Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI

MELANI LAHOPE
2043700182

PERMENKES TERKAIT RS/PKM/KLINIK

 Pmk 889/11 : registrasi,izin praktek, dan izin kerja tenaga kefarmasian

 Pmk 09/14 : klinik

 Pmk no.56/14 : klasifikasi dan perizinan rumah sakit

 Pmk 75/14 : puskesmas

 Pmk 44/16 : pedoman manajemen puskesmas

 Pmk 34/17 : akreditasi rs

 Pmk 26/18 : pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik sector kesehatan

 Pmk 3/2020 : klasifikasi dan perizinan rs

PERMENKES TERKAIT APOTIK

 Pmk 889/11 : registrasi,izin praktek, dan izin kerja tenaga kefarmasian

 Pmk 73/16 : standar pelayanan kefarmasian diapotik

 Pmk 09/2017 : apotik

 Pmk 26/18 : pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik sector kesehatan

RS

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang
selanjutnya disingkat OSS adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan
atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pemilik dan pengelola Rumah Sakit
melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah
lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
koordinasi penanaman modal.

Izin Mendirikan Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Izin Mendirikan adalah izin usaha yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota setelah
pemilik Rumah Sakit melakukan pendaftaran sampai sebelum pelaksanaan pelayanan kesehatan
dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen
Izin Operasional Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Izin Operasional adalah izin komersial
atau operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota setelah pemilik Rumah Sakit mendapatkan Izin Mendirikan.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan


pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Kementerian Kesehatan adalah kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan


pemerintahan bidang kesehatan.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pelayanan kesehatan.

Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau swasta.

Setiap Rumah Sakit wajib memiliki izin setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan
klasifikasi Rumah Sakit.

Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

Lokasi bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) harus berada
pada lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata bangunan lingkungan
kabupaten/kota setempat dan peruntukan lahan untuk fungsi Rumah Sakit.

Lahan bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki batas yang
jelas dan dilengkapi akses/pintu yang terpisah dengan bangunan fungsi lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Izin Rumah Sakit meliputi:

a. Izin Mendirikan; dan

b. Izin Operasional.

Dalam hal Rumah Sakit memberikan pelayanan kesehatan tertentu, Rumah Sakit harus
mendapatkan izin pelayanan kesehatan tertentu dari Menteri
Izin Mendirikan dan Izin Operasional merupakan perizinan berusaha sektor kesehatan yang
diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota berdasarkan kewenangan masing-masing
melalui Lembaga OSS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota dalam menerbitkan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mempertimbangkan sebaran Rumah Sakit secara merata di setiap wilayah provinsi dan
kabupaten/kota berdasarkan pemetaan dengan memperhatikan jumlah
Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Rumah Sakit sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang telah memiliki izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, tetap berlaku sampai habis masa berlakunya izin.
Rumah Sakit yang sedang dalam proses pengajuan Izin mendirikan dan/atau Izin Operasional
baru atau perpanjangan dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan/atau Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan, tetap diberikan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan;
Rumah Sakit kelas C dan kelas D yang telah memiliki izin penyelenggaraan untuk
memberikan pelayanan kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, masih dapat
memberikan pelayanan paling lambat 10 (sepuluh) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
Reviu kelas terhadap Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, dilakukan menggunakan kriteria
klasifikasi Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014.
APOTIK
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.

Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.

SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh Apoteker disertai
dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:

a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;

b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);

c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;

d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan

e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.


Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan dinyatakan
telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap
kesiapan Apotek dengan menggunakan Formulir 2.
Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan unsur dinas kesehatan
kabupaten/kota yang terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian; dan

b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.


Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa
harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5.
Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (7), pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
surat penundaan diterima.
Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (8), maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan
menggunakan Formulir 6.
Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan
menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi,
perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus dilakukan perubahan izin.
Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan
pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan
perubahan izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
kepada:
a. Apotek lainnya;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. dokter;
f. bidan praktik mandiri;
g. pasien; dan
h. masyarakat.
Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan kepentingan pasien.
Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
Permohonan izin Apotek yang telah diajukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap diproses
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
Izin Apotek yang dikeluarkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan 5 (lima) tahun
sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai