Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Dasar Medis

1. Pengertian
a. Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
(Nurarif Amin Huda. 2015).
b. Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
(Suratun. 2010).
c. Hernia inguinalis atau sering kita sebut sebagai turun berok
adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan
jaringan lunak, biasanya usus, melalui bagian yang lemah atau
robek di bagain bawah dinding perut di lipatan paha
(Rahayuningtyas Clara. 2014).
d. Hernia inguinalis lateralis dextra yaitu suatu keadaan dimana
sebagian usus atau jaringan lemak di intestinal masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis
inguinalis( saluran berbentuk tabung yang merupakan jalan
tempat turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat
sebelum bayi dilahirkan) yang terjadi pada  bagian kanan (Arif
dan Kumala, 2013).

2. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut letaknya :
a. Hernia inguinal dibagi menjadi : Hernia Indirek atau Lateral :
hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum.
b. Hernia Direk atau Medialis : hernia ini melewati dinding
abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti
pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum
terjadi pada lansia.
c. Hernia Femoralis : Hernia femoralis terjadi melalui cincin
femoral dan lebih umum pada wanita. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan
secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat di
hindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
d. Hernia Umbilikal : Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada
wanita karena peningkatan tekanan abdominal, Biasanya pada
klien obesitas dan multipara.
e. Hernia Insisional : Hernia insisional terjadi pada insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat,
gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh
infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi eksterm atau obesitas.

Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :


a. Hernia Kongenital : Hernia kongenital (bawaan) terjadi pada
pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis yang mula-
mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju
skrotum.
b. Hernia Akuisitas :Hernia akuisitas (didapat) yang terjadi setelah
dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena adanya
tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang
lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan
proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), asites dan
sebagainya.
Klasifikasi hernia menurut sifatnya :
a. Hernia Reponible / Reducible : Bila isi hernia dapat keluar
masuk, usus keluar jika berdiri / mengejan dan masuk lagi
jikaberbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala
obstruksi usus.
b. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlekatan isi kantong pada pada peritoneum kantong
hernia, tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini
disebut juga hernia akreta.
c. Hernia Strangulata/Inkaserata :Bila isi hernia terjepit oleh cincing
hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali dalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan
pasase/vaskularisasi. (Suratun. 2010).

3. Etiologi

Penyebab pasti hernia masih belum diketahui, tetapi ada


beberapa predisposisi yang dihubungkan dengan peningkatan risiko
hernia, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan intraabdomen
Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdomen. Beberapa pasien mengalami hernia setelah
mengalami injuri abdomen. Tekanan abdomen dengan
intesitas tinggi seperti pada batuk atau muntah berat,
kehamilan, obesitas, cairan intraabdomen, atau mengangkat
benda berat meningkatkan dorongan dan beresiko terjadi
hernia.
b. Kelemahan kongenital
Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan
predisposisi melemahnya bagian ini, dengan adanya
peningkatan tekanan intraabdomen, maka kondisi hernia
menjadi meningkat.

c. Peningkatan usia
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut
meningkatkan risiko terjadinya hernia. Dengan melemahnya
elastisitas, sfingter kardia yang terbuka luas tidak kembali ke
posisi normal. Selain itu, kelemahan otot diafragma juga
membuka jalan masuknya bagian lambung ke rongga toraks.
(Muttaqin. 2011)
4. Patofisiologi
Hernia terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri
dari peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ
intraperitoneal lain atau organ ekstraperitonel seperti ovarium, apendiks
divertikel dan buli - buli), dan struktur yang menutupi kantong hernia yang
dapat berupa kulit (skrotum), umbilikus, paru dan sebagainya.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau di
dapat, lebih banyak terjadi pada pria dari pada wanita. Faktor yang
berperan kausal adalah adanya prosesur faginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan intraabdomen (pada kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat berat, mengejan saat defekasi dan miksi, akibat
BPH dan kelemahan otot dinding perut karena usia).
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar
melalui duktus spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior
mengikuti kanalis inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke
medial, masuk ke dalam skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis
atau oblique dan biasanya merupakan hernia yang kongenital.
Kongenital karena melalui suatu tempat yang juga merupakan
kelemahan kongenital. Karena usus keluar dari rongga perut masuk
ke dlaam skrotum dan jelas tampak dari luat maka hernia inguinalis
disebut pula “hernia eksternal”.
Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat
didorong masuk lagi keadaan ini di sebut hernia reponibel. Jika isi hernia
tidak dapat masuk lagi disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini terjadi
bendungan darah pembuluh darah yang disebut strangulasi. Akibat
gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat
yang disebut infark. Infark  pada usus disertai dengan rasa nyeri dan
perdarahan di sebut infark hemoragik. Bagian usus yang nekrotik
berwarna merah kehitam-hitaman dengan dinding yang menebal akibat
bendungan dalam vena. Darah dapat juga masuk ke dalam isi hernia
(usus) atau ke dalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada
dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan
atau gangren. (Suratun. 2010).
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik Hernia Inguinalis Lateralis sebagai berikut :
a. Tampak adanya benjolan di lipatan paha atau perut bagian
bawah dan benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil
dan menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di
tempat tersebut disertai perasaan mual.
c. Nyeri yang diekpresikan sebagai rasa sakit dan sensasi
terbakar. Nyeri tidak hanya didapatkan di daerah inguinal
tapi menyebar ke daerah panggul, belakang kaki, dan daerah
genetal yang disebut reffred pain. Nyeri biasanya meningkat
dengan durasi dan intensitas dari aktifitas atau kerja yang
berat. Nyeri akan meredah atau menghilang jika istirahat. Nyeri
akan bertambah hebat jika terjadi stranggulasi karena suplai
darah ke daerah hernia terhenti sehingga kulit menjadi merah
dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) di samping benjolan di bawah selah
paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah
perut di sertai sesak nafas.
f. Bila klien mengejan atau batuk maka hernia akan bertambah
besar. (Suratun. 2010).

6. Komplikasi
Komplikasi hernia yaitu hernia berulang, obstruksi usus persial atau
total, luka pada usus, gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-
laki, perdarahan yang berlebihan, infeksi luka bedah, dan fistel urine dan
feses (Suratun. 2010).

7. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel
darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah :
mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis intraoperasi
atau post operasi.
b. Pemeriksaan urine : Munculnya sel darah merah atau bakteri
yang mengindikasikan infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG) :Penemuan akan sesuatu yang tidak
normal memberikan prioritas perhatian untuk memberikan
anastesi.
d. Sinar X abdomen : Menunjukkan abnormalnya kadar gas
dalam usus atau obstruksi usus (Suratun. 2010).

8. Penatalaksanaan medik
a. Terapi Konservatif :
1) Reposisi :Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke
tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang
lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan
pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua
tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia
sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui hernia tadi.
2) Pemakaian penyangga/sabuk hernia : Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup.
b. Terapi Operatif :
1) Herniotomi :Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan jika ada perlengkapan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin
lalu dipotong.
2) Hernioplasti :Pada hernioplasti dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.
c. Medikasi : Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri dan
pemberian antiobiotik untuk menyembuhkan infeksi.
d. Aktivitas dan diet

1) Aktivitas : Hindari mengangkat barang yang berat


sebelum atau sesudah pembedahan.
2) Diet : Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet
cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,
kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan
masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah
sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari
kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman
beralkohol dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala
9. Persiapan alat dan Prosedure operasi
a. Alat
1. Basic set : Ohak 2 buah

2. Bengkok 2 Benang cide 2/0, cromik 1, cide 2, cide 0.

3.  Neckholder2 Hak 1 buah

4. Klem arteri 10 Bisturi 22

5. Kom 2 Duk besar 2

6. Skapel 2 Duk lobang 2

7. Kooker 4 Handscone 3 pasang

8. Gunting jaringan 1 Klem usus 2

9. Gunting benang 1 Kasa 4 gulung

10. Pinset anatomis 2 Betadine alcohol 100 cc


11. Pinset srilugis 2 Jas operasi 3 buah
12. Cutter
13. Suction
14. Kanul suction
 b. Prosedure operasi
1. Disinfeksi daerah operasi

2. Alkohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah

3. Penutupan area operasi (draping) Duk


besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2),
duk klem 4
4. Insisi lokasi operasi

5. Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering

6. Mengkater pembuluh darah Cutter, klem arteri

7. Mengedep perdarahan Kasa kering, klem arteri

8. Memisahkan jaringan Ohak dan hak kecil

9. Pengangkatan fasia, lakukan Koker dan klem

10. Pengangkatan kantong hernia Pinset


sirurgis, pinset anatomi, klem, gunting
11. Mengikat kantong hernia dengan kasa gulung Kasa
gulung
12. Penjahitan bassini Side 2/0, neckholder,
jarum dalam kecil, gunting
13. Heating peritoneum Cooker, neckholder,
jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri, kasa
14. Heating otot Cooker, neckholder, jarum,
plan (2/0), gunting, klem arteri, kasa
15. Heating fasia Cooker, neckholder,jarum,
polysorb, gunting, klem arteri. kasa
16. Heating subcutis Cooker, neckholder,
jarum, plan (2/0), gunting, klem, kasa
17. Heting kulit Cooker, neckholder, jarum,
cide (2/0). Gunting, klem, kasa
18. Disinveksi araea jahitan Betadine, kasa, kom
19. Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2,
hepafix
20. Merapihkan alat dan melepas duk
21. Memindahkan pasien Duk sedang, bed
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian data keperawatan pada klien hernia menurut Suratun 2010
yaitu : pre operasi
1. identitas pasien meliputi nama pasien, umur, tempat tanggal
lahir,penanggung jawab pasien dll.
2. riwayat penyakit sekarang
3. riwayat penyakit sebelumnya
4. riwayat penyakit keluarga
5. data penunjang.
6. Aktivitas/istirahat : Klien dilakukan anamneses mengenai
riwayat pekerjaan, mengangkat beban berat, duduk dan
mengemudi dalam waktu yang lama, membutuhkan papan
matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik klien mengalami
penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasa, atrofi otot, gangguan dalam berjalan.
7. Sirkulasi : Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung,
edema pulmonal, penyakit vaskular perifer.
8. Eliminasi : Apakah klien mengalamikonstipasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
9. Makanan/Cairan : Apakah kilen mengalami gangguan bising
usus, mual, muntah, nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
10. Nyeri/Kenyamanan : Apakah klien mengalami nyeri di daerah
benjolan hernia walaupun jarang dijumpai, kalau ada biasanya
dirasakan di daerah epigastrium atau daerah periumbalikal
berupa nyeri viseral karena regangan pada mesentrium
sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
11. Keamanan : Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan dan obat-obatan.
12. Pernafasan : Apakah klien mempunyai riwayat batuk kronik
(penyakit paru obstruksi menahun).
2. Pengkajian intra operasi untuk pasien HIL yaitu anestesi, waktu
pembedahan, jenis anestesi, posisi anestesi pemasangan alat-alat
tambahan, tanda-tanda vital,pemeriksaan fisik, total cairan masuk
dan keluar.
3. Pengkajian untuk post operasi HIL yaitu keluhan saat di ruang
recovery room, keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran
dan pemeriksaan fisik.
4. Diagnosa Keperawatan dan intervensi
a. Pre operasi Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan
dengan Agen injury biologis Intervensi
Deagnosa
keperawatan SLKI SIKI

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Managemen


berhubungan selama 10 menit di harapkan nyeri nyeri
dengan agen berkurang dengan indikator : - Kaji karak
injuri terisik nyeri
PQRST
-
- Kaji vital sign
- Ajarkann
tehnik
relaksasi dan
distraksi
- Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
obat analgesic
(oral atau
intravena)
- Edukasi
managemen
nyeri
- Trapi musik
- Terapi
sentuhan
Indikator Awal Tengah Akhir

1. Tingkat nyeri 3 5 1
menurun
2. Dapat
mengontrol
nyeri 3 5 5
3. Pola tidur
membaik
4. Status
kenyamanan
membaik 3 5 5

b. Intra operasi
Diagnosa Keperawatan : Risiko perdarahan berhubungan
dengan Proses pembedahan Intervensi Keperawatan
Deagnosa
keperawatan SLKI SIKI

Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan


perdarahan selama 10 menit di harapkan perdarahan
berhubungan perdarahantidak terjadi dengan indikator : - Monitor
dengan pendarahan di
Proses daerah
pembedahan pembedahan
Intervensi setelah
Keperawatan dilakukan
insisi
- Observasi vital
sign
- Monitor tanda
dan gejala
pendarahan
tetap
Indikaor Awal Tengah Akhir

1. Tidak terjadi 3 5 5
pendarahan
2. Tidak ada 3 5 5
peningkatan
output cairan
3. Vital sign 3 5 5
dalam batas
noormal

c. Post operasi
iagnosa Keperawatan : Resiko jatuh b.d agen farmaseutikal
(efek anestesi)
Deagnosa
keperawatan SLKI SIKI

Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan jatuh


b.d agen selama 10 menit di harapkan pasien tidak - Identifikasi
farmaseutikal jatuh dengan indikator prilaku dan faktor
(efek yang
anestesi) mempengaruhi
jatuh
- Sediakan matras
tempat tidur
dengan pinggiran
yang lurus untuk
memudahkan pe
mindahan
- Identifikasi
karakteristik
dari lingkungan
yang mungkin
meniingkatkan
resiko jatuh
Indikaor Awal Tengah Akhir

1. Jatuh dari 3 5 5
tempat tidur
2. Jatuh saat di 3 5 5
pindakan

5. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional adalah variasi,
tergantung individu dan masalah yang spesifik.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat
dalam standar praktik keperawatan. (Handayaningsih Isti. 2009).
6. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien
mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan
keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
Proses evaluasi keperawatan terdiri dua tahap yaitu mengukur
pencapaian tujuan klien dan membandingkan data yang terkumpulkan
dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Handayaningsih Isti. 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda dkk (2015).  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.

Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013.  Asuhan Keperawatan


Perioperatif : Konsep Proses dan aplikasi. Cetakan Ketiga.
Jakarta : Salemba Medika
Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016).
Nursing intervention classification (NIC). United States of America:
Elsevier Mosby.

Doenges, M. E., Moorhouse, F., Murr, A. C. Dkk. 2015.  Manual


diagnosis keperawatan : rencana, intervensi & dokumentasi asuhan
keperawatan . editor edisi bahasa indonesia, Karyuni, P. E. dkk edisi
3 . Jakarta : EGC.

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Gastrointestinal . Jakarta: Trans Info Media.

Wilkinson, Judith M. (2012).  Buku Saku: Diagnosis Keperawatan. Edisi


9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai