Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN HUMANISTIK

DALAM AL-QUR'AN KATA INSAN, BASYAR DAN BANI ADAM


Iskandar dan Najmuddin
Dosen Pendidikan agama Universitas Almuslim
iskandaridris90@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendidikan sebagai proses pemanusiawian manusia (humanisasi) bersumber dari pemikiran
humanisme. Hal ini sejalan dengan makna dasar humanisme sebagai pendidikan manusia. Sistem
pendidikan dalam Islam yang dibangun atas dasar nilai-nilai humanistik sejak awal kemunculannya
sesuai dengan esensinya sebagai agama kemanusiaan. Islam menjadikan dimensi kemanusiaan
sebagai orientasi pendidikannya. Sangatlah naif kalau dikatakan bahwa konsep pendidikan
humanistik-Islami merupakan konsep pendidikan Barat yang diberi label Islam.tulisan ini
menjelaskan dengan terang dan menyertakan dalil-dalil berdasarkan al-Qur‟an.
Kata Kunci: Pendidikan, Humanis, Insan, Basyar dan Bani Adam.
terhadap makhluk manusia, bukan saja
Pendahuluan
sebagai makhluk biologis dan psikologis
Hakikat pendidikan sebagai proses melainkan juga sebagai makhluk religius,
pemanusiawian manusia (humanisasi) makhluk sosial dan makhluk bermoral serta
sering tidak terwujud karena terjebak pada makhluk kultural yang kesemuanya
penghancuran nilai kemanusiaan mencerminkan kelebihan dan keistimewaan
(dehumnisasi). Hal ini merupakan akibat manusia daripada makhluk-makhluk Tuhan
adanya perbedaan antara konsep dengan lainnya.
pelaksanaan dalam lembaga pendidikan.
Manusia dalam Terminologi Al-Qur’an
Kesenjangan ini mengakibatkan kegagalan
pendidikan dalam mencapai misi sucinya Secara terminologis, ungkapan al-
untuk mengangkat harkat dan martabat Qur‟an untuk menunjukkan konsep manusia
manusia, pendidikan belum berhasil terdiri atas tiga kategori, yaitu: a) al-insan,
memanusiawikan peserta didik. al-in‟s, unas, al-nas, anasiy dan insiy; b) al-
Islam sebagai ajaran suci sangat basyar; dan; c) bani adam “anak adam ”
memperhatikan kearifan kemanusiaan dan surriyyat dam “keturunan Adam”.
sepanjang zaman. Ajaran Islam memberikan Menurut M. Dawam Raharjo istilah
perlindungan dan jaminan nilai-nilai manusia yang diungkapkan dalam al -
kemanusiaan kepada semua umat. Setiap Qur‟an seperti basyar, insan, unas, insiy,
muslim dituntut mengakui, memelihara, dan „imru, rajul atau yang mengandung
menetapkan kehormatan diri orang lain. pengertian perempuan seperti imra‟ah, nisa‟
Tuntutan ini merupakan cara mewujudkan atau niswah atau dalam ciri personalitas,
sisi kemanusiaan manusia yang menjadi seperti al-atqa, al-abrar, atau ulul-albab,
tugas pokok dalam membentuk dan juga sebagai bagian kelompok sosial seperti
melangsungkan hidup umat manusia. al-asyqa, dzul-qurba, al-dhu‟afa atau al-
Al-Qur'an banyak membicarakan musta‟afin yang semuanya mengandung
tentang pendidikan humanistik yaitu petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya
berbicara tentang manusia, yang sering dan manusia dalam bentuk kongkrit.
dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur'an dengan Meskipun demikian untuk memahami
kata insan, Basyra dan Bani Adam. dalam secara mendasar dan pada umumnya ada
hal ini manusia dalam al-Quran tiga kata yang sering digunakan Al-Qur‟an
mencerminkan karakteristik dan untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu
kesempurnaan penciptaan Allah swt insan atau ins atau al-nas atau unas, dan

Lentera Vol. 14 No.2 Maret 2014 83


kata basyar serta kata bani ²dam atau Menurut M. Quraish Shihab, kata
§urriyat ²dam. basyar terambil dari akar kata yang pada
Meskipun ketiga kata tersebut umumnya berarti menampakkan sesuatu
menunjukkan pada makna manusia, namun dengan baik dan indah. Dari kata yang sama
secara khusus memiliki penekanan lahir kata basyarah yang berarti kulit.
pengertian yang berbeda. Perbedaan Manusia dinamakan basyarah karena
tersebut dapat dilihat pada uraian berikut: kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan
a) Penamaan manusia dengan kata al- kulit binatang lainnya. Al-Qur‟an
Basyar dinyatakan dalam Al-Qur‟an menggunakan kata ini sebanyak 36 kali
sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 dalam bentuk tunggal dan 1 kali dalam
surat 14. Secara etimologi al-basyar berarti bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan
kulit kepala, wajah, atau tubuh yang manusia dari aspek lahiriah serta
menjadi tempat tumbuhnya rambut. persamaannya dengan manusia seluruhnya.
Penamaan ini menunjukkan makna bahwa Dengan demikian dapat disimpulkan
secara biologis yang mendominasi manusia bahwa penelitian manusia dengan
adalah pada kulitnya, dibanding rambut atau menggunakan kata basyar, artinya anak
bulunya. Pada aspek ini terlihat perbedaan keturunan adam banu adam , mahkluk fisik
umum biologis manusia dengan hewan yang atau biologis yang suka makan dan berjalan
lebih didominasi bulu atau rambut. ke pasar. Aspek fisik itulah yang menyebut
Al-Basyar, juga dapat diartikan pengertian basyar mencakup anak
mulasamah, yaitu persentuhan kulit antara keturunan adam secara keseluruhan dua
laki-laki dengan perempuan. Enam belas puluh kali. Al-Basyar mengandung
Makna etimologi dapat dipahami adalah pengertian bahwa manusia akan
bahwa manusia merupakan makhluk yang berketurunan yaitu mengalami proses
memiliki segala sifat kemanusiaan dan reproduksi seksual dan senantiasa berupaya
keterbatasan, seperti makan, minum, seks, untuk memenuhi semua kebutuhan
keamanan, kebahagiaan, dan lain biologisnya, memerlukan ruang dan waktu,
sebagainya. Penunjukan kata al-basyar serta tunduk terhadap hukum alamiahnya,
ditujukan Allah kepada seluruh manusia baik yang berupa sunnatullah (sosial
tanpa terkecuali, termasuk eksistensi Nabi kemasyarakatan), maupun takdir Allah
dan Rasul. Eksistensinya memiliki (hukum alam). Semuanya itu merupakan
kesamaandengan manusia pada umumnya, konsekuensi logis dari proses pemenuhan
akan tetapi juga memiliki titik perbedaan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah swt.
khusus bila dibanding dengan manusia memberikan kebebasan dan kekuatan
lainnya. kepada manusia sesuai dengan batas
Adapun titik perbedaan tersebut kebebasan dan potensi yang dimilikinya
dinyatakan al-Qur‟an dengan adanya wahyu untuk mengelola dan memanfaatkan alam
dan tugas kenabian yang disandang para semesta, sebagai salah satu tugas
Nabi dan Rasul. Sedangkan aspek yang kekhalifahannya di muka bumi.
lainnya dari mereka adalah kesamaan b) Adapun penamaan manusia dengan
dengan manusia lainnya. Hanya saja kepada kata al-insan yang berasal dari kata al-uns,
mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73
manusia umumnya tidak diberikan wahyu. kali dan tersebar dalam 43 surat.21 Secara
Firman Allah swt. Katakanlah: etimologi, al-insan dapat diartikan
Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa harmonis, lemah lembut, tampak, atau
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: pelupa. Menurut Quraish Shihab, manusia
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu dalam al-Qur‟an disebut dengan al-Insan.
adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa Kata insan terambil dari kata uns yang
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, berarti jinak, harmonis dan tampak.
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang Pendapat ini jika ditinjau dari sudut
saleh dan janganlah ia mempersekutukan pandang al-Qur‟an lebih tepat dari yang
seorangpun dalam beribadat kepada berpendapat bahwa ia terambil dari kata
Tuhannya". nasiya (yang berarti lupa), atau nasa-yansu

Lentera Vol. 14 No.2 Maret 2014 84


(yangberarti bergoncang). Kata insan dan hati, namun kamu sedikit sekali
digunakan al-Qur‟an untuk menunjukkan bersyukur” (QS. al-Sajadah, 32: 6-9). Unsur
kepada manusia dengan seluruh totalitas, jasad akan hancur dengan kematian,
jiwa dan raga. Manusia berbeda antara sedangkan unsur jiwa akan tetap dan
seseorang dengan yang lain, akibat bangkit kembali pada hari kiamat. “Manusia
perbedaan fisik, mental dan kecerdasannya. itu bertanya, siapa pula yang dapat
Adapun kata al-Insan digunakan al- menghidupkan tulang-belulang yang sudah
Qur‟an untuk menunjukkan totalitas hancur itu? Katakanlah, yang
manusia sebagai makhluk jasmani dan menghidupkannya adalah (Tuhan) yang
rohani. Harmonisasi kedua aspek tersebut telah menghidupkannya untuk pertama kali,
dengan berbagai potensi yang dimilikinya, dan Dia Maha Mengetahui akan setiap
mengantarkan manusia sebagai makhluk ciptaan” (QS. Yasiin, 36: 78-79).
Allah yang unik dan istimewa sempurna, Manusia adalah makhluk yang mulia,
dan memiliki diferensiasi individual antara bahkan lebih mulia dari malaikat. Setelah
satu dengan yang lain, dan sebagai makhluk Allah menciptakan manusia, Allah
dinamis, sehingga mampu menyandang memerintahkan semua malaikat untuk
predikat khal³fah Allah di muka bumi. memberi hormat sebagai tanda
c) Kata al-Nas dinyatakan dalam al- memuliakannya. Firman Allah:
Qur‟an sebanyak 240 kali dan tersebar Artinya : “Maka ketika telah Aku
dalam 53 surat. Kata al-nas menunjukkan sempurnakan ia dan Aku tiupkan ruh
pada eksistensi manusia sebagai makhluk kepadanya, maka beri hormatlah
hidup dan sosial, secara keseluruhan, tanpa kepadanya dengan bersujud” (QS. al-Hijr,
melihat status keimanan atau 15: 29).
kekafirannyaKata al-Nas dipakai al-Qur‟an Kemudian, Kemuliaan manusia
untuk menyatakan adanya sekelompok ditegaskan dengan jelas:
orang atau masyarakat yang mempunyai Artinya: “Sesungguhnya kami telah
berbagai kegiatan (aktivitas) untuk muliakan anak-anak Adam dam, dan Kami
mengembangkan kehidupannya. angkat mereka dari di darat dan di laut,
Dalam menunjuk makna manusia, kata dan Kami beri rezeki mereka dari yang
al-nas lebih bersifat umum bila baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dari
dibandingkan dengan kata al-Insan. kebanyakan mahkluk kami” (QS. al-Isra‟,
Keumumannya tersebut dapat di lihat dari 17: 70).
penekanan makna yang dikandungnya. Kata Manusia pada dasarnya mempunyai
al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sifat fitrah. Konsep fitrah menunjukkan
sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai bahwa manusia membawa sifat dasar
kelompok manusia tertentu yang sering kebajikan dengan potensi iman
melakukan mafsadah dan pengisi neraka, di (kepercayaan) terhadap keesaan Allah
samping iblis. (tauhid). Sifat dasar atau fitrah yang terdiri
Manusia merupakan satu hakekat yang dari potensi tauhid itu menjadi landasan
mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi semua kebajikan dalam perilaku manusia.
material (jasad) dan dimensi immaterial Dengan kata lain, manusia diciptakan Allah
(ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Itulah dengan sifat dasar baik berlandaskan tauhid.
Tuhan yang Maha Mengetahui yang ghaib “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi mengeluarkan keturunan anak-anak adam
Maha Penyayang, Dialah yang telah dari sulbi mereka dan Allah mengambil
menciptakan segala sesuatu dengan sebaik- kesaksian dari jiwa mereka (seraya
baiknya, dan memulai menciptakan manusia berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
dari segumpal tanah, dan Dia ciptakan Mereka menjawab: “Engkau Tuhan kami,
keturunannya dari jenis saripati berupa air kami menjadi saksi ...” (QS. al-A‟raf, 7:
yang hina, lalu Dia sempurnakan 172).
penciptaannya, kemudian Dia tiupkan ke Dengan demikian, makna manusia
dalam tubuhnya ruh (ciptaan)-Nya, dan Dia dalam al-Qur‟an dengan istilah al-basyar,
ciptakan bagimu pendengaran, penglihatan al-insan, al-nas dan bani adam

Lentera Vol. 14 No.2 Maret 2014 85


mencerminkan karakteristik dan humanis. Di sinilah nampak upaya
kesempurnaan penciptaan Allah terhadap pendidikan Islam sebagai institusi agama
makhluk manusia, bukan saja sebagai yang menghargai dan menjunjung tinggi
makhluk biologis dan psikologis melainkan nilai, harkat, dan martabat manusia. Semua
juga sebagai makhluk religius, makhluk itu membawa kedamaian, persamaan,
sosial dan makhluk bermoral serta makhluk persaudaraan, keadilan, dan pembebasan
kultural yang kesemuanya mencerminkan manusia sehingga terbentuk masyarakat
kelebihan dan keistimewaan manusia global yang menebarkan rahmat bagi
daripada makhluk-makhluk Tuhan lainnya. kehidupan (rahmah li al-„alamin).
Pendidikan humanistik-Islami membawa
Pendidikan Humanistik dalam al-Qur'an
misi ajaran tersebut.
Dalam Islam, pemikiran pendidikan Pendidikan humanistik menjadi
humanistik bersumber dari misi utama pengembangan fitrah manusia. Islam
kerasulan Muhammad, yaitu memberikan memandang fitrah bukan tabula rasa
rahmat dan kebaikan kepada seluruh umat (manusia tanpa bakat, bekal, atau
manusia dan alam semesta. Firman Allah kemampuan). Fitrah merupakan pemberian
SWT: dari Allah yang berisi potensi baik dan
Yang Artinya: dan Tiadalah Kami potensi buruk. Potensi ini akan berkembang
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) dan teraktualisasi dalam kehidupan
rahmat bagi semesta alam. (al-Anbiya‟(21): tergantung pada pendidikan dan budaya.
107). Kalau manusia tepat mengembangkan
Spirit ayat inilah yang mengilhami potensi positif akan dekat dengan sifat
pemikiran pendidikan yang dikembangkan ilahiah. Sebaliknya bila yang berkembang
menjadi pendidikan humanistik yang juga itu potensi jahatya, manusia akan bisa lebih
disebut pendidikan humanistik-Islami. jahat daripada setan. Tugas pendidikan
Pendidikan humanistik-Islami adalah adalah mengurangi atau bahkan
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai menghilangkan potensi jahat dan
humanisme Islam, yaitu liberasi, mengembangkan potensi baiknya.
humanisasi, dan transendensi. Pendidikan humanistik bertolak dari fitrah
Berdasarkan itulah prinsip-prinsip manusia dalam mengaplikasikan,
pendidikan humanistik dalam al-Quran mengembangakan, dan menanamkan nilai-
dapat dirumuskan, yaitu: nilai universal dalam diri manusia sehingga
1. Proses sebagai Proses Humanisasi. menjadi manusia yang sesungguhnya.
Dalam Islam, pendidikan humanistik 2. Pendidikan sebagai Proses Liberasi.
dimaksudkan sebagai proses pendidikan Tujuan liberasi adalah pembebasan
yang menekankan pengembangan potensi manusia dari kekejaman kemiskinan dan
peserta didik supaya terktualisasi secara keangkuhan teknologi. Tujuan ini akan
optimal sehingga menjadi manusia rabbani menjadikan satu rasa dengan si miskin yang
yang mampu berperan sebagai „abdullah ditindas oleh kekuatan ekonomi raksasa.
(hamba Allah) sekaligus sebagai khalifah Pendidikan humanistik-Islami memandang
Allah (wakil Tuhan) di muka bumi. Sebagai manusia sebagai makhluk mulia dan
khalifah, manusia memiliki keinginan bebas bertanggung jawab atas pilihan dan
untuk diwujudkan, memiliki kemampuan tindakannya yang memiliki kebebasan
berfikir dan memahami, imajinasi, kreasi, mengembangkan diri sesuai dengan
dan bertindak untuk mengembangkan keinginannya sehingga terbebas dari
kehidupannya di dunia. Adapun status belenggu pihak lain, namun mereka tetap
„abdullah menunjukkan manusia memiliki memiliki kerendahan hati dan ketundukan
kesediaan untuk mengabdi kepada Tuhan pada kekuasaan Tuhan. Pendidikan yang
dan kerendahan hati terhadap sesama menjamin harkat dan martabat manusia ini
manusia. sebenarnya telah dikonsepkan sejak awal
Atas dasar itulah, humanisme menjadi kelahiran Islam sesuai dengan ayat tentang
bagian integral dari ajaran Islam. Hakikat kejadian manusia sebagai makhluk mulia.
pendidikan Islam adalah pendidikan

Lentera Vol. 14 No.2 Maret 2014 86


Pendidikan humanistik-Islami berupaya dalam Islam bertolak dari nilai-nilai
membebaskan manusia dari kemiskinan, spiritual. Pemenuhan kebutuhan manusia
kebodohan, dan kebutaan spiritual yang seperti aktualisasi diri, harga diri, sosial,
menjadi musuh humanisme. Kemiskinan keamanan, dan material diletakkan pada
tidak hanya mendorong pengingkaran nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
pemenuhan hidup manusia yang Allah.
kesejahteraan material, tetapi juga Islam dengan watak religius-tauhidnya
menghambat pemenuhan kebutuhan mengintegrasikan aspek spiritual sebagai
intelektual dan spiritual. Adapun kebodohan satu kesatuan orientasi pendidikan yang
mendorong manusia tidak bisa berpikir tidak bisa dipisahkan dari aspek sosial dan
kreatif dan kritis dalam memecahkan materialnya diharapkan bisa membentuk
masalah hidupnya. Sikap fatalistik, manusia kongkret yang sempurna sebagai
menyerah terhadap penderitaan sebagai manusia beradab. Mereka itulah yang layak
nasib yang harus diterima, merupakan diberi predikat manusia sempurna (insan
bentuk kebodohan. kamil), manusia teladan, unggul, dan luhur.
Dengan demikian, konsep pendidikan Inilah profil manusia humanis. Konsep ini
humanistik di Barat menuntut adanya bertolak dari pemikiran Islam yang
kebebasan supaya harkat dan martabat dibangun dari hubungan vertikal dan
manusia (peserta didik) terjamin. Freire horizontal, teosentris dan antroposentris.
mengatakan; “Tidak ada dimensi Perintah membaca (iqra‟) dalam Q.S.
humanistik dalam penindasan, juga tidak al-„Alaq (96): 1-5 menjadi dasar pendidikan
ada proses humanisasi dalam liberalisme untuk perbaikan, pembebasan, dan
yang kaku.” Kebebasan tidak akan terjadi pencerahan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan
manakala seorang peserta didik terisolasi yang diajarkan Allah menjadikan manusia
oleh hal-hal di luar dirinya. Kebebasan lebih tinggi daripada malaikat dan jin.
dalam pendidikan humanistik di Barat tidak Manusia harus tunduk kepada Tuhan, tidak
dibatasi oleh aturan atau nilai apa pun sombong dan tidak menindas makhluk lain.
termasuk nilai-nilai dari ajaran agama.
Kesimpulan
Kebebasan yang lepas dari kontrol ajaran
agama (sekuler) memungkinkan terjadinya Dari uraian di atas dapat disimpulkan
perbuatan yang bertentangan dengan nilai bahwa al-Qur`an sangat memperhatikan
kemanusiaan atas nama kebebasan. Prinsip tentang humanisme atau memanusiakan
kebebasan dalam pendidikan inilah yang manusia, hal ini terbukti dengan banyaknya
membedakannya dari konsep ajaran agama. ayat-ayat al-Qur`an yang menjelaskan
Dalam humanisme religius, pendidikan tentang manusia dari mulai penciptaan,
diarahkan untuk mendekatkan kepada potensi yang dimilikinya, perannya di muka
Tuhan melalui pengalaman manusia. Meski bumi ini dan ditinggikannya derajat
ada kesamaan dengan pendidikan sekuler, manusia dibandingkan dengan makhluk-
akan tetapi pendidikan keagamaan memiliki makhluk Allah yang lainnya, tetapi
nilai tambah. Nilai tambah ini merupakan humanisasi yang diterapkan dalam al-
kelebihannya, yaitu sandaran pada nilai- Qur`an tidak meninggalkan peran manusia
nilai spiritual guna mewujudkan manusia di bumi ini sebagai hamba yang diwajibkan
yang sebenarnya seperti arah pendidikan untuk mengabdi kepada khaliknya.
humanistik dalam Islam. Adapun paradigma pendidikan Islam
3. Pendidikan sebagai Proses humanis yang terdapat didalam al-Qur`an
Transendensi adalah; pertama, pendidikan merupakan
Adapun transendensi ditujukan untuk salah satu aktifitas yang bertujuan mencari
menambahkan dimensi transendental dalam ridha Allah, kedua, adanya perbandingan
hidup manusia. Pola hidup hedonis, antara pengetahuan agama dan pengetahuan
materialis, dan budaya yang negatif harus umum, ketiga, kebebasan dalam
dibersihkan dengan mengingat kembali mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
dimensi spiritual yang menjadi fitrah keempat, mengkaji ilmu pengetahuan yang
manusia. Pemikiran pendidikan humanistik membumi sehingga dapat

Lentera Vol. 14 No.2 Maret 2014 87


diimplementasikan dalam kehidupan sehari- Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan
hari. Terjemahan (Surabaya: Al-
Hidayah, 1998
Saran-Saran
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi
Demikianlah penulis telah memaparkan
Humanistik Abraham Maslow,
isi tulisan ini yang di dalam jauh dari
terj. A. Supratinya (Yogyakarta:
kesempurnaan, harapan penulis agar
Kanisius), 1997.
kritikan serta saran-saran yang membangun
untuk kesempurnaan. Frederick A. Olafson, “Humanism and
Education”, dalam Lee C.
Daftar Pustaka
Deighton (ed. in chief), The
Abdurrahman Mas‟ud, Menggagas Format Encyclopedia of Education, Vol.
Pendidikan Non-dikotomik: 4 (USA: The MacMillan
Humanisme Religius sebagai Company & The Fee Press),
Paradigma Pendidikan Islam 1986.
(Yogyakarta: Gama Media),
Kuntowijoyo, Paradigma Islam:
2002.
Interpretasi untuk Aksi, ed. A.E.
Abdurrahman Umdirah, Metode al-Qur‟an Priyono (Bandung: Mizan), 1998.
dalam Pendidikan, terj. Abdul
M. Quraish Shihab, Membumikan al-
Hadi Basulthanah (Surabaya:
Qur‟an (Bandung : Mizan), 1994.
Mutiara Ilmu), t.t.
Machasin, “Pendidikan sebagai Strategi
Al-Attas, The Concept of Education; Wan
Memberdayakan Umat”, dalam
Mohd Nor Wan Daud, Filsafat
Pendidikan Islam dalam
dan Praktik Pendidikan Islam
Peradaban Industrial
Syed M. Naquib al-Attas, terj.
(Yogyakarta: Aditya Media,
Hamid Fahmy, M. Arifin Ismail,
1997.
dan Iskandar Amel, ed. Abd.
Syukur Dj. (Bandung: Mizan), Morris L. Bigge, Learning Theories for
2003. Teachers (New York: Harper &
Row, 1982.
Ali Syari‟ati, Humanisme: antara Islam dan
Mazhab Barat, terj. Afif Muhammad Youseef Moussa, Islam and
Muhammad (Bandung: Pustaka Humanity‟s Need of It (Cairo:
Hidayah), 1996. The Supreme Council for Islamic
Affairs, 1379 H.
al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia
(Yogyakarta: Unit Pengadaan Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed,
Buku-buku Ilmiah Keagamaan terj. Myra Bergman Ramos (New
Pondok Pesantren al-Munawwir), York: Penguin Books), 1972.
1994.
Rif‟at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Menurut al-Qur‟an dalam
dan Moderasi menuju Milenium Metodologi Psikologi Islami, Ed.
Baru (Jakarta: Logos Wacana Rendra (Yogyakarta Pustaka
Ilmu), 1999. Pelajar), 2000.
Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur‟an Sayyid Qutb, Tafsir fi Zilal al-Qur‟an, Juz
Tentang Manusia Dalam 15 (Beirut: Dar al-Ihya‟, t.t.
Pendidikan Dan Perspektif al-
Qur‟an ( Yogyakarta : LPPI),
1999.

Lentera Vol. 14 No.2 Maret 2014 88

Anda mungkin juga menyukai