DASAR TEORI
Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah, dam aman untuk
mengirimkan daya listrik adalah dalam bentuk daya listrik [1]. Daya listrik tersebut
sudah diatur dalam sebuah sistem yang disebut dengan istilah sistem daya listrik
dimana didalamnya terdapat komponen – komponen mulai dari pembangkit sampai
kepada pelanggan yang menyebabkan daya listrik dapat memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Suatus sistem energi listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur, yaitu
pembangkit, transmisi, distribusi dan pemakaian tenga listrik atau beban. Pada pusat
pembangkit, energi primer banyak berasal dari sumber daya alam, seperti Pusat
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik
Tenaga Bayu (PLTB), Pusat Listrik Tenaga Gas, dan masih banyak lagi energi primer
lainnya yang di konversikan menjadi energi listrik. Daya listrik yang dibangkitkan di
pusat tenaga listrik harus disalurkan atau ditransmisikan ke pusat – pusat pemakai
melalui kawat (saluran) [2].
1
Gambar 2.1 Sistem Pengadaan Energi Listrik [3]
Dalam saluran transmisi, apabila disalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi
ke pusat – pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi
membagikan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran tegangan
rendah. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa generator sinkron di pusat
pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan antara 6 – 20 kV
yang kemudian, dengan bantuan transformator, tegangan tersebut dinaikkan menjadi
150 – 500 kV. Saluran tegangan tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju
pusat penerima; disini tegangan diturunkan menjadi tegangan subtransmisi 70 kV.
Pada Gardu Induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan menuju
trafo distribusi dalam bentuk tegangan menengah 20 kV. Melalui trafo distribusi yang
tersebar di berbagai pusat – pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan
menjadi tegangan rendah distribusi. Penjelasan ini dapat digambarkan pada gambar
2.2. [1]. Penyaluran energi listrik melalui jarak yang jauh yang dilakukan dengan
menaikkan tegangan guna memperkecil kerugian yang terjadi, berupa rugi – rugi
daya.[4]
2
Gambar 2.2 Skema Tegangan Pembangkit Sampai ke Beban
Sistem tenaga listrik seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa
komponen dan salah satunya adalah jaringan transmisi. Transmisi tenaga listrik
merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik
(Power Plant) hingga substation distribution sehingga dapat disalurkan sampai pada
konsumen penguna listrik melalui satu bahan konduktor.
3
Gambar 2. 3 Single Line Diagram of Genereation, Transmission, and
Distribution
Gambar diatas menunjukkan blok diagram dasar dari sistem transmisi dan
distribusi tenaga listrik. Yang terdiri dari dua stasiun pembangkit. Transmisi berada
pada bagian yang diarsir tebal. Fungsi dari bagian transmission substation
menyediakan servis untuk merubah dalam menaikkan dan menurunkan tegangan pada
saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan. Standarisasi
range tegangan internasional yaitu 345 kV hingga 765 kV untuk Saluran Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET) dan 115 kV hingga 230 kV untuk Saluran Tegangan Tinggi
(SUTT) [ Gonan Turen]. Sementara standarisasi tegangan transmisi di Indonesia
adalah 500 kV untuk SUTET dan 150 kV untuk SUTT. Pada sistem tenaga listrik,
jarak antara pembangkit dengan beban yang cukup jauh, akan menimbulkan adanya
penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan oleh rugi – rugi pada jaringan.
Sehingga dibutuhkan suatu peralatan untuk memperbaiki kualitas tegangan dan
diletakkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. SVC (Static Var
Compensator) berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady state dan
dinamika voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada jaringan transmisi
4
berjarak jauh dan berbeban tinggi (heavily loaded). Synchronous Condenser, sebagai
generator pensuplay arus gangguan, dan transformer dengan taps yaang variabel, Ini
adalah jenis khusus transformator listrik yang dapat menambah atau mengurangi
powered gulungan kawat, sehingga meningkatkan atau menurunkan medan magnet
dan tegangan keluaran dari transformator. Distribution Substation, pada bagian ini
merubah tegangan aliran listrik dari tegangan medium menjadi tegangan rendah
dengan transformator step-down, dimana memiliki tap otomatis dan memiliki
kemampuan untuk regulator tegangan rendah. Tegangan rendah meliputi rentangan
dari 120/240V single phase sampai 600V, 3 phase. Bagian ini melayani perumahan,
komersial dan institusi serta industri kecil. Interconnecting substation, pada bagian ini
untuk melayani sambungan percabangan transmisi dengan power tegangan yang
berbeda serta untuk menambah kestabilan pada keseluruhan jaringan. Setiap
substation selalu memiliki Circuit Breakers, Fuses, lightning arresters untuk
pengaman peralatan. Antara lain dengan penambahan kontrol peralatan, pengukuran,
switching, pada setiap bagian substation. Energi listrik yang di transmisikan didisain
untuk Extra-high Voltage (EHV), High Voltage (HV), Medium Voltage (MV), dan
Low Voltage (LV). Klasifikasi nilai tegangan ini dibuat berdasarkan skala
standarisasi tegangan yang di tunjukkan pada tabel.
5
Berhubung dengan keuntungan – keuntungan yang dimiliki, hamper seluruh
penyaluran tenaga listrik di dunia dilakukan dengan arus bolak balik. Namun seperti
disebutkan diatas, saat ini penyaluran arus searah mulai dikembangkan di beberapa
negara di dunia. Penyaluran dengan sistem DC mempunyai keuntungan, karena
isolasi yang lebih sederhana, efisiensi lebih tinggi (karena factor dayanya satu) serta
tidak ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran tenaga listrik jarak
jauh. Tetapi satu yang harus diperhatikan yaitu masalah ekonomis yang harus
diperhitungkan. Untuk daya yang sama maka daya guna penyaluran akan naik oleh
karena rugi – rugi transmisi akan turun, apabila tegangan transmisi dinaikkan. Namun
penaikkan tegangan transmisi berarti juga kenaikkan isolasi, biaya peralatan dan
biaya gardu induk. Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan
dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran,
keandalan (reliability). Biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan –
tegangan yang sekarang dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan tegangan
harus dilihat juga dari segi strandarisasi peralatan yang ada.
2.3.1 Resistansi
6
Resistansi efektif (R) dari suatu penghantar adalah :
P
R= (Ω)
I2
(2.1)
Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat distribusi
arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi arus yang merata di
seluruh penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus searah, sedangkan
tidak pada arus bolak balik.
l
Ro = ρ
A
(2.2)
A = luas penampang (m 2)
Dengan meningkatnya frekuensi bolak – balik, distribusi arus makin tidak merata
(nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga mengakibatkan tidak meratanya
kerapatan arus (current density), disebut juga efek kulit (skin effect) [5].
Untuk penghantar dengan jari – jari yang cukup besar ada kemungkinan
terjadi kerapatan arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik tengah
penampang penghantar. Fluks bolak balik mengimbaskan tegangan yang lebih tinggi
pada serat – serat di bagian dalam daripada di sekitar permukaan penghantar,, karena
fluks yang meliputi serat dekat permukaan penghantar lebih sedikit daripada fluks
7
yang meliputi serat di bagian dalam penghantar. Berdasarkan hukum Lenz, tegangan
yang diimbaskan akan melawan perubahan arus yang menyebabkannya, dan
meningkatnya tegangan imbas pada serat -serat di bagian dalam menyebabkan
meningkatnya kerapatan arus pada serat – serat yang lebih dekat ke permukaan
penghantar dan karena itu resistansi efektifnya meningkat [ buku chapman]. Sehingga
dapat dikatakan pada arus bolak – balik arus cenderung mengalir melalui permukaan
penghantar.
2.3.2 Induktansi
dτ
e= (2.4)
dt
8
Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing – masing weber dari
fluks dan jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya. Jika arus pada
rangkaian berubah – ubah, medan magnet yang ditimbulkannya akan turut berubah –
ubah. Jika dimisalkan bahwa media dimana medan magnet ditimbulkan mempunyai
permeabilitas yang konstan, banyaknya fluks gandeng berbanding lurus degan arus,
dan karena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan arus.
di
e=L (2.5)
dt
L = induktansi (H)
di
= kecepatan perubahan arus (A/s)
dt
Dari persamaan 2.3 dan 2.4 maka didapat persamaan umum induktansi
saluran dalam satuan Henry, yaitu
τ
L= (2.6)
i
dengan i adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam satuan ampere (A).
ψ 12
M 12 = (2.7)
I2
9
Pada saluran tiga fasa induktansi rata – rata satu penghantar pada suatu
saluran ditentukan dengan persamaan
D eq
La=2 x 10−7 ln (H / m) untuk penghantar tunggal,
Ds
−7 D eq
La=2 x 10 ln (H / m) untuk penghantar berkas.
D bs
dengan Deq =√3 D12 D23 D31 dan Ds adalah GMR penghantar tunggal dan Dbs adalah
GMR penghantar berkas. Nilai Dbs akan berubah sesuai dengan jumlah lilitan dalam
suatu berkas.
4
D bs c=√ (r x d)2 =√ r x d
9 3
Dbs c=√( r x d x d )3 =√ rd 2
√
16
D c= (r x d x d x d x 2 ) =1,09 √ rd 3
b
s
2 4 4
10
Gambar 2. 4 Siklus Transposisi
Persamaan ini juga dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan jarak pemisah
tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa – fasa nya adalah kecil saja
sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan induktansi.
2.3.3 Kapasitansi
πk
C ab= ( F /m).
D
ln ( )
r
2.8
Jika saluran dicatu oleh suatu transformer yang mempunyai sadapan tengah
yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan kapasitansi ke
tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per satuan beda
potensial antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan
kawat adalah dua kali kapasitansi antara penghantar – penghantar.
11
2 πk
C an= ( F/m).
D
ln ( )
r
2.9
2 πk
C n= ( F /m)
Deq untuk penghantar tunggal
ln ( )
r
2 πk
C n= (F / m)
Deq untuk penghantar berkas.
ln ( b )
Ds c
Dengan Deq adalah GMR penghantar, r adalah jari – jari penghantar dan Dbs c
adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dbs c akan berubah sesuai dengan jumlah lilitan
dalam suatu berkas.
4
D bs c=√ (r x d)2 =√ r x d
12
Untuk suatu berkas tiga- lilitan
9 3
Dbs c=√( r x d x d )3 =√ rd 2
1
16
√
D c= (r x d x d x d x 2 ) =1,09 √ rd 3
b
s
2 4 4
2 πk
C n=
Deq √3 H 12 H 23 H 31
( )( )
' ' '
ln B
−
D SS √3 H 1 H 2 H 3
2.10
13
H2 = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi (m)
14
b. Rangkaian yang parameter atau konstanta – konstantanya didistribusikan
sepanjang saluran transmisi.
Pada sebuah saluran transmisi pendek (hingga 50 mil atau 80 km), kapasitansi
dan resistansi bocor ke tanah biasanya diabaikan seperti terlihat pada Gambar 2.6.
Oleh karena itu saluran transmisi pendek dapat disederhanakan dengan merebut
konstanta impedansi seperti berikut :
Z=R+ j X l
¿ zl
¿ rl+ jxl Ω
Dengan :
z : Impedansi seri dari penghantar dalam Ohm per satuan unit panjang
l : Panjang saluran
Arus yang masuk di ujung kirim saluran sama dengan arus yang keluar di
ujung terima saluran. Untuk mempermudah pemahaman, berikut ini adalah gambar
15
rangkaian ekuivalen saluran transmisi pendek. Pada hal ini nilai kapasitansi
diabaikan.
Dari persamaan dan gambar diatas diperoleh relasi tegangan dan arus
V s =V R + ZI R 2.11
I s=I R 2.12
Dengan :
|V R(NL )|
V r ( % )= x 100 %
|V R (FL)|
2.13
16
Dimana :
|V R (NL)| : tegangan saklar ujung beban pada beban nol (No Load)
|V R (FL)| : tegangan saklar ujung beban pada beban penuh (Full Load)
Dari gambar diatas diperoleh relasi tegangan dan arus sebagai berikut :
17
z z
V s =V R + I R + I s
2 2
2.15
Akan tetapi
V s =I R +V p Y =I R ¿) Y 2.16
zY
I s=Y V R (1+ )I
2 R
2.17
Sehingga
zY z2
(
V s = 1+
2 )
V R +( z + ) I R
2
2.18
zY
I s=Y V R (1+ )I
2 R
2.19
18
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Saluran Transmisi Panjang
VR
I s=I R cosh √ ZY l+
Z k sinh √ ZY l
2.21
Vs
I R =I s cosh √ ZY l+
Z k sinh √ ZY l
2.23
Perhitungan aliran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat penting
untuk mengetahui kondisi operasi sistem. Perhitungan daya pada tegangan, arus, dan
factor daya di berbagai simpul suatu jaringan listrik dilakukan pada keadaan operasi
normal. Hasil perhitungan aliran daya ini kemudian digunakan untuk mensimulasi
kondisi gangguan besar, stabilitas transien maupun analisa kontigensi yaitu analisa
keadaan dimana sebagian komponen sistem tidak terhubung ke sistem dengan baik.
Studi aliran daya (Power Flow) disebut juga Load Flow adalah bagian penting
dalam analisis sistem tenaga. Penyelesaian masalah aliran daya, sistem diasumsikan
dalam operasi seimbang dan menggunakan model satu phasa. Jaringan terdiri dari
19
beberapa node/bus dan cabang yang mempunyai impedansi yang dinyatakan dalam
per-unit (pu) pada base MVA. Ada empat parameter yang digunakan pada setiap bus
yaitu tegangan, sudut phasa, daya aktif, dan daya reaktif. Perhitungan aliran daya
pada dasarnya adalah menghitung besaran tegangan |V | dan sudut fasa tegangan δ
pada setiap Gardu Induk (G.I) pada kondisi tunak dan ketiga fasa seimbang. Hasil
perhitungan ini digunakan untuk menghitung besar aliran daya aktif P dan daya
reaktif Q di setiap peralatan transmisi, besarnya daya aktif P dan daya reaktif Q yang
harus dibangkitkan setiap pusat pembangkit serta jumlah rugi – rugi di sistem.
Setiap G.I. dalam tenaga listrik dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe G.I.,
yaitu :
1. G.I. bus beban : Variabel yang diketahui adalah daya aktif P, daya rekatif Q.
Kemudian akan dihitung besaran tegangan |V | dan sudut fasa tegangan δ di
setiap G.I.
2. G.I. bus pembagkit : Variabel yang diketahui daya aktif P dan besaran tegangan
|V |, sedangkan daya reaktif Q dan sudut fasa tegangan δ merupakan hasil
perhitungan.
3. G.I. bus penyanggah (G.I. swing) : Variabel yang diketahui adalah besaran
tegangan |V | dan sudut fasa tegangan δ yang merupakan sudut referensi.
Sedangkan daya aktif P dan daya reaktif Q yang harus dikompensasi merupakan
hasil perhitungan.
Sistem tenaga listrik tidak hanya terdiri dari dua bus, melainkan terdiri dari
beberapa bus yang akan diinterkoneksi satu sama lain. Daya listrik yang diinjeksikan
oleh generator kepada salah satu bus, bukan hanya diserap oleh beban bus tersebut,
melainkan dapat juga diserap oleh beban di bus yang lain. Kelebihan daya pada bus
akan dikirimkan melalui saluran transmisi ke bus – bus lain yang kekurangan daya.
Diagram satu garis G.I. tipe bus dari suatu sistem tenaga listrik terdapat pada gambar
2.9.
20
Gambar 2.9 Diagram sat ugaris GI tipe bus dari sistem tenaga
n n
I i=V i ∑ y ij −∑ y ij V j dimana j ≠ i
j=0 j=i
2.24
Pi + j Qi = V i I i∗¿
2.25
atau
P i− j Q i
I i=
V i∗¿ ¿
2.26
Pi − j Q i
n n
dimana j ≠ i
V i∗¿=V i ∑ yij −∑ y ij V j ¿
j=0 j=i
2.27
21
Dari persamaan diatas tampak bahwa persamaan aliran daya bersifat tidak linier dan
harus diselesaikan dengan metode numerik iterative sehingga lewat iterasi – iterasi
didapatkan hasil yang dibutuhkan.
Sistem tenaga listrik terdiri dari banyak G.I dan Pusat Pembangkit Listrik.
Dalam setiap G.I maupun pusat pembangkit listrik terdapat bus. Tegangan dari bus di
G.I dan tegangan di bus pusat pembangkit listrik membentuk profil tegangan sistem.
Tegangan pada setiap bagian siste tenaga listrik tidak sama, sehingga pengaturan
tegangannya lebih sulit. Tegangan pada suatu sistem tenaga listrik dipengaruhi oleh :
1. Kelangsungan pelayanan
2. Pengaturan tegangan sistem
22
diperlukan pengatur tegangan. Untuk melakukan pengaturan tegangan pada sistem
tenaga listrik, ditentukan oleh dua faktor, aitu :
Mengatur tegangan pada suatu bus dalam sistem tenaga listrik akan lebih
mudah apabila di bus tersebut ada sumber daya reaktif yang bias diatur. Dalam sistem
tenaga listrik ada dua variabel yang dapat diatur secara bebas, yaitu daya nyata (MW)
dan daya reaktif (MVAR) yang merupakan variabel pengatur (control variable).
Pengaturan tegangan dapat dilakukan dengan :
23
17. Pasang kapasitor seri
Dilain pihak, beban dalam sistem mengambil daya aktif dan daya reaktif dari
sistem. Beban tidak bisa diatur karena tergantung kepada kebutuhan banyak
pelanggan yang mempergunakan tenaga listrik dari sistem. Secara pengetahuan
kontrol, beban merupakan variabel pengganggu (distrurbance variable). Ada tiga
syarat utama untuk pengaturan tegangan secara umum :
Kestabilan sistem merupakan bagian yang perlu untuk dijaga dalam operasi
sistem tenaga. Stabilitas sistem tenaga didefinikan sebagai kemampuan sistem tenaga
yang memungkinkan sistem tersebut untuk tetap berada pada kondisi dalam batas
operasi yang diinginkan pada keadaan normal atau abnormal di sistem tenaga. Sistem
tenaga merupakan sistem yang sangat kompleks dan terdiri dari banyak peralatan
listrik yang memiliki karakteristik serta tanggapan masing – masing terhadap
perubahan kondisi. Oleh karena itu, perlu pengklasifikasian kestabilan sistem tenaga
berdasarkan faktor kontribusi yang menyebabkan ketidakstabilan. Klasifikasi tersebut
diperlihatkan pada Gambar 2.10
24
Gambar 2.10. Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga
Tujuan dari studi kestabilan pada sistem tenaga adalah untuk menentukan
rotor mesin yang terganggu dapat kembali ke keadaan normal dengan kecepatan
konstan. Kondisi ini berarti kecepatan rotor harus menyimpang dari kecepatan
sinkron, paling tidak untuk beberapa waktu. Penyeimbangan kecepatan rotor yang
terlalu lama juga dapat membuat mesin menjadi rusak. Dalam studi stabilitas dibuat
asumsi, yaitu :
25
2.8 Stabilitas Tegangan Pada Sistem Tenaga Listrik
Salah satu faktor pada kestabilan sistem tenaga adalah stabilitas tegangan.
Stabilitas tegangan ialah kemampuan sistem tenaga untuk menjaga nilai tegangan
pada batas operasi yng ditentukan di semua bus pada sistem tenaga, saat sistem
berada pada kondisi normal dan tidak normal akibat terjadi gangguan. Sistem
mengalami kondisi tidak stabil ketika terjadi gangguan, perubahan beban, dan
perubahan kondisi pada sistem. Kriteria yang menyatakan sistem tenaga memiliki
kestabilan tegangan adalah pada kondisi operasi tertentu dalam sistem, tegangan di
bus tertentu akan mengalami kenaikan tegangan ketika disuntikan daya reaktif pada
bus yang sama.
Sedangkan, tegangan sistem tidak stabil jika paling tidak salah satu bus di sistem
tenaga mengalami penurunan tegangan saat disuntukkan daya reaktif pada bus yang
sama. Dengan demikian, maka sistem tenaga listrik memiliki hubungan yang
sebanding antara daya reaktif (Q) dengan tegangan (V) bus saat sistem memiliki
kestabilan tegangan.
Gambar 2.11 menggambarkan sistem tenaga yang sederhana yang terdiri dari
dua terminal (bus). Sistem tersebut terdiri dari tegangan sumber ( E s), impedansi ( Z ln )
, dan impedansi beban ( Z LD ). Ini mempresentasikan sistem radial di sistem tenaga
yang menyalurkan daya dari pembangkit ke sisi beban melalui suatu penghantar.
26
Arus (I) yang mengalir dalam sistem dirumuskan dengan persamaan
~
~I = Es
~
Z~ +Z
ln LD
2.28
Dengan menyatakan bahwa
~ ~
Z ln=Z ln ∠ θ dan Z LD =Z LD ∠ ϕ
Maka magnitude arus dinyatakan dengan
Es
I=
√( Z ln cos θ+ Z LD cos ϕ )2 + ( Z ln sin θ+ Z LD sin ϕ )2
√
2.29
atau
Es Es
I=
√ F Z ln
2.30
Dimana
Z LD 2 Z
F=1+
Z ln ( ) ( )
+ 2 LD cos ( θ−∅ )
Z ln
1 z LD
¿ E
√ F Z ln s
2.31
Daya yang disuplai ke beban adalah
P R=V R I cos ∅
Z LD E s 2
¿
F Z ln ( )
cos ∅
2.32
2.9 Penyebab Ketidakstabilan Tegangan di Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga merupakan sistem yang dinamis, dimana selalu terjadi
perubahan di dalam sistem tersebut dalam selang waktu tertentu. Peristiwa gangguan
27
– gangguan, seperti gangguan satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, tiga fasa, antar
fasa, pelepasan beban, dan putus saluran dapat mempengaruhi kestabilan sistem.
Kondisi ini dapat menimbulkan osilasi pada sistem sehingga mempengaruhi
kestabilan tegangan sistem. Dalam studi kestabilan tegangan, akibat terjadinya
gangguan kemampuan sistem untuk kembali stabil terbagi dua, yaitu stabilitas jangka
pendek dan stabilitas jangka panjang. Stabilitas jangka pendek biasanya terjadi akibat
adanya tanggapan cepat pengendali tegangan seperti Automatic Voltage Regulator
(AVR) atau Flexible AC Transmission Sistem (FACTS). Sedangkan, stabilitas waktu
panjang melibatkan peralatan yang memiliki tanggapan lambat terhadap perubahan
sistem, seperti On-load Tap Charger (OLTP) atau Delayed Corrective Control
Action.
Komponen dan kendali sistem tenaga tenaga memperangaruhi kestabilan
tegangan berdasarkan lamanya waktu memperoleh kesabilan kembali diperlihatkan
pada Gambar 2.
28
Gambar 2. 22 Komponen Sistem Kendali yang Mempengaruhi Stabilitas
Tegangan
29
pada sistem. Pemetaan kurva hubungan antara tegangan dengan daya beban atau
kurva P-V membantu mengalisis batasan stabilitas tegangan dari sistem tenaga
dengan skenario kenaikkan beban yang terus menerus hingga mencapai titik runtuh
tegangannya atau dengan diberi gangguan seperti hilangnya pembangkit atau
peningkatan rugi daya pada saluran transmisi.
b. Analisis Dinamis
Analisis Dinamis meruapakan analisis yang didapatkan dari solusi numerik
dari himpunan persamaan diferensial dan aljabar yang memodelkan sistem tenaga
pada kondisi transien. Pada jenis simulasi ini membutuhkan cukup banyak proses
komputasi oleh karena itu memerlukan waktu yang lama serta sulit memberikan
informasi yang jelas tentang kepekaan dan tingkat stabilitas suatu sistem tenaga.
ẋ=f ( x ) , f ( 0 ) =0
2.33
dapat dipastikan tanpa integrasi numerik. Theorema Lyapunov menyatakan jika ada
fungsi V (x) untuk persamaan 2.33 yang pasti positif di sekitar titik kesetimbangan “0”
dan turunannya V̇ (x) <0, lalu kesetimbangannya stabil asimptotik. V̇ (x) dapat
diperoleh pada persamaan 2.34.
V̇ (x)=∇ V T . f ( x )
2.34
30
V (x) adalah generalisasi dari konsep energi pada suatu sistem. Meskipun banyak
fungsi Lyapunov yang berbeda telah dicoba sejak saat itu, namun integral pertama
gerak, yang merupakan jumlah energi kinetik dan potensial, mungkin telah
disediakan hasil terbaik Dalam literatur kekuatan, metode Lyapunov telah menjadi
apa yang disebut Transient Metode Fungsi Energi (TEF).
Analisis stabilitas tegangan dengan menggunakan kurva P-V atau nose curve
ini adalah untuk melihat pada kondisi beban total berapa (MW) tegangan sistem
mengalami runtuh/collpse. Artinya kemampuan sistem dalam menyalurkan daya aktif
telah melebihi kemampuan sistem itu sendiri.
Kurva P-V berguna untuk analisis stablitas tegangan dan untuk sistem-sitem
radial. Metode ini juga di gunakan untuk jaringan yang luas dimana P adalah total
beban dan V adalah tegangan kritis atau reprenstasi bus. P ( daya ) dapat juga
merupakan daya yang ditransfer sepanjang transmisi atau interkoneksi. Bentuk kurva
PV merupakan reprensentasi dari bus beban, sedangkan pada bus swing dan bus
generator tidak berlaku karena pada bus tersebut terdapat generaor sehingga nilai
tegangannya tetap untuk perubahan beban tertentu.
Kurva PV atau nose curve mereprentasikan variasi tegangan yang berkaitan
dengan variasi beban daya aktif. Kurva PV ini diperoleh dari serangkaian solusi aliran
daya untuk tingkat beban berbeda yang terdistribusi secara merata dengan menjaga
faktor daya tetap. Daya aktif yang dibangkitkan sebanding dengan rating generator
atau berdasarkan faktor permintaan beban dari konsumen. Komponen P dan Q dari
setiap beban tegantung dari tegangan bus sesuai dengan model yang pilih. Penentuan
titik kritis untuk peningkatan beban yang diberikan sengat penting karena dapat
menyebabkan runtuhnya tegangan sistem.
Untuk memperkirakan bentuk kurva PV maka bisa digunakan model sistem
pada gambar 2.35 Dengan mengasumsikan sistem memiliki tegangan sumber konstan
dengan magnitude tegangan E dan impedansi transmisi reaktif murni jX.
Menggunakan persamaan aliran daya
31
−EV
P= sin θ 2.35
x
−V 2 EV
P= + cos θ
x x
2.36
E2 E4
V=
√ 2
−QX ±
√4
−X 2 P 2−X E2 Q 2.37
Solusi dari tegangan beban ditampilkan dalam kurva PV, yang juga dikenal
sebagai norse curve seperti disebutkan diatas. Gambar 2.23 adalah kurva PV yang
berbeda – beda dengan asumsi faktor daya tetap konstan P=Q tan ∅
32
sistem tidak stabil. Titik kritis (pada ujung kurva) memperlihatkan titik pembebanan
maksimum atau titik kritis pembebanan. Penyediaan daya beban yang mendekati
batas kestabilan masih diperbolehkan asalkan tidak mencapai titik kritisnya.
33
Teknologi Flexible AC Transmisission System Controller (FACTS Controller)
merupakan peralatan control aliran daya serbaguna dan flexible pada jaringan
transmisi, yang dalam perkembangannya telah mengalami dua generasi
(N..Hingorani, 1993).
34
jaringan transmisi yang membutuhkan pengurangan beban dengan cepat dan
pembatasan arus gangguan, Thyristor Controlled Voltage Limiter (TCVL) berfungsi
sebagai pembatas kelebihan tegangan selama selang waktu yang relative lama, yang
dapat merusak peralatan pada jaringan transmisi (R.Nelson, 1994).
a. Series Controller
b. Shunt Controller
Sebagaimana pada series controller, maka shunt controller juga bisa berupa
impedansi variable, sumber variable atau kombinasi dari keduanya. Impedansi shunt
variabel yang terhubung dengan tegangan line, menyebabkan mengalirnya arus
variable. Untuk itu shunt controller merepresentasikan injeksi arus ke dalam line.
Selama arus yang dinjeksikan berbeda fasa 900 terhadap tegangan line, maka shunt
controller hanya mensupply daya reaktif variable, sedangkan untuk beda fasa yang
lain, maka shunt controller juga menghandle daya real
35
transmisi multi line. Atau dapat juga berupa Unified controller, dimana series
controller melakukan kompensasi reaktif seri untuk setiap line sambil mentransfer
daya real diantara line melalui power link. Kemampuan transfer daya real pada
unified series-series controller, berkenaan dengan Interline power flow controller,
memungkinkan aliran daya real dan reactive dalam line berada dalam keseimbangan,
dan sudah barang tentu penggunaan system transmisi menjadi maksimal.
36
Gambar 2.26. Blok diagram pembagian FACTS Dvices
Menurut Louie,K.W at. All (2007), UPFC adalah controller serba guna yang
berfungsi melakukan perbaikan pada performance sistem tenaga listrik.
Menurut Gyugyi (1991), struktur dasar dari UPFC, terdiri dari 2 buah
Voltage Sourced Converters (VSC), yang saling terhubung dengan Common DC
Link melalui DC Storage Capacitor. setiap konverter terhubung ke sistem melalui
coupling transformer. Converter 1 terhubung paralel dengan line transmisi melalui
shunt transformer (Boosting Transformer) dan dikenal sebagai STATCOM,
37
sedangkan konverter 2 terhubung seri dengan line transmisi melalui series
transformer (Exciting Transformer) dan dikenal sebagai SSSC. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2.27a dan gambar 2.27b (Noroozian, M., Angquist, L.,
Ghandhari, M., Anderson, G,1997).
38
Gambar 2.27b. Blok diagram dari UPFC
Dari gambar 2.27a dan 2.27b. bahwa kedua konverter dioperasikan dari
common DC Link melalui DC storage capacitor, dimana konverter seri berfungsi
menginjeksi tegangan Vpq dengan besaran dan sudut fasa yang controllable,
terhubung seri dengan line, sedangkan konverter shunt yang menyuplai arus reaktif
melalui transformer shunt berfungsi menyuplai daya aktif yang dibutuhkan oleh
konverter seri melalui common DC link. Keadaan ini yang menyebabkan konverter
seri dapat melakukan pertukaran daya aktif dan reaktif dengan line transmisi.
39
Pembagian jenis pemodelan berdasarkan pada tujuan studi, baik analisis secara fisik,
analisis steady state, ataupun analisis stablitas sistem. Penggolongan jenis pemodelan
UPFC adalah sebagai berikut :
1. Model Elektromagnetik, merupakan pemodelan UPFC untuk mendapatkan
investigasi secara detail mengenai performa UPFC secara fisik
40
Gambar 2.28 Prinsip Kerja UPFC
Dari gambar diatas akan didapatkan persamaan yang menjadi dasar atau prinsip kerja
dari UPFC, yaitu :
V 2 ×V 3 × sin δ
P=
X
2.38
Q=V 2 ¿ ¿ ¿
2.39
Gambar diatas diambil dari buku Understanding FACTS karya N.G Hingorani
dan L.Gyugi (2000). SVS pada UPFC saling menukar daya aktif dan daya reaktif ke
sistem sedangkan daya aktif harus diserap dari generator pada sisi pengirim yang
kemudian menyalurkannya pada saluran transmisi. SVS hanya mampu
menginjeksikan daya reaktif ke sistem sedangkan daya aktif harus diserap dari sistem
tersebut. Seperti pada gambar 2.28 SVS menyerap daya aktif dari generator pasda sisi
pengirim yang kemudian menyalurkannya pada saluran transmisi (Hingorani et. Al.
2000)
d. Pemodelan UPFC
Dari uraian cara kerja diatas maka UPFC dapat direprentasikan sebagai dua
konverter tegangan yang dihubungkan oleh jaringan DC berkapasitor yang mana
kedua konverter ini dihubungkan dengan transformator secara seri dan paralel pada
sebuah saluran transmisi diantara dua bus seperti pada gambar diilustrasikan oleh
Milano (2010) dibawah ini :
41
Gambar 2.29 Model Rangkaian UPFC
Menurut Nabavi, (1996), UPFC dapat dimodelkan dalam suatu pemodelan
aliran daya suatu sistem tenaga sebagai bus PQ pada sisi konverter paralelnya dan bus
PV pada sisi konverter yang terhuung seri dengan saluran transmisi seperti pada
gambar di bawah ini :
Pada gambar diatas yang diambil dari penelitian Nabavi (1996), sisi konverter
yang terhubung paralel pada bus E dapat diubah menjadi suatu bus PQ sedangkan sisi
42
konverter yang terhubung seri dengan bus B diubah menjadi suatu bus PV. Hal
tersebut dapat dilakukan karena UPFC difungsikan untuk menjaga aliran daya dari
bus E ke bus B pada nilai tertentu.
Pemodelan UPFC juga dapat dilakukan dengan pemodelan dibawah ini.
Pemodelan UPFC dibawah dilakukan dengan menghubungkan persamaan matematis
tiap komponennya sesuai dengan uraian cara kerja UPFC seperti dibawah ini :
Dari model rangkaian diatas dapat dirumuskan persamaan daya aktif dan daya
reaktif UPFC sebagai berikut :
Pk =P sh + ∑ {V k´ I ¿m }
2.40
Q=Q sh + ∑ {V k´ I ¿m }
2.41
Pm =−∑ {V k´ I ¿m }
2.42
Qk =−∑ {V k´ I ¿m }
2.43
43
Daya yang diserap pada kompensasi parallel adalah :
´¿
P sh ∑ {VI m } V dc Rsh ( Psh +Qsh ) Rse I 2m
2 2
V dc = + = − −
CV sh CV dc Rc C CV dc V 2k CV dc
2.46
Dengan
3
K sh=
√ 8 m sh
2.47
V = ά 1 ¿ 2.49
Dimana
V́ 1=¿ K se V dc e jβ
2.50
R se + jX se
ά 1=
( R ¿ ¿ T −R se)+ j( X T + X se )¿
2.51
44
R se + jX se
ά 2=
(R ¿ ¿ T −R se )+ j(X T + X se )¿
2.52
UPFC dapat mengubah tiga parameter dari aliran daya ( magnitude tegangan,
impedans saluran, dan sudut fasa ) secara simultan. Hal tersebut membuat UPFC
mampu mengontrol aliran daya aktif dan reaktif yang mengalir pada saluran secara
independen. Beberapa penelitian telah dilakukan dan dilaporkan dalam beberapa
literaur bahwa karena kecepatan respon yang sangat tinggi, UPFC mampu berperan
secara signifikan dalam perbaikan kesetabilan transien dan osciallaoty .
Pada umumnya UPFC dimpelmentasikan pada saluran transmisi yang
panjang, Beberapa fungsi UPFC yang umum digunakan adalah : penjadwalan aliran
daya, perbaikan tegangan, perbaikan tegangan ujung, pembatasi arus hubung singkat,
meredam oscilasi sistem, dan peningkatan kesetabialan transien.
45