Anda di halaman 1dari 20

MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK

MAKALAH

Disusun dan Diajukan untuk Tugas Strategi Pembelajaran Matematika

Oleh:

Kelompok 1

1. Icha Putri NIM.1910205043


2. Reza Delviana NIM.1910205055
3. Rabiatul Adawiah NIM.1910205018
4. Putra Yudha NIM.1910205024

Dosen Pembimbing :
Rhomiy Handican, M.Pd

MAHASISWA JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FALKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AJARAN 2020 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “MODEL
PEMBELAJARAN REALISTIK”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan Bapak
Rhomiy Handican, M.Pd yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat,
pengetahuan dan nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, dan
masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis,
pembaca dan peneliti selanjutnya. Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati,penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam makalah ini. Terima kasih.

Sungai Penuh, 24 Desember 2020

Penyusun,

Kelompok 1 (Satu)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

A. Model Pembelajaran Realistik ........................................................................... 2


B. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Realistik ................................................... 5
C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Realistik ............................................... 6
D. Karakteristik Model Pembelajaran Realistik ...................................................... 8
E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Realistik ................................ 9
F. Manfaat Model Pembelajaran Realistik ............................................................. 10
G. Contoh Scenario Model Pembelajaran Realistik ................................................ 11

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini Pembelajaran matematika sedang marak dibicarakan
adalah Realistic Mathematics Education (RME). RME diketahui sebagai pendekatan
yang telah berhasil di Belanda. Gagasan pendekatan pembelajaran matematika dengan
realistik ini tidak hanya populer di Negeri Belanda saja, namun di negara indonesia telah
menggunakan pendekatan baru yaitu pendekatan realistik. Matematika realistik banyak
ditentukan oleh pandangan Hans Freudenthal tentang matematika. Dua pandangan
penting beliau adalah „mathematics must be connected to reality and mathematics as
human activity ‟. Pertama, matematika harus dekat terhadap siswa dan harus relevan
dengan situasi kehidupan sehari-hari. Kedua, ia menekankan bahwa matematika sebagai
aktivitas manusia, sehingga siswa harus di beri kesempatan untuk belajar melakukan
aktivitas semua topik dalam matematika.
RME (Realistic Mathematics Education) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang „real„ bagi siswa, menekankan keterampilan „proses of
doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing„ sebagai kebalikan
dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk
menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini
peran guru tak lebih dari seorang fasilitator,moderator atau evaluator sementara siswa
berfikir, mengkomunikasikan, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat
orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Model Pembelajaran Realistik?
2. Jelaskan Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Realistik?
3. Jelaskan Langkah-langkah Model Pembelajaran Realistik?
4. Jelaskan Karakteristik Model Pembelajaran Realistik?
5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Realistik?
6. Apa Manfaat Model Pembelajaran Realistik?
7. Berikan Contoh Scenario Model Pembelajaran Realistik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Realistik
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Realistik
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah Model Pembelajaran Realistik
4. Untuk mengetahui Karakteristik Model Pembelajaran Realistik
5. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Realistik
6. Untuk mengetahui Manfaat Model Pembelajaran Realistik
7. Untuk mengetahui Contoh Scenario Model Pembelajaran Realistik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Matematika Realistik


Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang
telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun. Pendekatan ini mengacu
pada pendapat Freudenthal (dalam Gravemeijer, 1994) yang mengatakan bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan manusia. Pendekatan ini
kemudian dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME).
Realistic Mathematics Education (RME) atau Pembelajaran Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori
RME ini mengacu fakta pendapat freundenthal (Asmin, 2001) yang juga mengatakan
bahwa "matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-
hari".
Munculnya beberapa metode pembelajaran saat ini adalah upaya untuk
meningkatkan pembelajaran matematika. Salah satunya adalah metode pembelajaran
dengan pendekatan realistik, atau yang sering disebut sebagai Pembelajaran Matematika
Realistik atau Realistic Mathematics Education (RME). Dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode ini, permasalahan matematika akan dijelaskan dengan
menggunakan media secara langsung atau dengan mengkaitkan permasalahan dengan
kehidupan sehari-hari. Selain itu pembelajaran matematika yang bersifat “guru
menjelaskan, murid mendengarkan” akan diganti dengan pradigma baru yaitu “siswa
aktif mengkonstruksi”, guru sebagai fasilitator, sehingga siswa akan mendapatkan konsep
matematika secara jelas dan benar.
Soedjadi (2001: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik
pada dasarnya pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu. Lebih lanjut Soedjadi
menjelaskan yang dimaksud dengan realitas yaitu hal-hal nyata atau konkrit yang dapat
dipahami atau diamati peserta didik lewat membayangkan, sedang yang dimaksud
dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan ini
juga disebut juga kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME)
adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Hans
Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) dimana menjelaskan bahwa yang dapat
digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari
masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Matematika realistik yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan
realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik

2
3

digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan


matematika formal.
Karakteristik RME menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi
dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan. Pembelajaran matematika realistik
diawali dengan masalah-masalah yang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan
pengalaman sebelumnya secara langsung.Dengan pembelajaran matematika realistik
siswa dapat mengembangkan konsep yang lebih komplit.Kemudian siswa juga dapat
mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dan dunia nyata.
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan suatu pendekatan baru dalam
bidang pendidikan matematika. Pendekatan ini sudah lama di uji cobakan dan
diimplementasikan di Belanda. Di Indonesia istilah ini dikenal dengan nama
Pembelajaran Realistik Matematik (PMR).
Menurut Soedjadi (2001:2) Pembelajaran Realistik Matematik (PMR) pada
dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan
matematika secara lebih baik dari pada masa lalu.
Ide utama pembelajaran matematika realistik adalah siswa harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) konsep dan prinsip matematika di
bawah bimbingan orang dewasa (Gravemeijer,1994). Siswa diberi kesempatan untuk
menemukan ide atau konsep matematika berdasarkan pengalaman anak dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
sekolah, keluarga, atau lingkungan masyarakat yang benar-benar dikenal siswa. Proses
pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal
dalam belajar matematika. Siswa diberi kesempatan untuk mengorganisasi masalah dan
mencoba mengidentifikasi aspek matematika yang ada pada masalah tersebut.
Sekarang salah satu teori belajar yang paling banyak diperbincangkanadalah
pembelajaran menggunakan Pendekatan Realistik Matematik atau lebih dikenal dengan
RME. RME (Realistic Matematic Education) merupakan gagasan ide Freudental yang
menyatakan bahwa matematika itu adalah aktivitas manusia. Hal ini berarti matematika
harus dekat dengan anak dan relevan dengan situasi anak sehari-hari. Pendekatan
Realistik Matematik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang
dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga
dapat mencapai tujuan pendidikan secara lebih baik di masa yang lalu.
Pembelajaran Matematika Realistik lebih memusatkan kegiatan belajar pada
siswa, lingkungan siswa dan bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menghubungkan konsep matematika dalam situasi dunia nyata. Peran guru lebih
bersifat sebagai motivator dan fasilitator proses belajar bukan sebagai pengajar. Hal ini
berarti materi matematika disajikan kepada siswa berupa suatu “proses” bukan sebagai
barang jadi.
4

Berdasarkan uraian di atas, Pendekatan Realistik Matematik merupakan suatu


pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan situasi dunia nyata atau suatu
konteks yang real dan pengalaman siswa sebagai titik tolak dalam belajar matematika.
Dalam pembelajaran realistik, siswa diajak untuk membentuk pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman yang telah mereka dapatkan atau alami sebelumnya.
Dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan
pendekatan realistik, dapat membuat :
1. Matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak formal dan tidakterlalu
abstrak.
2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa
3. Menekankan belajar matematika pada “learning by doing”.
4. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.

Dalam usaha mendorong berpikir kreatif dalam matematika digunakan konsep


masalah dalam situasi tugas. Guru meminta siswa menghubungkan informasi-informasi
yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan,sehingga tugas itu merupakan
hal baru bagi siswa. Jika ia segera mengenaltindakan atau cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut, maka tugas tersebutmerupakan tugas rutin. Jika tidak, maka merupakan masalah
baginya. Jadi konsepmasalah membatasi waktu dan individu. Salah satu ketrampilan
matematika yang erat kaitannya dengankarakteristik matematika adalah pemecahan
masalah. Hal ini dikarenakan jikaseorang siswa memecahkan masalah matematika, pada
saat yang bersamaandiapun akan mengambil keputusan, berpikir kritis, berfikir kreatif,
danberkomunikasi secara matematika.
Pendekatan Realistik Matematik adalah pembelajaran yang bermakna ,yaitu
mengaitkan materi matematika dengan kehidupan sehari-hari siswa yang bersifat
realistik. Pendekatan ini memberikan banyak manfaat kepada siswa.Siswa dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan konsep matematika. Melalui
kegiatan pembelajaran dengan Pendekatan Realistik Matematik, siswa juga dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Selain itu, siswa juga
dapat termotivasi untuk menyelesaikan pertanyaan (soal) yang mengarahkan siswa dalam
proses pemecahan masalah.
Sebagai ilustrasi tentang manfaat Pendekatan Realistik Matematik,materi keliling
dan luas bangun segitiga bisa menjadi contohnya. Materi keliling dan luas bangun
segitiga adalah salah satu materi yang diajarkan pada siswa SMP kelas VII. Dalam
pengembangan pemecahan masalah, ada beberapa hal yangdapat dikaitkan dengan materi
ini. Misalnya, atap rumah yang berbentuk segitiga, syal berbentuk segitiga sama kaki,
mainan anak-anak dan yang lainnya. Semuadikaitkan dengan materi keliling dan luas
bangun segitiga yang akan siswa pelajari. Masih banyak siswa yang belum mampu
menghubungkan antara pengetahuan konsep dengan masalah kontekstual disekitar
mereka. Hal ini menyebabkan timbulnya kesulitan menyelesaikan persoalan keliling dan
5

luassegitiga ke penyelesaian masalah matematika. Mereka juga kesulitan dalam


menkongkritkan sifat-sifat abstrak dalam imajinasi mereka. Oleh karena itu, perlu adanya
pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematika. Salah satu strategi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut adalah dengan menggunakan PendekatanMatematika Realistik.

B. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Matematika Realistik (RME)


Ada tiga unsur prinsip utama dalam pembelajaran Matematika realistik yaitu :
1. Guided reinvention and progresive mathematizing (penemuan kembali
terbimbing/pematematikaan progresif)
Prinsip ini menghendaki bahwa dalam Pembelajaran
Matematika realistik, dari masalah konstektual yang diberikan oleh guru diawal
pembelajaran, kemudian dalam menyelasaikan masalah siswa diarahkan dan
diberi bimbingan terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan kembali
konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika
konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus itu ditemukan. Prinsip ini mengacu
pada pandangan konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak
dapat ditransfer atau diajarkan melalui pemberitahuan dari guru, melainkan dari
siswa sendiri.

2. Didactical phennomenology (fenomena pembelajaran)


Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang
menghendaki bahwa di dalam menentukan masalah konstektual untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan pendekatan metode pembelajaran matematika
realistik didasarkan atas dua alasan, yaitu :
a. Untuk mengungkap berbagai macam aplikasi suatu topik yang harus
diantisipasi dalam pembelajaran.
b. Untuk dipertimbangkan pantas tidaknya masalah konstektual itu
digunakan sebagai poin-poin untuk suatu proses pematematikaan
progresif. Dari penjabaran di atas menunjukan bahwa prinsip ke 2
Pembelajaran matematika Realistik ini menekankan pada pentingnya
masalah konstektual untuk memperkenalkan topik-topik matematika
kepada siswa.

3. Self development models ( model-model dibangun sendiri)


Menurut prinsip ketiga, model-model yang dibangun berfungsi sebagai
jembatan pengetahuan informal dan formal matematika. Dalam pemecahan
konstektual siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri model matematika
terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensinya
sangat dimungkinkan mucul berbagai model matematika yang dibangun siswa.
6

Berbagai model tersebut pada mulanya mungkin masih mirip dengan


masalah kontekstualnya. Ini merupakan langkah lanjutan dari penemuan ulang
dan sekaligus menunjukan bahwa sifat bottom up( dari bawah ke atas) mulai
terjadi. Model-model tersebut diharapkan untuk mampu mengubah kepada bentuk
matematika yang formal.

C. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Realistik (RME)


Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR uraian di atas, maka
langkah-langkah kegiatan inti pembelajaran matematika realistik dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan siswa diminta untuk
memahami masalah tersebut. Guru menjelaskan soal atau masalah dengan
memeberikan petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian
tertentu yang dipahami siswa. Pada langkah ini karakteristik PMR yang
diterapkan adalah karakteristik pertama. Selain itu pemberian masalah kontekstual
berarti memberi peluang terlaksananya prinsip pertama dari PMR.
2. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individual disuruh menyelesaikan masalah kontekstual pada
Buku Siswa atau LKS dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban
masalah yang berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
penuntun untuk mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian soal tersebut.
Misalnya: bagaimana kamu tahu itu, bagaimana caranya, mengapa kamu berpikir
seperti itu dan lain-lain. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan
kembali tentang idea tau konsep atau definisi dari soal matematika. Di samping
itu pada tahap ini siswa juga diarahkan untuk membentuk dan menggunakan
model sendiri untuk membentuk dan menggunakan model sendiri untuk
memudahkan menyelesaikan masalah (soal). Guru diharapkan tidak member tahu
penyelesaian soal atau masalah tersebut, sebelum siswa memperoleh
penyelesaiannya sendiri. Pada langkah ini semua prinsip PMR muncul, sedangkan
karakteristik PMR yang muncul adalah karakteristik kedua, menggunakan model.
3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka
dalam kelompok kecil. Setelah itu hasil dari diskusi itu dibandingkan pada diskusi
kelas yang dipimpin oleh guru. Pada tahap ini dapat digunakan siswa untuk
melatih keberanian mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan teman
lain atau bahkan dengan gurunya. Karakteristik PMR yang muncul pada tahap ini
adalah penggunaan idea tau kontribusi siswa, sebagai upaya untuk mengaktifkan
7

siswa melalui optimalisasi interaksi antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa dan antara siswa dengan sumber belajar.
4. Menarik Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan,
guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep, definisi,
teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait dengan masalah
kontekstual yang baru diselesaikan. Karakteristik PMR yang muncul pada
langkah ini adalah menggunakan interaksi antara guru dengan siswa.

Untuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran matematika


realistik, misalnya diberikan contoh tentang pembelajaran pecahan di sekolah dasar (SD).
Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknya pembelajaran pecahan dapat
diawali dengan pembagian menjadi bilangan yang sama misalnya pembagian kue, supaya
siswa memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa
memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan.
Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran bukan matematika realistik
dimana siswa sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan.

Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat


memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru
diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu,
diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.
Secara lebih jelas, maka langkah-langkah penerapan pembelajaran ini dapat
diterapkan menjadi lima langkah, yaitu:
1. Memberikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mendorong siswa menyelesaikan masalah tersebut, baik individu maupun
kelompok.
3. Memberikan masalah yang lain pada siswa, tetapi dalam konteks yang sama
setelah diperoleh beberapa langkah dalam menyelesaikan masalah tersebut.
4. Mempertimbangkan cara dan langkah yang ditentukan dengan memeriksa dan
meneliti, kemudian guru membimbing siswa untuk melangkah lebih jauh ke arah
proses matematika vertikal.
5. Menugaskan siswa baik individu maupun kelompok untuk menyelesaikan
permasalahan lain baik terapan maupun bukan terapan.
8

D. Karakteristik Model Pembelajaran Realistik atau RME


Pembelajaran Matematika Realistis mencerminkan pandangan matematika tertentu
mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagiamana matematika harus
diajarkan. Pandangan ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu : kegiatan, nyata,
bertahap, saling menjalin, interaksi, dan bimbingan.
1. Kegiatan
Peserta didik harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses
pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis sendiri.
Dalam hal ini peserta didik dihadapkan dalam situasi masalah yang
memungkinkan ia membentuk bagian-bagian masalah tersebut dan dikembangkan
secara bertahan.
2. Nyata (kontekstual)
Matematika realistis harus memungkinkan peserta didik dapat menerapkan
pemahaman matematika dan perkakas/alat matematikannya untuk memecahkan
masalah. Hanya dalam pemecahan masalah peserta didik dapat mengembangkan
alat matematis dan pemahaman matematis.
3. Bertahap
Belajar matematika artinya peserta didik harus melalui berbagai tahapan
pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal yang
berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap hubungan
langsung dan pembuatan bagan.
4. Saling menjalin (keterkaitan)
Hal ini ditemukan pada setiap jalur matematika, misalnya antar topik-topik
seperti kesadaran akan bilangan, mental aritmetika, perkiraan (estimasi) dan
algoritma.
5. Interaksi
Dalam matematika realistik belajar matematika dipandang sebagai
kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi para peserta
didik untuk saling berbagi dan strategi dan penemuan mereka. Dengan
mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan mendiskusikan temuan ini,
peserta didik mendapat ide untuk memperbaiki strateginya.
6. Bimbingan
Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting
dalam mengarahkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Mereka
mengendalikan proses pembelajaran yang lentur untuk menunjukkan apa yang
harus dipelajari untuk menghindarkan pemahaman semu melalui proses hafalan.
9

Sementara menurut Soedjadi (2001: 3) pembelajaran matematika realistik


mempunyai beberapa karakteristik dan komponen sebagai berikut.
1. The use of context (menggunakan konteks)
Artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian
atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi
belajar yang kontekstual bagi siswa.
2. Use models, bridging by vertical instrument (menggunakan model)
Artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam
bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah
ke tingkat abstrak.
3. Students constribution (menggunakan kontribusi siswa)
Artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada
sumbangan gagasan siswa.
4. Interactivity (interaktif)
Artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
5. Intertwining (terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya)
Artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat
memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.

E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Matematika Realistik (RME)


1. Kelebihan Model Pembelajaran Matematika Realistik (RME)
a. Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya.
b. Pembelajaran matematika reaslistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu kajian yang
dikonstruksi dan dikembangkan oleh siswa
c. Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus
tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang
lainnya.
d. Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan
operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam
matematika diperlukan suatu proses.
e. Karena membangun sendiri pengetahuannya, maka siswa tidak pernah
lupa.
f. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan
realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar
matematika.
10

g. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena sikap belajar siswa
ada nilainya.
h. Memupuk kerjasama dalam kelompok.
i. Melatih keberanian siswa karena siswa harus menjelaskan jawabannya.
j. Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat.
k. Mendidik budi pekerti.

2. Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Realistik (RME)


a. Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan
perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.
b. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk
setiap topik yang akan dipelajari , terlebih lagi soal-soal tersebut harus
diselesaikan dengan berbagai macam cara.
c. Upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan
salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik
d. Metode Pembelajaran matematika realistik memperlukan partisipasi siswa
secara aktif baik fisik maupun mental.

F. Manfaat Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematic education
(RME) diawali dengan fenomena, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan
kesempatan menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri. Setelah itu,
diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain. Adapun manfaat dari
pembelajaraan RME adalah :
1. Untuk siswa
a. Siswa lebih mudah menyelesaikan masalah dikaitkan dengan masalah-
masalah dalam kehidupan nyata.
b. Siswa dapat menyelesaikan secara informal sebelum menggunakan secara
formal sehingga mendorong siswa untuk belajar di dalam kehidupan
nyata.
c. Siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan lebih aktif.
2. Untuk Guru
a. Membantu Guru dalam pemahaman masalah
b. Guru dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konsep
masalah yang ada.
c. Guru dapat mengaitkan topik dengan masalah kehidupan sehari-hari.
d. Guru hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran
yang interaktif.
11

G. Contoh Scenario Model Pembelajaran Matematika Realistik

Skenario Pembelajaran Matematika Menggunakan Realistic Mathematic education (RME)

Materi Ajar : JAM

Guru memasuki ruangan kelas daan mengucapkan salam ,” Selamat siang anak-anak”.
Siswa-siswi berdiri dan membalas salam, “ Selamat siang ibu”. Kemudian guru menyuruh ketua
kelas untuk memimpin doa. Siswa-siswi berdoa. Selesai berdoa guru mengabsen siswa-siswi.

Guru memulai pembelajaran “ Kemarin kita belajar apa anak-anak? ”. Anak-anak


menjawab “ Perkalian”.

Guru : “ Siapa yang semalam belajar? “

Beberapa murid mengangkat tangan

Para Murid : “ Saya.. Saya.. Saya “

Guru : “ Pada malam hari biasanya belajar jam berapa ? “

Murid 1 : “ Jam 7 – jam 8”

Murid 2 : “ Jam 8 – jam 9”

Murid 3 : “ Jam 7 – jam 9 “

Guru : “ Ibu mau bertanya lagi sekarang, siapa yang hari ini menggunakan jam ? “

Salah satu anak yang menggunakan jam maju ke depan kelas.

Guru : “ Kamu namanya siapa ? “

Murid : “ Rachel bu..”

Guru : “ Anak-anak jamnya Rachel berwarna apa, siapa tahu? “

Murid lain : “ Biru bu…”

Setelah menunjukkan jamnya, Rachel dipersilahkan kembali ke tempat duduk.

Guru : “ Hari ini kita mau belajar apa ? “

Murid : “ Tentang jam bu…”

Guru : “ Siapa yang setiap mau memulai kegiatan selalu melihat jam ? “

Murid : “ Saya bu ”
12

Guru : “ Kalau bangun tidur ada yang dibangunkan sama jam weker? “

Murid : “ Saya bu” ( Sambil mengangkat tangan)

Murid lain : “ Tidak punya jam weker bu”

Guru : “ Kalau dirumah punya jam dinding? “

Murid : “ Punya”

Guru telah mempersiapkan jam dinding, jam weker, dan jam tangan yang dipergunakan sebagai
alat peraga yang akan ditunjukkan kepada anak-anak.

Guru : “ Jadi jam itu mempunyai 3 macam. Coba anak-anak sebutkan “

Murid : “ Jam dinding, jam weker, jam tangan.”

Guru : “ Anak-anak , siapa yang tahu pengertian dari waktu? Ada yang tahu?

Murid : “ Tidak tahu bu..”

Guru : “ Waktu adalah salah satu alat ukur yang digunakan oleh manusia untuk
menunjukkan perubahan dari pagi menuju siang, siang menuju sore, sore menuju
malam, dalam kehidupan sehari-hari. Nah, sekarang jam berapa? “

Murid-murid melihat jam dinding yang berada di kelas.

Murid : “ Jam 11 ibu “

Guru : “ Jam 11 waktu pagi atau siang ? “

Murid : “ Siang ibu”

Guru : “ Kalau menunjuk ke angka 5, jam berapa? “

Murid : “ Jam 5 “

Guru : “ Kalau jam menunjuk ke angka 12, jam berapa ? “

Murid : “ Jam 12 “

Guru : “ Anak-anak, jam itu mempunyai 2 jenis yaitu jam digital dan jam analog. “ Ada
yang tahu contoh jam anolog?”

Murid : “ Jam dinding bu.”

Guru : “ Jam apa lagi? “ ( Sambil mengangkat jam weker)


13

Murid : “ Jam weker”

Guru : “ Kenapa disebut jam analog ? “

Murid 1 : “ Karena ada batrei bu.. “

Guru : “ Apa lagi ?”

Murid 2 : “Karena jarumnya berputar bu”

Guru : “ Jam dinding, jam weker, disebut jam analog karena memiliki jarum jam. Siapa
yang tahu contoh jam digital ? “

Murid : “ Tidak tahu bu “

Guru : “ Jarum digital contohnya seperti jam tangan punya Rachel “ ( Guru juga
menunjukkan jam tangan digital yang dibawa kepada anak-anak)

Guru menggambarkan jam digital di papan tulis.

Guru : “ Kalian lebih mudah membaca jam analog atau jam digital? “

Murid : “ Jam digital”

Guru : “Kenapa jam digital? “

Murid : “ Karena langsung menunjukkan waktu”

Guru menyuruh salah satu murid untuk membaca cara mengukur waktu yamg ada di layar LCD.

Murid : “ Cara mengukur waktu. Ada bilangan 1 sampai dengan 12 didalam jam. Dalam
1 hari terdapat 24 jam. Jadi dalam sehari jam berputar penuh sebanyak 2 kali.
Setelah pukul 12.00 siang,penulisan waktu tidak kembali ke pukul 01.00.
Penulisan di teruskan ke pukul 24.00. Pukul 24.00 sama dengan pukul 12.00
malam. “

Guru : “ Nah, siapa yang tidak mengerti? “

Murid ; “ Saya bu “

Guru : “Contohnya jam ini jam berapa(sambil menunjukkan jam dinding yang dibawa)
?“

Murid : “ Jam 12.00 “

Guru : “ Ini Jam 12.00 siang. Lalu ibu bilang jam 13.00. Siapa yang tahu jam 13.00 ? “

Murid : “Jam 01.00 siang “


14

Guru : “ Jadi, setelah jam 12 siang, selanjutnya jam 01.00 atau jam 13.00 ? “

Murid : “ Jam 13.00 “

Guru : “ Kalau jam 12 malam bearti jam berapa? Kemarin sudah belajar perkalian,
berarti dikali 2 hasilnya berapa? “

Murid : “ 24 “

Guru : “ Berarti jam 12.00 malam sama dengan jam ?

Murid : “ Jam 24.00 “

Guru kembali menampilkan gambar jam dinding, jam weker, dan jam digital ke LCD dan
menyuruh anak-anak menyebut jenis dan macam jam tersebut.

Guru melatih anak cara membaca jam digital maupun anolog. Guru menulis 13:30 pada white
board.

Guru : “ 13 : 30 dibaca tiga belas lewat tiga puluh menit. Kalau 12:10 dibaca ? “

Murid : “ Dua belas lewat sepuluh menit”

Murid disuruh untuk menunjukkan jam pada alat peraga jam yang telah dibuat.

Guru : “ Sekarang ibu mau kalian membuat kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5
orang. “

Setelah membentuk kelompok, masing-masing kelompok diberikan kardus yang


berbentuk bulat dan kertas manila yang berwarna pink untuk di temple pada kardus. Anak-anak
akan membuat jam dari kertas manila dan kardus tersebut.

Jam dari kardus telah selesai dibuat. Masing-masing kelompok diwakili oleh satu orang
anak untuk maju kedepan kelas dan menunjukkan waktu yang ditentukan oleh guru. masing-
masing kelompok mendapat soal yang berbeda dari guru.

Guru : “ Sudah bisa membaca jam ? “

Murid : “ Sudah “

Guru : “ Coba dari pertama tadi, ada berapa jenis jam ? “

Murid : “ Ada 2 jenis. Jam Analog dan jam digital. “

Guru : “ Ada berapa jenisnya ? “

Murid : “ Ada 3 jenis. Jam dinding, jam weker, dan jam tangan. “
15

Guru : “ Ada berapa jam dalam 1 hari ? “

Murid : “ Ada 24 jam “

Guru : “ Kalau jam 15:00 itu sore hari atau malam hari ? “

Murid : “ Sore hari”

Guru : “ Sudah bisa semuanya ? “

Murid : “ Sudah bu.”

Guru : “ Anak-anak, pelajaran kita sampai disini.

Murid : “ Terima kasih bu”

Guru pun meninggalkan kelas...


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, Pendekatan Realistik Matematik merupakan suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan situasi dunia nyata atau suatu
konteks yang real dan pengalaman siswa sebagai titik tolak dalam belajar matematika.
Dalam pembelajaran realistik, siswa diajak untuk membentuk pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman yang telah mereka dapatkan atau alami sebelumnya.
Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu Guided
reinvention and progresive mathematizing (penemuan kembali
terbimbing/pematematikaan progresif), Didactical phennomenology (fenomena
pembelajaran) dan Self development models ( model-model dibangun sendiri).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu Memahami
masalah kontekstual, Menyelesaikan masalah kontekstual, Membandingkan dan
mendiskusikan jawaban dan Menarik Kesimpulan.
Karakteristik Model Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu Kegiatan, Nyata,
Bertahap, Saling Menjalin,Iinteraksi dan Bimbingan.
Kelebihan Model Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu salah satunya
Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan
kegunaan matematika pada umumnya. Kekurangan Model Pembelajaran Matematika
Realistik, yaitu salah satunya Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik
membutuhkan perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.
Manfaat Model Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu Untuk siswa, Siswa lebih
mudah menyelesaikan masalah dikaitkan dengan masalah-masalah dalam kehidupan
nyata. Dan Untuk Guru, Membantu Guru dalam pemahaman masalah.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang mendukung untuk perbaikan makalah ini, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi.
Karena kami adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Holisin, I. (2016). Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Didaktis: Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan, 7(3). http://103.114.35.30/index.php/didaktis/article/view/255.
(Diakses pada, Jum‟at 18 Desember 2020, pukul 08.39)

Musrikah, M. (2016). Model Pembelajaran Matematika Realistik sebagai Optimalisasi


Kecerdasan Logika Matematika pada Siswa SD/MI. Ta'allum: Jurnal Pendidikan
Islam, 4(1), 1-18. https://ejournal.upi.edu/index.php/jpgsd/article/download/9072/5647.
(Diakses pada, Jum‟at 18 Desember 2020, pukul 08.53)

Subarinah, S. (2007). Model Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Aktivitas


dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi
Pembelajaran, 37(1). https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/7293. (Diakses
pada, Jum‟at 18 Desember 2020, pukul 08.11)

Yuliawan, F. (2013). Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan
Pendekatan RME (Realistic Mathematics Education) Pada Siswa Kelas IV SDN
Premulung No. 94 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta). http://repo.iain-tulungagung.ac.id/348/3/ISI.pdf.
(Diakses pada, Jum‟at 18 Desember 2020, pukul 07.27)

17

Anda mungkin juga menyukai