan menghilangkan nyeri tulang,
analgesik non narkotik : dengan masa kerja lebih
NSAID injeksi contoh lama dan sedikit efek
ketoralak (Todadol); dan/atau samping bila dibandingkan
relaksan otot,  contoh dengan agen narkotik.
siklobenzaprin (Flckseril), Catatan : Vistaril sering
hidroksin (vistaril). Berikan digunakan untuk efek poten
narkotik sekitar pada janinnya dari narkotik untuk
selama 3-5 hari. memperbaiki/menghilangkan
nyeri panjang.
15)  Pemberian rutin ADP
mempertahankan kadar
analgesik darah adekuat,
mencegah fluktuasi dalam
penghilangan nyeri
sehubungan dengan tegangan
15) Berikan/awasi analgesik yang otot/spasme.
dikontrol pasien (ADP) bila
indikasi.

2.      Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan atau
interupsi aliran darah, hipovolemia.
Tujuan    :  Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi.
Kriteria   :
1)      Kulit hangat atau kering.
2)      Sensasi normal.
3)      Tanda vital stabil
4)      Pengeluaran urine adekuat.
NO INTERVENSI RASIONAL
1) Lepaskan perhiasan dari
1)      Dapat membendung
ekstremitas yang sakit. sirkulasi jika terjadi oedema.
2)      Penurunan/tak adanya nadi
NO INTERVENSI RASIONAL
2) Evaluasi adanya/kualitas nadi dapat menggambarkan
perifer distal terhadap cedera cedera vaskuler dan perlunya
melalui palpasi/Doppler. evaluasi medik segera
Bandingkan dengan terhadap sattus sirkulasi.
ekstremitas yang sakit. Waspadai bahwa kadang-
kadang nadi dapat terhambat
oleh bekuan halus dimana
pulsasi mungkin teraba.
Selain itu, perfusi melalui
arteri lebih besar dapat
berlanjut setelah
meningkatnya tekanan
kompartemen yang telah
mengempiskan sirkulasi
arteriol/venula otot.
3)      Kembalinya warna harus
cepat (3-5 menit). Warna
kulit menunjukkan gangguan
3) Kaji aliran kapiler, warna arterial. Sianosis diduga
kulit, dan kehangatan distal karena ada gangguan vena.
pada fraktur. Catatan : Nadi perifer,
pengisian kapiler, warna
kulit, dan sensasi mungkin
normal meskipun ada
sindrom kompartemen,
karena sirkulasi superfisial
biasanya tidak dipengaruhi.
4)      Gangguan perasaan kebas,
jeemutan, peningkatan/
penyebaran nyeri terjadi bila
sirkulasi pada saraf tidak
adekuat atau saraf rusak.
5)      Panjang dan posisi saraf
4) Lakukan pengkajian perineal meningkatkan risiko
neuromuskuler. Perhatikan cedera pada adanya fraktur
perubahan fungsi motor/ kaki, edema/sindrom
sensori. Minta pasien untuk kompartemen, atau
melokalisasi nyeri/ malposisi alat traksi.
ketikdanyamanan. 6)      Faktor ini disebabkan atau
5) Tes sensasi saraf perifer mengindikasikan tekanan
NO INTERVENSI RASIONAL
dengan menusuk pada kedua jaringan/iskemia,
selaput antara ibu jari pertama menimbulkan keruaskan/
dan kedua dan kaji nekrosis.
kemampuan untuk dorsofleksi 7)      Alat traksi dapat
ibu jari bila diindikasikan. menyebabkan tekanan pada
pembuluh darah/saraf,
6) Kaji jaringan sekitar akhir gips terutama pada aksila dan
untuk titik yang kasar/tekanan. lipat paha, mengakibatkan
Seliidiki keluhan “rasa isklemia dan kerusakan saraf
terbakar” di bawah gips. permanen.
8)      Meningkatkan drainase
7) Awasi posisi/lokasi cincin vena/ menurunkan edema.
penyokong hebat. Catatan : Pada adanya
peningkatan tekanan
kompartemen, peninggian
ekstremitas secara nyata
menghalangi aliran arteri
menurunkan perfusi.
9)      Peningkatan lingkar
8) Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera
ekstremitas yang cedera dapat diduga ada
kecuali dikontraindikasikan pembengkakan jaringan/
dengan meyakinkan adanya edema umum tetapi dapat
sindrom kompartemen. menunjukkan perdarahan.
Catatan : Peningkatan 1 inci
pada paha orang dewasa
dapat sama dengan
akumulasi 1 unit darah.
9) Kaji keseluruhan panjang 10)  Perdarahan/pembentukan
ekstremitas yang cedera untuk edema berlanjut dalam otot
pembengkakan/pembentukan tertutup dengan fasial ketat
edema. Ukur ekstremitas yang dapat menyebabkan
cedera dan bandingkan dengan gangguan aliran darah dan
yang tak cedera. Perhatikan iskemia miositis atau
penampilan/luasnya sindrom kompartemen, perli
hematoma. intervensi darurat untuk
menghilangkan tekanan/
memperbaiki sirkulasi.
Catatan : Kondisi ini
10) Perhatikan keluhan nyeri memerlukan kedaruratan
NO INTERVENSI RASIONAL
ekstrem untuk tipe cedera atau medik dan memerlukan
peningkatan nyeri pada intervensi segera.
gerakan pasif ekstremitas, 11)  Dislokasi faktur sendi
terjadinya parestesia, tegangan (khususnya lutut) dapat
otot/nyeri tekan dengan menyebabkan kerusakan
eritema, dan perubahan nadi arteri yang berdekatan,
distal. jangan tinggikan dengan akibat hilangnya
ekstremitas. Laporkan gejala aliran darah ke distal.
pada dokter saat itu. 12)  Meningkatkan sirkulasi dan
menurunkan pengumpulan
darah khususnya pada
ekstremitas bawah.
13)  Terdapat peningkatan
potensial untuk
11) Selidiki tanda iskemia tromboflebitis dan emboli
ekstremitas tiba-tiba, contoh paru pada pasien imobilisasi
penurunan suhu kulit, dan selama 5 hari atau lebih.
peningkatan nyeri. 14)  Ketidakadekuatan volume
sirkulasi akan
mempengaruhi sistem
12) Dorong pasien untuk secara perfusi jaringan.
rutin latihan jari/sendi distal. 15)  Peningkatan insiden
Ambulasi sesegera mungkin perdarahan gaster menyertai
fraktur/trauma dan dapat
berhubungan dengan stres
13) Selidiki nyeri tekan, dan kadang-kadang
. pembengkakan pada menunjukkan gangguan
dorsofleksi kaki (tanda Homan pembekuan yang
positif). memerlukan intervensi
lanjut.
16)  Menurunkan oedema/
Awasi tanda vital. Perhatikan pembentukan hematom yang
14) tanda-tanda pucat/sianosis dapat menggangu sirkulasi.
umum, kulit dingin, perubahan 17)  Mungkin dilakukan pada
mental. keadaan daurat untuk
Tes feses/aspirasi gaster menghilangkan restrikso
15) terhadap darah nyata. sirkulasi yang diakibatkan
Perhatikan perdarahan lanjut oleh pembentukan edema
pada sisi trauma/injeksi dan pada ekstremitas yang
perdarahan terus menerus dari cedera.
NO INTERVENSI RASIONAL
membran mukosa. 18)  Peninggian tekanan
(biasanya sampai 30 mmHg
atau lebih) menunjukkan
kebutuhan evaluasi segera
Berikan kompres es sekitar dan intervensi.
16) fraktur sesuai indikasi. 19)  Kegagalan untuk
menghilangkan tekanan/
memperbaiki sindrom
Bebat/buat spalk sesuai kempartemen dalam 4
17) kebutuhan. sampai 6 jam dari timbulnya
dapat mengakibatkan
kontraktur berat/kehilangan
fungsi dan kecacatan
ekstremitas distal cedera
atau perlu amputasi.

Kaji/awasi tekanan
20)  Membantu dalam kalkulasi
18) intrakompartemen. kehilangan darah dan
membutuhkan keefektifan
terapi pengantin.
21)  Mungkin diberikan secara
profilaktik untuk
Siapkan untuk intervensiu menurunkan trombus vena
19) bedah (contoh, fibulektmi/ dalam.
fasiotomi) sesuai indikasi. 22)  Menurunkan pengumpulan
vena dan dapat
meningkatkan aliran balik
vena, sehingga menurunkan
risiko pembentukan trombus.

Awasi Hb/Ht, pemeriksaan


20) koagulasi, contoh kadar
protrombin.
NO INTERVENSI RASIONAL
Berikan warfarin natrium
21) (Coumadin) bila diindiaksikan.

Berikan kaus kaki


antiembolitik/tekanan
22) berurutan sesuai indikasi.

3.      Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan aliran darah, perubahan
membran alveolar/kapiler.
Tujuan    :  Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat.
Kriteria   : 
1)      Tak adanya dispnea atau sianosis.
2)      Frekuensi pernafasan dan GDA dalam batas normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi frekuensi pernapasan1)      Takipnea, dispnea, dan
dan upayanya. Perhatikan perubahan dalam mental dan
stridor, penggunaan otot tanda dini insufisiensi
bantu, retraksi, terjadinya pernapasan dan mungkin
sianosis sentral. hanya indikator terjadinya
emboli paru ada tahap awal.
Masih adana tanda/gejala
menunjukkan ditress
pernapasan luas/cenderung
kegagalan.

2)      Perubahan dalam/adanya


bunyi adventisius
menunjukkan terjadinya
2) Auskultasi bunyi napas komplikasi pernapasan,
perhatikan terjadinya ketidak contoh atelektasis,
samaan, bunyi hiperesonan, pneumonia, emboli, SDPD.
juga adanya gemericik/ronki/ Inspirasi mengorok
mengi dan inspirasi mengorok/ menunjukkan edema jalan
bunyi sesak napas. napas atas dan diduga emboli
lemak.
3)      Ini dapat mencegah
NO INTERVENSI RASIONAL
terjadinya emboli lemak
(biasanya terlihat pada 12-72
jam pertama), yang erat
3) Atasi jaringan cedera/tulang berhubugan dengan fraktur,
dengan lembut, khususnya khususnya tulang panjang
selama beberapa hari pertama. dan pelvis.
4)      Meningkatkan ventilasi
alveolar dan perfusi.
Reposisi meningkatkan
drainase sekret dan
4) Instruksikan dan bantu dalam menurunkan kongesti pada
latihan nafas dalam dan batuk. area paru dependen.
Reposisi dengan sering. 5)      Gangguan pertukaran gas/
adanya emboli paru dapat
menyebabkan penyimpangan
pada tingkat kesadaran
5) Perhatikan peningkatan pasien seperti terjadinya
kegelisahan, kacau, letargi, hipoksemia/ asidosis.
stupor. 6)      Hemodialisa dapat terjadi
dengan emboli paru.
7)      Ini adalah karaktetistik
paling nyata dari tanda
emboli lemak, yang tampak
6) Observasi sputum untuk tanda dalam 2-3 hari setelah
adanya darah. cedera.
7) Inspeksi kulit untuk petekie di
atas garis puting; pada aksila,
meluas ke abdomen/tubuh; 8)      Memaksimalkan ventilasi/
mukosa mulut, palatum keras, oksigenasi dan
kantung konjungtiva dan meminimakan atelektasis.
retina. 9)      Meningkatkan sediaan O2
Kolaborasi : untuk oksigenasi optimal
8) Bantu dalam spirometri jaringan.
insentif. 10)  Menurunnya PaO2 dan
peningkatan PaCO2
menunjukkan gangguan
9) Berikan tambahan O2 bila pertukaran gas/terjadinya
diindikasikan. kegagalan.
Anemia, hipokalsemia,
10) Awasi pemeriksaan peningkatan LED dan kadar
NO INTERVENSI RASIONAL
laboratorium, contoh : lipase, gelembung lemak
Seri GDA, Hb, kalsium, LED, dalam darah/urine/sputum
lipase serum, lemak, dan penurunan jumlah
trombosit. trombosit (trombositopenia)
sering berhubungan dengan
emboli lemak.

11)  Blok siklus pembekuan dan


mencegah bertambahnya
pembekuan pada adanya
tromboflebitis.
Steroid telah digunakan
dengan beberapa
keberhasilan untuk
mencegah/mengatasi emboli
11) Berikan obat sesuai indikasi : lemak.
Heparin dosis rendah.

Kortikosteroid.

4.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri atau
ketidaknyamanan, terapi restriktif, hemobilisasi tungkai.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1)      Ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik, dilakukan pembatasan.
2)      Menolak untuk bergerak, keterbatasan rentang gerak.
3)      Penurunan kekuatan atau kontrol otak.
Tujuan    :  Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
mempertahankan posisi fungsional.
Kriteria   : 
1)      Meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompasasi bagian tubuh.
2)      Ketiga menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.
NO INTERVENSI RASIONAL
1) Kaji derajat imobilisasi yang 1)      Pasiun mungkin dibatasi
dihasilkan oleh cedera/ oleh pandangan diri/persepsi
pengobatan perhatikan diri  tentang keterbatasan
persepsi pasien terhadap fisik aktual, memerlukan
imobilisasi. informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan
kesehatan.
2)      Memberikan kesempatan
2)  Dorong partisipasi pada untuk mengeluarkan energi,
aktivitas terapeutik/rekreasi. memfokuskan kembali
Pertahankan rangsang perhatian, meningkatkan rasa
lingkungan contoh, radio, TV, kontrol diri/harga diri, dan
koran, barang milik pribadi/ membantu menurunkan
lukisan, jam, kalender, isolasi sosial.
kunjungan keluarga/teman. 3)      Meningkatkan aliran darah
ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot,
3) Instruksikan pasien untuk/ mempertahankan gerak
bantu dalam rentang gerak sendi, mencegagah
pasien/aktif pada ekstremitas kontraktur/atrofi dan resorpsi
yang sakit dan yang tidak kalsium karena tidak
sakit. digunakan.
4)      Kontraksi otot isometrik
tanpa menkuk sendi atau
menggerakkan tungkai dan
membantu mempertahankan
4) Dorong pengunana latihan kekuatan dan masa otot.
isometrik mulai dengan Catatan : Latihan ini
tungkai yang tak sakit. dikontraindikasikan pada
perdarahan akut/edema.
5)      Berguna dalam
mempertahankan posisi
fungsional ekstremitas,
tangan/kaki, dan mencegah
komplikasi (contoh
5) Berikan papan kaki, bebat kontraktur/kaki jatuh).
pergelangan, gulungan6)      Menurunkan risiko
trokanter/tangan yang sesuai. kontraktur fleksi panggul.
NO INTERVENSI RASIONAL
7)      Memudahkan gerakan
selama higiene/perawatan
6) Tempatkan dalam posisi kulit, dan penggantian linen,
telentang secara periodik bila menurunkan ketidak
mungkin, bila traksi nyamanan dengan tetap datar
digunakan untuk menstabilkan di tempat tidur. “Pasca
fraktur tungkai bawah. posisi” melibatkan
7). Instruksikan/dorong penempatan kaki yang sakit
menggunakan trapeze dan datar di tempat tidur dengan
“pasca posisi” untuk fraktur lutut menekuk sementara
tungkai bawah. mengenggam trapeze dan
mengangkat tubuh dari
tempat tidur.
8)      Meningkatkan kekuatan otot
dan sirkulasi, meningkatkan
kontrol pasien dalam situasi,
dan meningkatkan kesehatan
diri langsung.
9)      Mobilisasi dini menurunkan
komplikasi tirah baring
(contoh, flebitus) dan
meningkatkan penyembuhan
8) Bantu/dorong perawatan dan normalisasi fungsi
diri/kebersihan (contoh mandi, organ. Belajar memperbaiki
mencukur) cara menggunakan alat
penting untuk
mempertahankan mobilisasi
optimal dan keamanan
9) Berikan/bantu dalam pasien.
mobilisasi dengan kursi roda, 10)  Hipotensi postural adalah
kruk, tongkat, sesegera masalah umum menyertai
mungkin. Instruksikan tirah baring lama dan
keamanan dalam memerlukan intervensi
menggunakan alat mobilitas. khusus (contoh kemiringan
meja dengan peninggian
secara bertahap sampai
                                   posisi tegak).
11)  Mencegah/menurunkan
insiden komplikasi kulit/
pernapasan (contoh
NO INTERVENSI RASIONAL
dekubitus, atelektasi,
10) Awasi TD dengan melakukan pneumonia).
aktivitas.perhatikan keluhan 12)  Tirah baring, penggunaan
pusing. analgesik, dan perubahan
dalam kebiasaan diet dapat
memperlambat peristaltik
dan menghasilkan konstipasi.
Tindakan keperawatan yang
memudahkan eliminasi dapat
mencegah/membatasi
11) Ubah posisi secara periodik komplikasi. Bedpan fraktur
. dan dorong untuk latihan membatasi fleksi panggul
batuk/napas dalam. dan mengurangi tekanan
lumbal/gips ekstremitas
bawah.
Auskultasi biring usus. Awasi13)  Mempertahankan hidrasi
12) kebiasaan eliminasi dan tubuh, menurunkan risiko
berikan keteraturan defekasi infeksi urinarius,
rutin. Tempatkan pada pispot, pembentukan batu, dan
bila mungkin, atau konstipasi.
menggunakan bedpan fraktur.
Berikan privasi. 14)  Pada adanya cedera
musculoskeletal, nutrisi yang
diperlukan untuk
penyembuhan berkurang
dengan cepat, sering
mengakibatkan penurunan
BB 20-30 pon selama traksi
tulang. Ini mempengaruhi
massa otot, tonus dan
Dorong peningkatan masukan kekuatan. Catatan : Makanan
13) ciaran sampai 2000-3000 protein meningkat
ml/hari, termasuk air asam/jus. kandngannya pada usus
halus, mengakibatkan
pembentukan gas dan
konstipasi, sehingga fungsi
Berikan diet tinggi protein, GI harus secara penuh
14) karbohidrat, vitamin, dan membaik sebelum makanan
mineral. Pertahankan berprotein meningkat.
penurunan kandungan protein 15)  Penambahan bulk pada feses
NO INTERVENSI RASIONAL
sampai setelah defekasi membantu mencegah
pertama. konstipasi. Makanan
pembentukan gas dapat
menyebabkan distensi
abdominal, khususnya pada
adanya penurunan motilitas
usus.
16)  Berguna dalam membuat
aktivitas individual/program
latihan. Pasien dapat
memerlukan bantuan jangka
panjang dengan gerakan
kekuatan, dan aktivitas yang
mengandalkan berat badan,
juga penggunaan alat.
Contoh walker, kruk,
Tingkatkan jumlah diet kasar. tongkat, meninggikan tempat
15) Batasi makanan pembentuk duduk di toilet, tongkat
gas. pengambil/penggapai,
khususnya alat makan.
17)  Dilakukan untuk
meningkatkan evakuasi usus.
18)  Pasien/orang terdekat
memerlukan tindakan
Konsul dengan ahli terapi intensif lebih untuk
16) fisik/okupasi dan/atau menerima kenyataan
rehabilitas spesialis. kondisi/prognosis,
imobilisasi lama, mengalami
kehilangan kontrol.
NO INTERVENSI RASIONAL
Lakukan program defekasi
17) (pelunak feses, enema,
laksatif) sesuai indikasi.
Rujuk ke perawat spesialis
18) psikatrik klinikal/ahli terapi
sesuai indikasi.

                                
(Doengoes Marilynn E, 2000)

D.    Implementasi
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat. Dalam melaksanakan rencana tersebut harus diperlukan dalam
kerja sama dengan tim kesehatan yang lain, keluarga klien dan klien sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1.      Kebutuhan dasar klien.
2.      Dasar dari tindakan.
3.      Kemampuan perseorangan, keahlian/keterampilan dan perawatan.
4.      Sumber dari keluarga dan klien sendiri.
5.      Sumber dari instasi terkait.

E.     Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan
dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Doenges Marilynn E, 2000).
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan adalah :
1.      Nyeri yang dirasakan berkurang
2.      Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat,sensasi normal,
dan tanda vital stabil
3.      Mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat
4.      Mempertahankan posisi fungsional

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka. Hal ini
sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi
jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula. Gambaran klinis pada patah tulang 
klavikula biasanya penderita datang  dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa
sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan
terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap
gerakan. Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment.

B.     Saran
Diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkam
asuhan keperawatan gawat darurat pada klien khususnya pada klien dengan Fraktur klavikula.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Krisanty. Paula, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Paula Krisanty. Jakarta: EGC

Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat, Nuha Medika, Yogyakarta

Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume


       2, 2006, EGC, Jakarta

Rasjad C. Trauma. In: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif Watampone, 2009, p. 355-
356.
Suzanne, Smeltzer C dan Brenda G. Bare. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder: Core Knowledge in
orthopaedics. I” ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p.623-7.

  KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan, Pencipta dan Pemelihara alam
semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Fraktur Klavikula”
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan
disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses asuhan keperawatan gadar
secara sederhana dan mengena pada permasalahan yang ada di masyarakat.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari
teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itu besar harapan kami akan saran dan
masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami
ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.

Watampone, 25  Mei 2015

                                                                                                                      Penyusun
                                                            

 
i
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang .............................................................................................1
B.           Rumusan Masalah.........................................................................................1
C.           Tujuan Penulisan………………………...........…………..….....…….........2
BAB II PEMBAHASAN
       I.            KONSEP DASAR MEDIS
A.          Pengertian......................................................................................................3
B.           Etiologi .........................................................................................................3
C.           Insiden...........................................................................................................4
D.          Patofisiologi...................................................................................................5
E.           Gambaran Klinis............................................................................................5
F.            Klasifikasi......................................................................................................6
G.          Pemeriksaan Penunjang ................................................................................7
H.          Penatalaksanaan.............................................................................................7
I.             Komplikasi....................................................................................................9
J.             Prognosis.......................................................................................................9
    II.            KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GADAR FRAKTUR KLAVIKULA
A.          Pengkajian...................................................................................................10
B.           Diagnosa Keperawatan................................................................................14
C.           Rencana Keperawatan.................................................................................15
D.          Implementasi...............................................................................................29
E.           Evaluasi.......................................................................................................30
BAB III PENUTUP
A.          Kesimpulan .................................................................................................31
B.           Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

 
ii
 
Tugas Gadar
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FRAKTUR KLAVIKULA

OLEH :
Kelompok I
  ITA RAHAYU
  RISDAYANTI
  ASRIANI RUSTAM
  NUR ELMY LESTARI
  STEFANUS YODI JARO
  WARDI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


PUANGRIMAGGALATUNG BONE
 

2015
Diposting oleh BLOG COMEL di 05:14
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: MAKALAH KEPERAWATAN
Lokasi: Watampone Sulawesi Selatan Indonesia Watampone, Tanete Riattang, Kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan, Indonesia

No comments:

Post a Comment

Link ke posting ini

Create a Link

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blog Archive
 ►  2019 (2)

 ▼  2017 (230)
o ▼  December (230)
 Botting Tengelo'Na ~ ANSAR S. ~ LAGU BUGIS
 Upiak Isil ~ Tak Tun Tuang
 MAKALAH KOLESTEROL
 MAKALAH KINGDOM PLANTAE 2
 MAKALAH HAJI DAN UMRAH
 Resensi Buku Novel : Ayat – Ayat Cinta
 Resensi Buku Novel : Negeri 5 Menara
 Resensi buku Novel : Surat Kecil Untuk Tuhan
 Resensi buku Novel : Perahu Kertas
 Resensi buku Novel : 5 CM
 Resensi buku Novel : Sang Pemimpi
 Resensi BUKU Novel : Laskar Pelangi
 RESENSI Buku Novel : Dear Nathan
 RESENSI Buku Muhammad Al Fatih 1453
 RESENSI Buku Pengantar Filsafat Pendidikan
 Resensi Buku : RANGKING 1 BUKAN SEGALANYA
 RESENSI BUKU : PEMENANG DIATAS PEMENANG
 MAKALAH Pengaruh Teknologi Komunikasi terhadap Int...
 TRADISI MAPPACCI SUKU BUGIS
 SISTEM RANGKA DAN SISTEM ORGAN MANUSIA
 RESUME AKUNTANSI
 MAKALAH BIOLOGI KINGDOM PLANTAE
 MAKALAH TENTANG EPIDEMIOLOGI
 TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
 JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM IN...
 KLIPPING NORMA
 klipping PRAKARYA MEMBUAT SAYURAN SOP
 KLIPPING ZAMAN BATU
 KTI ILEUS OBSTRUKSI BAB II
 KTI ASKEP ILEUS OBSTRUKSI BAB I
 LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA
 ASKEP DIARE
 MAKALAH Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel
 materi ULKUS PEPTIKUM
 MAKALAH TEHNIK PENGENBILAN SAMPLE DALAM
PENELITIAN...
 RANGKUMAN ANC, INC dan PNC
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHU...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN EFEK SAMPING PEM...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN ANGKA KEJADIA...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU...
 MAKALAH Trend Issue Keperawatan di Masa Depan
 MAKALAH STATISTIKA DAN METODE PENELITIAN
 MAKALAH KOMPUTER DALAM MEMPENGARUHI AKTIVITAS
MA...
 MAKALAH Lingkungan Hidup
 MAKALAH THAHARAH 1
 MAKALAH TEORI-TEORI ORGANISASI
 MAKALAH TBC
 MAKALAH STRES DAN ADAPTASI 2
 MAKALAH STRES DAN ADAPTASI
 MAKALAH ASKEP Sepsis Neonatorum
 MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER
 MAKALAH PROSES KEPERAWATAN JIWA
 MAKALAH PERKEMBANGAN KOMPUTER DARI GENERASI KE
G...
 MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN
PARLEMENT...
 MAKALAH PENGELOLAAN TREND DAN ISSU PERUBAHA...
 MAKALAH PENGELOLAAN TREND DAN ISSU PERUBAHA...
 MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN ...
 MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN ...
 MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN ...
 MAKALAH KEMATIAN SEL DAN JARINGAN
 makalah METEDE PENELITIAN
 MAKALAH KONSEP PEMASARAN
 MAKALAH JAMUR
 MAKALAH INTERAKSI GENETIKA DENGAN LINGKUNGAN
 MAKALAH INFEKSI PADA BAYI
 MAKALAH INFEKSI JANTUNG
 MAKALAH GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI 3
 MAKALAH GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI 2
 MAKALAH GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI
 MAKALAH ASKEP GADAR FRAKTUR SUPRAKONDILER
 MAKALAH ASKEP GADAR FRAKTUR KLAVIKULA
 MAKALAH MANAJEMEN PEGADAIAN SYARIAH 2
 MAKALAH MANAJEMEN PEGADAIAN SYARIAH 1
 MAKALAH TANAMAN BAYAM
 MAKALAH EMOSI
 MAKALAH DIABETES MELLITUS
 MAKALAH BATUK
 KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB III
 KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB II
 KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB I
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB IV
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB III
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB II
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB I
 DAFTAR PUSTAKA KTI ULKUS PEPTIKUM
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB IV-V
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB III
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB II
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB I
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB V
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB IV
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB III
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB II
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB I
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN INTERVENSI
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN IMPLEMENTASI...
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB V
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB IV
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB III

ARTIKEL STORE
 BLOG COMEL
 Nanang Syahpura

Blog Archive
 ►  2019 (2)

 ▼  2017 (230)
o ▼  December (230)
 Botting Tengelo'Na ~ ANSAR S. ~ LAGU BUGIS
 Upiak Isil ~ Tak Tun Tuang
 MAKALAH KOLESTEROL
 MAKALAH KINGDOM PLANTAE 2
 MAKALAH HAJI DAN UMRAH
 Resensi Buku Novel : Ayat – Ayat Cinta
 Resensi Buku Novel : Negeri 5 Menara
 Resensi buku Novel : Surat Kecil Untuk Tuhan
 Resensi buku Novel : Perahu Kertas
 Resensi buku Novel : 5 CM
 Resensi buku Novel : Sang Pemimpi
 Resensi BUKU Novel : Laskar Pelangi
 RESENSI Buku Novel : Dear Nathan
 RESENSI Buku Muhammad Al Fatih 1453
 RESENSI Buku Pengantar Filsafat Pendidikan
 Resensi Buku : RANGKING 1 BUKAN SEGALANYA
 RESENSI BUKU : PEMENANG DIATAS PEMENANG
 MAKALAH Pengaruh Teknologi Komunikasi terhadap Int...
 TRADISI MAPPACCI SUKU BUGIS
 SISTEM RANGKA DAN SISTEM ORGAN MANUSIA
 RESUME AKUNTANSI
 MAKALAH BIOLOGI KINGDOM PLANTAE
 MAKALAH TENTANG EPIDEMIOLOGI
 TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
 JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM IN...
 KLIPPING NORMA
 klipping PRAKARYA MEMBUAT SAYURAN SOP
 KLIPPING ZAMAN BATU
 KTI ILEUS OBSTRUKSI BAB II
 KTI ASKEP ILEUS OBSTRUKSI BAB I
 LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA
 ASKEP DIARE
 MAKALAH Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel
 materi ULKUS PEPTIKUM
 MAKALAH TEHNIK PENGENBILAN SAMPLE DALAM
PENELITIAN...
 RANGKUMAN ANC, INC dan PNC
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHU...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN EFEK SAMPING PEM...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN ANGKA KEJADIA...
 PROPOSAL PENELITIAN KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU...
 MAKALAH Trend Issue Keperawatan di Masa Depan
 MAKALAH STATISTIKA DAN METODE PENELITIAN
 MAKALAH KOMPUTER DALAM MEMPENGARUHI AKTIVITAS
MA...
 MAKALAH Lingkungan Hidup
 MAKALAH THAHARAH 1
 MAKALAH TEORI-TEORI ORGANISASI
 MAKALAH TBC
 MAKALAH STRES DAN ADAPTASI 2
 MAKALAH STRES DAN ADAPTASI
 MAKALAH ASKEP Sepsis Neonatorum
 MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER
 MAKALAH PROSES KEPERAWATAN JIWA
 MAKALAH PERKEMBANGAN KOMPUTER DARI GENERASI KE
G...
 MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN
PARLEMENT...
 MAKALAH PENGELOLAAN TREND DAN ISSU PERUBAHA...
 MAKALAH PENGELOLAAN TREND DAN ISSU PERUBAHA...
 MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN ...
 MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN ...
 MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN
DENGAN ...
 MAKALAH KEMATIAN SEL DAN JARINGAN
 makalah METEDE PENELITIAN
 MAKALAH KONSEP PEMASARAN
 MAKALAH JAMUR
 MAKALAH INTERAKSI GENETIKA DENGAN LINGKUNGAN
 MAKALAH INFEKSI PADA BAYI
 MAKALAH INFEKSI JANTUNG
 MAKALAH GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI 3
 MAKALAH GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI 2
 MAKALAH GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI
 MAKALAH ASKEP GADAR FRAKTUR SUPRAKONDILER
 MAKALAH ASKEP GADAR FRAKTUR KLAVIKULA
 MAKALAH MANAJEMEN PEGADAIAN SYARIAH 2
 MAKALAH MANAJEMEN PEGADAIAN SYARIAH 1
 MAKALAH TANAMAN BAYAM
 MAKALAH EMOSI
 MAKALAH DIABETES MELLITUS
 MAKALAH BATUK
 KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB III
 KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB II
 KTI ASKEP HEPATOMEGALI BAB I
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB IV
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB III
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB II
 KTI ASKEP TRAUMA PELVIS BAB I
 DAFTAR PUSTAKA KTI ULKUS PEPTIKUM
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB IV-V
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB III
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB II
 KTI ASKEP ULKUS PEPTIKUM BAB I
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB V
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB IV
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB III
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB II
 KTI ASKEP TRAUMA KAPITIS BAB I
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN INTERVENSI
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN IMPLEMENTASI...
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB V
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB IV
 KTI ASKEP JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN BAB III

Anda mungkin juga menyukai