Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN NILAI TUKAR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Moneter

Dosen Pengampu:
Novita Nurul Islami S.Pd., M.Pd.
Drs. Joko Widodo, M.M.

Disusun Oleh:
1. Raniyah Nurida 180210301053
2. Churrotul Ainia 180210301063
3. Bella Eka Tyana 180210301053
4. Ayu Dewi Condro Wulan 180210301078

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2020

i | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul
“Kebijakan Nilai Tukar” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Ekonomi Moneter. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kebijakan nilai tukar bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Novita Nurul Islami S.Pd.,
M.Pd. dan bapak Drs. Joko Widodo, M.M., selaku dosen mata kuliah Ekonomi
Moneter yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini,

Jember, 03 Maret 2020

Penyusun

ii | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1. Sistem Nilai Tukar...................................................................................3
2.2. Penentuan Nilai Tukar...........................................................................12
2.3. Determinan Nilai Tukar.........................................................................14
2.4. Kebijakan Non-internasional Rupiah...................................................17
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
3.1. Kesimpulan............................................................................................21
3.2. Saran......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iii | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. 1 Sistem Nilai Tukar...........................................................................3


Gambar 2.1. 2 Sistem Nilai Tukar Tetap.................................................................4
Gambar 2.1. 3 Nilai Tukar Tetap Kurs sama dengan Keseimbangan pasar............5
Gambar 2.1. 4 Nilai Tukar mata uang rupiah lebih rendah dari keseimbangan
pasar.........................................................................................................................5
Gambar 2.1. 5 Nilai Tukar tetap mata uang rupiah lebih tinggi dari keseimbangan
pasar.........................................................................................................................6
Gambar 2.1. 6 Nilai tukar mengambang bebas........................................................7
Gambar 2.1. 7 Nilai tukar mengambang terkendali.................................................8
Gambar 2.2. 1 penentuan nilai tukar......................................................................13

iv | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Determinan nilai tukar jangka panjang.................................................16

v | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dapat dipastikan
menggunakan uang sebagai alat pembayaran1 . Penggunaan suatu mata
uang, semula hanyalah didasarkan pada kesepakatan dari masyarakat yang
mempergunakan. Namun, dalam masyarakat modern penggunaan suatu mata
uang pada umumnya diatur dengan undang undang.
Pada umumnya, kebijakan nilai tukar suatu negara diarahkan untuk
mendukung neraca pembayaran dan/atau membantu efektivitas kebijakan
moneter. Penetapan nilai tukar yang overvalue dapat mengakibatkan harga
barang-barang ekspor menjadi lebih mahal di luar negeri dan barang barang
impor menjadi lebih murah dan akhirnya neraca perdagangan menjadi
memburuk. Dalam kaitannya dengan kebijakan moneter, depresiasi nilai
tukar yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya laju inflasi sehingga
dapat mengganggu tujuan akhir kebijakan moneter untuk memelihara
stabilitas harga. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kebijakan nilai tukar
yang tepat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
pembangunan suatu negara.
Sejalan dengan tujuan kebijakan nilai tukar, maka dikenal berbagai
jenis sistem nilai tukar yang digunakan oleh suatu negara khususnya lagi
setelah runtuhnya sistem nilai tukar Bretton Woods. Berdasarkan
perkembangan terakhir, terdapat kecenderungan negara-negara dunia
menggunakan sistem nilai tukar mengambang. Namun, masih terdapat
beberapa negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap ataupun variasi
dari sistem nilai tukar mengambang dengan sistem nilai tukar tetap.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Sistem Nilai Tukar?
1.2.2 Bagaimana Penentuan Nilai Tukar?
1.2.3 Bagaimana Determinan Nilai Tukar?
1.2.4 Bagaimana Kebijakan Non Internasional Rupiah?

1 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan, yaitu:
1.3.1 Sistem Nilai Tukar
1.3.2 Penentuan Nilai Tukar
1.3.3 Determinan Nilai Tukar
1.3.4 Kebijakan Non Internasional Rupiah

1.4. Manfaat Penulisan


Dengan adanya masalah-masalah diatas, diharapkan kami dapat
mengetahui pengertian dari sistem nilai tukar, penentuan nilai tukar,
determinan nilai tukar, dan kebijakan non internasional rupiah.

2 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Nilai Tukar


Sistem nilai tukar atau exchange rate regime merupakan suatu sistem
yang dianut oleh otoritas moneter suatu negara dalam mengatur nilai tukar
mata uang negara tersebut terhadap negara lain. Secara umum , klasifikasi
sistem nilai tukar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sistem nilai tukar tetap
murni (Absolutely Fixed Rate Regime) , sistem nilai tukar mengambang
murni (Pure Floating Regime) , dan sistem nilai tukar tetap tetapi dapat
disesuaikan (Fixed But Adjustable Rate / FBAR) yang merupakan
kombinasi sistem nilai tukar tetap dan mengambang.

Gambar 2.1. 1 Sistem Nilai Tukar

1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Absolutely Fixed Rate Regimes)


Sistem nilai tukar tetap banyak diterapkan oleh beberapa negara di
dunia pada awal sistem moneter internasional. Dalam sistem ini mata uang ,
nilai mata uang suatu negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing
tertentu. Misalnya , mata uang rupiah yang ditetapkan dengan nilai tertentu
terhadap mata uang Dolar Amerika (USD). Awalnya uang yang diterbitkan
di bawah sistem nilai tukar tetap harus dijamin dengan cadangan emas, agar
pemegang uang merasa terjamin memegang uangnya. Namun , pada

3 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


perkembangannya sistem nilai tukar ini tidak lagi berkewajiban untuk
menjamin mata uangnya dengan cadangan emas.
Penetapan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara
lain dilakukan oleh otoritas moneter negara yang bersangkutan berdasarkan
pertimbangan tertentu. Kemungkinan penetapan nilai tukar yang terlalu
tinggi (over-valued) atau terlalu rendah (under valued) dari nilai sebenarnya
sangat mungkin terjadi pada sistem nilai tukar tetap.

Gambar 2.1. 2 Sistem Nilai Tukar Tetap

Pada sistem kurs tetap , otoritas moneter berperan akatif dalam


mempertahankan nilai kurs yang telah ditetapkan apabila terjadi kelebihan
atau kekurangan pada permintaan atau penawaran mata uang yang
menyebabkan nilai tukar negara tersebut bergeser dari kondisi yang
ditetapkan dengan membawa kembali tingkat nilai tukar ke level yang telah
ditetapkan. Tindakan otoritas moneter tersebut dijelaskan dalam 3 kondisi
sebagai berikut :
1) Tindakan melakukan apa pun
Ketika nilai mata uang suatu negara , misalnya Rupiah (IDR) terhadap
mata uang negara lain , misalnya Dolar Amerika (USD) ditetapkan
sama dengan nilai tukar keseimbangan di pasar valuta asing, maka
Bank Indonesia selaku otoritas moneter indonesia tidak perlu
melakukan tindakan apa- apa untuk mempengaruhi nilai tukar.

4 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Gambar 2.1. 3 Nilai Tukar Tetap Kurs sama dengan Keseimbangan pasar

2) Mengurangi supply valuta asing


Jumlah penawaran (suppy) dan permintaan (demand) valuta asing
umumnya tidak pernah tetap. Hal ini disebabkan oleh kondisi
perekonomian yang selalu berubah . perubahan dapat terjadi pada
tingkat harga , tingkat suku bunga, tingkat pedapatan , ekspetasi pelaku
pasar valuta asing , aliran modal, dan perubahan perubahan lainnya.

Gambar 2.1. 4 Nilai Tukar mata uang rupiah lebih rendah dari keseimbangan pasar

3) Meningkatkan supply valuta asing


Misalkan , Indonesia menetapkan sistem nilai mata tukar tetap ketika
permintaan (demand) valuta asing meningkatkan atau lebih besar
dibandingkan penawaran yang tersedia di pasar.

5 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Gambar 2.1. 5 Nilai Tukar tetap mata uang rupiah lebih tinggi dari keseimbangan pasar

Dalam perkembangannya, setelah era sistem Bretton Woods ,


banyak negara meninggalkan sistem nilai tukar tetap sehingga hanya
sebagian kecil negara yang menerapkan sistem ini. Terdapat dua
penyebab utama suatu negara meninggalkan sistem ini , yaitu :
a) Berpotensi menganggu neraca perdagangan
b) Keterbatasan cadangan devisa
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate Regime)
Sistem nilai tukar mengambang (Floating Exchange Rate Regime
) menerepkan sistem nilai tukar (kurs) mengambang yang ditetapkan
melalui mekanisme permintaan dan penawaran pada pasar valuta asing
secara Over the Counter (OTC) karena pasar valuta asing tidak memiliki
bursa , seperti pasar saham. Nilai mata uang domestic terhadap mata
uang asing tidak ditentukan oleh otoritas moneter melaikan oleh
mekanisme pasar, yaitu melalui permintaan dan penawaran mata uang
domestic terhadap mata uang asing.
Tujuan dari penerapan sistem nilai tukar mengambang adalah
untuk mencapai keseimbangan eksternal yang berkesinambungan
(External Equilibrium Position). Sistem nilai tukar mengambang terdiri
dari sistem kurs mengambang bebas dan sistem nilai tukar mengambang
terkendali.

6 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


1) Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Exchange
Rate Regimes)
Pada sistem nilai tukar mengambang bebas , pemerintah tidak
menetapkan nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang
asing. Nilai mata uang tersebut sepenuhnya ditentukan oleh
mekanisme pasar . sistem ini melarang otoritas moneter untuk
melakukan intervensi di pasar valuta asing .

Gambar 2.1. 6 Nilai tukar mengambang bebas

2) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed


Floating Exchange Rate Regimes)
Suatu negara menerapkan sistem nilai tukar terkendali ketika
bank sentral melakukan intervensu di pasar valuta asing tetapi tidak
komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu
atau pada suatu Batasan target (target zone) tertentu. Interval di pasar
valuta asing merupakan sejenis Batasan target yang tidak resmi
(unannounced target zone). Tujuan intervensi tersebut adalah untuk
menstabilkan pergerakan nilai tukar secara berkala atau setidaknya
mengurangi volatilitas pada tingkat yang mioderat ,serta mencegah
perubahan nilai yang terlalu besar.

7 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Gambar 2.1. 7 Nilai tukar mengambang terkendali

Dalam sistem mengambang terkendali , penetuan nilai tukar


pada pasar valuta asing dapat dipengaruhi oleh pemerintah.
Pemerintah dapat secara langsung atau tidak langsung memengaruhi
kurs tersebut melalui kebijakan moneter dan fiscal. Pada tahun
2014v , sebanyak 30 persen negara di dunia menerapkan nilai tukar
mengambang terlebih sistem nilai tukar mengambang terkendali.
Ketertarikan pembuat kebijakan kebijakan untuk menggunakan
sistem ini disebabkan oleh beberapa hal , diantarannya :
a) Terdapat kebebasan untuk menggunakan intervensi atau
kebijakan lain.
b) Tidak memerlukan cadangan devisa yang besar
c) Nilai tukar cenderung fluktuatif
d) Berpotensi mendorong kegiatan spekulasi

3. Sistem Nilai Tukar Lainnya


a. Sistem Nilai Tukar Tetap Tetapi Dapat Disesuaikan (Fixed But
Adjustable/FBAR)
Kombinasi antara sistem nilai tukar tetap dengan sistem
nilai tukar mengambang bebas disebut sistem nilai tukar tetap
tetapi dapat disesuaikan (Fixed But Adjustable Rate / FBAR) .
Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang domestic terhadap nilai

8 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


tukar mata uang asing ditetapkan oleh otoritas moneter. Nilai
tersebut dipertahankan melalui intervensi langsung oleh otoritas
moneter dengan cara menjual atau membeli valuta asing dengan
harga yang tetap. Intervensi oleh otoritas moneter yang
menyebabkan perubahan nilai tukar menunjukkan persepsi resmi
pemerintah tentang perubahan fundamental ekonomi yang
memerlukan penyesuaian nilai tukar. Selain itu, hal tersebut juga
dapat menjadi indicator adanya tekanan pasar yang kuat sehingga
berpengaruh terhadap cadangan devisa , tekanan tersebut memaksa
negara untuk melakukan penyesuaian nilai tukar melalui intervensi
di pasar valuta asing dengan menggunakan cadangan devisa yang
dimiliki.
Kemungkinan kondisi yang terjadi ketika negara
menerapkan sistem nilai tukar tetapi dapat disesuaikan :
a) Negara dengan mobilitas arus modal rendah
b) Negara dengan mobilitas arus modal cukup tinggi
Sistem nilai FBAR memegang peranan penting pada masa
sistem Bretton Woods. Bahkan sistem ini digunakan di sebagian
besar negara berkembang setelah runtuhnya sistem Bretton Woods
pada tahun 1937 hingga awal tahun 1990-an.
b. Currency Board System (CBS)
Pada Currency Board System (CBS) , otoritas moneter
menyatakan komitmennya secara eksplisit untuk menjaga nilai
mata uang domestic dengan mata uang asing (anchor currency)
menggunakan nilai tukar yang tetap. Dalam sistem ini, setiap uang
domestic yang diedarkan harus dijamin sepenuhnya oleh cadangan
devisa dan tidak ada kebijakan pembatasan devisa bagi negara
yang menerapkan CBS.
Ketika suatu negara menerapkan sistem ini, deficit
anggaran pemerintah tidak dapat dibiayai oleh peningkatan jumlah
uang yang beredar. Pembiayaan deficit anggaran dapat

9 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


diperkenankan sepanjang pembiayaan deficit tersebut berasal dari
pengeluaran obligasi pemerintah.
Sistem nilai tukar ini mengharuskan pemerintahan suatu
negara yang menerapkannya memiliki kredibilitas dan disiplin
fiscal yang tinggi.
c. Sistem Pagged
Secara umum, sistem nilai tukar peeged merupakan
kebijakan suatu negara yang menetapkan nilai tukar mata uang
domestiknya terhadap mata uang asing dengan besaran tertentu.
1. Flexible Peg
Pada sistem nilai tukar Flexible Peg, otoritas moneter
menerapkan besarnya(peg) nilai tukar mata uang domestic
terhadap mata uang asing dalam jangka waktu yang relative
pendek.Hal tersebut dapat dilakukan melalui intervensi
ataupun melalui mekanisme pasar. Nilai tukar dalam sistem ini
sering mengalami penyesuaian dengan cepat.
Pada sistem nilai tukar flexible peg, ketidakstabilan atau
volatilitas yang tinggi dari nilai tukar dalam jangka pendek
dapat dicegah. Pencegahan volatilitas yang tinggi dari nilai
tukar dalam jangka pendek perlu dilakukan karena volatilitas
memiliki biaya bagi para debitur dan kreditur, yaitu biaya
lindung nilai (hedging).
2. Crawling Peg
Sistem nilai tukar Crawling Peg diklasifikan menjadi dua, yaitu
Active crawling peg dan Passive crawling peg dengan
penjelasan sebagai berikut :
a) Active Crawling Peg
Pada sistem nilai tukar active crawling peg, otoritas
moneter suatu negara menetapkan nilai tukar pada level
tertentu. Namun , penyesuaian nilai tukar tersebut dapat
dilakukan secara berkala berdasarkan perubahan indicator-
indicator ekonomi tertentu. Dalam sistem ini, penetapan

10 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


nilai tukar mata uang domestic dilakukan di awal (pre –
announced rate. Umumnya , sistem nilai tukar active
crawling peg digunakan sebagai jangkar nominal untuk
menurunkan laju inflasi.
Namun , seperti sistem nilai tukar yang telah
dijelaskan sebelumnya , sistem nilai tukar ini pun memiliki
kelemahan , diantarannya :
a. Memerlukan kredibilitas pemerintah yang tinggi
b. Memerlukan cadangan devisa yang cukup
c. Berpotensi membatasi ruang gerak otoritas moneter
dalam melaksanakan kebijakan moneter.
b) Passive Crawling Peg
Sistem nilai tukar passive crawling peg dilandasi
pada pendekatan target riil, yaitu dengan menargetkan nilai
tukar riil. Passive Crawling Peg berbeda dengan active
crawling peg. Pada active crawling peg, nilai tukar
digunakan sebagai jangkar nominal dalam menurunkan laju
inflasi dan sistem ini cenderung mendorong terjadinya
apresiasi riil nilai tukar.
Berbeda dengan sistem nilai tukar active crawling
peg, dalam sistem passive crawling peg, tidak ada
penetapan nilai tukar di depan (pre- announced).
d. Target Zone (Band)
Dalam sistem target Zone (Band), nilai tukar suatu negara
dibiarkan mengambang dalam suatu range target tertentu (band).
Otoritas moneter dari negara yang menerapkan sistem ini
menetapkan batas atas dan batas bawah band mata uang
domestiknya. Kemudian otoritas moneter berkomitmen untuk
menjaga nilai tukar berada di dalam batas atas dan batas bawah
yang telah ditetapkan.
Terdapat dua alasan utama suatu negara menerapkan sistem
nilai tukar dengan target zone ini, yaitu :

11 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


1. Nilai Tukar Dapat Terhindar dari Overshooting
2. Komitmen Otoritas Moneter Dapat Memengaruhi Perilaku
Pasar ke Arah yang Lebih Positif

2.2. Penentuan Nilai Tukar


Pasar yang sering dijumpai dalam perdagangan khususnya
perdagangan internasional ialah pasar valuta asing atau biasa disebut pasar
valas. Dalam pasar ini banyak penjual dan pembeli yang berasal dari produk
homogen. Artinya, kehadiran mereka relatif kecil dibanding seluruh pasar
sehingga tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap nilai tukar di
pasaran. Pemerintah terkadang melakukan intervensi untuk mencegah
fluktuasi nilai tukar yang ekstrim maupun melenceng jauh dari kepentingan
nasional.
Contohnya yakni dalam Bank Indonesia yang sering melakukan
intervensi di pasar valas untuk mendukung nilai rupiah terhadap dolar AS.
Salah satu usaha yang dilakukan Bank Indonesia yakni dengan menambah
pasokan valuta asing di pasar. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang
dilakukan Bank Indonesia yakni terbatas dengan cara menahan nilai rupiah
untuk sementara waktu agar rupiah tertolong dari keterpurukan. Akan tetapi,
saat pemerintah ikut campur dalam mengintervensi, maka volume dari
kegiatan tersebut relatif kecil dibandingkan dengan jumlah total kegiatan
pihak swasta di pasar valuta asing.
Di bawah ini merupakan kurva dari penentuan nilai tukar rupiah
terhadap dolar (US $). Dalam hal ini, yang dibahas adalah nilai dolar
Amerika (US $).

12 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Gambar 2.2. 1 penentuan nilai tukar

https://www.nafiun.com/2013/12/sistem-kurs-tetap-mengambang-bebas-
dan-terkendali.html
Pada gambar dapat terlihat kedua kurva perpotongan dan hal tersebut
yang menentukan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar tersebut
dinilai relatif di pasar valas karena bergantung terhadap permintaan dan
penawaran. Selain itu, keseimbangan nilai tukar di atas dapat berubah
sewaktu-waktu tergantung pada pergeseran kurva penawaran dan
permintaan terhadap dolar AS.
Indonesia Rupiah (IDR) akan barang dan jasa, aset keuangan
Amerika Serikat. Karena pembeli dari Indonesia tersebut membutuhkan
dolar AS, maka permintaan dolar AS akan naik dan mereka akan menjual
IDR. Kurva permintaan bergerak menurun karena semakin lebih murah
barang AS maka akan mendorong lebih banyak pembelian. Dengan begitu,
permintaan akan dolar AS akan meningkat apabila semua faktor lain bersifat
tetap.
Sedangkan kurva permintaan berasal dari orang Amerika Serikat
yang membeli barang atau jasa, aset keuangan dan real estate orang
Indonesia. Untuk mendapatkan IDR dan membayar transaksi tersebut maka
mereka harus menjual dolar melalui penawaran dolar AS terhadap IDR.
Kurva penawaran dolar AS bergerak dari kanan bawah ke kanan atas. Hal
ini dikarenakan cateris paribus yakni kenaikan dari nilai dolar AS (dalam
IDR) akan menurunkan harga barang-barang Indonesia di Amerika Serikat.
Dengan adanya dolar AS yang lebih kuat menurunkan biaya barang-barang

13 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Indonesia bagi orang AS, maka akan lebih banyak dolar AS yang
ditawarkan.
Perubahan harga di pasar kompetitif dapat dilihat dengan
bergesernya kurva permintaan dan penawaran. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi pergeseran kurva juga akan mempengaruhi perubahan dalam
nilai tukar. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat penghasilan rumah
tangga, perubahan tingkat harga, pengembangan produk baru dan besarnya
bunga riil di negara yang bersangkutan.

2.3. Determinan Nilai Tukar


Determinan nilai tukar dapat dibagi atas faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tukar dalam jangka Panjang maupun jangka pendek.

a. Determinan jangka Panjang


1. Perilaku tingkat harga relatif
Negara yang tingkat inflasinya relatif tinggi akan
mengalami tekanan terhadap mata uang nasional sehingga dalam
jangka Panjang mengalami depresiasi. Itali dan inggris mengalami
inflasi paling tinggi selama tahun 1966-1996 ternyata juga
mengalamoi depresiasi paling parah. Contoh lain, meksiko dengan
inflasi yang sangat tinggi ternyata dibarengi dengan peso yang
kehilangan 99% nilainya terhadap dollar, atau dengan kata lain
dollar mengalami apresiasi 100 kali terhadap peso. Teori paritas
daya beli (purchasing power parity theory) menyatakan bahwa
nilai tukar akan menyesuaikan sepenuhnya untuk menghilangkan
dampak dari tingkat inflasi yang berbeda di dua negara.
2. Determinan lain
Faktor-faktor lain yang dalam jangka panjang dapat
mempengaruhi nilai tukar adalah:
a. Preferensi dan pengembangan produk
Nilai tukar dipengaruhi oleh permintaan akan berbagai
produk, dan permintaan tersebut pada gilirinnya tergantung pada

14 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


preferensi orang. Dengan mengembangkan produk baru yang
diinginkan atau melakukan perbaikan yang signifikan atas produk
yang ada, hal ini akan merangsang meningkatnya permintaan akan
produk-produk yang dihasilkan suatu negara yang pada gilirannya
akan mengakibatkan apresiasi mata uangnya.
b. Perilaku produktivitas
Perubahan dalam hasil produksi per jam kerja merupakan
faktor penting yang mempengaruhi biaya produksi dan harga
produk. Dengan menekan biaya dan harga, negara-negara
mengalami pertumbuhan produktivitas yang cepat akan menjadi
semakin kompetitif di pasar dunia, dan oleh karena itu mata
uangnya akan mengalami apresiasi. Di lain pihak negara yang
ketinggalan dalam pertumbuhan produktivitas cenderung
mengalami depresiasi jangka panjang pada mata uangnya.
c. Tarif dan kuota
Tarif adalah pajak atas barang yang diimpor, sedangkan
kuota adalah pembatasan atas volume impor yang diperbolehkan
negara. Para perdagangan bebaas tidak ada tarif atau kuota. Jika
AS mengenakan pajak atas setiap mobil yang diimpor dari jepang,
harga mobil impor tersebut akan lebih mahal dan karena itu
pembeli AS akan menginginkan pembelian mobil dan yen yang
lebih sedikit yang berarti menjual dollar lebih sedikit. Jadi,
penggenaan tarif akan menggeser kurva penawaran dollar ke kiri,
menyebabkan dollar mengalami apresiasi dalam jangka Panjang.
Demikian pula bila AS menetapkan kuota atas impor mobil dari
Jepang, kurva penawaran dollar akan bergeser ke kiri dan dollar
pun mengalami apresiasi.
Determinan nilai tukar dalam jangka Panjang secara
keseluruhan dapat dicermati pada tabel dibawah ini. Pada tabel
tersebut dikemukakan perubahan faktor yang terjadi dan
bagaimana dampaknya terhadap nilai tukar dollar apakah
meningkat (apresiasi) atau menurun (depresiasi).

15 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


b. Determinan jangka pendek
Untuk memahami perilaku nilai tukar jangka pendek, perlu
disadari bahwa kegiatan pasar valas didominasi oleh permintaan asset-
yakni permintaan akan instrument keuangan dan simpanan di berbagai
negara – bukannya permintaan akan barang dan jasa. Sebagai ilustrasi,
total nilai ekspor dan impor dunia pada tahun 1996 hanya
menyumbang tidak sampai 2% dari total nilai semua transaksi valas.
Ini menunjukkan bagian terbesar dari transaksi internasioanal terkait
dengan arus modal. Dalam kegiatan perekonomian sekarang ini, modal
bersifat sangat bergerak cepat.
Hasil yang diharapkan dari investasi di dalam dan luar negeri
merupakan faktor yang sangat penting (krusial). Misalkan investator
AS akan menginvestasikan dananya dalam bentuk CD di bank. Ia bisa
melakukan investasi tersebut di AS atau di luar negeri, katakana di
jerman, yang masing-masing tingkat bunganya adalah iD dan iF. Bila
diinvestasikan pada bank di AS, maka tidak ada transaksi valas dan
hasilnya adalah iD. Bila dananya ditransfer ke bank di Jerman, maka
ada kemungkinan menghadapi perubahan nilai tukar selama masa
investasi.
Tabel Determinan Nilai tukar jangka Panjang

Faktor Perubahan Faktor Dampak Pada Dollar

Perilaku tingkat harga Tingkat harga AS meningkat Dollar depresiasi

Preferensi Preferensi pada barang AS Dollar apresiasi


meningkat

Pengembangan Produk Jepang mengembangkan layer TV Dollar depresiasi


resolusi tinggi

Produktivitas Pertumbuhan produktivitas AS Dollar apresiasi


meningkat

Tarif AS mengenakan tarif pada kamera Dollar apresiasi


impor

Kuota AS menetapkan kuota atas impor Dollar apresiasi


baja

Tabel 3. 1 Determinan nilai tukar jangka panjang

16 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Untuk menghitung hasil yang diharapkan dari investasi di
Jerman, investor harus mempertimbangkan produk apresiasi atatu
depresiasi dollar selama masa investasi tersebut. Andaikan tingkat
bunga CD-1 tahun di Jerman sebesar 8% dan diperkirakan akan terjadi
apresiasi dollar sebesar 3%. Ini berarti akan menanggung biaya
konversi dari mark ke dollar berupa kerugian nilai tukar 3%. Maka
hasil yang diharapkan dari keputusan investasi di jerman tersebut
adalah sebesar 5%, yakni 8% minus 3%. Jadi, hasil yang diharapkan
dari investasi di luar negeri (contoh: Jerman) sama degan tingkat
bunga di luar negeri minus presentase apresiasi yang diharapkan dari
mata uang domestik (contoh: AS).
Karena modal sangat terus bergerak dan investor berusaha
memaksimalakn pendpatannya, tingkat bunga dan nilai tukar saling
menyesuaikan sehingga hasil yang diharapakan mengarah menjadi
sama di antara negara-negara. Dengan kata lain, dalam keseimbangan
hasil yang diharapkan di AS dan Jerman sama. Hal ini dikenal dengan
interst parity condition. Karena itu dalam keseimbangan, para
pedagang tak dapat meraih keuntungan dengan cara menukar mata
uang.
Karena para dealer valas, manajer investasi dan peserta pasar
valas lain menerima informasi baru setiap menit dan jam pada setiap
harinya, mereka memproses informasi tersebut dan memperbarui
pandangan atau ramalannya atas nilai tukar di waktu mendatang.
Informasi semacam itu menimbulkan pergeseran yang kontinu dalam
hasil yang diharapakn dari investasi di luar negeri dan karena itu
mempercepat perubahan nilai tukar jangka pendek.

2.4. Kebijakan Non-internasional Rupiah


Untuk meredam gejolak nilai tukar rupiah akibat ulah spekulasi
bank-bank diluar negeri, Bank Indonesia mengambil langkah untuk
melakukan disinternasionalisasi ataa noninternasionalisasi rupiah dengan
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/3/PBI/2001 tanggal 12

17 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Januari 2001. Isi PBI tersebut antara lain berupa larangan transfer rupiah ke
bank di luar negeri dan membatasi transaksi derivative rupiah kepada
nonresident maksimum US$ 3 Juta.
Pada awalnya PBI tersebut berdampak merosotnya volume transaksi
rupiah-dolar AS, dan seiring dengan itu volatilitas rupiah menjadi mengecil,
berkisar antara Rp 9.550-Rp.9.625, akan tetapi stabilitas yang terbentuk
tersebut mulai terguncang lagi akibat adanya berita negatif mengenai
berbagai peristiwa, yaitu semakin memburuknya hubungan pemerinyah RI
dengan Dana Mineter Internasional (IMF), kerusuhan Sampit, dan
digunakannya transaksi Non-Delivery Forward (NDF) rupiah di Singapura.
Rupiah mulai tertekan lagi sehingga terpuruk drastic menembus Rp 9.900
per dolar AS.
PBI yang membatasi transaksi rupiah bagi bukan penduduk
(nonresident), ternyata masih bisa diakali oleh bank-bank di Singapura.
Dengan alasan masih besarnya permintaan atas transaksi derivative seperti
forward dan swap dari perusahaan-perusahaan di Indonesia yang tidak dapat
dipenuhi oleh bank-bank local akibat tidak likuidnya pasar di dalam negeri
untuk produk ini, maka mereka menggunakan sistem NFD atas transaksi
forward rupiah yang dilakukan oleh bank-bank luar negeri. Dalam sistem
ini, kewajiban rupiah pada saat jatuh waktu dikonversikan ke dalam dolar
AS denga menggunakan spot rate yang terjadi pada saat jatuh waktu
tersebut. Jadi yang dibayar tidak lagi dalam rupiah, tetapi dalam dolat AS.
Sistem NDF tidak dapat dilarang oleh Bank Indonesia karena
berada di luar jangkauan (kewenangan) Bank Indonesia. Untuk mengatasi
masalah ini Bank Indonesia perlu membuka kembali fasilitas re-swap
kepada pengusaha yang membutuhkan sarana untuk lindung nilai (hedging)
agara mereka tidak perlu mencarinya ke bank luar negeri. Selain alasan
permintaan tersebut diatas sebenarnya masih ada alasan lain dibalik itu.
Selama ini bank-bank di Singapura melihat rupiah sebagai mata uag yang
sangat menguntungkan sebagai ajang bisnis dan spekulasi. Mereka telah
mengeruk keuntungan dengan mempermainkan rupiah.

18 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


Sistem NFD rupiah pada awalnya belum berdampak pada rupiah
karena pesertaya masih terbatas 8 bank di Singapura. Namun karena rupiah
kembali tertekan ke level Rp 9.680 akibat berita-berita negative, dan selain
itu bank peserta NFD rupiah semakin banyak serta pasarnya meluas ke
London dan New York, maka pasar menjadi tercekam oleh kekhawatiran
akan teru bergejolaknya kurs rupiah.
Mengapa rupiah mengalami tekanan berat perlu dilihat dari
pengaruh ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi
rupiah adalah membanjirnya barang impor yang untuk dibutuhkan devisa,
sebagian besar devisa hasil ekspor ditempatkan di luar negeri (terutama
Singapura), besarnya kewajiban membayar utang luar negeri sktor swasta
yang jatuh tempo, investor asing yang enggan masuk ke Indonesia karena
tingginya country risk, dan panic buying terhadap dolar dari para pengusaha.
Faktor-faktor ekonomi tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan antara
pasokan dan permintaan akan dolar, dimana potensi permintaan akan jatuh
melebihi pasokannya. Sistem pelaporan dan monitoring lalu lintas devisa
yang diterapkan pada Maret 2000 dianggap sudah terlambat sekali karena
dilakukan setelah terjadi krisis yang menyebabkan hilangnya kepercayaan
terhadap pemerintah. Sedangkan faktor-faktor non-ekonomi yang
berpengaruh adalag tidak menentunya kondisi politik dalam negeri
(berlangsung hingga kejatuhan Presiden Abdurrahman Wahid) dan berbagai
pertikaian baik horizontal maupun vertical di beberapa daerah yang merusak
citra Indonesia di luar negeri.
Penguatan Kurs Rupiah
Setelah Megawati memegang tampuk pemerintahan, pertentangan
politik nasional cenderung mereda dan gonjang ganjing rupiah pun juga ikut
berkurang. Kecenderungan ini terlihat sepanjang tahun 2002, hal yang dapat
diindikasikan sebagai berikut:
a. Nilai kurs rupiah di pasar uang spot mengalami penguatan sebanyak
1545 poin (17,38%) dari posisi awal tahun Rp 10.435/US$ menjadi Rp
8.890/US$ dapa 20 Desember 2002. Penguatan kurs rupiah ini terkait
dengan upaya pemerintah menjalankan program reformasi ekonomi.

19 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


b. Sepanjang tahun 2002, rupiah dinilai dan ditetapkan sebagai mata uang
yang terkuat di kawasan Asia sebagaimana termuat pada data Pacific
Exchange Rate Service. Peringkat satu yang diraih rupiah (Penguatan
sebesar 15,37%), berarti menggulungi posisi dolar Australia (10,45%),
won Korea Selatan (8,92%), bath Thailand (3,36%), dolar Singapura
(2,74%), yen Jepang (0,53%) dan dolar Taiwan (0,45%). Sementara itu
mata uang yang justru melemah adalah peso Filipina (-5,07%) dan
ringgit Malaysia (-0,01%).
c. Menguatkan nilai rupiah lebih melonggarkan Bank Indonesia dalam
menurunkan suku bunga SBI. Sepanjang tahun 2002, suku bunga
sudah turun 460 basis poin, yaitu dari 17,62% per 26 Desember 2001
menjadi 13,025 menjadi 13,025 per 18 Desember 2002. Hal ini
diharapkan dapat mendorong perbankan nasional untuk meningkatkan
intermediasi keuangan pada sector riil dengan tingkat bunga kredit
yang lebih ekseptabel disbanding saat ini. Jika sektor riil dapat
bergairah kembali akan membawa dampak positif terhadap kondisi
perekonomian secara makro.
Fenomena perkembangan kurs rupiah sepanjang tahun 2002
memberi indikasi bahwa variable nonekonomi (terutama politik)
berkurang dominasi pengaruhnya terhadap pergerakan kurs rupiah, dan
sejalan dengan itu pengaruh fundamental ekonomi meningkat peranannya.

20 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem nilai tukar atau exchange rate regime merupakan suatu sistem
yang dianut oleh otoritas moneter suatu negara dalam mengatur nilai tukar
mata uang negara tersebut terhadap negara lain. Secara umum , klasifikasi
sistem nilai tukar dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sistem nilai tukar tetap
murni (Absolutely Fixed Rate Regime) , sistem nilai tukar mengambang
murni (Pure Floating Regime) , dan sistem nilai tukar tetap tetapi dapat
disesuaikan (Fixed But Adjustable Rate / FBAR) yang merupakan
kombinasi sistem nilai tukar tetap dan mengambang., dan juga terdapat
sistem nilai tukar lain seperti CBS, Pagged, dan Target zone.
Perubahan harga di pasar kompetitif dapat dilihat dengan
bergesernya kurva permintaan dan penawaran. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi pergeseran kurva juga akan mempengaruhi perubahan dalam
nilai tukar. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat penghasilan rumah
tangga, perubahan tingkat harga, pengembangan produk baru dan besarnya
bunga riil di negara yang bersangkutan. Determinan nilai tukar dapat dibagi
atas faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka Panjang
maupun jangka pendek.
Fenomena perkembangan kurs rupiah memberi indikasi bahwa
variable nonekonomi (terutama politik) berkurang dominasi pengaruhnya
terhadap pergerakan kurs rupiah, dan sejalan dengan itu pengaruh
fundamental ekonomi meningkat peranannya.
3.2. Saran
Diharapkan mahasiswa dan pelajar untuk memahami lebih mengenai
sistem nilai tukar , kebijakan nilai tukar indonesia terlebih mahasiswa
merupakan agen perubahan yang menjadi penerus pemimpin bangsa dalam
memberikan kemajuan bagi negaranya.

21 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”


DAFTAR PUSTAKA

Darsono. R. dan Eki Rahman. 2018. Pasar Valuta Asing Teori dan Praktik.
Depok: Rajawali Pers
Puspopranoto, Sawaldjo. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan.
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneteri. Yogyakarta: BPFE
file:///C:/Users/user/Downloads/12.%20Sistem%20dan%20Nilai%20kebijakan
%20Nilai%20Tukar.pdf Diakses 06 Maret 2020 pukul 11.43

22 | Ekonomi Moneter “Kebijakan Nilai Tukar”

Anda mungkin juga menyukai