FILSAFAT DAN BAHASA - Adiesti Mutia Ayu Fadhila Agustin 9901819010 - Dena Diana Putri 9901819003
FILSAFAT DAN BAHASA - Adiesti Mutia Ayu Fadhila Agustin 9901819010 - Dena Diana Putri 9901819003
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. SUYITNO, M.Pd
Disusun Oleh:
Adiesti Mutia Ayu Fadhila Agustin (9901819010)
Dena Diana Putri (9901819003)
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI.................................................................................3
A. Hakikat Bahasa.........................................................................................................3
B. Fungsi bahasa...........................................................................................................5
C. Hakikat Ilmu.............................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................8
A. Terminologi: Ilmu, Ilmu Pengetahuan, dan Sains....................................................8
B. Hubungan Bahasa Dan Ilmu Pengetahuan...............................................................9
C. Quo Vadis dalam Ilmu dan Bahasa......................................................................10
D. Politik Bahasa Nasional..........................................................................................11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
dipahami oleh dua prespektif yang berbeda, yaitu pertama sebagai alat
analisis konsep-konsep, kedua sebagai kajian tentang materi bahasa yang
dianalisis. Dalam keterkaitan konsep-konsep dan analisi, filsafat telah
melahirkan bahasa tentang bentuk bahasa ekspresi (expression) dan
makna (meaning) .bentuk bahasa secara umum direpresentasikan oleh
tata bahasa, sedangkan makna dibahassecara mendalamdalam kajian
sematik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana terminologi ilmu, ilmu pengetahuan, dan sains?
2. Bagaimana hubungan bahasa dan ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana quo vadis dalam ilmu dan bahasa?
4. Bagaimana politik bahasa nasional?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami terminologi ilmu, ilmu pengetahuan
dan sains.
2. Mengetahui dan memahami hubungan bahasa dan
ilmu pengetahuan.
3. Mengetahui dan memahami quo vadis dalam ilmu dan bahasa.
4. Mengetahui dan memahami politik bahasa nasional
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Hakikat Bahasa
Sejak zaman dahulu, bahkan mungkin semenjak zaman manusia
diciptakan, bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat
dipisahkan dari seluruh kehidupan umat manusia. Oleh karena itulah,
bahasa sampai saat ini merupakan salah satu persoalan yang sering
dimunculkan dan dicari jawabannya. Mulai dari pertanyaan “apa itu
bahasa”? sampai dengan “darimana bahasa itu?”
Banyak jawaban dan teori yang telah disodorkan. Akan tetapi,
semuanya belum memuaskan. Mengapa demikian? Karena bahsa
senantiasa hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri manusia, dalam
alam, bahkan dalam wahyu Tuhan. Tuhan itu sendiri menampakkan diri
pada manusia bukan melalui zat-Nya, tapi lewat bahasa-Nya, yaitu
bahasa alam dan kitab suci-Nya.
Harimurti dalam Asep memberikan batasam bahasa sebagai sistem
lambing arbiter yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Batasan ini merupakan batasan
yang lazim diungkapkan, baik oleh para ilmuwan bahasa maupun ilmuwan
lainnya.
Bahasa dalam kamus besar bahasa Indonesia memberikan
pengertian “bahasa” dalam tiga batasan, yaitu: 1. Sistem lambing bunyi
berartikulasi (yang dihaslkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-
wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan perasaan dan pikiran. 2. Perkataan-perkataan yang dipakai
oleh suatu bangsa (suatu daerah, bangsa, bahkan Negara, 3. Percakapan
(perkataan) yang baik: sopan santun, tingkah laku yang baik.
Dua ilmuwan barat Bloch dan Trager mendefinisikan bahasa
sebagai suatu “sistem symbol-simbol bunyi yang arbiter yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi.
Senada dengan Bloch dan Trager, Joseph Bram mengatakan
bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari symbol-simbol
bunyi arbiter yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial
sebagai alat bergaul satu sama lain.
Dari definisi-defini yang telah diungkapkan didapatkan kata kunci
yang mengandung pengertian khusus dan sekaligus mengandung
pengertian umum, yaitu kata “simbol” artinya bahwa bahasa pada
dasarnya merupakan sistem simbol yang ada di alam ini. Seluruh
fenomena simbolis yang ada di alam semesta ini pada dasarnya adalah
bahasa.
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata symbolon
yang artinya tanda pengenal,lencana atau semboyan. Semboyan di
Yunani dipakai sebagai bukti identitas, yang salah satu fungsinya adalah
untuk mengikat persahabatan yaitu dari sebuah batu yang dibelah
sehingga pemegang setiap potongan dari batu tersebut mempunyai bukti
konkret dari persahabatan mereka.
Berdasarkan uraian diatas kita dapat memberi arti tantang “simbol”
yaitu sebagai sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Pengertian ini
berarti bahwa di sekeliling kita terdapat banyak simbol. Simbol itu ada
pada alam, dalam pikiran, pada manusia, pada wahyu Tuhan, pada
margasatwa, dan lain-lainnya. Karena bahasa sebagai sistem simbol
maka yang memiliki bahasa tidak hanya manusia, hewan pun memiliki
bahasanya tersendiri. Sehubungan dengan pernyataan ini, Charles
Osgood mengemukakan pendapatnya bahwa binatang juga memiliki alat
untuk mengadakan interaksi. Dalam kehidupan binatang, kata Osgood
dalam Aminudin 1985; alat interaksi itu digunakan sewaktu mengadakan
hubungan, membutuhkan makanan. Namun berbeda dengan bahasa
manusia yang melibatkan proses berpikir dan kesadaran, bentuk bahasa
binatang semata-mata bersifat fisis. Bentuk tanda yang oleh Osgood
diistilahkan sebagai distal sign antara lain dapat berupa geraman, gerakan
ekor, ataupun gerakan bagian tubuh lainnya.
B. Fungsi bahasa
Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi,
bahkan dapat dipandang sebagai fungsi utama dari bahasa. Kata
komunikasi atau dalambahasa inggris disebut dengan communication
berasal dari bahasa Latin Communicatio dan bersumber dari kata
Communis yang artinya sama. Maksudnya adalah sama makna. Karl
Raimund Popper, salah seorang filsif barat abad ke 20, mengatakan
bahwa bahasa memiliki empat fungsi. Keempat fungsi bahasa tersebut
adalah
1. Fungsi ekspresif; merupakan proses pengungkapan situasi dalam
ke luar. Pada manusia menjadi suatu ungkapan diri pribadi
2. Fungsi signal; merupakan level lebih tinggi dan sekaligus
mengadakan fungsi ekspresif. Pada manusia tanda menyebabkan
reaksi, sebagai jawaban atas tanda
3. Fungsi deskriptif; mengadakan fungsi ekspresif dan signal. Ciri
khas fungsi ini ialah bahwa bahasa itu menjadi suatu pernyataan
yang bisa benar, bisa juga salah
4. Fungsi argumentative; bahasa merupakan alat atau media untuk
mengungkapkan seluruh gagasan manusia, termasuk dalam
berargumentasi di dalam mempertahankan suatu pendapat dan
juga untuk meyakinkan orang lain dengan alasan-alasan yang valid
dan logis.
P.W.J. Nababan seorang linguis Indonesia, membagi fungsi bahasa
sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan
menjadi empat fungsi yaitu
1. Fungsi kebudayaan
2. Fungsi kemasyarakatan
3. Fungsi perorangan dan
4. Fungsi pendidikan
Fungsi kebudayaan dalam bahasa adalah sebagai sarana
perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventasris
ciri-ciri kebudayaan. Sedangkan fungsi kemasyarakatan menujukkan
peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat. Nababan
mengklasifikasikan fungsi kemasyarakatan bahasa ke dalam dua bagian
yaitu 1. Berdasarkan ruang lingkup dan 2. Berdasarkan bidang
pemakaian. Yang pertama mengandung “bahasa nasional” dan “bahasa
kelompok”. Bahasa nasional berfungsi sebagai lambing kebanggan
kebangsaaan, lambing identitas bangsa; alat penyatuan berbagai suku
bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan bahasa, dan
sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Yang kedua,
bahasa kelompok ialah bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih
kecil dari suatu bangsa, seperti suku bangsa atau suatu daerah subsuku,
sebagai lambing identitas kelompok dan alat pelaksanaan kebudayaan
kelompok itu.
Klasifikasi bahasa ketiga yaitu fungsi perorangan yaitu bahasa
digunakan dengan disesuaikan pada siapa seseorang tersebut
berkomunikasi. Terakhir, fungsi pendidikan dari bahasa didasarkan
banyaknya penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran.
Berdasarkan beberapa penjelasan dari ahli tersebut, jelaslah
bahwa dengan bahasa itulah manusia berkata, bercakap-cakap,
berkomunikasi, mengungkapkan gejolak yang ada dalam perasaannya
dan berargumentasi. Dengan demikian, manusia dengan bahasa menjadi
meningkat martabatnya, baik disisi Tuhan maupun umat manusia. Karena
itulah, manusia sampai kapanpun tidak akan bisa melepaskan diri dari
adanya bahasa sebagai suatu yang mesti ada.
C. Hakikat Ilmu
Pada zaman Yunani Kuno, ilmu dengan filsafat sukar dipisahkan.
Pembuktian empirik kurang mendapat perhatian dan metode imliah
tampaknya belum berkembang. Sedikit demi sedikit dengan semakin
berkembangnya penalaran dan metode ilmiah, dengan makin kuatnya dan
makin dihargainya pembuktian empirik, dan seiring dengan itu, makin
meluasnya penggunaan intrumen penelitian, satu persatu cabang-cabang
ilmu mulai melepaskan diri dari filsafat. Pada waktu masih merupakan
bagian dari filsafat, definisi ilmu bergantung pada sistem filsafat yang
dianut, sedangkan sewaktu posisi ilmu lebih bebas dan lebih mandiri,
definisi ilmu umumnya didasarkan pada apa yang dikerjakan oleh ilmu itu
dengan melihat metode yang digunakannya. Berkembanglah ilmu-ilmu
alamiah (natural science) dan ilmu-ilmu sosial (social science).
Suatu pengetahuan termasuk ilmu atau pengetahuan ilmiah apabila
pengetahuan itu dan cara memperolehnya telah memenuhi syarat
tertentu. Bila syarat itu belum dipenuhi, maka suatu pengetahuan dapat
digolongkan ke dalam pengetahuan lain yang bukan ilmu, walaupun juga
tidak usah termasuk filsafat. Pada umumnya kalangan ilmiah sependapat
bahwa sifat-sifat berikut ini merupakan syarat-syarat terpenting bagi suatu
pengetahuan untuk dapat tergolong ke dalam ilmu atau pengetahuan
ilmiah; syarat-syarat tersebut adalah dasar pembenaran, sifat sistematis
dan sifat intersubjektif.
Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa latin
dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering
juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu pada makna yang sama. Ilmu adalah adalah hal sistematis yang
membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan serta
prediksi yang dapat diuji melalui metode ilmiah tentang alam semesta
(Mirriam Webster dictionary, 2018). Ilmu terdiri dari dua hal, yaitu bagian
utama dari pengetahuan, dan proses di mana pengetahuan itu dihasilkan.
Proses pengetahuan memberikan individu cara berpikir dan mengetahui
dunia. Proses ilmiah adalah cara membangun pengetahuan dan membuat
prediksi tentang dunia dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat diuji,
missal pertanyaan “Apakah Bumi datar atau bulat?” bisa diuji dan
dipelajari melalui penelitian, terdapat bukti untuk dievaluasi dan
menentukan apakah itu mendukung bumi bulat atau datar. Tujuan ilmiah
yang berbeda biasanya menggunakan metode dan pendekatan yang
berbeda untuk menyelidiki dunia, tetapi proses pengujian adalah inti dari
proses ilmiah untuk semua ilmuwan (Carpi & Egger, 2011).
BAB III
PEMBAHASA
N
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Melalui mengkaji dan menelaah mengenai filsafat ilmu dan bahasa
penulis menyadari belum sempurnanya menulisan makalah ini. Maka ada
beberapa saran agar makalah ini dapat bermanfaat, dan menjabaran
filsafat ilmu dan bahasa bisa terus berkembang untuk mendukung
berkembangnya ilmu pengetahuan dan sains.
Merujuk pada keterkaitan antara ilmu dan bahasa, sebaiknya
dilakukan pengembangan bahasa sebagai sarana berpikir dan berbicara
dalam kalangan masyarakat yang berkeilmuan, moderat dan dinamis pada
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
xiv