Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI DAN ANALISIS KUANTITATIF AKTIVITAS TEKTONIK RELATIF

DAERAH PAKISAJI DAN SEKITARNYA KECAMATAN KADEMANGAN


KABUPATEN BLITAR - JAWA TIMUR
1) 2) 3)
Muhamad Rahmaan Syahputra , Akhmad Syafuan , dan Iit Adhitia

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi dan tingkat aktivitas tektonik relatif
daerah Pakisaji dan sekitarnya, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tahapan
penelitian berupa persiapan, pekerjaan lapangan serta pengolahan dan analisis data. Secara
morfogenesa, geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan, yaitu satuan perbukitan
patahan, satuan perbukitan karst dan satuan dataran aluvial. Pola aliran sungainya dikontrol oleh kekar
dan sesar sehingga membentuk pola rektangular dengan stadia erosi sungai pada tahapan muda dan
dewasa. Jentera geomorfik daerah penelitian termasuk kedalam tahapan dewasa. Stratigrafi daerah
penelitian dari tua ke muda yaitu satuan breksi sisipan lava dan batupasir (Formasi Mandalika)
diendapkan pada Kala Oligo-Miosen, satuan batuan batugamping sisipan batulempung (Formasi
Wonosari) diendapkan Kala Miosen Tengah dan satuan endapan aluvial diendapkan Kala Holosen.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah struktur kekar dan sesar. Struktur kekar
berupa kekar gerus dan kekar tarik, serta struktur sesar berupa sesar mendatar dan sesar normal. Struktur
geologi tersebut terjadi dalam satu periode yaitu Kala Miosen Akhir – Plistosen. Berdasarkan Indeks
Aktivitas Tektonik Relatif (IATR) pada empat subdas seluas 63.21 km2, disimpulkan bahwa bagian
Barat daerah penelitian sekitar 63.7% (40.29 km 2) meliputi subdas Kali Golo, Tumpaksablah dan Kali
Gadu memiliki tingkat aktivitas tektonik menengah / kelas 3. Sedangkan bagian Timur daerah penelitian
sekitar 26.3% (22.92 km2) yang merupakan subdas Kali Doso memiliki tingkat aktivitas tektonik
rendah/ kelas 4. IATR sangat erat korelasinya dengan kondisi geologi yang tercermin pada bentuk
morfologi, bentuk DAS, batuan penyusun, pengaruh deformasi dan erosi.
Kata Kunci: geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, IATR.

I. PENDAHULUAN perubahan jalur penunjaman umur Kapur yang


1.1. Latar Belakang berarah Timurlaut-Baratdaya menjadi Pola
Secara Fisiografi, wilayah Blitar Selatan Jawa berarah relatif Barat-Timur.
merupakan daerah perbukitan yang terletak Berdasarkan bentuk fisiografi, sejarah
pada Zona Pegunungan Selatan (van dan struktur geologi yang mempengaruhinya,
Bemmelen, 1949) dan kondisi geologi daerah maka penulis tertarik melakukan penelitian
ini merupakan busur volkanik kala Eosen - geologi di daerah Pakisaji dan Sekitarnya,
Miosen yang endapannya terdiri dari batuan- Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar,
batuan silisiklastik, volkanikklastik, volkanik Jawa Timur.
dan karbonat.
Zona Pegunungan Selatan di Jawa 1.2. Maksud dan Tujuan
Timur pada umumnya merupakan blok yang Penelitian geologi ini dimaksudkan
terangkat dan miring ke arah selatan. Batas untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
utaranya ditandai escarpment yang cukup menyelesaikan studi sarjana strata satu (S-1)
kompleks. Lebar maksimum Pegunungan pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Selatan di sebelah selatan Blitar sekitar 25 km. Teknik, Universitas Pakuan.
Di antara Parangtritis dan Pacitan merupakan Tujuannya adalah untuk mengetahui
tipe karts (kapur) yang disebut Pegunungan tatanan geologi yang mencakup geomorfologi,
Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan
lebih 1400 km2 (Lehmann. 1939) aktivitas tektonik relatif daerah penelitian.
Pola struktur geologi Pulau Jawa Pencapaian tujuan tersebut didasarkan atas
umumnya dipengaruhi oleh tiga pola struktur, analisis data pengamatan unsur-unsur geologi
yaitu; pola struktur Meratus, pola struktur baik di lapangan, studio maupun laboratorium.
Sunda dan pola struktur Jawa. Adanya Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta
perbedaan arah pola struktur geologi yang dan penampang serta laporan.
terdapat di Jawa Timur disebabkan oleh
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 1
1.3. Lokasi Penelitian mewakili jenis litologi dan pengambilan
Secara administrasi daerah penelitian dokumentasi lapangan meliputi morfologi,
terdiri dari Desa Pakisaji, Desa Maron dan produk erosi, singkapan batuan dan jejak
Desa Kebonsari yang termasuk ke dalam struktur geologi. Yang ketiga adalah tahap
Kecamatan Kademangan serta Desa Pulerejo, pengolahan dan analisis data, meliputi analisis
Desa Ngrejo dan Desa Kedungbanteng yang laboratorium yaitu analisis petrografi dan
termasuk ke dalam Kecamatan Bakung. Secara mikropaleontologi, serta analisis studio yaitu
geografis daerah penelitian dibatasi oleh batas- pembuatan peta lokasi pengamatan, peta
batas lintang dan bujur sebagai berikut pada geologi, peta satuan geomorfologi dan peta-peta
8°12'48.945"-8°16'35.54"LS dan 112°1'48.75"- penunjang dalam analisis aktivitas tektonik
112°5'38.512"BT. Luas wilayah penelitian relatif daerah penelitian.
adalah 49 km2.
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem II. GEOLOGI UMUM
skala 1:100.000 tahun 1992 yang diterbitkan 2.1. Geomorfologi
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisiografi daerah penelitian mengacu
Geologi (P3G), daerah penelitian termasuk pada buku “The Geology of Indonesia”.
kedalam peta geologi lembar Blitar dan lembar Menurut van Bemmelen (1949), secara
Tulungagung. Pada Peta Rupabumi Indonesia fisiografis Jawa Tengah dan Jawa Timur dibagi
(RBI) skala 1 : 25.000 yang diterbitkan oleh menjadi tujuh zona, yaitu:
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan 1) Zona Busur Vulkanik Kuarter;
Nasional (BAKOSURTANAL), daerah 2) Zona Dataran Aluvial Utara Jawa;
penelitian termasuk kedalam peta RBI lembar 3) Zona Antiklinorium Rembang-Madura;
Suruhwadang tahun 2001 dan lembar Bakung 4) Zona Antiklinorium Bogor, Serayu Utara
tahun 1999. dan Kendeng;
Kesampaian daerah penelitian dapat 5) Zona Pematang dan Kubah Depresi Tengah;
ditempuh sekitar 13-16 jam perjalanan dari 6) Zona Depresi Jawa Tengah dan Zona
kota Jakarta menuju kota Blitar, dengan Randublatung;
menggunakan transportasi darat. Dari kota 7) Zona Pegunungan Selatan.
Blitar menuju daerah penelitian dapat ditempuh
waktu ±1 jam menggunakan kendaraan roda
empat maupun roda dua.

Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa


Gambar 1. Indeks lokasi daerah penelitian Timur (modifikasi dari van Bemmelen, 1949 dalam
Hartono, 2010)
1.4.Metode Penelitian
Metode penelitian dibuat agar dalam Berdasarkan kenampakan bentuk
penelitian memiliki tahapan yang teratur dan bentang alam, hasil analisis peta topografi, hasil
jelas, sehingga dapat tercapai apa yang pengamatan lapangan didasarkan pada konsep
direncanakan dan diharapkan sesuai dengan W. M. Davis dalam “Principles of
tujuan penelitian. Yang pertama adalah tahap Geomorphology yaitu proses, struktur dan
persiapan, pada tahap ini dilakukan studi tahapan, maka geomorfologi daerah penelitian
literatur, persiapan perlengkapan lapangan dan dapat dibagi menjadi tiga satuan, yaitu:
perumusan masalah. Yang kedua adalah tahap 1) Satuan Geomorfologi Perbukitan patahan
pekerjaan lapangan, dimana pada tahap ini
dilakukan penentuan lokasi pengamatan, 2) Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
pemerian batuan, pengukuran unsur-nsur 3) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
struktur, pengambilan conto batuan yang

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 2


1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Patahan 3) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial.
Satuan geomorfologi perbukitan patahan Genetika satuan geomorfologi dataran
secara genetik dikontrol oleh gaya teknonik aluvial terbentuk dari hasil pengendapan sungai
berupa struktur patahan. Satuan ini dicirikan yang berupa material lepas berukuran lempung
oleh gawir sesar, kelurusan sungai dan bukit, hingga bongkah. Satuan geomorfologi ini
offset sungai dan bukit, serta triangular facet. tersebar di Sungai Kali Prodo pada bagian
Satuan geomorfologi ini menempati 60% dari Selatan daerah penelitian. Sungai tersebut
luas daerah penelitian dan pada peta mengalir dari Utara - Selatan. Satuan
geomorfologi diberi warna ungu muda. geomorfologi dataran aluvial ini menempati 5%
Penyebaran satuan ini berada di bagian Utara dari luas daerah penelitian dan pada peta
daerah penelitian. Morfometri satuan ini berada geomorfologi diberi warna abu-abu. Secara
pada ketinggian 125 - 340 meter di atas morfometri, satuan geomorfologi dataran
permukaan laut dengan kemiringan lereng aluvial memiliki kisaran kelerengan 0° - 2°,
berkisar 10° - 30° atau agak curam (van dengan kisaran ketinggian 110 - 120 meter di
Zuidam, 1985). Batuan penyusunnya yaitu atas permukaan laut. Hasil proses geomorfologi
breksi, lava basalt, dan batupasir. Hasil dari yang teramati pada satuan ini adalah erosi dan
proses-proses geomorfologi yang teramati dari sedimentasi membentuk dataran banjir. Jentera
proses pelapukan berupa lapisan tanah dengan geomorfik pada satuan ini termasuk kedalam
ketebalan berkisar dari 0.5–2m serta erosi stadia muda, hal ini dicirikan oleh adanya
berupa erosi saluran. Jentera geomorfik satuan proses sedimentasi yang masih berlangsung
geomorfologi perbukitan patahan didasarkan hingga saat ini.
atas bentuk bukit dan perbedaan ketinggian
yang telah mengalami perubahan bentuk
menjadi lebih landai, maka jentera geomorfik
satuan ini termasuk dalam stadia geomorfik
dewasa.

2) Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst


Satuan geomorfologi perbukitan karst
secara genetik dikontrol oleh proses-proses
eksogenik terutama pelarutan dan erosi batuan
karbonat oleh media air melalui rekahan pada
batuan berupa kekar dan sesar. Satuan ini
dicirikan oleh bentuk topografi khas yaitu Gambar 3. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
kontur bukit terisolir, lubang hasil amblesan
dan pelarutan membentuk dolina serta adanya 2.1.1. Pola Aliran Sungai
aliran sungai bawah tanah. Satuan Ditinjau dari aspek geologi yang
geomorfologi ini menempati 35% dari luas mempengaruhi, seperti struktur geologi yang
daerah penelitian dan pada peta geomorfologi mengontrol pola pengaliran sungai, maka pola
diberi warna biru. Penyebaran satuan ini berada aliran sungai di daerah penelitian berpola
di timurlaut dan selatan daerah penelitian. Rectangular. Pola aliran ini dicirikan dengan
Morfometri satuan ini berada pada ketinggian anak sungai mengalir tegak lurus dengan sungai
110 - 240 meter di atas permukaan laut dengan utamanya. Pola aliran sungai ini umumnya
kemiringan lereng berkisar 5° - 18° atau miring dikontrol oleh struktur geologi berupa kekar
– agak curam (van Zuidam, 1985). Batuan dan patahan. Pola aliran ini menempati seluruh
penyusunnya yaitu berupa batugamping dan bagian pada daerah penelitian, meliputi Kali
batulempung. Hasil dari proses pelapukan Gede, Kali Prodo, Kali Ngrejo, Kali
berupa lapisan tanah dengan ketebalan berkisar Miribanteng, Kali Kedungrawis, Kali Ciwuk.
dari 1 - 2 m. Jentera geomorfik satuan
geomorfologi perbukitan karst didasarkan pada 2.1.2. Stadia Erosi Sungai
bentuk bentang alamnya yang sudah Berdasarkan hasil pengamatan lapangan,
mengalami perubahan dari bentuk asalnya proses erosi sungai di daerah penelitian
akibat proses-proses geomorfologi, maka termasuk pada tahapan muda dan tahapan
jentera geomorfik satuan ini termasuk dalam dewasa. Stadia erosi sungai muda dicirikan
stadia dewasa. dengan aliran sungai yang menempati seluruh
lantai dasar suatu lembah. Umumnya arus

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 3


sungai relatif deras dengan proses erosi yang Tabel 2.. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
intensif ke arah vertikal dibandingkan ke arah
lateral serta proses sedimentasi yang masih
sedikit. Profil lembah sungai yang berbentuk
menyerupai huruf “V” dan bentuk sungai relatif
lurus. Stadia erosi sungai dewasa memiliki ciri-
ciri dimana erosi kearah vertikal dan lateral
sudah seimbang sehingga bentuk lembah
sungai mulai melebar menyerupai huruf “U”,
bentuk sunga sudah mulai bermeander dan
terbentuknya point bar.

2.2. Stratigrafi
Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur
pada umumnya merupakan blok yang terangkat
dan miring ke arah selatan. Batas utaranya
ditandai escarpment yang cukup kompleks.
Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan
tipe karts yang disebut Pegunungan Seribu atau 1) Satuan Batuan Breksi Sisipan Lava dan
Gunung Sewu (Lehmann. 1939). Batupasir.
Penamaan didasarkan pada litologi yang
Tabel 1. Kolom Stratigrafi Regional Pegunungan dijumpai, yaitu breksi sisipan lava dan
Selatan Jawa Timur ( Samodra dkk, 1992 ) batupasir. Satuan batuan ini menempati ±60 %
dari luas daerah penelitian, pada peta geologi
ditandai dengan warna coklat. Kedudukan jurus
perlapisan batuannya berkisar N90°E – N100°E
dengan kemiringan berkisar 15°-20°. Ketebalan
satuan batuan ini berkisar 450 m.
Satuan batuan ini pada bagian bawah
dicirikan oleh breksi sisipan batupasir,
ketebalan breksi berkisar 5–10m, batupasir
berkisar 0.5–1m memiliki struktur sedimen
berupa paralel laminasi. Bagian tengah satuan
dicirikan oleh breksi masif dengan ketebalan
5m. Bagian atas satuan dicirikan oleh breksi
sisipan lava dengan ketebalan breksi > 4m dan
lava 1–3m memiliki struktur bantal, vesikular
dan amigdaloidal. Pada beberapa tempat
memperlihatkan gejala ubahan propilit dan
keterdapatan mineral pirit pada kekar-kekar
sebagai penciri utama pada satuan ini.
Pada salah satu lokasi penelitian
dijumpai kontak ketidakselarasan bersudut
antara satuan batuan breksi sisipan lava dan
Berdasarkan hasil pengamatan, batupasir berada di bawah satuan batugamping
pengukuran dan pemerian batuan yang sisipan batulempung. Menurut hukum
tersingkap di daerah penelitian, maka dapat superposisi dapat disimpulkan bahwa satuan
disimpulkan bahwa tatanan stratigrafi yang ada batuan breksi sisipan lava dan batupasir
di daerah penelitian dari tua ke muda dibagi berumur lebih tua dari satuan batuan diatasnya..
menjadi tiga satuan batuan, yaitu: Merujuk pada literatur, satuan batuan ini
1) Satuan Batuan Breksi Sisipan Lava dan merupakan busur vulkanik produk gunung api
Batupasir (Old Andesite Formation) yang diperkirakan
2) Satuan Batuan Batugamping Sisipan terbentuk kala Oligo - Miosen (van Bemmelen,
Batulempung 1949). Penarikan umur radiometri (K-Ar) oleh
Soeria-Atmadja, dkk tahun 1994 dari penelitian
3) Satuan Endapan Aluvial

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 4


mengenai busur magmatik Tersier di Jawa menunjukkan bahwa bathimetri satuan batuan
menyatakan umur Oligosen Akhir – Miosen batugamping sisipan batulempung diendapkan
Awal (18,99±0,54m.a - 28,00±1,53m.a.) pada lingkungan laut dangkal atau secara
Sehingga berdasarkan data tersebut di atas, bathimetri berada pada kisaran Neritik Luar
disimpulkan bahwa umur satuan batuan ini dengan kedalaman 100–200m.
adalah Oligosen Akhir – Miosen Awal. Hubungan stratigrafi satuan batuan
Berdasarkan ciri fisik litologi pada batugamping sisipan batulempung dengan
daerah penelitian dengan keterdapatan satuan di bawahnya yaitu satuan batuan breksi
batupasir, mineral glaukonit pada breksi, serta sisipan lava dan batupasir adalah tidak selaras.
struktur lava bantal, maka disimpulkan bahwa Sedangkan hubungan stratigrafi dengan satuan
lingkungan pengendapan satuan batuan breksi di atasnya yaitu satuan endapan aluvial dibatasi
sisipan lava dan batupasir adalah laut. oleh bidang erosi. Satuan batuan batugamping
Hubungan stratigrafi satuan batuan sisipan batulempung pada daerah penelitian
breksi sisipan lava dan batupasir dengan satuan ekivalen dengan Formasi Wonosari (Samodra,
batuan di bawahnya tidak dijumpai, sehingga dkk. 1992).
disimpulkan bahwa satuan ini merupakan
satuan batuan yang tertua pada daerah 3) Satuan Endapan Aluvial
penelitian. Sedangkan hubungan stratigrafi Penamaan satuan ini didasarkan pada
dengan satuan yang ada di atasnya yaitu satuan material aluvial sungai yang berukuran
batugamping sisipan batulempung adalah tidak lempung hingga bongkah yang bersifat lepas
selaras (ketidakselarasan bersudut). Satuan sebagai penyusun satuan ini. Satuan ini
batuan breksi sisipan lava dan batupasir pada menempati sekitar ± 5 % luas daerah penelitian
daerah penelitian ekivalen dengan Formasi dan diberi warna abu-abu pada peta geologi.
Mandalika (Samodra, dkk. 1992). Satuan endapan aluvial ini umumnya tersebar di
Sungai Kali Prodo bagian hilir, tersebar di
2) Satuan Batuan Batugamping sisipan bagian Selatan daerah penelitian.
Batulempung Satuan endapan ini disusun material
Penamaan didasarkan pada litologi yang aluvial sungai berukuran lempung, pasir,
dijumpai, yaitu batugamping dengan sisipan kerikil, kerakal sampai bongkah. Bentuk
batulempung. Satuan batuan ini menempati membundar tanggung sampai membundar,
luas ±35% dari luas daerah penelitian ditandai terdiri dari fragmen batuan sedimen seperti
dengan warna biru pada peta geologi. fragmen breksi, lava batupasir, dan fragmen
Kedudukan jurus perlapisan batuannya berkisar batuan beku dan fragmen batuan sedimen
N90°E – N95°E, kemiringan berkisar 10°–15°. seperti fragmen batugamping.
Ketebalan satuan batuan ini berkisar 300 m. Satuan endapan aluvial merupakan
Satuan batuan ini pada bagian bawah satuan termuda menutupi semua satuan batuan
dicirikan oleh batugamping sisipan yang ada di daerah penelitian. Hubungan
batulempung, ketebalan batugamping berkisar stratigrafi satuan endapan aluvial dengan satuan
0.3–1m dan batulempung karbonat 0.05-0.2m. batuan yang di bawahnya dibatasi oleh bidang
Bagian tengah dan bagian atas satuan ini erosi.
dicirikan oleh batugamping terumbu yang
masif dengan ketebalan kisaran >10m
memperlihatkan banyak foram besar.
Berdasarkan persebaran foraminifera
planktonik yang terkandung dalam conto
batulempung, maka disimpulkan kisaran umur
N13–N14 (Miosen Tengah). Kisaran umur ini
ditentukan dengan awal hidupnya fosil
Sphaeroidinella subdehiscens (BLOW) yang
memiliki kisaran hidup N13–N19, dan
punahnya fosil Globorotalia mayery
(CUSHMAN) yang memiliki kisaran hidup
dari N9–N14.
Hasil analisis foraminifera bentonik Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian
yang terkandung dalam conto batulempung

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 5


2.3 Struktur Geologi a) Bidang sesar di LP 54 N220°E/80°
Soejono Martodjojo dan Pulunggono b) Bidang sesar di LP 55 N221°E/85°
(1994) membagi pola strruktur pulau Jawa c) Bidang sesar di LP 56 N221°E/81° dan
menjadi tiga pola yaitu: pola Meratus gores garis 12°, N221°E pitch 12°
(Timurlaut – Baratdaya), pola Sunda (Utara– d) Kelurusan sungai Kali Gede & Kali
Selatan) dan pola Jawa (Barat - Timur). Kedungrawis berarah N215°E
Perubahan jalur penunjaman berumur Kapur e) Offset bukit Kebonsari berarah N225°E
yang berarah Timurlaut - Baratdaya menjadi
relatif Barat - Timur sejak kala Oligosen 2) Sesar Mendatar Pakisaji
sampai sekarang. Penamaannya sesar mendatar Kebonsari
Berdasarkan hasil interpretasi peta didasarkan bidang sesar melewati Desa
topografi didapatkan pola-pola kelurusan yang Kebonsari. Pada peta geologi, sesar ini
dominan di daerah penelitian. Data kelurusan memanjang dari Baratlaut – Tenggara dengan
diperkuat oleh data pengamatan lapangan yang panjang sesar diperkirakan 3 km. Sesar
meliputi pengukuran jurus dan kemiringan mendatar Kebonsari ditafsirkan sebagai Sesar
lapisan batuan serta unsur-unsur struktur Mendatar Menganan Atas/ Reverse Right Slip
geologi di lapangan. Struktur geologi yang Fault.(Rickard, 1972) Adapun indikasi sesar
berkembang di daerah penelitian terdiri dari mendatar Kebonsari adalah:
kekar dan patahan (sesar). a) Bidang sesar di LP 106 N325°E/78°
b) Bidang sesar di LP 111N320°E/80° dan
2.3.1. Struktur Kekar gores garis 11°, N320°E pitch 11°
Struktur kekar yang dijumpai berupa c) Kelurusan Kali Ciwuk berarah N323°E
kekar gerus (shear joint), kekar tarik
(compression joint) mempunyai ukuran 3) Sesar Mendatar Tumpaksablah
panjang yang bervariasi, mulai dari ukuran Penamaan sesar mendatar Tumpaksablah
beberapa centimeter sampai berukuran meter. didasarkan bidang sesar melewati Bukit
Struktur kekar tersebut dijumpai pada hampir Tumpaksablah. Pada peta geologi, sesar ini
pada semua satuan batuan jurus berarah memanjang dari Baratlaut – Tenggara dengan
N35°E–N40°E, kemiringan berkisar antara panjang sesar diperkirakan 8 km. Sesar
81° - 85° dan pasangannya dengan arah mendatar Tumpaksablah ditafsirkan sebagai
umum N325°E - N335°E kemiringan Sesar Mendatar Menganan Atas/ Reverse Right
berkisar antara 79°-86° Kekar tarik berarah Slip Fault.(Rickard, 1972). Adapun indikasi
N355°E–N5°E kemiringan antara 75°-83° sesar mendatar Tumpaksablah adalah:
a) Bidang sesar di LP 68 N320°E/78°
2.3.2. Struktur Patahan b) Bidang sesar di LP 69 N325°E/80° dan
Berdasarkan hasil pengamatan dan gores garis 15°, N3255°E pitch 15°
pengukuran di lapangan terdapat indikasi- c) Bidang sesar di LP 72 N325°E/78° dan
indikasi struktur geologi berupa bidang sesar, gores garis 17°, N325°E pitch 17°
cermin sesar, breksiasi serta unsur topografi d) Breksiasi di LP 19 dengan arah N320°E
pada daerah penelitian terdapat struktur e) Breksiasi di LP 20 dengan arah N322°E
patahan dengan jenis sesar mendatar (strike slip f) Breksiasi di LP 39 dengan arah N320°E
faults) dan sesar normal (dip slip fault). Sesar
tersebut yaitu: sesar mendatar Pakisaji, sesar 4) Sesar Normal Kaligede
mendatar Kebonsari, sesar mendatar Penamaan sesar normal Kaligede
Tumpaksablah dan sesar normal Kaligede. didasarkan bidang sesar melewati sungai Kali
Gede. Pada peta geologi, sesar ini memanjang
1) Sesar Mendatar Pakisaji dari Utara – Selatan dengan panjang sesar
Penamaannya didasarkan bidang sesar diperkirakan 7 km. Sesar normal Kaligede
melewati Desa Pakisaji. Pada peta geologi, ditafsirkan sebagai Sesar Normal Left Normal
sesar ini memanjang dari Timurlaut – Slip Fault.(Rickard, 1972). Adapun indikasi
Baratdaya dengan panjang sesar diperkirakan 8 sesar normal Kaligede adalah:
km. Sesar mendatar Pakisaji ditafsirkan sebagai a) Bidang sesar di LP 76 N180°E/70° dan
Sesar Mendatar Mengiri Atas/ Reverse Left Slip gores garis 65°, N188°E pitch 60°
Fault.(Rickard, 1972). Adapun indikasi sesar b) Bidang sesar di LP 80 N180°E/78°
mendatar Pakisaji adalah: c) Breksiasi di LP 9 pada Kali Gede dengan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 6


arah N181°E (tektonik) yang mengakibatkan satuan batuan
d) Breksiasi di LP 12 pada Kali Gede breksi sisipan lava dan batupasir (Formasi
dengan arah N183°E Mandalika) dan satuan batuan batugamping
sisipan batulempung (Formasi Wonosari)
2.3.3.Mekanisme dan Umur Pembentukan terangkat yang kemudian terpatahkan
Struktur Geologi membentuk sesar - sesar
Berdasarkan data pengamatan di Pada kala Pliosen daerah penelitian
lapangan dan dipadukan dengan konsep diperkirakan sudah mulai menjadi daratan
pembentukan struktur dari Moody and Hill sehingga mulai bekerjanya proses-proses
(1954), maka arah umum gaya yang bekerja di eksogenik. Kala Pleistosen daerah penelitian
daerah penelitian mempunyai arah N 0ᵒ E atau sudah sepenuhnya menjadi daratan dan seiring
Utara - Selatan, dimana arah gaya adalah dengan waktu geologi proses eksogenik
sejajar dengan sesar normal Kaligede dan menghasilkan material yang diendapkan pada
membentuk sudut lancip dengan sesar sungai sebagai satuan endapan aluvial. Satuan
mendatar Pakisaji, Tumpaksablah dan ini menutupi satuan batuan di bawahnya
Kebonsari. dengan batas berupa bidang erosi.
Aktivitas tektonik di daerah penelitian
terjadi dalam satu periode tektonik yaitu pada III. ANALISIS KUANTITATIF
kala Miosen Akhir bagian akhir - Pleistosen, AKTIVITAS TEKTONIK RELATIF
sehingga gaya menekan satuan batuan breksi 3.1. Latar Belakang
sisipan lava dan batupasir (Formasi Mandalika) Neotektonik merupakan faktor utama
serta satuan batuan batugamping (Formasi pengontrol bentang alam di daerah yang
Wonosari) membentuk struktur kekar dan terpengaruh aktivitas tektonik. Hal ini tercermin
patahan. Berdasarkan pola struktur Zaman pada bentuk aliran sungai (DAS) serta topografi
Tersier oleh Soejono Martodjojo dan di daerah Pakisaji dan sekitarnya. Pendekatan
Pulunggono (1994), maka pola struktur yang yang digunakan untuk mengidentifikasi
terdapat di daerah penelitian berpola Jawa. aktivitas tektonik dengan analisis kuantitatif
(morfometri). Tujuan dari penelitian ini adalah
2.4. Sejarah Geologi untuk menentukan indeks aktivitas tektonik
Sejarah geologi daerah penelitian relatif (IATR) di daerah penelitian.
dimulai oleh pembentukan busur magmatis Menurut Keller dan Pinter (2002),
akibat penunjaman Lempeng Indo-Australia morfometri didefinisikan sebagai pengukuran
kebawah Lempeng Eurasia pada kala Oligosen kuantitatif bentuk bentang alam. Secara ringkas
Akhir. Runtuhan batuan gunungapi Oligosen suatu bentang alam dapat diidentifikasi melalui
Akhir - Miosen Awal diduga merupakan hasil karakterisasi ukuran dan lereng. Pengukuran
dari kegiatan gunungapi yang muncul karena kuantitatif mengikuti kaidah geomorfologi
adanya penunjaman pada kala itu. sebagai objek perbandingan bentuk lahan dan
Aktivitas vulkanisme ini terjadi perhitungan parameter secara langsung indeks
bersamaan dengan proses pengendapan geomorfik yang sangat berguna untuk
material sedimen klastika aneka bahan dan identifikasi karakteristik suatu wilayah dan
sedimen klastika gunungapi di daerah tingkatan aktivitas tektonik.
penelitian menghasilkan satuan batuan breksi Analisis dilakukan pada subdas Kali
sisipan lava dan batupasir (Formasi Golo (17.08 km2), subdas Kali Tumpaksablah
Mandalika) pada lingkungan laut. (9.77 km2), subdas Kali Gadu (13.44 km2), dan
Pada permulaan Miosen Tengah terjadi subdas Kali Doso (22.92 km2). Keempat
susut laut, yang secara cepat diikuti oleh subdas tersebut terletak pada satu DAS utama
genanglaut pada pertengahan Miosen Tengah yaitu DAS Ringinbandulan yang bermuara di
(N13-N14) menghasilkan paparan Teluk Kualakondang, Bakung, Blitar Selatan.
batugamping yang cukup luas yaitu satuan DAS tersebut melintasi semua satuan batuan
batuan batugamping sisipan batulempung yang berada di daerah penelitian.
(Formasi Wonosari) pada lingkungan laut
(Neritik Luar).. Pengendapan satuan batuan 3.2. Metode Penelitian
ini berlangsung hingga akhir Miosen Tengah. Penelitian ini menerapkan metode
Kemudian pada awal Miosen Akhir geomorfologi tektonik dengan pendekatan
daerah penelitian mengalami orogenesa kuantitatif (morfometri) untuk menentukan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 7


indeks aktivitas tektonik relatif di daerah yaitu: kelas 1, 2, 3 dan 4. Kelas 1
penelitian. Data yang digunakan pada memperlihatkan kelas tektonik yang sangat
penelitian ini meliputi peta topografi dan peta tinggi, kelas 2 tinggi, kelas 3 menengah, dan
geologi. Data pada peta tersebut diolah dan kelas 4 rendah.
dianalisis menggunakan perangkat lunak Tabel 4.. Parameter IATR (El Hamdouni, dkk 2007
Microsoft Excel 2016 dan ArcGIS 10.3. dalam Dehbozorgi dkk.2010)
Untuk menganalisis kelas aktivitas tektonik Aktivitas
Indeks Aktivitas Tektonik Relatif (IATR)
Tektonik
digunakan beberapa parameter morfometri :
1 1 ≤ IATR < 1,5
1) Faktor Asimetri DAS (drainage basin
2 1,5 ≤ IATR < 2
asymmetry) 3 2 ≤ IATR < 2,5
Merupakan salah satu analisis kuantitatif 4 IATR ≥ 2,5
cekungan pengaliran untuk mendeteksi
kemiringan tektonik (tectonic tilting) baik
3.3. Hasil dan Pembahasan
pada skala cekungan pengaliran kecil
maupun luas. 1) Faktor Asimetri DAS (AF)
2) Indeks Bentuk DAS (basin shape index) Hasil perhitungan faktor asimetri DAS
Merupakan perbandingan antara sumbu di daerah penelitian menunjukkan nilai AF
panjang/basin length (Bl) yang diukur dari bervariasi dari 35.0 hingga 77.0. Berdasarkan
titik tertinggi dengan sumbu lebar/basin data AF dari empat subdas tersebut, maka
width (Bw) yang diukur dari yang terlebar disimpulkan bahwa aktivitas tektonik pada
3) Kerapatan DAS (drainage density). subdas Kali Golo dan subdas Kali
Merupakan perbandingan antara total Tumpaksablah termasuk kategori sangat aktif
panjang sungai dalam satu DAS (l) diukur atau berada pada kelas 1. Sedangkan aktivitas
panjang semua anak sungai beserta induk tektonik pada subdas Kali Gadu dan subdas
sungai dalam suatu cekungan dan luas Kali Doso termasuk kategori kurang aktif atau
DAS (A) diukur dari batas cekungan berada pada kelas 3.
dalam suatu DAS dari hulu hingga hilir.
Tabel 5.. Faktor Asimetri DAS
4) Rasio Dasar Lembah (valley floor)
Faktor Asimetri DAS / Asymmetric Factor (AF)
Merupakan perbandingan antara lebar
lembah dengan elevasi bukit yang Sub DAS Ar (km2) At (km2) AF Kelas
mengapitnya, parameter ini berasosiasi Kali Golo 13.15 17.08 77.0 1
dengan kecepatan pengangkatan. Metode
Kali Tumpaksablah 3.42 9.77 35.0 1
ini juga telah diterapkan untuk
menganalisis tektonik aktif di zona Sesar Kali Gadu 7.32 13.44 54.5 3
Garlock daerah California. Kali Doso 12.17 22.92 53.1 3
5) Sinuositas Muka Pegunungan (mountain
front sinuosity)
2) Indeks Bentuk DAS (BS)
Merupakan rangkaian pegunungan yang
Hasil perhitungan indeks bentuk DAS di
terdapat pada bagian depan atau muka
daerah penelitian menunjukkan nilai BS relatif
yang menghadap ke daerah dataran yang
seragam dari 1.2 hingga 2.6. Berdasarkan data
dihitung dengan membandingkan panjang
BS dari empat subdas tersebut, maka
lekukan muka pegunungan (Lmf) dengan
disimpulkan bahwa aktivitas tektonik pada
jarak lurus suatu titik tertentu (ls).
subdas Kali Golo, subdas Kali Tumpaksablah,
Tabel 3.. Parameter Morfometri (El Hamdouni, dkk subdas Kali Gadu dan subdas Kali Doso
2007 dalam Dehbozorgi dkk.2010) termasuk kategori kurang aktif atau berada
Aktivitas PARAMETER MORFOMETRI pada kelas 3
Tektonik AF BS DD SMF VF
(AF≥65
1 atau (Bs ≥4),
(Dd <
(Smf<1,1), (Vf < 0,3),
Tabel 6.. Indeks Bentuk DAS
0.25)
AF<35), Bentuk DAS / Basin Shape(BS)
(35≤AF<43
(0.25 ≤ Dd (1,1≤ Smf (0,3 < Vf
2 atau (3≤Bs<4), Sub DAS Bl (km) Bw (km) BS Kelas
≤ 10), <1,5), <1,0),
57≤AF<65),
(10 ≤ Dd ≤ Kali Golo 5.4 4.5 1.2 3
3 (43≤AF<57) (Bs<3) (Smf≥1,5) (Vf > 1,0)
25),
Kali Tumpaksablah 5.3 3 1.8 3

Adapun pembagian kelas indeks Kali Gadu 7.2 2.8 2.6 3

aktivitas tektonik dibagi menjadi empat kelas, Kali Doso 8.1 5.6 1.4 3

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 8


3) Kerapatan Sungai (DD)
Hasil perhitungan kerapatan DAS di Tabel 9.. Sinuositas Muka Pegunungan
daerah penelitian menunjukkan nilai DD Sinuositas Muka Pegunungan / Mountain Front Sinuosity(SMF)

relatif seragam dari 7.8 hingga 14.8. Sub DAS Lmf Ls SMF Kelas
Berdasarkan data DD dari empat subdas
Kali Golo 3.1 2.2 1.4 2
tersebut, maka disimpulkan bahwa aktivitas
tektonik pada subdas Kali Golo, subdas Kali Kali Tumpaksablah 3.3 2.1 1.6 3

Tumpaksablah, subdas Kali Gadu dan subdas Kali Gadu 2.7 1.9 1.4 2
Kali Doso termasuk kategori aktif atau berada Kali Doso 6.3 2.2 2.9 3
pada kelas 2

Tabel 7.. Kerapatan DAS 3.3.1. Indeks Aktivitas Tektonik Relatif


Kerapatan DAS / Drainage Density (DD) Analisis aktivitas tektonik pada daerah
Sub DAS L (km) A (km2) DD Kelas penelitian menggunakan parameter
morfometri DAS maupun non DAS,
Kali Golo 102.97 17.08 6.0 2
diantaranya parameter AF, BS, DD, VF dan
Kali Tumpaksablah 50.68 9.77 5.2 2 Smf. Selanjutnya masing – masing parameter
Kali Gadu 65.62 13.44 4.9 2 morfometri tersebut dihitung sesuai dengan
Kali Doso 103.33 22.92 4.5 2
kelasnya dan dibuat nilai Indeks Aktivitas
Tektonik Relatif (IATR).
Distribusi indeks aktivitas tektonik
4) Rasio Dasar Lembah (VF) relatif di daerah penelitian menunjukkan nilai
Hasil perhitungan rasio dasar lembah di IATR relatif seragam dari 2.0 hingga 2.8.
daerah penelitian menunjukkan nilai VF Angka tersebut diperoleh dari perbandingan
bervariasi dari 0.6 hingga 2.2. Berdasarkan antara hasil akumulasi nilai parameter
data VF dari empat subdas tersebut, maka morfometri masing-masing subdas dengan
disimpulkan bahwa aktivitas tektonik pada jumlah parameter yang digunakan.
subdas Kali Golo, subdas Kali Tumpaksablah Berdasarkan data IATR dari empat subdas
dan subdas Kali Gadu termasuk kategori aktif tersebut, maka disimpulkan bahwa subdas Kali
atau berada pada kelas 2. Sedangkan subdas Golo, subdas Tumpaksablah dan subdas Kali
Kali Doso termasuk kategori kurang aktif atau Gadu memiliki tingkat aktivitas tektonik
berada pada kelas 3. menengah / kelas 3. Sedangkan subdas Kali
Doso emiliki tingkat aktivitas tektonik rendah/
Tabel 8.. Rasio Dasar Lembah kelas 4.
Rasio Dasar Lembah & Tinggi Lembah / Valley Floor (VF)

Sub DAS Eld Erd Vfw Esc VF Kelas Tabel 10.. Indeks Aktivitas Tektonik Relatif (IATR)
Kali Golo 250 240 50 170 0.7 2
Indeks Aktivitas Tektonik Relatif
(El Hamdouni dkk.,2007 dalam Dehbozorgi dkk.,2010)
Kali Tumpaksablah 250 280 60 165 0.6 2
Sub DAS AF Bs Dd Vf Smf IATR Kelas
Kali Gadu 285 305 80 210 0.9 2
Kali Golo 1 3 2 2 2 2 3
Kali Doso 215 200 75 173 2.2 3 Kali Tumpaksablah 1 3 2 2 3 2.4 3
Kali Gadu 3 3 2 2 2 2.4 3

5) Sinuositas Muka Pegunungan (SMF) Kali Doso 3 3 2 3 3 2.8 4

Hasil perhitungan Smf di daerah


penelitian menunjukkan nilai Smf bervariasi IV. KESIMPULAN
dari 1.4 hingga 2.9. Berdasarkan data Smf dari Dari semua rangkaian penelitian geologi
empat subdas tersebut, maka disimpulkan yang telah dilakukan di daerah daerah Pakisaji
bahwa aktivitas tektonik pada subdas Kali dan sekitarnya, Kecamatan Kademangan,
Golo dan subdas Kali Gadu termasuk kategori Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Maka dapat
aktif atau berada pada kelas 2. Sedangkan disimpulkan sebagai berikut:
subdas Kali Tumpaksablah dan subdas Kali 1) Geomorfologi daerah penelitian secara
Doso termasuk kategori kurang aktif atau morfogenesa dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
berada pada kelas 3. satuan geomorfologi, yaitu: (1) Satuan
geomorfologi perbukitan patahan, stadia

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 9


dewasa; (2) Satuan geomorfologi DAFTAR PUSTAKA
perbukitan karst,stadia dewasa; dan (3)
Bakosurtanal, 1999, Peta Rupabumi Digital
Satuan dataran aluvial sungai, stadia
Indonesia Lembar Suruhwadang No.
muda.. Pola aliran sungai yang terdapat di
1507-641 dengan skala 1:25.000,
daerah penelitian dikontrol oleh kekar dan
Badan Koordinasi Survey dan
sesar, berupa sesar mendatar dan sesar
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),
normal sehingga membentuk pola aliran
Edisi : 1 – 1999, Cibinong, Bogor.
rektangular. Jentera geomorfik daerah
Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of
penelitian termasuk dewasa.
Indonesia, The Hague Martinus
2) Stratigrafi daerah penelitian secara
Nijhoff, Vol. 1A, Netherlands..
litostratigarfi dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. “Range
satuan batuan, dari yang tua ke muda
Chart, Late Miosen to Recent
yaitu: satuan batuan breksi sisipan lava
Planktonic Foraminifera Bio-
dan batupasir (Formasi Mandalika) yang
stratigraphy”, Proceeding of The
diendapkan di lingkungan laut pada kala
First.
Oligosen Akhir – Miosen Awal. Secara
Dehbozorgi, M., Poukermani, M., Arian, M.,
tidak selaras diendapkan di atasnya satuan
Matkan, A.A., Motamedi, A., dan
batuan batugamping sisipan batulempung
Hosseiniasi, A. 2010. Quantitative
(Formasi Wonosari) yang diendapkan di
analysis of relative tectonic activity in
lingkungan laut dangkal (Nerutik Tepi)
The Sarvestan Area, Central Zagros,
pada akhir kala Miosen Tengah N13-N14.
Terakhir yaitu Satuan Endapan Aluvial Iran, Geomorphology 03284, 1 – 13.
berumur Holosen menutupi satuan batuan Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonat
di bawahnya dengan batas bidang erosi. Rock According to Depositional
3) Struktur geologi daerah penelitian berupa Texture, Houston, Texas, USA.
kekar dan sesar. Struktur sesar yang Hidayat, E. 2009. Analisis Morfotektonik Sesar
dijumpai berupa sesar mendatar Pakisaji, Lembang, Tesis Magister, Institut
sesar mendatar Kebonsari, sesar mendatar Teknologi Bandung (tidak
Tumpaksablah dan sesar normal Kaligede. dipublikasikan).
Keseluruhan struktur geologi daerah H.Samodra, dkk., 1992, Geologi Lembar
penelitian terjadi dalam satu periode yaitu Tulungagung, Jawa, Pusat Penelitian
kala Miosen Akhir dengan arah umum dan Pengembangan Geologi (P3G),
tegasan utama relatif Utara – S e l a t a n . Bandung.
4) Berdasarkan analisis parameter morfometri Kadarisman, D.S, 1997, Pedoman Praktikum
pada empat subdas seluas 63.21 km 2, Mineral Optik, Laboratorium Mineral
diperoleh dua tingkatan aktivitas tektonik Optik, Program Studi Teknik Geologi,
relatif (IATR) yaitu: aktivitas tektonik Universitas Pakuan, Bogor.
menengah (kelas 3) yang tersebar di Keller, E. A. dan Pinter, N. 2002. Active
bagian Barat daerah penelitian sekitar Tectonics: Earthquakes, Uplift and
63.7% (40.29 km2) dan aktivitas tektonik Landscapes, Prentice Hall, New
rendah (kelas 4) yang tersebar di bagian Jersey, 338.
Timur daerah penelitian sekitar 26.3% Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology: An
(22.92 km2). Korelasi antara keadaan Introduction to the Study of
geologi dengan distribusi IATR sangat Landscapes, Mc.Graw-Hill Book
kuat hubungannya, dimana daerah dengan Company, New York.
IATR kelas 3 (menengah) memiliki batuan Luthfi, M., 2010, Prinsip - Prinsip
penyusun lebih resisten tercermin pada Sedimentologi, Jurusan Geologi,
topografi terjal dan terdapat banyak gawir Fakultas Teknik, Universitas Pakuan,
yang dominan dikontrol oleh struktur Bogor.
geologi yang intensif. Sedangkan daerah Moody J.D., dan M.J. Hil, 1956, Wrench Fault
dengan IATR kelas 4 (rendah) tersusun Tectonics, Bulletin of the Geological
oleh batuan yang kurang resisten tercermin Society of America.
pada topografi lebih landai akibat Sjarifudin, MZ. dan Hamidi, S., 1992, Geologi
pengaruh erosi jauh lebih kuat Lembar Blitar, Jawa, Pusat Penelitian
dibandingkan pengaruh deformasi. dan Pengembangan Geologi (P3G),
Bandung.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 10


Noor, Dj., 2014, Geomorfologi Edisi I, CV Thornbury & William D., Principles of Geo-
Budi Utama ISBN 602280242-6, morphology, Second Edition, John
Yogjakarta Willey & Sons Inc., New York,
Phleger, F & PL. Frances, 1951. Foraminifera London, Sydney, Toronto, 594 p.
Species, Part II, Script Institution of Williams, H., Turner, F.J., Gilbert, C.M., 1954,
Oceanography, La Jolla, California. Petrograpy, An Introduction to The
Pulonggono dan Martodjojo., 1994, Perubahan Study of Rock in Thin Sections, W.H
Tektonik Paleogen - Neogen Freeman and Company, New York.
Merupakan Peristiwa Tektonik
Penting di Jawa. Proceding Geologi PENULIS:
dan Geologi Teknik Pulau Jawa,
M. Rahmaan Syahputra, S.T., Alumni 2018
ISBN, UGM Yogyakarta.
Program Studi Teknik Geologi,
Supartoyo, 2008, Tektonik Aktif Sesar
Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
Cimandiri, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat, Tesis Magister, (mr.syahputra13@gmail.com)
Ir. Akhmad Syafuan, M.T., Staf Dosen
Institut Teknologi Bandung (tidak
Program Studi Teknik Geologi,
dipublikasikan).
Fakultas Teknik– Universitas Pakuan.
Supartoyo, 2014, Geomorfologi Tektonik Sesar
Cimandiri Daerah Sukabumi, Iit Adhitia, ST., M.T., Staf Dosen Program
Studi Teknik Geologi, Fakultas
Provinsi Jawa Barat, Disertasi
Teknik – Universitas Pakuan
Doktor, Institut Teknologi Bandung
(tidak dipublikasikan)
Syahrulyati, T dan MA. Karmadi, 1994,
Pedoman Praktikum Mikro-
paleontologi Laboratorium Mikro-
paleontologi, Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik Universitas Pakuan,
Bogor.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 11


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan 12

Anda mungkin juga menyukai