Anda di halaman 1dari 17

Metode Pembelajaran Kontekstual

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran


Matematika

Disusun Oleh :

1. M. Yudi Murparizal
2. Nova Putri Ayuni
3. Nurul Amanda
4. Susan Desrilita
5. Wahyuni Ulfa

Dosen Pengampu :

Rhomiy Handican, M.Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yg berjudul ” Metode Pembelajaran
Kontekstual” tepat waktu.

Makalah ” Metode Pembelajaran Kontekstual “ disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Strategi Pembelajaran matematika dengan Dosen pengampu Pak Rhomiy
Handican M.Pd. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Sejarah dan Filsafat pendidikan matematika.

Penulis berharap Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah


pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Kerinci, 15 Desember 2020

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................5

BAB 2 : PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ....................................................6


B. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual ....................................................7
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual ..........................9
D. Karakteristik Model Pembelajaran Konseptual..................................................11
E. Contoh Skenario Model Pembelajaran Kontekstual ..........................................13
BAB 3 : PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................16
B. Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Pada mulanya Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil


penelitian John Dewey. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
dalam kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.1

Gafur (dalam Suherli) berpendapat bahwa dewasa ini, masih terdapat


sistem pembelajaran yang bersifat teoritis. Sebagian besar siswa belum dapat
menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa
“pada umumnya siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka
pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari“.2

Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus
mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali
siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru
harus pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar yang memudahkan siswa
dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran yang
mereka pelajari.

Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa


pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah model
belajar baru yang labih memberdayakan peserta didik. Sebuah model belajar
yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi suatu model
1
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, Ed. II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 193.
2
Suherli, Model PembelajaranKontekstual (Contextual Teaching And
Learning). Lihat http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajar
ankontekstual.html

4
pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami rumuskan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Pengertian dari model pembelajaran Kontekstual?
2. Bagaimana Penerapan model pembelajaran kontekstual?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Kontekstual
tersebut?
4. Apa karakteristik dari model pembelajaran Kontekstual tersebut?
5. Bagaimanakah skenarionya dalam proses belajar mengajar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan


makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari model pembelajaran kontekstual


2. Mengetahui bagaimana Penerapan model pembelajaran kontekstual
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
kontekstual
4. Mengetahui karakteristik dari model pembelajaran kontekstual
5. Mengetahui bagaimana skenario dari model pembelajaran kontekstual.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian model pembelajaran Kontekstual


Pada hakikatnya kata “model” memiliki definisi yang berbeda-
beda sesuai dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang mengadopsinya.
Salah satu definisi model seperti yang dikemukakan Dilworth (dalam
Sakdiahwati) berikut, “A model is an abstract representation of some
real world process, system, subsystem. Model are used in all aspect of
life. Model are useful in depicting alternatives and in analysing their
performance”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
model merupakan representasi abstrak dari proses, sistem, atau
subsistem yang konkret. Model digunakan dalam seluruh aspek
kehidupan. Model bermanfaat dalam mendeskripsikan pilihan-pilihan
dan dalam menganalisis tampilantampilan pilihan tersebut.3

Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus


Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti: 1) bagian sesuatu uraian
atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna;
2) situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.4

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning)


adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan

3
Sakdiahwati, Makalah: ”Penerapan Model
SinektikDalamMeningkatkanKreativitasMenulis
(StudiKuasiEksperimendalamPembelajaranMenulispadaSiswaKelas I SMPN di
Kota Palembang)”,dalamhttp://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id. tt.
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.458.

6
penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment). Johnson, mengartikan
pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya, dan budayanya.5

B. Sintaks model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching


and Learning (CTL)
Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika
materi pembelajaran tidak hanya tekstual melainkan dikaitkan dengan
peneapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan keluarga,
masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan ketujuh
komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi bermaknabagi
siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan
tersebut dapat dikatakan menggunakanpendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual dapat diterapakan dalam kelas besar maupun
kelas kecil, namun akan lebih mudah organisasinya jika diterapkan dalam
kelas kecil. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kurikulum berbasis
kompetensi sangat sesuai.
Dalam penerapannya pembelajaran kontekstual tidak memerlukan
biaya besar dan media khusus. Pembelajaran kontekstual memanfaatkan
berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar
seperti tukang las, bengkel, tukang reparasi elektronik, barang-barang
bekas, koran, majalah, perabot-perabot rumah tangga, pasar, toko, TV,
radio, internet, dan sebagainya. Guru dan buku bukan merupakan sumber
dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang sebagai orang yang
serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai
pertanyaan iswa yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun
modern.

5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 295

7
Seperti yang dikemukakan di muka, dalam pembelajaran
kontekstual tes hanya merupakan sebagian dari teknik/ instrumen
penelitian yang bermaca-macam seperti wawancara, observasi, inventory,
skala sikap, penilaian kinerja, portofolio, jurnal siswa, dan sebagainya
yang semuanya disinergikan untuk menilai kemampuan siswa yang
sebenarnya (autentik). Penilainya bukan hanya guru saja tetapi juga diri
sendiri, teman siswa, pihak lain (teknisi, bengkel, tukang dsb.). Saat
penilaian diusahakan pada situasi yang autetik misal pada saat diskusi,
praktikum, wawancara di bengkel, kegiatan belajar-mengajar di kelas dan
sebagainya.siswa.

Dalam pembelajaran kontekstual rencana pelaksanaan


pembelajaran (RPP) sebenarnya lebih bersifat sebagai rencana pribadi
dari pada sebagai laporan untuk kepala sekolah atau pengawas seperti
yang dilakukan saat ini. Jadi RPP lebih cenderung berfungs
mengingatkan guru sendiri dalam menyapkan alat-alat/media dan
mengendalikan langkah-langkah (skenario) pembelajaran sehingga
bentuknya lebih sederhana.

Adapun sintaks dari Model Pembelajaran Kontekstual atau


Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebagai berikut.

1. Modelling (Pemusatan Perhatian, motivasi, penyampaian


kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh).
Guru akan berusaha memusatkan perhatian siswa kepada materi
yang akan dipelajari, Memberikan motivasi dan meningkatkan
semngat siswa dengan memaparkan tujuan yang akan dicapai dalam
proses pembelajaran tersebut.
2. Questioning (Explorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, generalisasi) Guru hendaknya memngarahkan dan
memberikan petunjuk kepada siswa untuk mencapai tujuan dari
proses pembelajaran tersebut.
3. Learning Community (Seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok/individual, mengerjakan). Pada proses pembelajaran ini

8
siswa harus berperan aktif melebihi guru, seorang guru berperan
dalam membimbing memanta dan mengarahkan siswa untuk
mencapai tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri.
4. Inquiry (Identifikasi, Investigasi, menemukan)
5. Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengonstruksi
konsep/aturan)
6. Reflection (review, rangkuman, tindak lanjut).
7. Authentic Assessment (penilaian proses belajar, penilaian objektif)

C. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Kontekstual

Beberapa kelebihan dari pembelajaran Contextual Teaching and


Learning (CTL) adalah:

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut


untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa.

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan


konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan

”menghafal”.

3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas


siswa secara penuh, baik fisik maupun mental

4) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk


memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
hasil temuan mereka di lapangan.

9
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian dari guru.

6) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana


pembelajaran yang bermakna.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah


sebagai berikut:

1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran


Kontekstual berlangsung.

2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat


menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.

3) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru


tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.
Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. [12]

D. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual

Atas dasar pengertian tersebut, pembelajaran kontekstual menurut


Muslich, mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik,


yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian
keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan
yang alamiah (learning in real life setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaningful learning).

10
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa (learning by
doing).
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok,
berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a
group).
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk
menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam (learning to know each other deeply).
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif,
produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to
ask, to inquiry, to work together).
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang
menyenangkan (learning as an enjoy activity).6

Adapun dalam sosialisasi oleh Depdiknas, karakteristik


pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:

a. Kerjasama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan
d. Tidak membosankan
e. Belajar dengan bergairah
f. Pembelajaran terintegrasi
g. Menggunakan berbagai sumber
h. Siswa aktif.7

6
Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 42
7
Sosialisasi KTSP oleh Depdiknas,
ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/16.ppt. tt.

11
Sedangkan menurut Kunandar, ciri-ciri
pembelajaran kontekstual antara lain:

1) Adanya kerjasama antara semua pihak


2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem
3) Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda
4) Saling menunjang
5) Menyenangkan, tidak membosankan
6) Belajar dengan bergairah
7) Pembelajaran terintegrasi
8) Menggunakan berbagai sumber
9) Siswa aktif
10) Sharing dengan teman
11) Siswa kritis, guru kreatif
12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya
siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan sebagainya
13) Laporan kepada orang tua bukan saja rapor, tetapi hasil
karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan
sebagainya.8

Jadi pada model pembelajaran kontekstual ini, meliputi: adanya


umpan balik, penggunaan berbagai alat bantu, belajar kelompok, model
demokrasi, peningkatan pemahaman siswa, evaluasi berdasarkan
penilaian autentik, pembelajaran diformat berdasarkan tempat dan
waktu yang tersedia, dan informasi yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.

E. Contoh Skenario Penerapan pembelajaran Matematika


menggunakan model Pembelajaran Kontekstual
8
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 298-299.

12
Berikut adalah Contoh skenario Pembelajaran kontekstual.

Sub Topik : Bangun ruang kubus dan balok


Tujuan Alokasi Waktu : Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan
balok serta bagian-bagiannya 2 x 40’ ( 1 x pertemuan) Skenario
Pembelajaran Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran
Matematika SMP
1. Modelling.
Pada tahap ini Guru akan berusaha memusatkan perhatian siswa
kepada materi yang akan dipelajari, Memberikan motivasi dan
meningkatkan semngat siswa dengan memaparkan tujuan yang akan
dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Guru bisa memberikan
gambaran dari bangun ruang dengan cara memberikan contoh berupa
gambar kemudian mengaitkanya dengan sesuatu yang ada di sekitar kita
misalnya laci meja, ruang kelas, kotak pensil dan lain sebagainya

2. Questioning
Guru mempersiahkan kepada siswa untuk berdiskusi,
mengungkapkan pengetahuan mereka tentang bangun ruang khususnya
balok dan kubus untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
tentang materiyang sedang di pelajari tersebut. Sehingga memudahkan
guru untuk membimbing siswanya menjapai tujuan dari pembelajaran.
Guru akan membimbing menuntun dan mengarahkan siswa agar dapat
mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan seperti yang telah di
sampaikan di awal yaitu tujuan dari pembelajaran.

3. Learning Comunicaty
Seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok (jika proses
belajarnya berbentuk kelompok) atau individual. Jika individual, guru
akan menjelaskan mengenai materi bangun ruang alas, rusuk, diagonal
dan lain sebagainya. Siswa menyimak penjelasan dari guru, guru juga
akan mempersilahkan siswa untuk bertanya untuk meningkatkan

13
pemahamanya. Guru memberikan ruangan kelas menjadi contoh nyata
agar mudah untuk mengaitkanya dengan kehidupan sehari-hari.

4. Inquiry
Mengidentivikasi, menginvestigasi serta menemukan sebanyak
mungkin contoh-contoh dari bangun ruang. Memaparkan identitas atau
ciri-ciri dari bangun ruang tersebut.
5. Constructivism

Membangun pemahaman sendiri pada setiap siswa tentang bangun


ruang yang sedang di pelajari. Dengan contoh nyata yang diberikan oleh
guru maka akan memudahkan siswa untuk berfikir dan meyaksikan secara
nyata apa itu rusuk, sisi, sudut diagonal serta kerangka-kerangkanya.

6. Reflection.
Disini guru akan mereview kembali atau membadah kembali hasil
belajar siswa, kemudian mengajak siswa untuk merangkum dan
menyimpulkan hasil dari pembelajaran. Kemudian menindak lanjutinya
dengan cara memberikan tugas atau pekerjaan rumah agar meningatkan
pemahaman siswa
7. Autentic Assessment
Penilaian proses belajar, penilaian ini bisa dilihat dari siapa yang
paling aktif dalam pembelajaran dan dinilai secara Objektif.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment).
Model pembelajaran kontekstual bisa diterapkan dalam 3 model,
yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran berbasis masalah
dan model pembelajaran kooperatif.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca sekalian bisa memahami dan
menerapkan model pembelajaran kontekstual yang sekiranya lebih efektif
daripada proses belajar mengajar menggunakan model konvensional

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali, S dan Khaeruddin. 2012. Evaluasi


Pembelajaran. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Aqib, Zaenal. 2013. Model-model,
Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual. Bandung: Yrama Widya
Arikonto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Muslich, Masnur., Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta :


Bumi Aksara, 2009
Nurhidayah,. Nurlina & Yani Ahmad, (2014). Penerapan Model Contextual
Teaching Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas
XI SMA Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Pendidikan
Fisika, Vol. 4, Halaman 161

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Suherli, Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
Dalam

http://irfarazak.blogspot.com/2009/04/model-pembelajar an-
kontekstual.html

Sakdiahwati, Makalah: ”Penerapan Model


SinektikDalamMeningkatkanKreativitasMenulis
(StudiKuasiEksperimendalamPembelajaranMenulispadaSiswaKelas I
SMPN di Kota
Palembang)”,dalamhttp://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id. tt.

16
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Sosialisasi KTSP oleh Depdiknas, ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smp/16.ppt. tt.

17

Anda mungkin juga menyukai