Anda di halaman 1dari 5

Bab 2

Pembentukan Teori Akuntansi

Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca bab ini, Anda harus memahami yang berikut ini:
1. Bagaimana pendekatan pragmatis terhadap pengembangan teori berlaku untuk akuntansi.
2. Kritik yang telah diratakan pada akuntansi biaya historis sebagai model teoritis.
3. Teori pendapatan sejati normatif dan pendekatan kegunaan keputusan untuk teori akuntansi.
4. Bagaimana teori positif dibentuk.
5. Pendekatan naturalistik alternatif dan pentingnya ontologi.
6. Kesalahpahaman yang terkait dengan pendekatan ilmiah untuk penelitian akuntansi, dan mengapa
mereka ada kesalahpahaman.
7. Masalah untuk mengaudit pembentukan teori.

1. Teori Pragmatik
Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihak-pihak yang
menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi, baik dalam konteks pelaporan keuangan
eksternal maupun manajerial.
Kemudian, dalam teori pragmatik terdapat dua pendekatan yang terdiri atas pendekatan pragmatik
deskriptif dan pendekatan pragmatik psikologis.
a. Pendekatan Pragmatik Deskriptif
Pendekatan pragmatik deskriptif adalah suatu pendekatan induktif. Hal ini didasarkan pada
pengamatan yang dilakukan secara terus menerus terhadap perilaku akuntan untuk meniru prosedur
dan prinsip-prinsip akuntansi mereka. Teori ini dapat dikembangkan dari pengamatan tentang
bagaimana akuntan bertindak dalam situasi tertentu dan dapat diuji dengan mengamati apakah
akuntan benar-benar bertindak sesuai dengan yang disarankan oleh teori tersebut. Terdapat
beberapa kritikan terhadap pendekatan pragmatik deskriptif ini, yaitu:
1. Tidak mencakup penilaian analitis terhadap kualitas tindakan oleh akuntan.
2. Pendekatan ini tidak memberikan teknik akuntansi untuk ditantang sehingga tidak
memungkinkan adanya perubahan karena pendekatannya tidak berujung pangkal.
3. Pendekatan ini hanya memusatkan perhatian pada perilaku akuntan, bukan pada
pengukuran atribut perusahaan, seperti aset, kewajiban, dan pendapatan.
b. Pendekatan Pragmatik Psikologis
Pendekatan pragmatik psikologis adalah pendekatan dalam membentuk suatu teori akuntansi yang
didasarkan pada pengamatan atas reaksi para pengguna output yang dihasilkan oleh akuntan.
Kekurangan pendekatan ini yaitu beberapa pengguna output akuntan mungkin bereaksi dengan cara
tidak logis, beberapa mungkin memiliki tanggapan yang sudah mereka tentukan sebelum laporan
tersebut diterbitkan, dan yang lainnya mungkin tidak bereaksi sebagaimana mestinya. Namun,
kekurangan ini dapat diatasi dengan berkonsentrasi pada teori keputusan dan mengujinya pada
sampel besar orang, daripada berkonsentrasi pada tanggapan individu.
2. Teori Sintaktik dan Semantik
Teori Sintaktik
Teori sintaktik berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana akuntan akan
bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Teori akuntansi
sintaktik merupakan teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang bagaimana
kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah dirumuskan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan
dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara
unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara,
yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan
laporan.
Teori Semantik
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa) dan istilah
atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah
penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi
(elemen statement akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisik perusahaan tanpa
harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menemukan dan
merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan sehingga teori ini banyak membahas
pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut, dan penentuan jumlah rupiah
(pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki tiga komponen diatas,
pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teori yang diperlukan untuk
mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini.
 pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya.
 pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan.
 evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam memahami,
menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan.
 pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan.
 evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi.
 evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran perusahaan.
 pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
merumuskan prosedur dan aturan.
 perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan pelaporan
informasi yang relevan.

3. Teori Normatif
Teori normatif merupakan teori akuntansi yang mengharuskan dan menggunakan kebijakan nilai yang
mengandung minimum sebuah premis. Teori ini berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya
dikomunikasikan kepada para pemakai informasi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan.
Teori normatif sering disebut sebagai teori a priori (dari sebab ke akibat) yang menggunakan
penalaran deduktif dan dihasilkan bukan dari penelitian empiris melainkan hanya sebatas semi
research. Teori ini hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana seharusnya akuntansi dipraktikkan
tanpa menguji hipotesis itu. Teori akuntansi normatif mendasarkan konsep ekonomi klasik tentang
laba dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional dan teori ini
disebut juga teori pengukuran akuntansi. Kemudian, teori normatif didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut.
1. Akuntansi harus menjadi sistem pengukuran.
2. Laba dan nilai dapat diukur dengan tepat.
3. Akuntansi keuangan berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi. 
4. Pasar tidak efisien atau dapat tertipu oleh 'akuntan kreatif'.
5. Akuntansi konvensional tidak efisien (dalam pengertian informasi). 
6. Ada satu pengukur laba yang unik.
Meskipun demikian, asumsi-asumsi ini jarang mengalami pengujian sacar empiris. Para pendukung
mereka biasanya menggambarkan sistem akuntansi turunan mereka sebagai 'ideal'. Mereka
merekomendasikannya untuk mengganti biaya historis dan menentukan penggunaannya oleh semua
orang.

4. Teori Positif
Teori positif mulai berkembang pada tahun 1970-an. Positivisme atau empirisme berarti menguji atau
menghubungkan hipotesis atau teori akuntansi kembali ke pengalaman atau fakta dunia nyata. Saat ini,
sebagian besar teori positif berkaitan terutama dengan 'menjelaskan' alasan praktik saat ini dan
'memprediksi' peran akuntansi dan informasi terkait dalam keputusan ekonomi individu, perusahaan
dan pihak lain yang berkontribusi pada pengoperasian pasar dan ekonomi. Teori akuntansi positif
dikelompokkan menjadi dua tahap (Godfrey et al., 1997) dalam (Anis dan Iman, 2003) dalam
(Januarti, 2004) sebagai berikut.
1. Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal.
2. Penelitian untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi antarperusahaan yang difokuskan
pada alasan oportunistik dalam hal perusahaan memilih metode akuntansi tertentu atau alasan
efisiensi.

5. Pendekatan Naturalistik Alternatif


Perlu bagi peneliti akuntansi untuk menentukan asumsi apa yang digunakan dalam penelitian dan
alternatif pendekatan apa saja yang lebih sesuai antara pendekatan ilmiah atau pendekatan naturalistik.
Pendekatan naturalistik mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Peneliti tidak mempunyai asumsi atau teori awal.
2. Peneliti memfokuskan penelitian pada masalah spesifik perusahaan.
Pendekatan naturalistik alternatif dilakukan secara fleksibel, melalui pengamatan secara langsung,
studi kasus secara mendetil tanpa menitikberatkan pada analisis matematis, tes statistik, survey,
ataupun tes laboratorium. Karena pendekatan dilakukan melalui studi kasus (spesifik), hasil penelitian
akan sulit untuk digeneralisasi. Tomkins and Groves berpendapat bahwa pendekatan naturalistik
alternatif lebih sesuai untuk asumsi ontologi yang berbeda-beda.
Asumsi ontologi menyiratkan bahwa pendekatan epistemologi yang berbeda dan metode penelitian
tertentu akan mempengaruhi jenis masalah penelitian yang diajukan dan hipotesis yang diuji. Untuk
membantu memahami hal ini, perbandingan pendekatan ilmiah dan pendekatan naturalistik alternatif
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Perbandingan Penelitian Ilmiah dan Naturalistik
Penelitian Ilmiah Penelitian Naturalistik
Asumsi  Realita bersifat obyektif dan  Realitas dibangun secara sosial
Ontologi konkret dan merupakan produk imajinasi
 Akuntansi adalah realita manusia.
objektif  Akuntansi adalah realitas yang
dibangun.
Pendekatan  Sedikit demi sedikit kemajuan  Holistik
Epistemologi pengetahuan  Kompleksitas dunia tidak dapat
 Reduksionisme diselesaikan dengan
 Pengujian hipotesis individu reduksionisme
 Hukum mampu generalisasi  Hukum yangdapat direduksi
Metodologi  Terstruktur  Tidak terstruktur
 Dasar teori sebelumnya  Tidak ada teori sebelumnya
 Validasi empiris atau ekstensi
Metode  Formulasi model sintaksis  Studi kasus
 Induksi empiris untuk  Eksplorasi dengan fleksibilitas
membentuk hipotesis  Pengalaman peristiwa
 Metode statistik yang sesuai

6. Pendekatan Ilmiah yang Diterapkan Pada Akuntansi


Banyak kesalahpahaman yang muncul tentang upaya untuk menerapkan pendekatan ilmiah pada
akuntansi. Beberapa percaya bahwa upaya untuk membuat ilmuwan keluar dari praktisi akuntansi.
Pandangan ini bukanlah tujuan dari pendekatan tersebut. Ilmuwan adalah orang yang menggunakan
metode ilmiah dan, oleh karena itu, pada dasarnya adalah peneliti. Profesi medis memberikan analogi
yang baik tentang perbedaan antara peneliti dan praktisi serta penggunaan dan pengaruh metode
ilmiah. Akuntan yang percaya pada pendekatan ilmiah menginginkan bukti empiris dan penjelasan
logis untuk mendukung praktik akuntansi sehingga praktisi dapat merekomendasikan metode yang
paling tepat untuk situasi tertentu berdasarkan bukti tersebut. Orang menganggap pernyataan lebih
meyakinkan jika didukung oleh bukti objektif dan empiris daripada pernyataan yang hanya didasarkan
pada rasionalisasi yang dapat diperdebatkan.
Kesalahpahaman aplikasi pendekatan ilmiah pada akuntansi meliputi:
1. Aplikasi pendekatan ilmiah berusaha untuk menciptakan ilmuwan dari praktisi akuntansi.
2. Pendekatan ilmiah dalam akuntansi dianggap sebagai sebuah pencarian kebenaran mutlak.

7. Permasalahan untuk Pembentukan Teori Audit


Perkembangan teori audit telah mengikuti, dengan sedikit, pendekatan dalam teori akuntansi. Penulis
awal mencoba mendokumentasikan proses audit dan tugas yang diharapkan dari auditor. Upaya untuk
mengembangkan teori umum audit dimulai pada 1960-an dan menjelaskan serta menetapkan praktik
audit terbaik. Baru-baru ini, penelitian eksperimental telah mempelajari bagaimana auditor membuat
keputusan dalam upaya untuk memprediksi perilaku auditor dan teori positif menjelaskan permintaan
untuk biaya audit dan audit menggunakan model ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai