MAKALAH
Oleh:
Kelompok 8
Dosen Pembimbing :
Pristian Hadi Putra, M.Pd
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ZAKAT
MAL”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan Bapak
Pristian Hadi Putra, M.Pd yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat,
pengetahuan dan nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, dan
masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis,
pembaca dan peneliti selanjutnya. Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati,penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam makalah ini. Terima kasih.
Penyusun,
Kelompok 8 (Delapan)
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
A. Kesimpulan........................................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada umat manusia untuk mengatur
berbagai persoalan dan urussan kehidupan dunia dan untuk mempersiapkan kehidupan
akhirat. Agama islam dikenal sebagai agama yang kaffah (menyeluruh) karena setiap
detail urusan manusia itu telah dibahas dalam Al-Quran dan hadits.
Ketika seseorang sudah beragama islam/ Muslim, maka kewajiban baginya adalah
melengkapi syarat menjadi muslim atau yang dikenal dengan Rukun islam. Rukun islam
terbagi menjadi 5 bagian yaitu pertama, membaca Syahadat, kedua, melaksanakan sholat,
ketiga, menunaikan zakat, keempat, menjalankan puasa, dan kelima, menunaikan haji
bagi orang ynag mampu.
Rukun islam yang keempat, membahas tentang kajian zakat, zakat merupakan
pembagian sebagian harta yang dimiliki untuk mensucikan jiwa, zakat terbagi menjadi 2
bagian yaitu zakat fitrah yang dikeluarkan oleh setiap orang muslim di bulan Ramadhan,
dan Zakat Maal yang dikeluarkan oleh orang muslim yang memiliki kelebihan harta dan
berlaku syarat tertentu.1
Setiap harta yang kita miliki tidak terlepas dari kewajiban zakat, khusunya zakat
Mal / harta. pertanyaan yang muncul setelah itu adalah apa saja syarat-syarat wajib zakat
Mal dan harta apa saja yang wajib di zakati. Dan akan kita bahas dalam makalah ini.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, sangat pentingnya memahami kajian zakat,
sehingga dalam makalah ini akan dikaji tentang Zakat mal.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Zakat Mal ?
2. Jelaskan Hukum Zakat Mal ?
3. Apa saja Syarat-syarat Wajib Zakat Mal ?
4. Apa saja Macam-macam Zakat Mal ?
5. Apa manfaat Zakat Mal ?
6. Bagaimana cara Menghitung Zakat Mal ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Zakat Mal
2. Untuk Mengetahui Hukum Zakat Mal
3. Untuk Mengetahui Syarat-syarat Wajib Zakat Mal
4. Untuk Mengetahui Macam-macam Zakat Mal
5. Untuk Mengetahui Manfaat Zakat Mal
6. Untuk Mengetahui Cara Menghitung Zakat Mal
1
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Baerut Lebanon : Dar al-Fikr, 1983), Jilid II, h.276
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Mal
Zakat secara etimologis berasal dari kata yang berarti tumbuh, kesuburan dan pensucian.
Kata zakat digunakan untuk pemberian harta tertentu karena di dalamnya terdapat suatu harapan
mendapat berkah, mensucikan diri dan menumbuhkan harta tersebut untuk kebaikan. Adapun
menurut terminologis, zakat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang wajib diberikan dari
sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang
berhak menerimanya.
Kata zakat menurut bahasa adalah mempunyai arti “bertambah, berkembang”.
Dinamakan zakat karena, dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah
diambil zakatnya dari bahaya. Menurut Ibnu Taimiah hati dan harta orang yang
membayar zakat tersebut menjadi suci dan bersih serta berkembang secara maknawi.
Kata Mal jamak dari kata amwal dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diinginkan
sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Pada mulanya kekayaan sepadan dengan
dengan emas dan perak, namun kemudian berkembang menjadi segala barang yang dimiliki dan
disimpan2.
Zakat Mal menurut syara‟ adalah nama dari sejumlah harta yanhg tertentu yang
diberikan kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu. Dinamakan zakat,
karena harta itu akan bertambah (tumbuh) disebabkan berkah dikeluarkan zakatnya dan
do‟a dari orang yang menerimanya.
Dalam kitab Fathul Mu‟in disebutkan zakat mal ( harta benda ) yaitu zakat yang di
keluarkan dari harta benda tertentu misalanya emas, perak, binatang, tumbuhan (biji - bijian), dan
harta perniagaan. Para pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat mal sebagai
harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada masyarakat umum
atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan
pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang dialoksikan untuk memenuhi
kebutuhan delapan golongan yang telah ditentukanoleh Al - Qur‟an, serta untuk memenuhi
tuntutan politik bagi keuangn Islam.
Zakat mal yaitu zalkat yang berkaitan dengan kepemilikan harta tertentu dan memenuhi
syarat tertentu. Zakat ini meliputi zakat tumbuh-tumbuhan, zakat binatang ternak, zakat
perniagaan, zakat barang tambang, dan zakat emas dan perak. Menurut Bahasa, harta adalah
segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan
menyimpannya.
2
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung : Rosyda Karya, 2003 ),
h.89
2
3
Jadi, zakat mal adalah zakat harta. Maksudnya adalah membersihkan harta yang dimiliki
dengan cara memberikannya kepada mustahiq (yang berhak).
Zakat dalam Alquran dan hadis kadang-kadang disebut dengan sedekah, seperti
firman Allah subhanahu wata'ala, yaitu :
﴾۱۰۳﴿
Artinya :
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah (9) : 103)
Maksudnya : Zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang
berlebih-lebihan kepada harta benda.
Dapat disimpulkan bahwa zakat mal adalah kegiatan mengeluarkan sebagian harta
kekayaan berupa binatang ternak, hasl tanaman (buah-buahan), Emas dan perak, harta
perdagangan dan kekayaan lain diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat.3
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima yang merupakan pilar
agama yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Adapun dasar hukum zakat harta (mal)
diantaranya adalah firman Allah Swt. Firman Allah Swt. :
(٤۳)
3
Nurdi Muhd Ali, Zakat sebagai Instrument dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2006), h.6
4
Artinya :
Mengeluarkan zakat mal hukumnya adalah fardhu „ain, yaitu wajib atas setiap orang
muslim yang mampu dan telah memenuhi syarat-syaratnya. Allah Swt. berfirman:
(۱۱۰)
Artinya :
“Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang
kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah.
Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Baqarah (2) : 110).
4
Departeman Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Jakarta : CV Karindo, 2002), h.108
5
﴾۱۰۳﴿
Artinya :
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah (9) : 103)
Penunaian zakat harus disalurkan pada saatnya dan tidak boleh ditunda-tunda.
Harta zakat harus disalurkan secara langsung ketika telah genap satu tahun (haul) dan
haram hukumnya menunda-nunda pengeluarannya.5 Hal ini berdasarkan firman Allah:
(١٤١)
Artinya :
“Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak
merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apa-
bila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan.” (Q.S Al-An‟am (6) : 141).
Dalam sebuah hadits dari Aisyah r.a bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda :
5
Nur Fathoni, Fikih Zakat Indonesia,( Semarang : CV Karya Abadi Jaya, cet.ke-
1, 2015), h.49.
6
Artinya :
Semua harta yang dimiliki umat Islam wajib dizakati jika sudah mencapai
batas nishab. Syarat wajibnya zakat bagi harta milik seseorang adalah harta yang
didapatkan itu milik pribadi seseorang dengan cara yang baik. Dengan demikian, harta
yang didapatkan dengan cara yang tidak baik, seperti pencurian, korupsi, perampasan,
penipuan, dan riba tidak termasuk ke dalam zakat.6
Artinya :
“Tidak diterima shalat tanpa bersuci dan tidak diterima sedekah dari kekayaan
ghulul.” (HR Muslim)
Kata ghulul dalam hadits tersebut maksudnya adalah kekayaan yang diperoleh
dengan cara tidak sah dari kekayaan umum, seperti harta rampasan perang (ghanimah).
(٢٦٧)
Artinya :
6
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1994), h.145
7
Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha kaya,Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah (2) : 267)
Dari ayat ini dapat diambil penjelasan bahwa Allah ta‟ala menganjurkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk menginfakkan sebagian apa yang mereka dapatkan dalam
berniaga, dan sebagian dari apa yang mereka panen dari tanaman dari biji-bijian maupun
buah-buahan, hal ini mencakup zakat uang maupun seluruh perdagangan yang
dipersiapkan untuk dijual belikan, juga hasil pertanian dari biji-bijian dan buah-buahan.
Termasuk dalam keumuman ayat ini, infak yang wajib maupun yang sunnah.
Allah ta‟ala memerintahkan untuk memilih yang baik dari itu semua dan tidak memilih
yang buruk, yaitu yang jelek lagi hina mereka sedekahkan kepada Allah, seandainya
mereka memberikan barang yang seperti itu kepada orang orang yang berhak mereka
berikan, pastilah merekapun tidak akan meridhainya, mereka tidak akan menerimanya
kecuali dengan kedongkolan dan memi-cingkan mata. Maka yang seharusnya adalah
mengeluarkan yang tengah-tengah dari semua itu, dan yang lebih sempurna adalah
mengeluarkan yang paling baik. Sedang yang dilarang adalah mengeluarkan yang jelek,
karena yang ini tidaklah memenuhi infak yang wajib dan tidak akan memperoleh pahala
yang sempurna dalam infak yang Sunnah.
Para ulama mengatakan bahwa menyedekahkan sesuatu yang haram tidak akan
diterima karena yang disedekahkan itu bukan miliknya sendiri dan orang itu tidak sah
melakukan sesuatu atas barang tersebut.7
7
Ibid., hlm. 146
8
8
Ismail Nawawi, Manajemen Zajat dan Wakaf, Jakarta : VIV Press, 2013, hlm 103-134.
9
9
Ibid,. hlm. 135
10
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu
madyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada
mereka yang mempunyai harta.
8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain yang ada padanya.
9. Sarana pemerataan pendapatan (rizki) untuk mencapai keadilan sosial. 10
2. Uang Simpanan
Uang simpanan (tabungan atau deposit dan sejenisnya) bila sudah cukup
haulnya (1 tahun) dan nisabnya sama dengan 85 gram emas ± Rp. 48.000.000,-,
maka ia terkena wajib zakat sebesar 2,5 %.
Contoh :
Ibu Eniwati, seorang pembisnis manisan memilki uang simpana Rp.
230.000.000,-, uang tersebut „berputar‟, terkadang kurang karena berbagai
kebutuhan dan terkadanag pula bertambah. Setelah berlalu satu tahun, uang
10
Ibid,.
11
11
Kementrian Agama Republik Indonesia, Buku Saku Menghitung Zakat, Jakarta, 2013,
h. 46
12
6. Zakat Profesi
Jenis zakat profesi memiliki banyak kemiripan dengan zakat perdagangan.
Usaha bengkel misalnya, selain menjual jasa dan pelayanan (profesi) juga
menjual suku cadang (niaga). Ada du acara menghitung zakat profesi 13.
12
Ibid,.
13
Ibid, h.60
13
14
Ibid,. hlm 61
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa zakat mal adalah kegiatan mengeluarkan sebagian harta
kekayaan berupa binatang ternak, hasl tanaman (buah-buahan), Emas dan perak, harta
perdagangan dan kekayaan lain diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat.
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima yang merupakan pilar
agama yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Mengeluarkan zakat mal hukumnya adalah
fardhu „ain, yaitu wajib atas setiap orang muslim yang mampu dan telah memenuhi
syarat-syaratnya.
Syarat-syarat wajib Zakat Mal (harta), yaitu Merupakan kepemilikan penuh, Harta
yang dapat berkembang, Sudah mencapai nisab, Melebihi kebutuhan pokok, Tidak
berutang dan kepemilikan hartanya sudah sampai satu tahun atau disebut dengan istilah
haul dan Harta untuk zakat harus halal. Macam-macam Zakat Mal, yaitu Zakat Hewan
Ternak, Zakat Emas dan Perak, Zakat Perdagangan, Zakat Hasil Pertanian dan Zakat
Investasi.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi Zakat Mal, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, maka dari itu penulis berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali Nurdi Muhd. 2006. Zakat sebagai Instrument dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta : Raja
Grafindo Persada. hlm.6
Fathoni Nur. 2015. Fikih Zakat Indonesia. Semarang : CV Karya Abadi Jaya cet.ke-1. hlm.49
Kementrian Agama Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Menghitung Zakat. Jakarta. hlm. 46
Mahfudh Sahal. 1994. Nuansa Fiqih Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. hlm.145
Nawawi Ismail. 2013. Manajemen Zajat dan Wakaf, Jakarta : VIV Press. hlm 103-134.
Sabiq. Sayid. 1983. Fiqih Sunnah. Baerut Lebanon : Dar al-Fikr. Jilid II, h.276
16