Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

Manajemen Kesehatan Burung Puyuh


(Coturnix coturnix japonica) yang Terinfeksi Avian Influenza (AI)

Disusun Oleh :
1.) Dwi Puji Astuti (061811133086)
2.) Niken Meyliana Sari (061811133087)
3.) M. Mambaul Ikhsan (061811133088)
4.) Theresa Nadia A. (061811133090)
5.) Melanie Aulia A. (061811133091)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LatarBelakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Burung Puyuh...................................................................................................................3
2.2 Avian Influenza.................................................................................................................4
2.3 Manajemen.......................................................................................................................5
2.3.2 Pengobatan.................................................................................................................9
2.3.3 Pencegahan................................................................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu dengan judul “Manajemen Kesehatan BurungPuyuh (Coturnix coturnix
japonica) yang Terinfeksi Avian Influenza (AI)” dalam rangka memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah MANAJEMEN KESEHATAN UNGGAS.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
ini. Serta penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca.

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Salah satu ternak unggas komoditas yang digemari adalah burung puyuh
(Coturnix coturnix japonica), hal ini dibandingkan dengan ayam potong, pemeliharaan
burung puyuh lebih cepat pertumbuhannya serta lebih mudah penanganannya. Burung
puyuh merupakan salah satu sumber diversifikasi produk daging dan telur. Burung puyuh
memiliki tubuh yang kecil, pertumbuhan yang cepat, dewasa kelamin lebih awal,
produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi dalam waktu singkat, dan periode
inkubasi relatif cepat (Vali, 2008; Khalil, 2015).
Populasi burung puyuh di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016), populasi burung
puyuh di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 12.692.213 ekor, tahun 2015 meningkat
menjadi 13.781.918 ekor, dan pada tahun 2016 semakin meningkat menjadi
13.932.649 ekor. Puyuh merupakan unggas yang memiliki siklus hidup relatif pendek
dengan laju metabolisme tinggi, dan pertumbuhan serta perkembangannya yang sangat
cepat (Radhitya, 2015). Puyuh mulai dijinakkan di Jepang pada tahun 1890-an (Nugroho
dan Mayun, 1986). Sedangkan, di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternakkan pada
tahun 1979 (Progressio, 2000). Keunggulan yang dimiliki ternak puyuh antara lain
mampu berproduksi dalam usia muda, siklus reproduksi singkat, tidak membutuhkan
permodalan yang besar, mudah pemeliharaannya, serta dapat dipelihara dalam jumlah
besar namun pada tempat yang terbatas, memiliki laju produksi telur yang tinggi namun
rendah konsumsi pakannya (Panekenan et al., 2013; Ayasan, 2013; Huss et al., 2008).
Puyuh merupakan jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, namun ada
beberapa penyakit yang dapat menyerang puyuh. Manajemen pakan pada puyuh yang
sakit secara umum sama dengan puyuh yang sehat, namun diberi tambahan terapi. Untuk
pencegahan penyakit dan juga menambah efekterapi, dapat diberikan probiotik, herbal,
dan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh (Slamet, 2014)
Avian Influenza (AI) merupakan penyakit virus pada unggas, termasuk ayam
dan unggas air liar yang disebabkan oleh virus dari family Orthomyxoviridae, genus
influenza tipe A, subtibe H5N1 (Kencana, 2012). Virus influenza terdiri dari tiga
tipe yakni A, B yang terdapat pada hewan dan manusia serta C yang hanya terdapat pada
hewan. Virus influenza A mempunyai risiko lebih tinggi disbanding tipe B dan C,
serta berpotensi menjadi endemik dan pandemik (Pracoyo, 2009).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica)?
2. Apa yang dimaksud dengan virus Avian Influenza (AI)?
3. Bagaimana manajemen kesehatan / pemeliharaan puyuh yang terinfeksi Avian
Influenza (AI) ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica).
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Avian Influenza (AI).
3. Mengetahui manajemen kesehatan/pemeliharaan pada puyuh yang terinfeksi Avian
Influenza (AI).

1.4 Manfaat Makalah


Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa wawasan tentang
etiologi, cara penularan, gejala klinis, patologi anatomi, diagnosis dari penyakit Avian
Influenza (AI) yang menyerang burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) serta
mengetahui manajemen kesehatan puyuh yang terinfeksi penyakit tersebut meliputi
manajemen pakan, kandang, cara pengobatan, pencegahan dan penanggulangan. Semua
informasi dari makalah ini diharapkan mampu member manfaat bagi dunia veteriner.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Burung Puyuh
Klasifikasi puyuh secara ilmiah menurut (Maeda et. al., 1997) yaitu:
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Sub-ordo : Phasianoidea
Family : Phasianidae
Genus : Coturnix
Spesies : Coturnix coturnix japonica
Komoditi unggas yang semakin populer di masyarakat saat ini adalah puyuh. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya populasi ternak puyuh sebesar 4,6% dari tahun 2007
sampai tahun 2009 (Ditjen Peternakan, 2015). Puyuh merupakan salah satu jenis ternak
unggas yang telah mengalami domestikasi. Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
merupakan penghasil protein hewani berupa telur dan daging yang sangat baik. Puyuh
terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah puyuh Japonica (Coturnix coturnix
japonica). Jenis puyuh ini yang paling popular diternakkan oleh masyarakat sebagai
penghasil telur dan daging.
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh, ukuran tubuh relatif
kecil, berkaki pendek. Puyuh memiliki keunikan, yaitu pertumbuhan yang cepat, dewasa
kelamin lebih awal, produksi telur yang relatif tinggi, interval generasi dalam waktu
singkat, dan periode inkubasi relatif cepat (Kasiyati et al., 2011). Ciri-ciri Coturnix
coturnix japonica adalah bentuk badannya relative lebih besar dari jenis burung- burung
puyuh lainnya. Panjang badannya 19 cm, badannya bulat, ekor pendek, jari kaki empat
buah, warna bulu coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada
bergaris (Nugroho dan Mayun, 1990). Jantan dewasa memiliki ciri-ciri dengan bulu-bulu
berwarna coklat muda pada bagian atas kerongkongan dan dada yang merata. Warna bulu
betina dewasa mirip dengan warna bulu jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan pada
dada bagian atas warna coklat muda lebih terang, dihiasi totol-totol coklat tua (Listyowati
dan Roospitasari, 2009).
Menurut penelitian, burung puyuh menjadi reservoir untuk penularan virus dengan
bertindak sebagai spesies perantara. Burung puyuh telah diidentifikasi sebagai host
3
terpenting dari virus Avian Influenza dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian
menunjukkan bahwa saluran pernapasan burung puyuh dapat mendukung replikasi dari
berbagai virus influenza, termasuk 14 subtipe HA (H1 – H14) dari burung air, virus
H1N1 human-like, dan virus H1N1, H1N2, dan H3N2 pada babi. Di alam, burung puyuh
bisa terinfeksi berbagai subtipe virus influenza, termasuk subtipe H3 hingga H7, H9,dan
H10; virus H1N1 human-like; dan virus H3N2 pada babi (Nguyen et al.,2016).
Studi surveilans Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 menunjukkan
bahwa burung puyuh terinfeksi virus HPAI H5N1 di wilayah Asia,termasuk Cina, Hong
Kong dan Indonesia, dimana burung puyuh sering ditemukan berbaur dengan unggas lain
di pasar burung hidup. Karakterisasi genom dari burung puyuh diidentifikasi
mengindikasikan bahwa burung puyuh dapat berperan dalam evolusi virus Avian
Influenza, karena kemampuannya tertular dan menularkan virus H5N1 di antara unggas,
burung liar, dan manusia.

2.2 Avian Influenza


Penyakit Avian Influenza merupakan salah satu penyakit infeksius pada unggas yang
bersifat zoonosis dan menyebabkan kerugian yang tinggi. Virus influenza adalah
kelompok famili Orthomyxoviridae. Berdasarkan tingkat infeksi virus AI, maka virus
tersebut dapat dikelompokkan atas dua tingkatan infeksi yaitu highly pathogenic Avian
Influenza (HPAI) dan low pathogenic Avian Influenza (LPAI). Tingkatan infeksi highly
pathogenic Avian Influenza (HPAI) merupakan infeksi yang sangat patogen yang dapat
menyebabkan angka kematian sampai 100% (Keawcharoen et al., 2011). Cara penularan
virus Avian Influenza (AI) dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Penularan
vertikal bisa penularan secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara
langsung dapat melalui kontak dari hewan yang terinfeksi virus Avian Influenza (AI) atau
unggas yang sakit ke unggas yang sehat. Untuk penularan tidak langsung biasanya dapat
melalui peralatan kandang, melalui pakan atau air minum. Sedangkan Penularan Vertikal
belum diketahui jelas bagaimana mekanisme penularannya.
Virus Avian Influenza sangat virulen menyebabkan mati mendadak tanpa gejala
sebelumnya. Apabila unggas mampu bertahan sampai lebih dari 48 jam jam akan tampak
gejala sebagai berikut: cyanosis pada bagian kulit yang tidak berbulu, cyanosis pada
jengger, penurunan produksi telur bahkan berhenti, susah bernafas, lakrimasi, sinusitis,
kepala muka leher dan pial mengalami kebengkakan.

4
Virus Avian Influenza (AI) merupakan ancaman bagi suatu negara, baik Indonesia
maupun negara lain di dunia. Dampak yang ditimbulkan oleh infeksi virus Avian
Influenza (AI) sangat beragam antara lain: usaha peternakan yang mengalami kerugian
akibat infeksi virus yang menyerang populasi ternak unggas dengan jumlah yang cukup
banyak, berdampak terhadap ketersediaan dan keamanan pangan, dan juga potensi
penularan virus Avian Influenza (AI) pada manusia dan bahkan perkembangannya
menjadi pandemi influenza. Untuk mencegah terjadinya infeksi Avian Influenza (AI) itu
perlu perhatian khusus dalam melakukan manajemen pemeliharaam pada burung puyuh.

2.3 Manajemen
2.3.1 Manajemen Pemeliharaan Puyuh
A. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter
Seperti halnya ternak unggas lainnya, usaha ternak puyuh juga mempunyai
beberapa tahapan pemeliharaan, yaitu pemeliharaan puyuh fase starter, grower dan
layer. Setiap fase pemeliharaan memiliki perbedaan. Beberapa hal yang harus dilakukan
dalam setiap fase pemeliharaan tersebut antara lain adalah :
Kandang
Kandang yang digunakan untuk memelihara puyuh fase starter adalah berupa
kandang box, dengan dinding kandang terbuat dari triplek, alas kandang dan bagian
depan berupa kawat. Sebelum DOQ (Day Old Quail) datang, kandang dibersihkan
terlebih dahulu, lalu dijemur dibawah terik matahari, hal ini bertujuan untuk membunuh
kuman dan agen penyakit yang mungkin masih terdapat di dalam kandang box. Dalam
kandang box terdapat beberapa bola lampu yang berfungsi sebagai pemanas agar suhu
di dalam kandang box tidak terlalu rendah, sehingga DOQ tidak kedinginan dan merasa
nyaman saat berada dalam kandang. Sebelum DOQ dimasukkan dalam kandang,
terlebih dahulu bola lampu dinyalakan agar suhu di dalam kandang menjadi hangat atau
paling tidak mendekati suhu pada saat berada dalam mesin penetas yaitu sekitar 38-
38,5ºC sehingga nanti pada waktu DOQ dimasukkan dalam kandang, tidak mengalami
perubahan suhu yang drastis.
Alas kandang yang berupa kawat, bagian atasnya dilapisi dengan kertas Koran
bertujuan agar DOQ tidak terperosok, kotoran dan air yang jatuh dapat terserap.
Setelah semua persiapan kandang, tempat pakan, tempat minum telah selesai, DOQ
dapat segera dimasukkan kandang open atau kandang box. Jumlah DOQ yang
dimasukkan dalam kandang box disesuaikan dengan luas kandang box, jumlah DOQ
5
tidak terlalu banyak karena bisa mengakibatkan DOQ saling menumpuk dan bisa
mengakibatkan kematian, dan juga jumlah DOQ dalam kandang tidak terlalu sedikit.
Dalam kandang box terdapat 2 bola lampu berukuran 25 watt yang berfungsi
sebagai pemanas, DOQ membutuhkan suhu kandang yang hangat. Indikasi suhu di
dalam kandang dapat diketahui dari perilaku burung puyuh yaitu apabila suhu dalam
kandang terlalu rendah, puyuh cenderung akan bergerombol dibawah bola lampu,
untuk mencari tempat yang hangat, dan sebaliknya apabila suhu di dalam kandang
terlalu tinggi, puyuh akan mendekati tempat minum dan menjauhi sumber panas.
Apabila suhu di dalam kandang sudah cukup ideal, puyuh akan menyebar merata di
seluruh kandang.
Pakan
DOQ (Day Old Quail) yang baru datang diberikan air minum yang telah
dicampur dengan Vita Tetra-Chlor dengan dosis 1 gram untuk 1 liter air. Pemberian
Vita Tetra-Chlor berfungsi sebagai sumber vitamin, mineral dan antibiotik. Tempat
minum yang digunakan khusus untuk puyuh anakan yang mempunyai pengaman pada
piringnya, atau apabila menggunakan tempat minum untuk puyuh dewasa pada
piringan diberi batu agar anakan puyuh tidak tercebur dalam piringan tempat minum.
Kebutuhan minum untuk satu kandang box ukuran 100 x 60 x 25cm berisi 100 ekor,
kurang lebih 6,5-7 ml/ekor/hari akan tetapi untuk menghindari puyuh kekurangan air
minum, pemberian air minum dilakukan secara adlibitum. Air minum untuk puyuh
ditempatkan dalam gelas tempat minum, masing-masing berisi 500 ml, dan air minum
diganti setiap hari.
Pemeliharaan puyuh pada fase starter diberikan pakan jenis complete feed, yang
telah digiling atau berbentuk tepung (mash) sehingga memudahkan anakan puyuh
dalam mencerna pakan yang diberikan. Tempat pakan berupa nampan berukuran 20x25
cm sebanyak 2 buah yang diatasnya diberi kawat agar pakan tidak tercecer saat
dikais-kais oleh puyuh. Pakan yang dibutuhkan saat umur 1-7 harisekitar 2-4
gram/ekor/hari. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari agar tidak ada
pakan yang tersisa yang dapat menimbulkan bakteri dan jamur yang bisa menggangu
kesehatan anak puyuh.

B. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower


6
Pemeliharaan puyuh pada fase grower, merupakan lanjutan dari tahapan pemeliharaan
sebelumnya yaitu fase starter. Fase grower yaitu saat puyuh berumur 21-30 hari, pada
fase ini fisik puyuh sudah lebih kuat, dan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan puyuh fase grower yaitu :
Kandang
Sebelum puyuh dimasukkan ke kandang grower, kandang dibenahi terlebih
dahulu, tempat untuk menampung kotoran dan kawat dinding kandang yang sudah
rusak diganti dengan yang baru. Tempat pakan dan minum juga harus disiapkan.
Setelah itu kandang dicuci bersih, dijemur berfungsi untuk mematikan agen penyakit
yang mungkin masih tertinggal di dalam kandang, Setelah itu kandang siap ditempati
puyuh fase grower. Untuk menghindari stress, sebelum dipindah ke kandang grower,
puyuh diberi vitamin dan antibiotik terlebih dahulu.
Kandang puyuh pada fase grower berukuran 100x60x30 cm, jumlah puyuh
yang dimasukkan ke dalam kandang grower adalah 25 ekor/kandang. Karena puyuh
pada fase grower sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, maka tidak
dibutuhkan lagi bola lampu sebagai pemanas, suhu dalam kandang cukup 25ºC.
Hanya saja pada malam hari di dekat kandang grower ditempatkan bola lampu
secukupnya sebagai sumber cahaya, agar puyuh tidak saling tabrak yang dapat
mengakibatkan luka bahkan cacat pada puyuh, dan selain itu agar puyuh dapat
melakukan aktivitas makan dan minum, sehingga pertumbuhan bisa maksimal.
Pakan
Pada fase grower jenis pakan yang diberikan masih sama dengan jenis pakan yang
diberikan pada fase starter adalah jenis pakan complete feed yang telah digiling
sehingga berbentuk tepung (mash). Jumlah pakan yang diberikan per ekor per hari
yaitu sekitar 12-14 gr/ekor/hari. Kebutuhan pakan yang diberikan juga akan terus
mengalami peningkatan sesuai dengan tingkatan umur puyuh. Pemberian pakan
dilakukan pada pagi hari, sedangkan kebutuhan minum untuk satu kandang ukuran
100x60x30cm yang berisi 50 ekor puyuh adalah kurang lebih 25-35 ml/ekor/hari, akan
tetapi lebih baik jika pemberian minum dilakukan secara adlibitum, air minum di
tempatkan pada wadah minum berukuran 1/botol, dan penggantian air dilakukan setiap
hari.

C. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer

7
Pemeliharaan fase layer merupakan tahapan terakhir dalam proses pemeliharaan
burung puyuh, pada fase ini puyuh sudah mulai berproduksi atau bertelur. Umur
pertama puyuh bertelur sekitar 38-45 hari, dan terus akan mengalami peningkatan
produksi sampai pada puncak produksi pada umur 4-6 bulan, produksi akan stabil
sampai beberapa bulan dan akan mengalami penurunan secara perlahan hingga puyuh
afkir. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan puyuh fase layer antara
lain :
Kandang
Sama halnya dengan perlakuan pada kandang puyuh fase grower, sebelumnya
kandang yang akan digunakan untuk puyuh pada fase layer, dibenahi terlebih dahulu
apabila terdapat kerusakan pada bagian kandang, setelah itu kandang dicuci bersih dan
dijemur dibawah terik sinar matahari, hal ini bertujuan untuk mematikan agen penyakit
yang mungkin masih tertinggal di dalam kandang, tempat pakan dan minum disediakan,
dan kandang siap untuk digunakan. Sebelum puyuh dari kandang grower dipindahkan
ke kandang layer, untuk menghindari stress puyuh diberi vitamin terlebih dahulu.
Jumlah puyuh yang dimasukkan ke dalam kandang layer kurang 100x60x30 cm sama
dengan jumlah puyuh saat berada dalam kandang grower yaitu sebanyak 25
ekor/kandang.
Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada fase layer yaitu jenis complete feed. Pada masa
ini puyuh mulai dilatih untuk makan dalam bentuk crumble. Pemberian pakan terus
dilakukan sampai puyuh mulai berproduksi, setelah puyuh mulai berproduksi pakan
diganti dengan pakan khusus untuk puyuh. Jumlah pakan yang diberikan pada fase layer
sekitar 20-22gram/ekor/hari. Sebelum pemberian pakan, terlebih dahulu pakan yang
tersisa di dalam tempat pakan diratakan terlebih dahulu, hal inibertujuan agar pakan sisa
hari sebelumnya dimakan terlebih dahulu, dan agar tidak terjadi pakan yang menjamur
yang dapat mengganggu kesehatan puyuh. Kebutuhan air minum pada fase layer kurang
lebih 40-60 ml/ekor/hari, kebutuhan minum puyuh juga dipengaruhi cuaca, apabila
cuaca sedang panas, kebutuhan minum dapat meningkat, dan apabila cuaca dingin
puyuh tidak banyak minum. Untuk itu agar kebutuhan minum selalu tercukupi,
pemberian dilakukan secara adlibitum.

8
2.3.2 Pengobatan
Apabila unggas terinfeksi virus Avian Influenza (AI), pada kasus virulen dapat
menyebabkan kematian tanpa menunjukkan gejala perlu dilakukan pengobatan. Pada
kasus yang kurang virulen dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gangguan
pernafasan. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengobati puyuh yang terinfeksi
virus Avian Influenza (AI) adalah menggunakan interferon amantadin pada kasus
influenza pada puyuh dan kalkun di Italia berhasil menurunkan angka kematian hingga
50%. Namun obat anti influenza tertua seperti amantadine dan rimantadine tidak efektif
melawan virus flu burung. Obat untuk melawan virus influenza seperti oseltamivir
(Tamiflu) dan zanamivir mungkin efektif melawan virus influenza H5N1 (avian).
Namun, penelitian masih diperlukan untuk membuktikan keefektifannya. Selain itu
perlu dilakukan terapi dengan pemberian antibiotic yang mampu mengobati infeksi
sekunder pada unggas penderita. Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang
efektif untuk pengobatan pada kasus Avian Influenza (AI), yang dapat dilakukan yaitu
dengan vaksinasi.

2.3.3 Pencegahan
Diperlukan kontrol yang ketat dan tindakan pencegahan penyakit untuk menekan
kejadian penyakit Avian Influenza (AI) dan penularan ke manusia. Kontrol dan
tindakan pencegahan yang penting dilakukan antara lain:
1. Jaga jarak dan jangan melakukan kontak langsung dimana unggas sedang terjangkit
wabah penyakit Avian Influenza (AI)
2. Jangan menyentuh kotoran unggas di sekitar kita kalau perlu segerakan
pembersihan kotoran tersebut
3. Pembersihan secara berkala kandang hewan peliharaan unggas dan penyemprotan
disinfektan
4. Hindari berdekatan dengan orang yang terinfeksi virus, dan gunakan masker setiap
kali harus berdekatan
5. Jika merasakan gejala flu burung segerakan ke rumah sakit untuk pemeriksaan
6. Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan, membiasakan rajin mencuci tangan
dengan sabun, dan mulailah gaya hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
7. Lakukan vaksinasi virus flu manusia untuk mengurangi terjadinya gabungan virus
flu burung manusia dan flu burung dalam satu orang.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber protein hewani berupa telur dan daging yang sangat baik. Puyuh adalah
jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, namun ada beberapa penyakit yang dapat
menyerang puyuh. Salah satu penyakit yang menyerang pada burung puyuh adalah Avian
Influenza (AI). Burung puyuh menjadi reservoir untuk penularan virus dengan bertindak
sebagai spesies perantara. Burung puyuh diidentifikasi sebagai host terpenting dari virus
Avian Influenza dalam beberapa tahun terakhir. Sampai saat ini ini belum ditemukan obat
yang mampu digunakan sebagai terapi infeksi virus tersebut, langkah-langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan pencegahan agar burung puyuh tidak terinfeksi penyakit Avian
Influenza. Untuk mencegah terjadinya infeksi virus ini perlu perhatian khusus dalam
melakukan manajemen pemeliharaan pada burung puyuh. Manajemen pemeliharaan
meliputi manajemen perkandangan, manajemen pakan dan manajemen kesehatan serta
biosecurity perlu diperhatikan untuk mencegah infeksi virus Avian Influenza. Dapat juga
dilakukan vaksinasi pada burung puyuh untuk mencegah terinfeksi virus Avian Influenza.

3.2 Saran
Perlu dilakukan literasi yang lebih dalam untuk menambah pengetahuan serta
wawasan mengenai manajemen pemeliharaan burung puyuh yang terinfeksi Avian
Influenza (AI). Manajemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan, manajemen
pakan dan manajemen kesehatan. Terutama pada mekanisme penularan virus Avian
Influenza (AI) secara vertikal yang sampai saat ini belum diketahui jelas bagaimana
mekanismenya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Root R, Studdert MJ, and white DO.2015.
Veterinary Virology. Academic Press. Inc. San Dieg, California dalam
https://www.elsevier.com/books/veterinary-virology/fenner/978-0-12-253055-5
(diakses pada 9 November 2020).
Helmi, Teuku Zahrial, Charles Rangga Tabbu, Wayan Tunas Artama, Aris Haryanto, dan
Muhammad Isa. 2016. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS AVIAN
INFLUENZA PADA BERBAGAI SPESIES UNGGAS SECARA SEROLOGIS
DAN MOLEKULER. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 10 No. 1. dalam
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKH/article/view/3378 (diakses pada tanggal 11
November 2020).
Isnawati, Rina, Hastari Wuryastuti, dan R.Wasito. 2019. Peneguhan Diagnosis Avian
Influenza pada Ayam Petelur yang Mengalami Gejala Penurunan Produksi. Jurnal
Sain Veteriner, Vol. 37. No. 1. Juni 2019, Hal. 1-10. dalam
https://jurnal.ugm.ac.id/jsv (diakses pada tanggal 8 November 2020)
Kasadi. 2015. Tingkat Sensitivitas Usaha Ternak Puyuh (Studi Kasus Pada Satu Usaha
Ternak Puyuh Di Desa Rangdu, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang).
Jurnal Unpad, vol. 4, no. 1, pp.1-13
Khalil, MM. 2015. Use of Enzymes to Improve Feed Conversion Effi ciency in Japanese
Quail Fed a Lupin-based Diet. Thesis. The University of Western Australia. Dalam
https://research-repository.uwa.edu.au/en/publications/use-of-enzymes-to-improve-
feed-conversion-efficiency-in-japanese- (diakses pada 9 November 2020)
L, Kourkouta, Koukourikos K, Iliadis Ch, Ouzounakis P, and Tsaloglidou A. 2019.
Treatment of Avian Influenza. SSRG International Journal of Nursing and Health
Science (SSRG-IJNHS)-Volume 5 Issue 3. Dalam
https://www.researchgate.net/publication/335965295_Treatment_of_Avian_Influe
nza(diakses pada tanggal 11 November 2020).
Lokapirnasari, Widya P. 2017. Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh. Surabaya :
Airlangga University Press. Dalam http://repository.unair.ac.id/89929/3/Bukti%20C
%2001%20Nutrisi%20dan%20Manajemen%20Pakan%20....-dikompresi.pdf (diakses
pada 9 November 2020)

11
Mehrabadi, M. H. F., Bahonar, A., Mirzaei, K., Molouki, A., Ghalyanchilangeroudi, A.,
Ghafouri, S. A., … Lim, S. H. E. (2017). Prevalence of Avian Influenza (H9N2) in
commercial quail, partridge, and turkey farms in Iran, 2014–2015. Tropical
Animal Health and Production, 50(3), 677–682. dalam
https://www.researchgate.net/publication/320385381_Prevalence_of_avian_influen
za_H9N2_in_commercial_quail_partridge_and_turkey_farms_in_Iran_2014-2015
(diakses pada tanggal 11 November 2020)
Nguyen, T. H., Than, V. T., Thanh, H. D., Hung, V.-K., Nguyen, D. T., & Kim, W.
(2016). Intersubtype Reassortments of H5N1 Highly Pathogenic Avian Influenza
Viruses Isolated from Quail. PLOS ONE, 11(2), e0149608. dalam
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0149608 (diakses pada tanggal 10 November
2020).
Nooruzzaman, M., Haque, M. E., Chowdhury, E. H., & Islam, M. R. (2018). Pathology of Clade
2.3.2.1 Avian Influenza Virus (H5N1) Infection in Quails and Ducks in
Bangladesh. Avian Pathology, 1–21. dalam
https://doi.org/10.1080/03079457.2018.1535165 (diakses pada tanggal 10 November
2020).
Radhitya, A. 2015. Pengaruh pemberian tingkat protein ransum pada fase grower terhadap
pertumbuhan puyuh (Cortunix cortunix japonica). Students eJournal.4(2): 1- 11.
dalam http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/5808 (diakses pada tanggal 10
November 2020).
Suryani, R. 2015. Beternak Puyuh di Pekarang Tanpa Bau. Cetakan I. Arcitra. Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai