Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Diajukan sebagai tugas pengganti UAS Mata Kuliah

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Dosen: Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si

Disusun oleh :

Muhammad Syahroni (1810312210064)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
ABSTRAK

PHK sebagai manifestasi pensiun yang dilaksanakan pada kondisi tidak


normal nampaknya masih merupakan ancaman yang mencemaskan karyawan.
Dunia industri negara maju yang masih saja mencari upah buruh yang murah,
senantiasa berusaha menempatkan investasinya di negara-negara yang lebih
menjanjikan keuntungan yang besar, walaupun harus menutup dan merelokasi
atau memindahkan pabriknya ke Negara lain.

Keadaan ini tentu saja berdampak PHK pada karyawan di negara yang
ditinggalkan. Efisiensi yang diberlakukan oleh perusahaan pada dewasa ini,
merupakan jawaban atas penambahan posisi-posisi yang tidak perlu di masa lalu,
sehingga dilihat secara struktur organisasi, maka terjadi penggelembungan yang
sangat besar. Ketika tuntutan efisiensi harus dipenuhi, maka restrukturisasi
merupakan jawabannya. Di sini tentu saja terjadi pemangkasan posisi besar-
besaran, sehingga PHK masih belum dapat dihindarkan.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..............................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ......................................3
2.2 Fungsi Dan Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) .........................3
2.3 Prinsip – Prinsip Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) .............................4
2.4 Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ....................................5
2.5 Mekanisme Dan Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) ......................................................................................................6
2.6 Proses dan Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) .......................8
2.7 Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ....................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................11
3.2 Saran ......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pengganti Ujian Akhir Semester pada Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pemutusan Hubungan Kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Alim Bachri, selaku dosen
Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 07 Mei 2020

Penulis

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kita mendengar mengenai karyawan, dimana karyawan adalah anggota
dari sebuah organisasi peruasaan/lembaga yang bekerja dalam mencapai
tujuan tertentu. Ada yang bekerja di lembaga kepemerintahan dan ada pula
yang di lembaga swasta. Bagi mereka yang bekerja di lembaga
kepemerintahan biasa kita sebut sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) yang
mereka bekerja untuk Negara dan di gaji pula oleh Negara dan diatur pula oleh
aturan pemerintah. Kemudian ada yang bekerja di lembaga swasta dimana
mereka di pekerjakan oleh perusahaan atau lembaga suata dimana mereka di
atur oleh perusahaan
dan oleh pemerintah.

Dalam mencapai tujuannya perusahaan sangat di pengaruhi oleh yang


namanya karyawan. Dalam proses tersebut ada beberapa hal yang harus di
perhatikan salah satunya adalah Pemutusan hubungan kerja (PHK). Di
Indonesia sendiri Pemutusan hubungan kerja ini di atur dalam undang –
undang ketenaga kerjaan yaitu dalam UU RI No.13 Tahun 2003, dimana disini
di jelaskan aturan – aturan mengenai pemutusan hubungan kerja.

Di Negara ini pun pernah terjadi PHK secara besar – besaran dimana pada
waktu itu terjadi krisis moneter, yang mengakibatkan perusahaan tidak
sanggup lagi menggaji karyawannya. Langkah ini terpakas di lakukan sebagai
solusi dari perusahaan karna mengalami kerugian yang cukup besar.
Sementara perusahaan harus memenuhi kewajibannya untuk menggaji
karyawan.

Dan pada waktu itu PHK menjadi momok besar yang sangat menakutkan.
Para karyawan cemas akan nasibnya yang akan di berhentikan dari

1
pekerjaannya. Hingga saat ini PHK menjadi pemikiran yang negatif karna di
anggap sebagai pemecatan. Padahal PHK bukan itu tapi ini merupakan proses
dari sebuah keberlangsungan perusahaan. Dan akan dibahas lebih jelasnya
dalam pembahasan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1) Apa definisi dari Pemutusan Hubungan Kerja ?


2) Apa fungsi dan tujuan dari Pemutusan Hubungan Kerja ?
3) Jelaskan jenis – jenis dari Pemutusan Hubungan Kerja !
4) Jelaskan mekanisme dan penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja !

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1) Mengetahui definisi dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) .
2) Mengetahui fungsi dan tujuan pemutusan hubungan kerja (PHK) .
3) Mengetahui jenis – jenis dan prinsip – prinsip dari Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) .
4) Mengetahui mekanisme pemberian PHK kepada karyawan dan cara
penyelesaian perselisihan yang akan timbul setelah Pemutusan hubungan
kerja dilakukan .
5) Mengetahui bentuk dari pemberian kompensasi kepada karyawan yang
mendapatkan pemutusan hubungan kerja dari lembaga swasta .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) memiliki beberapa pengertian,


diantaranya :

1) Menurut Mutiara S. Pang gabean


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan pengakhiran
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam alasan, sehingga berakhir pula hak dan kewajiban di
antara mereka.
2) Menurut Suwatno
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
3) Menurut UU RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 1 ayat 25
Pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan
kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja atau buruh dan pengusaha.

Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja


(PHK) yang juga dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau
Pemisahan memiliki pengertian sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja
dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhir hak dan kewajiban
pekerja dan perusahaan.

2.2 Fungsi Dan Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mengurangi biaya tenaga kerja

3
2) Menggantikan kinerja yang buruk. Bagian integral dari manajemen adalah
mengidentifikasi kinerja yang buruk dan membantu meningkatkan
kinerjanya.
3) Meningkatkan inovasi. PHK meningkatkan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan , yaitu :
1. Pemberian penghargaan melalui promosi atas kinerja individual
yang tinggi.
2. Menciptakan kesempatan untuk level posisi yang baru masuk
3. Tenaga kerja dipromosikan untuk mengisi lowongan kerja sebgai
sumber daya yang dapat memberikan inovasi/menawarkan
pandangan baru.
4) Kesempatan untuk perbedaan yang lebih besar. Meningkatkan
kesempatan untuk mempekerjakan karyawan dari latar belakang yang
berbeda-beda dan mendistribusikan ulang komposisi budaya dan jenis
kelamin tenaga kerja.

Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja memiliki kaitan yang erat dengan


alasan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), namun tujuan lebih
menitikberatkan pada jalannya perusahaan (pihak pengusaha). Maka tujuan
PHK diantaranya:

1) Perusahaan/pengusaha bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan


dengan baik dan efektif salah satunya dengan PHK.
2) Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena faktor dari luar seperti
kesulitan penjualan dan mendapatkan kredit, tidak adanya pesanan, tidak
adanya bahan baku produktif, menurunnya permintaan, kekurangan bahan
bakar atau listrik, kebijaksanaan pemerintah dan meningkatnya persaingan.

Tujuan lain pemberhentian yakni agar dapat mencapai sasaran seperti yang
diharapkan dan tidak menimbulkan masalah baru dengan memperhatikan tiga
faktor penting, yaitu faktor kontradiktif, faktor kebutuhan, dan faktor sosial.

2.3 Prinsip – Prinsip Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

4
Prinsip-prinsip dalam pemutusan hubungan kerja adalah mengenai alasan
dan mekanisme pemutusan hubungan kerja.

Maka alasan pemutusan hubungna kerja (PHK) antara lain sebagai berikut:

1) Undang-Undang
Undang-undang dapat menyebabkan seseorang harus berhenti seperti
karyawan WNA yang sudah habis izinnya.
2) Keinginan Perusahaan
Perusahaan dapat memberhentikan karyawan secara hormat ataupun tidak
apabila karyawan melakukan kesalahan besar
3) Keinginan karyawan
Buruh dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu karena alasan
mendesak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4) Pensiun
Ketika seseorang telah mencapai batas usia tertentu sesuai dengan
peraturan perusahaan
5) Kontrak kerja berakhir
6) Kesehatan karyawan
Kesehatan karyawan dapat dijadikan alasan pemberhentian karyawan. Ini
bisa berdasarkan keinginan perusahaan atau keinginan karyawan yang juga
telah diatur berdasarkan perundang-undangan ketenagakerjaan yang
berlaku.
7) Meninggal dunia
8) Perusahaan dilikuidisasi
9) Karyawan dilepas jika perusahaan dilikuidisasi atau ditutup karena
bangkrut.

2.4 Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Berikut Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) :

• Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara.

PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun


karena perusahaan dengan tujuan yang jelas.

5
• Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen.
PHK permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu :
1) Keinginan sendiri
2) Kontrak yang Habis
3) Pensiun
4) Kehendak Perusahaan

2.5 Mekanisme Dan Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja


(PHK)

1) Mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Karyawan, pengusaha dan pemerintah wajib untuk melakukan


segala upaya untuk menghindari PHK. Apabila tidak ada kesepakatan
antara pengusaha karyawan/serikatnya, PHK hanya dapat dilakukan
oleh pengusaha setelah memperoleh penetapan Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI).

Selain karena pengunduran diri dan hal-hal tertentu dibawah ini,


PHK harus dilakukan melalui penetapan Lembaga Penyelesaian
Hubungan Industrial (LPPHI). Hal-hal tersebut adalah :

1. Karyawan masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah


dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya.
2. Karyawan mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis
atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi
dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan
perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali.
3. Karyawan mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama,
atau peraturan perundang-undangan.
4. Karyawan meninggal dunia.
5. Karyawan ditahan.
6. Pengusaha tidak terbukti melakukan pelanggaran yang dituduhkan
karyawan melakukan permohonan PHK.

6
Selama belum ada penetapan dari LPPHI, karyawan dan pengusaha
harus tetap melaksanakan segala kewajibannya. Sambil menunggu
penetapan, pengusaha dapat melakukan skorsing, dengan tetap membayar
hak-hak karyawan.

2) Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Perselisihan PHK termasuk kategori perselisihan hubungan


industrial bersama perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan
perselisihan antar serikat karyawan. Perselisihan PHK timbul karena tidak
adanya kesesuaian pendapat antara karyawan dan pengusaha mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak. Perselisihan
PHK antara lain mengenai sah atau tidaknya alasan PHK, dan besaran
kompensasi atas PHK.

3) Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Mekanisme perselisihan PHK beragam dan berjenjang.
1. Perundingan Bipartit
Perundingan Bipartit adalah forum perundingan dua kaki antar
pengusaha dan karyawan atau serikat pekerja. Kedua belah pihak
diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam penyelesaian masalah
mereka, sebagai langkah awal dalam penyelesaian perselisihan.
Dalam perundingan ini, harus dibuat risalah yang ditandatangai para
pihak. Isi risalah diatur dalam Pasal 6 Ayat 2 UU PPHI. Apabila
tercapai kesepakatan maka Para pihak membuat Perjanjian Bersama
yang mereka tandatangani. Kemudian Perjanjian Bersama ini
didaftarkan pada PHI wilayah oleh para pihak ditempat Perjanjian
Bersa
2. Perundingan Tripartit
1) Mediasi
Forum Mediasi difasilitasi oleh institusi ketenagakerjaan. Dinas
tenagakerja kemudian menunjuk mediator. Mediator berusaha
mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya.
Dalam hal tercipta kesepakatan para pihak membuta perjanjian

7
bersama dengan disaksikan oleh mediator. Bila tidak dicapai
kesepakatan, mediator akan mengeluarkan anjuran.
2) Konsiliasi
Forum Konsiliasi dipimpin oleh konsiliator yang ditunjuk oleh para
pihak. Seperti mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para
pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Bila tidak dicapai
kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran.
3) Arbitrase
Lain dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran dan
tidak mengikat, putusan arbitrase mengikat para pihak. Satu-satunya
langkah bagi pihak yang menolak putusan tersebut ialah permohonan
Pembatalan ke Mahkamah Agung. Karena adanya kewajiban
membayar arbiter, mekanisme arbitrase kurang populer.
3. Kasasi (Mahkamah Agung)
Pihak yang menolak Putusan PHI soal Perselisihan Pemutusan
Hubungan kerja dapat langsung mengajukan kasasi (tidak melalui
banding) atas perkara tersebut ke Mahkamah Agung, untuk diputus.

2.6 Proses dan Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan


dengan baik dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan.
Namun karena terkadang pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang
tak terselesaikan maka menurut Umar (2004) pemecatan secara terpaksa
harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:

1) Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.


2) Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
3) Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari
P4D.
4) Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari
P4P.
5) Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.

8
Kemudian menurut Mutiara S. Panggabean Proses Pemberhentian
hubungan kerja jika sudah tidak dapat dihindari maka cara yang diatur telah
diatur dalam Undang-undang No.12 tahun 1964. Perusahaan yang ingin
memutuskan hubungan kerja harus mendapatkan izin dari P4D (Panitia
Penyelesaian Perburuhan Daerah) dan jika ingin memutuskan hubungan kerja
dengan lebih dari sembilan karyawan maka harus dapat izin dari P4P (Panitia
Penyelesaian Perburuhan Pusat) selama izin belum didapatkan maka
perusahaan tidak dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan dan
harus menjalankan kewajibannya.

Namun sebelum pemberhentian hubungan kerja harus berusaha untuk


meningkatkan efisiensi dengan:

1) Mengurangi shift kerja


2) Menghapuskan kerja lembur
3) Mengurangi jam kerja
4) Mempercepat pension
5) Meliburkan atau merumahkan karyawan secara bergilir untuk sementara

2.7 Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan


membayar uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja
(UPMK) dan uang penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima.UP,
UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah karyawan dan masa kerjanya.

1) Perhitungan Uang Pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut :

• Masa Kerja Uang Pesangon

• Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah.

• Masa kerja 1 – 2 tahun, 2 (dua) bulan upah.

• Masa kerja 2 – 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah.

• Masa kerja 3 – 4 tahun 4 (empat) bulan upah.

• Masa kerja 4 – 5 tahun 5 (lima) bulan upah.

9
• Masa kerja 5 – 6 tahun 6 (enam) bulan upah.

• Masa kerja 6 – 7 tahun 7 (tujuh) bulan upah.

• Masa kerja 7 – 8 tahun 8 (delapan) bulan upah.

• Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

2) Perhitungan uang penghargaan masa kerja (UPMK) ditetapkan sebagai


berikut :

Masa Kerja UPMK

• Masa kerja 3 – 6 tahun 2 (dua) bulan upah.

• Masa kerja 6 – 9 tahun 3 (tiga) bulan upah.

• Masa kerja 9 – 12 tahun 4 (empat) bulan upah.

• Masa kerja 12 – 15 tahun 5 (lima) bulan upah.

• Masa kerja 15 – 18 tahun 6 (enam) bulan upah.

• Masa kerja 18 – 21 tahun 7 (tujuh) bulan upah.

• Masa kerja 21 – 24 tahun 8 (delapan) bulan upah.

• Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah.

3) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima (UPH) meliputi :

1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.


2. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan/buruh dan keluarganya
ketempat dimana karyawan/buruh diterima bekerja.
3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan
15% dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi
yang memenuhi syarat.
4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Maka dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan dinamika dalam sebuah
organisasi perusahaan. Dan jika pandangan mengenai PHK itu negative
maka itu kurang tepat karna PHK merupakan proses yang akan dialami
semua karyawan misalnya dengan pensiun atau kematian. Maka dari itu
pemutusan hubungan kerja dibagi kedalam dua bagian yaitu :

1) Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara.


PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun
karena perusahaan dengan tujuan yang jelas.
2) Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen.
PHK permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu :
1. Keinginan sendiri
2. Kontrak yang Habis
3. Pensiun
4. Keinginan Perusahaan

Kemudian perusahaan setelah pemutusan hubungan kerja tidak langsung


lepas tangan namun masih ada yang harus di berikan perusahaan kepada
karyawan yaitu berupa uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja.
Dimana pemberian uang pesangaon dan uang penghargaan masa kerja
disesuaikan dengan seberapa lama karyawan itu bekerja untuk
perusahaan.

11
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat di sampaikan dalam makalah ini, hendaknya
dalam pemutusan hubungan kerja harus sesuai dengan undang undang
yang berlaku agar tidak ada perselisihan dan tidak ada pihak yang merasa
di rugikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumtenagakerja.com/pemutusan-hubungan-kerja/pemutusan-
hubungan-kerja-dan-konsekuensinya/
https://atikanafridayanti.wordpress.com/2013/11/21/pemutusan-hubungan-
kerja-phk/
Hasibuan, M.S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:PT
Bumi Aksara.
Ridwan.2014. Pemutusan hubungan kerja.
http://ridwanirairawans.wordpress.com/makalah-tentang-phk/

12

Anda mungkin juga menyukai